Angsa melanjutkan kisahnya, "Setelah mengucapkan selamat jalan kepada ketiga lelaki itu, sang musafir muda duduk sejenak, ia membuka tasnya. Dari dalamnya tasnya itu, ia mengambil surat yang sudah lama belum dibacanya. Surat itu berbunyi,
'Wahai Bunayya, bergembiralah! Diantara karunia yang teragung adalah qalbu yang tenang, mapan, dan bahagia. Sebab didalam kebahagiaan, pikiran yang bersih, memungkinkan seseorang menjadi orang yang bernilai. Pernah disebutkan bahwa kebahagiaan adalah sebuah seni yang perlu dipelajari. Dan jika engkau mempelajarinya, engkau akan dirahmati dalam hidup ini. Tapi bagaimana cara seseorang mempelajarinya?
Prinsip dasar mencapai kebahagiaan adalah berkemampuan untuk bertahan dan mengatasi situasi apapun. Oleh karena itu, engkau hendaklah tak terpengaruh atau diatur oleh keadaan yang sulit, tak seharusnya engkau terganggu oleh hal-hal sepele yang tak berarti. Berdasarkan kesucian qalbu dan kemampuannya bertahan, seseorang akan memancarkan cahaya. Ketika engkau melatih diri bersabar dan menahan diri, maka akan mudah bagimu menanggung kesulitan dan bencana.
Kebalikan dari bahagia adalah berpandangan dangkal, tanpa pernah peduli kepada siapapun kecuali dirinya sendiri dan meremehkan dunia ini beserta segala yang ada di dalamnya. Orang seperti itu, seolah-olah melihat dirinya bagai pemilik alam semesta ini, atau setidaknya menjadi pusatnya. Mereka tak memikirkan orang lain, juga tak hidup bagi siapapun kecuali dirinya sendiri. Adalah kewajibanmu dan kewajibanku menyediakan waktu agar disibukkan dengan hal yang lebih dari hanya diri kita, dan kadang-kadang menjauhkan diri dari masalah kita sendiri untuk melupakan luka dan perih kita. Dengan melakukan ini, kita mendapatkan dua hal: kita membuat diri kita bahagia, dan kita membawa sukacita kepada orang lain.Dasar seni kebahagiaan adalah mengekang pikiran kita dan mengendalikannya, tak membiarkannya mengembara, tersesat, melarikan diri, atau menjadi liar. Karena jika engkau membiarkan pikiranmu mengembara seperti yang diinginkannya, maka ia akan bersimaharajalela dan mengendalikanmu. Ia akan membuka katalog kesengsaraan masa lalumu. Ia akan mengingatkanmu tentang sejarah kemalanganmu, sejak hari dimana ibumu melahirkanmu. Jika pikiranmu dibiarkan berkeliaran, maka ia akan membawakanmu citra dari kesulitan masa lalu dan citra dari masa depan yang menakutkan. Pikiran-pikiran ini akan sangat mengguncang keberadaanmu dan akan menyalakan api perasaanmu. Oleh karena itu, kekanglah ia, dan tahanlah ia dengan mengarahkannya kepada penerapan pikiran yang terkonsentrasi untuk melahirkan karya yang bermanfaat dan menguntungkan.Dan juga, di antara prinsip-prinsip seni kebahagiaan adalah menghargai kehidupan di bumi ini sesuai manfaat yang pantas dan layak. Hidup ini penuh carut-marut dan tak menjamin apa-apa bagimu kecuali engkau berpaling darinya. Hidup ini penuh dengan bencana, duka, dan luka. Jika itu adalah gambaran kehidupan ini, maka bagaimanakah seseorang dapat sangat terpengaruh oleh petaka kecil, dan bagaimana seseorang dapat berduka atas hal-hal materi yang akan melewatinya? Saat-saat terbaik dalam hidup ini telah tercemar, janji masa depan hanyalah fatamorgana, orang yang sukses di dalamnya hanyalah mereka yang iri-hati, orang yang dirahmati terus terancam, dan para pecinta tertimpa oleh banyak malapetaka yang tak terduga.
