Senin, 06 Juni 2022

Balapan

"Malam itu, aku berada di atas sebuah kota pelabuhan, yang, kata Sejarah, pada abad ke-17, seorang direktur utama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), Jan Pieterzoon Coen, menamainya, Nieuw Hoorn, dan kemudian, Jacatra. Belakangan, dan setelah sekian lama Coen tak sudi menyebutnya sebagai Batavia, usai ditegur oleh Heeren Zeventien, dewan pimpinan VOC, akhirnya Coen, manut." Rembulan menyapa dengan Basmalah dan Salam.
"Jika cairan susu dimasak ke dalam sebuah panci, mestilah, ia mendidih," katanya, "Aku tak tahu, dan tak pernah ingin tahu, mengapa, itu terjadi; andai ditanya, mungkin saja, kukan menghubungkannya, dengan kecenderungan susu yang mudah mendidih, yang, bisa jadi, benar, namun tak mampu menjelaskan apa-apa. Lagipula, aku bukan fisikawan. Dengan cara yang sama, seseorang dapat membaca, atau bahkan menulis, tentang peristiwa masa-lalu, tanpa ingin tahu, mengapa hal itu terjadi, atau cukup puas dengan mengatakan bahwa, Perang Dunia Kedua, terjadi, oleh sebab Hitler, pingiiin banget main perang-perangan, yang, boleh benar, walakin, tak bisa menjelaskan apa-apa. Walau demikian, seseorang, jangan dong, bersolekisme, dengan menyebut diri-sendiri, abdi-sejarah atau sejarawan. Mempelajari sejarah itu, sebuah studi tentang 'Kausa.' Seorang sejarawan, tanpa henti mengajukan pertanyaan 'Mengapa?'; dan selama ia mencari jawabannya, ia takkan bisa tidur-pulas. Sejarawan hebat, atau mungkin bolehlah, kita sebut secara lebih luas, pemikir cemerlang, ialah orang yang selalu mengajukan pertanyaan 'Mengapa?' tentang hal-hal baru atau dalam konteks terkini. Herodotus, bapak sejarah, menetapkan tujuannya dalam mukaddimah karyanya: 'guna menyegarkan ingatan akan perbuatan orang-orang Yunani dan para barbar,' dan yang paling utama, di atas segalanya, menyajikan penyebab, 'mengapa' mereka saling-jutek.'

Aku tak hendak mencari jawaban 'Apa itu sejarah?,' sebab cahayaku terfokus pada sebuah bangunan berarsitektur unik, dan ternyata, sebuah stadion. Pastilah, menurutku, itu sebuah Landmark kekinian, sebuah catatan sejarah baru, bagi kota tersebut. Lalu, aku tertarik pada area sekitar stadion, ada sirkuit 'pitlane', dan sebuah balapan, barusan, bubaran.
Jadi, karena ingin kepoin siapa gerangan pemenang balapan E-Prix, aku mencari informasi ke sekeliling sirkuit, namun tak menemukan apa-apa. Perhatianku tertuju pada sebuah mobil Kombi, yang berisi beberapa orang lelaki. Aku tak tahu persis, berapa jumlah mereka, yang kutahu, sebuah tembang dari 'Men at Work,' grup band asal Negeri Kanguru, mengalun dari tape-mobil sang Kombi,
Traveling in a fried-out Kombi
On a hippie trail, head full of zombie
I met a strange lady, she made me real nervous
She took me in and gave me breakfast

She said, 'Do you come from a land down under?
Where women glow and men plunder?
Can't you hear, can't you hear the thunder?
You better run, you better take cover!'
Tiba-tiba terdengar suara seperti ban berdecit, gegara sang pengemudi, ngerem mendadak. Penumpang belakang, yang terbangun dari tidur-nyenyaknya, seraya mengucek-ngucek mata beleknya, bertanya, 'Ada apa Bro?' Sang pengemudi menjawab, 'Sorry ... sorry Bro! Hono bulus nyabrang!' Serentak, para penumpang lain, berujar, 'Apah? Kura-kura?' Yang lain nyeletuk, 'Kura-kura dalam perahu!'

'Iyya! Tuh, liat!' kata sang Pengemudi, dan semua mata lelaki dalam Kombi, menyaksikan seekor kura-kura, perlahan tapi pasti, berjalan melintas, menyeberang jalan. Tak sekedippun ia merasa terganggu, melainkan terus berjalan, seolah berkata, 'Kemenangan selalu mungkin bagi orang yang menolak berhenti berjuang.'
Mata para lelaki mengikuti, ke arah-mana sang kura-kura berjalan, hingga akhirnya menghilang di kegelapan malam. 'Bro, sebaiknya kita berhenti sebentar, di depan, di tepi pantai, buat ngilangin kaget!' kata salah seorang dari mereka. Semua setuju.

