Sabtu, 11 Juni 2022

Sang Raja Teror

Setelah menyapa dengan Basmalah dan Salam, Rembulan berkata, "Sang jentelmen bercerita padaku,
'Seorang lelaki tua, terperangah melihat penampakan Kematian di hadapannya, dan diliputi rasa-gentar, saat diajak agar segera mengikutinya. 'Mohon berikan aku, sedikit waktu,' kata sang lelaki tua, 'setidaknya, sampai surat-wasiat dan surat-warisan, telah kuselesaikan.'
'Aku tak bisa menunda lagi,' jawab sang Kematian, 'sebab aku telah sangat sering memberimu peringatan agar mempersiapkan diri terhadap panggilan terakhirku, yang kurasa, tak mempan padamu, dan pula, engkau tak menganggap atau memberi perhatian sedikit pun padanya.'
'Engkau pasti keliru,' kata sang lelaki tua, 'engkau belum pernah mendatangiku sebelumnya, engkau juga, tak pernah menasihatiku agar bersiap-siap mengikutimu.'
'Bagaimana mungkin,' kata sang Kematian, 'bukankah aku telah memberimu peringatan yang, berkali-kali dan tak-mengenakkan, yang cukup guna membangunkan hati-nuranimu, saat aku mengambil satu per satu kawan-kawanmu yang lebih muda, kala mereka berada di sekelilingmu, dan anak-anakmu yang beranjak dewasa? Dan semuanya engkau abaikan, seolah-olah engkau mengira dirimu akan bebas, lepas dari cengkeramanku, dan sekarang mengeluh bahwa engkau tak siap? Siap atau tidak, sekarang masamu telah tiba, dan engkau harus mematuhi perintah itu.'
Sang jentelmen lalu berkata, 'Cerita ini, secara paksa, menekankan pada benak kita, perlunya selalu siap menghadapi Kematian, lantaran kita tak tahu kapan, jam, hari, atau tahun, datangnya pengunjung yang menyeramkan itu.
Kematian itu, kenyataan pahit dan menyengkak, yang dihadapi oleh setiap insan yang hidup. Tiada yang mampu menghindarinya, pula, tiada orang di sekitar orang yang sekarat, yang sanggup mencegahnya. Kematian akan terjadi setiap saat dan dihadapi oleh tua dan muda, kaya dan miskin, kuat dan lemah. Semuanya sama, mereka tak punya rencana atau sarana, guna menghindarinya, tiada kekuatan, tiada sarana syafaat, tiada cara untuk mencegahnya, atau menundanya, yang menunjukkan bahwa, sungguhlah Kematian itu, berasal dari Dia, Yang memiliki kekuatan yang takkan terbendung - sehingga manusia tak berdaya dan cuma bisa manut. 
SETIAP YANG BERNYAWA, NISCAYA MERASAKAN KEMATIAN. Realitas ini, hendaknya, tertanam kuat dalam qalbu, fakta bahwa kehidupan di dunia ini, terbatas, dan memiliki akhir yang telah ditentukan - dan akhir ini, pasti 'kan menjelang.
Semua akan mati. Jiwa setiap orang, akan merasakannya dan akan meninggalkan kehidupan dunia fana ini. Takkan ada perbedaan antara satu jiwa dan jiwa lainnya, dalam mencicipi cawan, yang melewati mereka semua, melainkan perbedaannya ada pada sesuatu yang lain, yakni tempat tujuan mereka.
Seorang Petani miskin, yang lelah bekerja, membungkuk selama bertahun-tahun, dan mengerang di bawah beban berat seikat kayu-bakar yang ia cari, panggul, merasakan penat dan kaki-sakit di jalan yang panjang dan berdebu, demi mencapai pondoknya yang jauh.
Lantaran tak sanggup lagi menanggung bebannya, ia membiarkan kayu-bakarnya, terjatuh di tepi jalan, dan duduk di atasnya, meratapi nasibnya yang merana. Kenikmatan apa yang diketahuinya, sejak kali pertama ia menarik-napas di dunia yang menyedihkan ini? Dari fajar hingga senja, satu putaran kerja-keras! Di rumah, lemari-makan yang kosong, istri yang tak pernah puas, dan anak-anak yang tak mau patuh!
Iapun menyeru pada Kematian agar membebaskan dirinya dari segala problema. Seketika, sang Raja Teror, berdiri di hadapannya, dan bertanya apa yang diinginkannya. Terpana oleh kehadiran sesuatu yang angker, kerabat tua kita ini, tergagap dan berubah pikiran, dan berkata bahwa, itu tak lebih dari permohonan bantuan mengangkat ke pundaknya, seikat kayu-bakar yang, ia biarkan terjatuh.
Ketahuilah, bahwa dunia ini, sedang berlalu, dan akhirat akan medatangi kita, maka, ingatlah selalu pada titik kematian.
Orang shalih, akan mati dan orang jahat, akan mati
Para pejuang jihad, akan mati, dan mereka yang duduk di rumah, akan mati
Mereka yang menyibukkan diri dengan jalan-hidup yang benar, akan mati, dan mereka yang memperlakukan manusia sebagai budaknya, akan mati
Pemberani yang menolak ketidakadilan, akan mati, 
dan pengecut yang berusaha mempertahankan hidup ini dengan harga berapapun, akan mati
Orang-orang yang punya perhatian besar dan tujuan mulia, akan mati, 
dan orang-orang malang, yang hidup semata demi kesenangan yang celaka, akan mati
Rembulan merangkum dengan, "Saat para insan kehilangan orang yang dicintainya, mereka membutuhkan cinta dan dukungan dari orang-orang di sekitar mereka, guna melupakannya. Salah satu cara terbaik melakukannya, dengan berada di sana, berbicara dengan mereka di awal tahap keterguncangan, dan seiring berjalannya waktu, cobalah membantu mereka menyesuaikan kembali dengan rutinitas dan kehidupan sehari-hari mereka. Kehilangan orang yang dicintai, ibarat luka yang menganga, perlu waktu dan perawatan agar dapat sembuh, maka, berhati-hatilah, jangan menuangkan garam di tempat yang hanya akan menimbulkan rasa-sakit.
Semoga Allah merahmati semua almarhum kaum muslimin. Semoga Dia memberi mereka keteguhan dalam menjawab pertanyaan alam-kubur. Semoga Dia melapangkan alam-kubur mereka dan memenuhinya dengan cahaya serta nikmat yang berlimpah. Semoga Dia melindungi mereka dari adzab dan bahaya di alam kubur atau dalam api neraka. Semoga Dia memasukkan mereka ke surga tertinggi bersama para nabi, syuhada, orang-orang benar, dan orang-orang shalih. Semoga kematian almarhum menjadi pelajaran bagi yang ditinggalkan. Semoga Dia memberikan ketenteraman, kenyamanan, dan ketegaran kepada orang-orang yang mereka tinggalkan, dan semoga Dia mengganti segala kesedihan dan kekecewaan dengan kesenangan dan kegembiraan yang tak terbatas dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang. Aamiin. Aamiin. Aamiin. Wallahu a'lam.”
Kutipan & Rujukan:
- Shaykh 'Alee Hasan 'Abdul Hameed, Death, Al-Hidayah
- J.B. Rundell, Aesop's Fables, Cassell, Petter and Galpin
- James Northcote, RA, One Hundred Fables, Originals and Selected, J. Johnson