Dan sementara itu, sang putra sulung menjelajahi dunia demi menemukan batu-uji Kebenaran; dan setiap kali ia sampai ke suatu tempat, ia akan bertanya kepada khalayak, pernahkah mereka mendengarnya. Dan pada setiap tempat, khalayak akan menjawab, 'Tak sekadar mendengar, bahkan kami sendiri, di antara semua orang, memilikinya, dan benda tersebut, menggelantung di sisi cerobong asap kami, sampai hari ini.' Dan kemudian, putra sulung akan bersuka-cita, dan memohon agar diperkenankan melihatnya. Dan terkadang, bentuknya berwujud sebilah cermin, yang seolah menampakkan sesuatu, dan arkian, ia berkata, 'Dan ini takkan mungkin terjadi, dan seharusnya, lebih dari sekadar penampakan.' Dan adakalanya, maujudnya dalam rupa sebongkah batu-bara, yang tak membuktikann apa-apa; dan kalakian, ia akan berkata, 'Dan ini takkan mungkin terjadi, dan seharusnya, lebih dari sekadar penampakan.' Dan sesekali, sosoknya tampak seperti batu-uji yang sesungguhnya, indah dalam rona, berhias polesan, kirana mendiami sisi-sisinya; dan saat ia menemukannya, ia memintanya, dan khalayak di tempat itu, menyerahkannya, lantaran semua orang, sangat dermawan akan pemberian semacam itu; dan di penghujungnya, kimpulnya penuh, dan berdencing saat ia mengendarai kuda; dan ketika ia berhenti di tepi jalan, ia lalu mengeluarkan dan mencobanya, kepalanya serasa berputar bagai baling-baling kincir angin.'Dan wabah atas pekerjaan ini!' kata putra sulung, 'sebab aku merasakan, tiada kesudahannya. Di sini, kupunya yang merah, dan yang ini, biru, dan hijau; dan bagiku, seluruhnya tampak mengagumkan, namun saling mempermalukan.Dan wabah dalam pertukaran! Dan jika bukan karena Raja yang seorang Begawan, dan yang kusebut ayahku, dan jika bukan pula lantaran anak-dara yang cantik di Baluwarti, dan yang menjadikan mulutku bernyanyi, dan batinku membuncah, aku akan mencampakkan semuanya ke perairan-payau, dan pulang, dan menjadi Raja seperti kerabat yang lain.' Namun ia, ibarat pemburu yang telah melihat rusa jantan di gunung, sehingga saat malam tiba, dan perapian telah dinyalakan, dan cahaya bersinar di rumahnya, dan hasrat akan rusa jantan tersebut, menetap di dadanya.Dan putra sulung tiba di tepi perairan-payau; dan malam telah tiba, dan tempat yang menyeramkan, dan bahana sang bahar, terdengar melengking. Dan di sana, ia memperhatikan ada sebuah rumah, dan seorang lelaki duduk di sana, dekat cahaya lilin, karena ia tak punya perapian. Dan selanjutnya, putra sulung menemuinya, dan sang lelaki memberinya air-putih, sebab ia tak punya roti; dan menganggukkan kepala saat diajak berbicara, lantaran ia tak punya sepatah-kata.'Dan punyakah engkau batu-uji Kebenaran?' tanya putra sulung; dan sang lelaki melenggut, 'Seharusnya aku tahu itu,' seru putra sulung, 'Dan kimpulku dipenuhi olehnya!' Dan ia tertawa, walau batinnya letih. Dan sang lelaki ikut tergelak, dan oleh embusan tawanya, lilinnya padam.'Dan tidurlah!' kata sang lelaki, 'sebab saat ini, kurasa engkau telah melangkah terlampau jauh; dan pencarianmu telah berakhir, dan lilinku telah pudar.'Dan di kala pagi telah tiba, sang lelaki menyerahkan kerikil bening di tangannya, dan yang tak memiliki keindahan dan warna, dan putra sulung memandangnya dengan cibiran, dan menggelengkan kepalanya, dan ia berlalu, lantaran seolah batu itu, baginya tak berharga.Dan sepanjang hari itu, ia berkuda, dan otaknya hampa, dan hasrat pengejarannya sirna. 'Dan andai kerikil malang ini, batu-uji itu?' katanya; dan iapun turun dari kudanya, dan mengosongkan kimpulnya di tepi jalan.Dan ketika seluruh batu-uji diadu satu dengan yang lain, semuanya kehilangan warna dan nyala, dan merana bagai bintang di pagi hari; akan tetapi, dibawah cahaya sang kerikil, keindahannya tetap merona, dan cahaya sang kerikil, yang terbinar. Dan putra sulung menepuk keningnya. 'Dan bagaimana jika yang inilah Kebenaran?' serunya, 'Dan yang lain cuma Benar sedikit?' Dan ia mengambil sang kerikil, dan mengarahkan cahayanya ke langit, dan binaran sang kerikil menembus ke atas laksana gorong-gorong; dan ia berputar ke arah bukit, dan perbukitan itu, hampa dan terjal, namun kehidupan mengalir di sisinya, sehingga hidupnya pun bergerak; dan ia meletakannya menyala di atas butiran debu, dan ia menyaksikan debu-debu tersebut, dalam sukacita dan kegetiran; dan ia mengarahkannya ke dirinya sendiri, dan berlutut dan berdoa.'Dan aku bersyukur kepada Ilahi,' kata putra sulung, 'Aku telah menemukan batu-ujian; dan sekarang aku dapat mengalihkan tali-kekangku, dan pulang ke Raja dan sang dayang, yang menjadikan mulutku bernyanyi dan batinku membuncah.'
