"Di lobi sebuah hotel," Rembulan berkicau setelah mengucapkan Basmalah dan Salam, "Aku memperhatikan seorang lelaki, yang entah ia sedang menunggu seseorang atau sesuatu, ku tak tahu, yang kutahu, ia sedang membaca koran. Dan perkenankan aku mennyampaikan tentang membaca koran. Mereka bilang, membaca koran itu, ibarat dua sisi Candra, ada sisi-gelapnya, dan ada sisi-terangnya. Sisi gelapnya, saat engkau membaca koran, akan terkesan seperti seorang pengangguran yang membuang-buang waktu. Terlebih lagi, adakalanya, berita yang dipublikasikan terbukti dusta, keliru, atau tersaji kurang pantas, dan membaca konten-konten tersebut, membingungkan pembaca. Sama halnya dengan media atau platform berita lainnya, cerita yang menyayat hati, di dalam koran, tak dibarengi dengan trigger-warning. Peristwa-peristiwa seperti ini, membuat pembaca merasa terancam atau tak aman.
Adapun sisi-terangnya, membaca koran akan menjauhkan otakmu dari kepikunan. Membaca koran itu, kebiasaan yang baik. Banyak nilai-nilai pendidikan dapat diperoleh dengan membaca koran. Informasi politik, ekonomi, hiburan, olahraga, bisnis, industri, perdagangan dan niaga, akan disuguhkan untukmu. Tak hanya meningkatkan pengetahuanmu tentang informasi umum, dengan kebiasaan ini, juga akan meningkatkan kemampuan bahasa dan kosa-katamu.
Sekarang ini, partai politik telah mulai menerbitkan korannya sendiri, tak semua, tapi umumnya, cuma menggarisbawahi sisi benderang mereka dan mempertontokan sisi-kelam partai lain. Fakta pemlintiran semacam ini, memecah-belah bangsa, dan sistem perpolitikan mereka, dipertanyakan. Maka, waspadalah terhadap para penggombal, yang gombalannya, lebih lajat dari pengakuan Giacomo Girolamo Casanova.
Selagi sang lelaki membolak-balikkan korannya, dari sudut lobi, melalui pintu tavern hotel, mengalun irama dari vokalis sebuah klub band,
Whoo oh, I'm an alien, I'm a legal alien
[Woo oh, aku alien, aku alien legal]
I'm an Englishman in New York
[Aku orang Inggris di New York]
Whoo oh, I'm an alien, I'm a legal alien
[Woo oh, aku alien, aku alien legal]
I'm an Englishman in New York
[Aku orang Inggris di New York]
If 'Manners maketh Man' as someone said
[Jika 'Perilaku menentukan Manusia" seperti kata seseorang]
He's the hero of the day
[Ia, sang johan terkini]
It takes a man to suffer ignorance
[Butuh seorang penderita kejahilan]
And smile, be yourself no matter what they say
[Dan tersenyumlah, jadilah dirimu, tak peduli apa kata mereka]
Setelah membolak-balik koran beberapa kali, sang lelaki tertarik pada sebuah artikel,
'Baginda yang agung! Siapakah yang dicintai rakyat, dan paling didamba? Matahari terbit, yang fajarnya bergegas menyingsing, dan memancarkan Kemuliaan, menjadikan negeri ini, merasakan rasa-manis dalam masa-massa yang paling membahagiakan: Kepada Baginda, patik mempersembahkan—dan jiwaku bersandar sepenuhnya pada belas-kasihanmu—hikayat yang istimewa ini, yang mana, Brahma sendiri, mendiktekannya langsung kepadaku. Sesungguhnya, tampilan luarnya bagai Dongeng, tetapi, dalam kenyataannya, Kebenaran yang agung. Ia merupakan Filosofi dalam masa kanak-kanakmu. Apabila pesan Moral mendekati Baginda, dengan tatapan tajam, bahasa yang kasar, dan sikap yang menakutkan, pastilah engkau 'kan berputih-mata. Oleh sebab itu, akan lebih masuk akal, bila ia mendandani dirinya dengan kejenakaan, dan mempersembahkan padamu, ribuan kenikmatan yang berarti.