Wahai Bunayya, bergembiralah! Kebahagiaan diperoleh dengan berusaha agar terus tersenyum, dengan alasan untuk berburu sesuatu yang membuat orang lain bahagia, dan bahkan dengan memaksakan ke dalam diri sendiri, walaupun mungkin akan tampak canggung. Seseorang melakukan semua ini hingga kebahagiaan menjadi sifat keduanya.Kebenaran dari masalah ini adalah bahwa engkau tak dapat menghilangkan dari dirimu seluruh sisa-sisa kesedihan. Dan untuk alasan inilah bahwa kehidupan diciptakan sebagai ujian. Tapi pesan yang ingin kusampaikan kepadamu adalah bahwa hendaknya engkau, sebanyak mungkin, mengurangi kuantitas dan intensitas kesedihanmu. Yang benar-benar terbebas dari kesedihan, hanyalah penduduk surga di alam kekal. Duka takkan terhapuskan kecuali di surga. Demikian juga, dendam dan kepahitan takkan benar-benar terhapuskan, kecuali di surga.Maka ketika seseorang mengetahui sifat dan kualitas dunia ini, ia akan menyadari bahwa dunia ini gersang, curang, dan tak berguna; dan ia akan memahami bahwa itulah sifat dan gambaran dunia ini. Sangatlah layak bagi orang cerdas agar tak menyerangnya hingga bertambah rusak, juga takkan menyerah pada kemurungan dan kecemasan. Apa yang harus kita lakukan adalah mempertahankan diri dari segala perasaan yang mungkin merusak kehidupan kita, dalam perang yang harus kita perangi dengan segala kekuatan yang telah dikaruniakan kepada kita.Wahai Bunayya. Bergembiralah! Jika engkau miskin, maka orang lain tenggelam dalam timbunan utang. Jika engkau tak punya alat transportasi sendiri, maka orang lain telah kehilangan kakinya. Jika engkau punya alasan untuk mengeluh tentang sakit dari penyakitmu, maka orang lain telah terbaring di tempat tidur selama bertahun-tahun. Dan jika engkau telah kehilangan seorang anak, maka orang lain telah kehilangan banyak anak, misalnya, dalam sebuah kecelakaan mobil.
Wahai Bunayya, janganlah bersedih, karena jika engkau bersedih, engkau mengusik sukma dan qalbumu, dan engkau menghalangi dirimu dari tidur yang nyenyak.
Rujukan :Wahai Bunayya, bergembiralah! Masa lalu telah hilang selamanya. Orang yang mengerami masa lalu dan tragedinya, menunjukkan gejala penyakit jiwa - semacam penyakit yang menghancurkan resolusi hidup untuk saat ini. Mereka yang punya tekat kuat, telah mengemas dan melupakan kejadian masa lalu, agar takkan pernah lagi melihat cahaya, karena telah ditempatkan dalam relung yang gelap dalam pikirannya. Episode masa lalu telah selesai; kesedihan tak dapat menyelamatkannya, melankolis tak bisa membereskan segalanya, dan duka takkan membawa masa lalu hidup kembali. Ini karena masa lalu itu sesuatu yang tiada. Janganlah hidup dalam mimpi buruk dari masa lampau atau di bawah naungan apa yang telah engkau lewati. Selamatkan dirimu dari penampakan hantu masa lalu. Berpikirkah engkau bahwa engkau dapat mengembalikan matahari ke tempat terbitnya, bayi kedalam rahim ibunya, susu kedalam ambing, atau air mata ke mata? Dengan terus-menerus memikirkan masa lalu dan kejadiannya, engkau menempatkan dirimu dalam keadaan alam pikiran yang sangat menakutkan dan tragis.Terlalu banyak tertegun dalam masa lalu akan membuang-buang waktu yang ada saat ini. Hari kemarin telah pergi dan selesai, dan engkau tak mendapatkan keuntungan apa-apa dengan melakukan otopsi atasnya, dengan memutar kembali roda sejarah. Orang yang hidup dalam masa lalunya, ibarat seseorang yang berusaha melihat serbuk gergaji. Para tetua, mereka selalu berkata: "Jangan keluarkan orang mati dari kuburannya."
Tragedi kita adalah bahwa kita tak mampu berurusan dengan masa kini: mengabaikan istana kita yang indah, kita menyesali gubuk yang reot. Jika setiap manusia dan jin bersama-sama berusaha membawa kembali masa lalu, mereka pasti akan gagal. Segala sesuatu di bumi berarak maju, mempersiapkan zaman baru - dan begitu juga seharusnya denganmu.