Dan tiba-tiba terdengar pekikan, dan putra sulung menoleh ke dalam hutan, dan mengendap-endap perlahan. Dan ia melihat pertarungan antara pasukan berjubah, dan sekelompok orang, yang dari ciri-cirinya, ia kenal sebagai kelompok bersenjata. Dan seluruh pasukan berjubah di bantai, dan yang hidup hanya seorang wanita. Dan ia berpikir, 'Dan aku akan menolongnya; dan apa yang harus kulakukan?' Dan ia berlutut dan berdoa, sebab ia tahu, bahwa tiada kekuatan, melainkan Dia.Dan ia menghunus pedangnya, menebas habis urat-leher musuh. Dan ia menemukan seorang wanita berniqab, dan yang berkata, 'Semoga seribu kebaikan untukmu, Pangeran!' Dan putra sulung bertanya, 'Bagaimana engkau tahu bahwa aku seorang pangeran?' Dan wanita berniqab menjawab, 'Dari budi-bahasamu, engkau tak dapat membohongiku!' Dan merekapun saling berbagi kisah pengalaman masing-masing, dan putra sulung berkata, 'Dan aku akan mengantarmu pulang ke negerimu, namun terlebih dahulu, ikutlah aku menemui sang Raja.' Dan wanita berniqab mengangguk.Dan rupanya, suara sang wanita berniqab, sangatlah indah, dan di tengah perjalanan, ia bersenandung,Age to age, I feel the call[Abad demi abad, kurasakan seruan itu]Memory of future dreams[Kenangan impian masa depan]You and I, riding the sky[Engkau dan aku, menggoda langit]Keeping the fire bright[Menjaga sang agni tetap memendar]From another time and place[Dari waktu dan ruang berbeda]I know your name, I know your face[Kukenali jenamamu, kukenali wajahmu]Your touch and grace[Cinta dan Keikhlasanmu]All of time cannot erase[Sepanjang waktu takkan dapat terhapus]What our hearts remember, stays forever[Apa yang qalbu kita ingat, menetap selamanya]On a song we play *)[Pada sebuah lagu yang kita alunkan]Dan barang sekejap, putra sulung terkesima, 'Senandung itu!' Dan ia menggeleng, 'Nehi, nehi! Saat ini, di dalam batinku, hanya ada tiga bayangan, sang dayang, sang dayang dan sang dayang, pokoknya sang dayang.' Dan terkadang, engkau tak memperhatikan, kacamatamu berada di atas kepala, dan mencarinya kemana-mana. Dan orang bijak bilang, 'Mata bisa memandang, yang nun jauh di sana, namun upil di ujung hidung, tak sanggup di celik.'Dan sampailah mereka di Benteng gadang. Dan tatkala mereka masuk ke balairung, terlihat sang adik duduk di kursi agung, dan sang dayang di sampingnya; dan pada saat itulah, kemarahan putra sulung memuncak, sebab dalam batinnya, ia mengira, 'Akulah yang seharusnya duduk di sana, dan sang dayang di sisiku.''Engkau siapah?' kata saudaranya. 'Dan mengapa engkau berada di Benteng?''Aku abangmu,' jawabnya. 'Dan aku datang demi menikahi sang dayang, sebab aku telah membawa batu-uji Kebenaran.' Kemudian sang adik tertawa terbahak-bahak. 'K'napah' katanya, 'Aku telah menemukan batu-uji, dan menikahi sang-dayang.'Dan muka sang kakak pucat-pasi laksana pagi-buta. 'Aku berharap agar engkau berlaku adil,' katanya, 'Sebab aku merasakan hidup dalam kegalauan.''Adil?' tukas sang adik. 'Engkau orang sakit, yang resah dalam pelarian, lantaran meragukan keadilanku atau Raja ayahku yang telah lama bertahta dan dikenal di negeri ini.''Tidak,' kata sang kakak, 'Engkau telah punya segalanya, maka bersabarlah juga; dan perkenankan aku mengatakan bahwa DUNIA INI PENUH DENGAN BATU-UJIAN, DAN TAMPAK, TAKKAN MUDAH MEMBEDAKAN YANG MANA KEBENARAN.''Aku tak merasa malu,' kata sang adik. 