Beberapa saat kemudian, sang Kombi terparkir di tepian pantai, udara terasa sejuk oleh angin semilir. Hening beberapa saat, sampai seseorang berkata, 'Bro, mau dengerin cerita tentang kura-kura nggak?' Yang lain menjawab, 'Mau dong!' Maka, ia pun bercerita,
Konon, di zaman Romawi Kuno, ketika Jupiter memutuskan masuk ke dalam jenjang pernikahan, bahwa demi kehormatan wanita surgawinya, ia memerintahkan, bahwa seluruh dunia, harus merayakan acara pernikahannya, dan mengundang segala makhluk, mulai dari yang biasa hingga yang tak biasa, menghadiri upacara pernikahannya.
Semuanya datang tepat waktu, kecuali Kura-kura. Jupiter pun menegurnya, 'Elu kemana aja, tuh lihat, yang laen udah pada nunggu. Kenapa sih, lu telat?' tanya sang dewa, ngegas.
'Ya ma'aaap!' kata sang Kura-kura, 'Aye pan ada di rumah, di rumah aye 'ndiri, rumah aye tersayang, dan rumah itu, tetaplah rumah aye, tempat terbaik, meski sederhana.' Jupiter kurang berkenan, bahwa semestinya, sang Kura-kura tinggal saja di dalam parit, daripada di istana, dan karena itulah, sang dewa menjatuhkan sangsi ini kepadanya; bahwa oleh sebab sang Kura-kura tak mau memaksakan diri keluar dari rumahnya menghadiri acaranya, maka sejak saat itu, ia tak diperbolehkan keluar rumah, tanpa membopong rumahnya sendiri, di atas tubuhnya.
Pesan moral dari cerita ini, bahwa, seorang pengemis, akan mungkin sama bangga dan bahagianya, hidup di dalam sebuah gubuk, sebagaimana seorang pangeran, yang hidup di dalam sebuah istana.'
Sementara yang lain manggut-manggut, alunan suara Collin Hay, terus mengalun,
Buying bread from a man in Brussels
Six foot four, full of muscle
I said, 'Do you speak-a my language?'
He just smiled and gave me a Vegemite sandwich

And he said, 'I come from a land down under
Where beer does flow and men chunder
Can't you hear, can't you hear the thunder?
You better, better run, you better take cover!'
'Aku juga tahu cerita tentang kura-kura!' berkata yang lain. 'Boleh dong!' sambut yang lain. 'Aku rasa, kalian semua, pernah mendengar ceritanya,
Seekor Kelinci, mencemooh seekor Kura-kura karena keleletannya, dan dengan pongahnya, menyombongkan kecepatan larinya yang luar biasa. 'Mari kita balapan,' sang Kura-kura, nantang, 'aku akan berlari denganmu sejauh lima mil untuk lima pound, dan sang Rubah, di sana, akan menjadi wasit balapan.' Sang Kelinci sepakat; dan pergilah mereka berdua, memulai perlombaan.
Akan tetapi, sang Kelinci, oleh kecepatannya yang luar biasa, mengalahkan sang Kura-kura sedemikian rupa, sehingga sang Kelinci meremehkan perlombaan tersebut; dan lantaran merasa agak lelah, ia bersantai di bawah pohon pakis yang tumbuh di tengah jalan, dan tidur siang; ia mengira, bahwa jika sang Kura-kura lewat, ia, setiap saat, dapat mendahuluinya dengan mudah. Sementara itu, sang Kura-kura merangkak dengan cepat, walau dengan gerakan lambat, namun tiada henti; dan sang Kelinci, karena merasa aman dan sangat percaya-diri bisa menang, ketiduran. Sang Kura-kura tiba di garis finish, terlebih dahulu.
Bangun dan lakukan, kalimat yang memberikan instruksi moral atau intelektual; karena tindakan itu, urusan kehidupan, dan tak ada gagasan untuk mengakhiri perjalanan waktu kita, jika kita tidur.'
'Semua sudah siap? Kita lanjutkan perjalanan!' kata sang pengemudi. 'Siap Bro!' berkata yang lain, 'Tapi, tunggu dulu, aku ingin bertanya, pemenang balapan E-Prix siang tadi, berasal dari mana?' tanya yang lain, dan yang lain menyahut, 'Dari negeri Down Under!'

Dan begitulah, sang Kombi meluncur, diiringi dendang,
Lying in a den in Bombay
With a slack jaw, and not much to say
I said to the man, 'Are you trying to tempt me?
Because I come from the land of plenty'

And he said, 'Do you come from a land down under?
Where women glow and men plunder?
Can't you hear, can't you hear the thunder?
You better run, you better take cover!' *)
Sebelum undur-diri, Rembulan berkata, "Balapan tak selalu diperuntukkan bagi yang tercepat atau pertarungan bagi yang terkuat, namun tak selalu pula, sang Kura-kura mengalahkan sang Kelinci. Sembilan puluh sembilan dari seratus, balapan tak selalu diperuntukkan bagi yang tercepat atau pertarungan bagi yang terkuat, melainkan jabat-tangan atau adu-kepalan-tangan, diberikan kepada yang paling pantas menerimanya. Orang yang menang dalam hidup ini, sebagian besar, ialah orang yang, layak menang; demikian pula, orang yang kalah, sepantasnya, kalah. Hugh Keough mengekspresikannya dengan cara berbeda, 'Balapan tak selalu diperuntukkan bagi yang tercepat atau pertarungan bagi yang terkuat, namun, begitulah cara bertaruh.' Wallahu a'lam.”
Kutipan & Rujukan:
- Sir Roger L’Estrange, Kt., Fables of Aesop and Other Eminent Mythilogists : Morals and Reflections, John Gray and Co
- Samuel Croxall, D.D., Fables of Aesop and Others, Simon Probasco
*) "Down Under" karya Ronald Strykert & Colin James Hay