Wahai Bunayya, hanya hari inilah yang engkau miliki! Ketika engkau bangun di pagi hari, jangan berharap untuk melihat malam - hidup seolah-olah hanya hari ini yang engkau miliki. Kemarin telah berlalu dengan segala baik dan buruknya, sedangkan esok belum tiba. Rentang hidupmu hanyalah sehari, seolah-olah engkau lahir dan akan mati pada hari itu juga. Dengan sikap ini, engkau takkan terjebak di antara obsesi masa lalu, dengan semua kecemasannya, serta harapan masa depan, dengan semua ketidakpastiannya. Hiduplah untuk hari ini: Selama hari ini, engkau harus berdoa dengan qalbu yang terjaga, membaca Al-Quran dengan pemahaman, dan mengingat Allah dengan ketulusan. Di hari ini engkau harus seimbang dalam urusanmu, puas dengan porsi yang diberikan padamu, perhatikan hal yang berkaitan dengan penampilan dan kesehatanmu.
Atur waktu hari ini, sehingga engkau membuat tahun menjadi menit dan bulan menjadi detik. Mohonlah pengampunan dari Tuhanmu, mengingat-Nya, mempersiapkan diri guna perpisahan akhir dengan dunia ini, dan hidup bahagia hari ini dengan damai. Puaslah dengan rezekimu, istrimu, anakmu, pekerjaanmu, rumahmu dan maqam dimana engkau hidup didalamnya.
Engkau hendaknya mengukir didalam qalbumu satu kalimat:
Hari inilah satu-satunya hariku. Jika engkau makan roti segar dan hangat hari ini, maka apakah roti kering membusuk yang kemarin dan roti yang dinantikan besok, masalah bagimu?Jika engkau jujur pada diri sendiri dan mempunyai tekad yang kuat, engkau tak diragukan lagi meyakinkan diri sendiri dari hal berikut: Hari inilah hari terakhir hidupku. Ketika engkau mencapai sikap ini, engkau akan mendapatkan keuntungan dari setiap waktumu, dengan mengembangkan kepribadianmu, memperluas kemampuanmu, dan memurnikan perbuatanmu. Kemudian engkau berkata kepada diri sendiri: Hari ini aku akan menperbaiki tutur-kataku dan takkan mengucapkan kata-kata yang buruk atau kotor. Juga, aku takkan memfitnah. Hari ini aku akan mengatur rumah dan kantorku. Takkan kubiarkan kacau-balau, tapi teratur dan rapi. Hari ini secara khusus aku akan membersihkan tubuh dan penampilanku. Aku akan cermat dalam kerapian dan seimbang dalam cara berjalan, bertutur, dan bertindak.Hari ini aku akan berusaha taat kepada Tuhanku, melaksanakan shalat sebaik mungkin, melaksanakan lebih banyak amal-saleh, membaca Alquran, dan membaca buku-buku yang bermanfaat. Aku akan menanam kebaikan dalam qalbuku dan merontokkan akar kejahatannya - seperti kecongkakan, kecemburuan, dan kemunafikan.Hari ini aku akan berusaha membantu orang lain - mengunjungi orang sakit, menghadiri pemakaman, membimbing orang yang tersesat, dan memberi makan orang yang lapar. Aku akan berdiri disamping orang yang tertindas dan lemah. Aku akan menghormati para mubaligh, mengasihi yang muda, dan menghormati yang tua.Wahai masa lalu yang telah berangkat dan pergi, aku takkan menangisimu. Engkau takkan melihatku mengingatmu, walau sesaat pun, karena engkau telah menjauh dariku dan takkan pernah kembali.Wahai masa depan, karena engkau masih berada dalam ranah yang gaib, maka aku takkan terobsesi oleh impianmu. Aku takkan disibukkan tentang apa yang akan datang karena hari esok itu masih semu dan belum pernah terjadi. Hari inilah satu-satunya hariku...Pernyataan ini merupakan salah satu pernyataan terpenting dalam kamus kebahagiaan, bagi mereka yang ingin hidup dalam kemuliaan dan penuh dengan kecemerlangan.Wahai Bunayya, janganlah tergesa-gesa dan terburu-buru untuk hal-hal yang belum terjadi. Menurutmu, bijaksanakah memilih buah-buahan sebelum mereka matang? Besok adalah ketiadaan, tak memiliki realitas seperti hari ini, jadi mengapa engkau harus menyibukkan dirimu dengannya? Mengapa engkau harus khawatir tentang bencana di masa depan? Mengapa