'Disitu, tengoklah ke dalamnya!'Maka sang kakak memandang ke cermin, dan ia terperanjat; karena ia telah nampak menua, dan rambutnya memutih di kepala; dan ia terduduk di balairung dan meraung.'Dan sekarang,' kata sang adik, 'lihat, betapa konyolnya peran yang telah engkau mainkan, jelajahi dunia demi mencari apa yang ada di dalam khasanah ayah kita, dan pulang demi gonggongan anjing belaka, dan bersama 'teroris-radikal' perempuan berniqab ini. Dan aku yang berbakti dan tajir-melintir, duduk di sini, dimahkotai dengan keutamaan dan kesenangan, dan bahagia dalam cahaya batinku.''Kurasa, lidahmu sangat keji,' kata sang kakak, dan ia mengeluarkan kerikil bening dan mengarahkan cahayanya pada saudaranya; dan lihat, lelaki adiknya berbohong, hatinya menciut secomel kacang-polong, dan batinnya berisi sekantong kegentaran bak ketungging-boncel, dan cinta telah mati di dadanya. Dan pada saat itu, sang kakak berteriak sekeras-kerasnya, dan kemudian mengarahkan cahaya kerikil pada sang dayang, dan aduhai, ia semata perempuan berkedok, dan batinnya telah benar-benar mati, dan ia tersenyum bak jam dinding berdetak dan tak tahu mengapa.Dan ia diam sejenak, ada sesuatu yang terlupakan. Dan kemudian mengarahkan cahaya kerikil pada wanita berniqab, dan di sana, tegak-berdiri seorang Tuan-putri, dengan segala Keanggunannya, dan dalam segala Syantik yang sempurna. Dan ia mendekatinya dan berkata, 'Bukalah niqabmu barang s'bentar, agar aku bisa mengenalimu!' Sang wanita melepas niqabnya, dan sungguh benar apa yang telah ia saksikan.Seraya memegang lengan wanita berniqab, ia berkata kepada saudaranya, 'Oh, baiklah, aku melihat, semua ada baik dan buruknya. Maka selamat tinggal semuanya; dan aku akan menyongosng dunia bersama kerikil ini, di dalam sakuku.' Dan kemudian, saat ia berjalan pergi, ia berkata kepada sang wanita, 'Dan aku akan mengantarkanmu pulang!'Dan keduanya berkuda, dan di sepanjang perjalanan, keduanya bersenandung,Burn that page for me[Hanguskan lembaran itu untukku]I cannot erase the time of sleep[Kutak dapat menghapus masa lelap itu]I cannot be loved, so set me free[Kutak dapat dicinta, maka bebaskanlah aku]I cannot deliver your love[Kutak dapat merengkuh cintamu]Or caress your soul[Atau pedulikan dirimu]So, turn that page for me[Maka, bukalah lembaran itu untukku]I cannot embrace the touch that you give[Kutak dapat menerima sentuhan yang engkau berikan]I cannot find solace in your words[Kutak dapat temukan pelipur dalam perkataanmu]I cannot deliver you, your love[Kutak dapat merengkuhmu, cintamu]Or caress your soul *)[Atau pedulikan dirimu]Dan tersebutlah, Tuan-putri dan sang Pangeran, saling jatuh-cinta, dan menikah, dan hidup bahagia, selamanya'."Dan sebelum undur-diri, Rembulan berkata, "Ali bin Abu Thalib, radhiyallahu 'anhu, berkata,إِنَّ الْحَقَّ والباطل لا يُعْرَفان بأقدار الرِّجَالِ اعْرِفِ الْحَقَّ تَعْرِفْ أَهْلَهُ واعْرِفِ الباطل تَعْرِفْ من أتاه'Sesungguhnya, yang haq dan yang batil itu, tak dapat ditakar oleh derajat manusia. Kenalilah kebenaran dan engkau 'kan mengenali umatnya. Kenalilah Kebatilan dan engkau 'kan mengenali, siapa pembawanya.' [Ansab al-Asyraf]Sungguh, Kebenaran itu, punya kekuatan lebih, di Dunia dan Akhirat, dan bagi orang-orang yang menyampaikan Kebenaran, rahmat Allah, 'kan teranugerah, pada mereka. Wallahu a'lam.”
Kutipan & Rujukan:
- Robert Louis Stevenson, Fables, Charles Scribner's Sons
- Robert Louis Stevenson, Fables, Charles Scribner's Sons
- William J. Rolfe, Litt. D, Shakespeare's Comedy of the Merchant of Venice, American Book Company
*) "Star Sky" karya Thomas J. Bergersen & Felicia Farerre
*) "Star Sky" karya Thomas J. Bergersen & Felicia Farerre