Dalam karya ini, patik menghaluskannya dengan keceriaan dan kelakar. Orang lain, bisa jadi, mungkin, dapat melakukannya lebih baik, namun dalam hal ini, Baginda yang agung, terimalah Persembahan yang tulus dan setia dari usaha patik yang malang ini; jika menghasilkan buah yang kuinginkan, patik akan merasa mendapat kehormatan, dan menjunjung Langit dengan segala Kemuliaan-Nya. Disini, tugas Para Raja terlacak, dalam citra yang lebih indah dalam keceriaan. Patik akan melangkah lebih jauh, jika ini tak cukup, kelak, Keteladanan Bagindalah yang akan berbicara lebih banyak. Namun, jangan abaikan tema-tema lain yang telah patik arahkan kepada semua Manusia secara umum: Tiada satupun yang menyangkut Umat Manusia bila engkau bertindak sebagai Orang-asing. Raja-raja Agung terbentuk dari Orang-orang Besar. Berusahalah menjadikan dirimu seorang Manusia, dan ketika itu selesai, Raja yang rancak, akan datang menghampirimu. Menjadikan seorang manusia sebagai objek, sungguhlah berat; bahkan dapat menghinakan seorang Raja. Karya penting ini, seyogyanya ditanamkan ke dalam diri Baginda, yang dibutuhkan rakyat, dari dukunganmu!
Saat Kebenaran merelakan dirinya padamu, jadikanlah perhatian Baginda, terus-menerus memandangnya, dan kesaksiannya yang tulus, meletakkan dasar dari segala kebajikan yang kokoh dalam qalbu kerajaanmu. Dan jika masa pengajaran telah sirna, mungkin, Kebenaran yang sama ini, takkan dapat kutunjukkan lagi. Inilah kata yang menakutkan, namun seuatu yang sering terjadi. Semua Raja disanjung, duhai Baginda yang Perkasa! Sekarang saatnya; memikirkan, perisai diri dari segala petaka di masa depan.
Khabarnya, ada seorang Puan cantik—patik secara kentara, memilih Kecantikan, yang bergandengan dengan Kemuliaan. Sang puan, berdandan di meja-riasnya, Kaca Pandangnya yang setia, bagai seorang teman, menyampaikan lebih banyak Kebenaran dibanding orang lain. 'Engkau sangat cantik!' kata sang cermin, 'dan aku berkata demikian dalam Keadilan yang sesungguhnya. Bila ada orang yang memperhatikan kerupawananmu, mungkin hanpir bersaing dengan Venus. Aku bilang hampir, melainkan engkau hendaknya memperbaikinya—dan akan manjur, walau dengan sedikit perawatan—ada kekurangan yang kulihat dalam dirimu, tak seberapa, menurutku, sepele; tetapi itu tak mengabaikan pentingnya wanita yang baik, mengubahnya. Apa gunanya semua Pemerah pipi itu? Katakan padaku mengapa engkau mengubah karunia yang telah diberikan alam kepadamu? Lembutkanlah sedikit Penampilanmu; Senyuman itu, jika tak dibuat-buat, akan jauh lebih menyenangkan!' Nasihat ini, disepakati sang puan, dan ternyata hanya mengikutinya cuma sebentar, saat Kerumunan besar tamu datang menemuinya.
Ia bangkit berdiri menerimanya, dan meninggalkan Kaca Pandang-nya. Seluruh ruangan bergema bersama sanjungannya; semuanya, termasuk kenyataannya; bedak tebal yang sangat mencolok, begitu juga penampilannya, senyumnya, pesonanya, dan keanggunannya, tiada yang membentuk kecantikan sempurna. Singkatnya, banyak yang bisa dikatakan, bahwa puan yang malang ini, telah melupakan nasihat dari cerminnya yang setia.
Dengan gamblang engkau 'kan melihat, Pangeran yang agung, bahwa puan cantik itu, dirimu sendiri, dan Kaca Pandang itu, jauh lebih baik dari seorang penasehat biasa, yang petunjuk-petunjuk jenakanya, dengan sangat hati-hati, membentuk bagi kami, rakyatmu, seorang Raja yang sempurna. Langit memberkahi setiap upaya. Setiap kali Penyanjung mendekatimu, ingatlah, bahwa nasihat terbaik itu, semata bersumber dari Kaca Pandang.