engkau harus diasyikkan dengan pikiran mereka, terutama karena engkau tak tahu apakah engkau bahkan akan melihat esok hari?Yang penting engkau tahu bahwa esok adalah sesuatu yang ghaib, sebuah jembatan yang tak bisa kita seberangi sebelum tiba waktunya. Siapa tahu, mungkin kita takkan pernah mencapai jembatan itu, atau jembatan itu mungkin runtuh sebelum kita mencapainya, atau kita benar-benar dapat mencapainya dan menyeberang dengan aman. Bagi kita, berasyik-masyuk dalam harapan tentang masa depan dipandang rendah dalam agama kita karena mengikat-diri dengan dunia ini dalam jangka waktu yang panjang, keterikatan yang dihindari orang yang beriman. Banyak orang di dunia ini yang ditakut-takuti oleh kemiskinan, kelaparan, penyakit, dan bencana dimasa depan: pemikiran yang ditiupkan oleh Iblis. Banyak orang yang menangis karena mereka melihat diri mereka, esok akan kelaparan, jatuh sakit setelah sebulan, atau karena mereka takut bahwa dunia akan berakhir setelah satu tahun. Seseorang yang tidak memiliki petunjuk kapan ia akan mati, yang kita semua seharusnya tak disibukkan dengan pikiran-pikiran seperti itu. Karena engkau terperangkap dalam jebakan-jebakan hari ini, biarkanlah esok hingga ia datang. Waspadalah dengan kelekatan terhadap angan-angan masa depan di dunia ini.Setelah membaca surat itu, sang musafir muda menghela nafas lega, lalu ia menengadah ke langit dan mengangkat kedua tangannya, berdoa,Wahai Bunayya, bergembiralah! Ingatlah nikmat Allah kepadamu dan bagaimana mereka mengelilingimu dari atas dan bawah - sesungguhnya, dari segala arah. Kesehatan, keselamatan, makanan, pakaian, udara, dan air - semua titik ke dunia ini menjadi milikmu, namun engkau tak menyadarinya. Engkau memiliki semua yang telah ditawarkan oleh hidup ini, namun tetap tak mengetahuinya.
Engkau memiliki dua mata, lidah, bibir, dua tangan, dan dua kaki. Dapatkah engkau bayangkan dirimu berjalan tanpa kaki? Haruskah engkau meremehkan ketika engkau terlelap, sementara penderitaan menghambat tidur orang yang lain? Lupakah engkau bahwa engkau mengisi dirimu dengan hidangan lezat dan air dingin sementara nikmatnya makanan dan minuman tak mungkin bagi orang lain, karena sakit dan penyakit? Pertimbangkan kelancaran mendengar dan melihat yang telah dikaruniakan kepadamu. Lihatlah kulitmu yang sehat dan bersyukurlah bahwa engkau telah diselamatkan dari penyakit yang menyerangnya. Renungkan kekuatan penalaranmu dan ingatlah kepada orang-orang yang menderita penyakit mental.
Akankah engkau menjual kemampuan mendengar dan melihatmu dengan emas seberat Gunung Uhud, atau kemampuan berbicaramu dengan istana yang megah? Engkau telah diberi nikmat berlimpah, namun engkau seolah-olah tak mengetahui. Meskipun roti hangat, air dingin, tidur yang mudah, dan kesehatan yang baik, engkau tetap bersedih dan tertekan. Engkau berpikir tentang apa yang tak engkau miliki dan tak bersykur atas apa yang telah diberikan kepadamu. Engkau disusahkan dengan hilangnya harta kekayaan, namun engkau memiliki kunci kebahagiaan dan banyak karunia. Renungkanlah dirimu, keluarga, teman, dan seluruh dunia yang ada di sekitarmu. Jalani hari ini terbebas dari kesedihan, bimbang, marah, iri hati, dan dengki. Renungkan dan bersyukurlah!
"Ya Allah, Pemilik kemuliaan, kemegahan, dan kekuatan, jadikanlah pelipur-lara menggantikan nestapa, datangkanlah suka-cita mengikuti duka-lara, dan jadikanlah keselamatan menggantikan kecemasan. Wahai Rabb-ku, berikanlah tidur nyenyak bagi yang gelisah dan ketenangan bagi sukma-sukma yang terganggu. Wahai Rabb-ku, tuntunlah mereka yang bimbang menuju cahaya-Mu, dan mereka yang tersasar dalam bimbingan-Mu."
- Aaidh ibn Abdullah al-Qarni, Don't be Sad, International Islamic Publishing House