Sang lelaki tersenyum dan manggut-manggut, sementara itu, senandung sang vokalis, lanjut mengalun,
Whoo oh, I'm an alien, I'm a legal alien
I'm an Englishman in New York
Whoo oh, I'm an alien, I'm a legal alien
I'm an Englishman in New York
Modesty, propriety, can lead to notoriety
[Kesantunan, kepatutan, bisa membawa nama-buruk
You could end up as the only one
[Engkau bisa berakhir dalam kesendirian]
Gentleness, sobriety, are rare in this society
[Kelembutan, kesabaran, jarang ada di dalam masyarakat ini]
At night, a candle's brighter than the sun
[Di malam hari, sebuah lilin, lebih benderang dibanding matahari]
Tatapan sang lelaki, kemudian bergerak menjelajahi lembaran korannya, pada sebuah kolom, ia berhenti dan membaca,
Tersebutlah, penduduk negeri Kera, hendak memilih seorang Raja, dan mereka memutuskan bahwa Popularitas, haruslah menjadi satu-satunya Kualifikasi, dan barangsiapa yang memilikinya, yang paling pantas mengenakan Mahkota. Dan sungguh, dalam hal ini, mereka bertindak hati-hati, karena Kepercayaan akan gelisah, bila kita tak mempunyai cara, untuk menghargai dan menghormati mereka, yang menjadi pemimpin, dan melalui siapa, kita menerima Hukum.
Konvensi, diadakan di Lapangan terbuka, dimana setiap warganegara, menunjukkan Kemampuannya, mereka melompat, menari dan meloncat-loncat; demi Toya Kerajaan; seperti yang kukatakan sebelumnya, guna menakar para Kera, yang akan terpilih sebagai pemilik popularitas berlimpah. Sekarang, engkau seyogyanya tahu bahwa, di sana, tergantung sebuah Apel, di dahan yang sangat tinggi, dan siapa di antara mereka, yang dengan gesit merebutnya, layak naik Tahta.
Adakah dorongan lain selain Ambisi dan Asa akan Kemuliaan? Sinyal telah diberikan, yang gagah-berani, maju dan melompat, namun tujuan tak tercapai, semata menggoyangkan Apelnya; yang satu mendekati dahan, dan yang lain merengkuh, namun menggenggam udara-hampa dengan perasaan tak puas.
Pergumulannya panjang, namun usai banyak usaha yang tak membuahkan hasil, dan saat buah Apel—oleh dahannya yang telah terguncang dahsyat—hampir jatuh ketika angin bertiup, muncullah dua Penipu yang belum melakukan upaya apapun, satu di antaranya sangat gesit, yang lain agak lamban; dan mulai bertarung, walhasil, buah Apelnya, kadarullah, jatuh tepat ke mulut kera yang lamban. Kera yang gesit, kecewa, segala usahanya sia-sia, dan ia boleh saja berbangga diri pada Kesempurnaannya, jika ia mau.
Para Majelis Rakyat yang dungu, tersenyum, dan dengan lantang menyatakan, ia yang memiliki Apel, menjadi Raja mereka, dan hanya kepadanya, mereka akan bersumpah setia, 'Hidup sang Raja!' ribuan kali berulang, dan teriakan dan syabas mereka, bahkan menembus awan.
'Duhai nuraniku, ini sangat menggelikan, sungguh keputusan yang sangat membagongkan,' berkata Kera tua muhtasyam, yang duduk dan mengamati segalanya, dalam senyum-getir. 'Betapa bodoh dan konyolnya kita? Tapi ini muncul di antara kami, yang sangat mirip dengan para manusia : KITA MENILAI BERDASARKAN PERISTIWA!'
Beberapa penulis yang telah merangkai Koleksi Sejarah Kerajaan Kera, bervariasi dalam meriwayatkan pemilihan ini. Pada bagianku, aku merasa ragu, sisi mana yang hendak kupilih, namun dari segala penjuru , pesan Moralnya, sangatlah apik.
Beberapa Penulis mengatakan, bahwa Kera tua yang disegani, lamban oleh usia, duduk di atas akar pohon, dan menjadi satwa yang punya banyak Ilmu dan Pengalaman dalam urusan dunia, mampu mencermati, bahwa setelah dahan apel diguncang-guncang, buah Apel akan segera jatuh, seketika ia menangkapnya saat meluncur ke bawah, dan bahwa Rakyat, yang melihat akal-sehat dan pikiran-jernihnya, mengangkatnya sebagai Pasak Kunci. SUNGGUH, TIADA SEORANG RAJA, MELAINKAN DENGAN HIKMAH.