"Tiga bonsai sedang duduk di kedai kopi. Cemara Hinoki—spesies pohon cemara yang berasal dari Jepang tengah di Asia Timur, dan dibudidayakan secara luas di belahan bumi Utara yang beriklim sedang karena kayunya yang berkualitas tinggi dan kualitas hiasnya, pohon yang tumbuh lambat dengan banyak kultivar yang tersedia secara komersial; Trident Maple—spesies maple asli Tiongkok bagian Timur, merupakan pohon gugur berukuran kecil hingga sedang; dan pohon Beech Amerika—fagus grandifolia, pohon besar yang berganti daun, spesies pohon beech yang berasal dari Amerika Serikat bagian Timur.Fagus mengeluh, 'Gua pengen banget keluar dari pot. Gua merasa sesak dan pebonsaiku teruus aja ngecilin dan ngedeketin daun-daun gua. Gua gak tahan hidup seperti ini.'Maple berkomentar, 'Menurut gua, itu ide yang hebat, Fagus. Menetap di ruang terbuka luas, bakal bikin loe berkembang. Kalo loe perlu bantuan, ngomong ajah.'Hinoki berkata, 'Menurut gua, itu ide busuk, Fagus. Loe diberi makan dan minum secara teratur. Loe dibawa masuk saat cuaca dingin. Kok bisa-bisanya, loe ngedukung Fagus, Maple. Loe gugurin daun loe dan terlalu cepat jadi gemuk.'Maple menjawab, 'Setidaknya, gua gak bakalan nangis lagi karena kurang sinar matahari dan ngegugurin daun gua. Lagian, sekarang gua ada dibelakang Fagus,' berkata Kimeng, sebuah bonsai beringin, memulai percakapannya dengan Wulandari.Beringin Kimeng atau Kinmen, ficus microcarpa, yang dikenal dengan nama Chinese Banyan atau Gajumari, merupakan salah satu tanaman yang banyak digandrungi para kolektor bonsai, lantaran bentuknya yang sangat indah, dan semakin tua, harganya makin mahal. Umumnya, bonsai kimeng ditanam pada pot yang cukup ceper. Oleh sebab itu, media tanamnya perlu dilakukan penggantian secara berkala. Ada yang menarik di negeri Konoha, agar mendapatkan bonsai kimeng yang besar, tidaklah mudah, membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga membuat bonsai kimeng yang besar, dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa pohon menjadi satu. Cara ini cukup efektif, ukuran pohon yang diinginkan dapat diperoleh dalam jangka waktu yang tak terlalu lama. Yaa, samalah seperti partai-partai di negeri Konoha yang berkoalisi guna melewati ambang batas 20% pencalonan presiden.“Bonsai sebenarnya terjemahan bahasa Jepang, 'pohon dalam pot',” lanjut Kimeng. “Namun, seni bonsai berasal dari Tiongkok. Pada abad ke-12 Tiongkok, pohon dan batu diletakkan di atas tembikar seperti piring dan disebut bonsan atau bonkariyama. Konon, beberapa lelaki tua sedang duduk di sebuah restoran Chinese Food yang mereka percayai, makan bebek asam-manis yang enak, lalu memikirkan apa yang harus dilakukan setelah makan nanti. Internet belum ada, jadi mereka harus mencari hobi lain. Dari situlah muncul ide menanam pohon dalam pot. Setelah sadar bahwa ada beberapa masalah saat memasukkan pohon ke dalam pot seukuran aslinya, mereka mulai mencobanya sebagai versi miniatur. Yang ini, berjalan cukup baik dan pohon-pohon tersebut bertambah banyak penggemarnya. Namun, seringkali, pohon-pohon ini bukan pohonnya sendiri, melainkan versi miniatur lanskap yang dikreasi-ulang dan diupayakan tampak seperti aslinya.Selanjutnya, tatkala seni 'pohon di atas piring atau nampan' ini diperkenalkan ke Jepang, seni ini berkembang menjadi bentuk yang kita sebut 'bonsai', dan menjadi praktik hortikultura yang umum sepanjang zaman Edo atau Tokugawa, periode terakhir Jepang tradisional, masa perdamaian internal, stabilitas politik, dan pertumbuhan ekonomi di bawah keshogunan (kediktatoran militer) yang didirikan oleh Tokugawa Ieyasu. Apa yang umumnya dilakukan orang Jepang, berbeda dengan orang Tiongkok, yaitu kesempurnaan itu sendiri. Orang Jepang lebih memperhalus pepohonannya dan mengembangkan bentuk gaya khusus.Seni berkebun dalam wadah, dinikmati di seluruh dunia, namun bonsai membawa tanaman dan wadah menjadi 'satu-kesatuan' yang memungkinkan kita mengapresiasi keindahan lanskap yang lengkap, namun tetap berisi. Tak mungkin menghadirkan kemegahan alam dalam skala besar ke dalam sebuah ruang, namun dapat menghiasi rumah kita dengan rasa kekhidmatan, keanggunan, dan keheningan, yang merupakan pesona penting pohon bonsai. Meniru pohon-pohon yang telah bertahan selama bertahun-tahun terhadap angin, hujan, dan salju, bonsai—dengan cabang-cabangnya yang berkelok-kelok, akar yang tebal, kulit kayu yang kasar, dan 'batang' putih yang muncul dari kematian dan kelahiran kembali musim demi musim—merupakan sebuah karya dunia alam yang unik dan mandiri. Ia mewujudkan filosofi dan keahlian yang telah lama dihargai oleh orang Jepang. Ia merupakan tindakan 'pemujaan alam' yang secara harmonis sesuai dengan seluruh karakteristik empat musim.Cara tradisional Jepang memajang bonsai, dengan menciptakan penataan yang harmonis di ruang terbatas, yang dalam arsitektur disebut Alcove, semacam ruang kecil. Dekorasi alcove disebut tokokazari. Sekikazari, yang secara harafiah bermakna 'menghias tempat duduk', mengacu pada penataan bonsai di suatu area khusus sebagai pajangan bonsai.Hiasan alcove terdiri dari tiga elemen: pohon induk, bonsai pengiring (sebagai aksen), dan gulungan gantung. Jika pohon utamanya tumbuhan runjung, bunga dan rerumputan yang menyertainya harus mewakili musim. Pohon induk diletakkan sedemikian rupa sehingga mengalir ke arah gulungan gantung, dan meja tinggi serta pelat tanah diletakkan di bawah bonsai. Pilih gulungan gantung (atau hiasan dinding lain di ruang yang tak terlalu tradisional) yang melengkapi pohon utama dengan baik. Sekikazari merupakan susunan dua bagian yang terdiri dari pohon utama dan aksennya.Sebagai latarbelakangnya, ada prinsip keharmonisan yang telah digunakan selama beberapa generasi. Di sisi lain, terdapat beragam penataan yang disesuaikan dengan ruang hidup modern, seperti apartemen. Engkau mendapatkan hasil yang indah bila engkau mengingat prinsip-prinsip dasarnya, namun bagaimana engkau menerapkan ide-ide tersebut, terserah padamu.Sekarang, mengapa engkau ingin punya satu atau lebih bonsai? Jawabannya, hasrat. Namun pertama-tama, engkau seyogyanya menyadari bahwa pohon itu, bahkan bonsai, makhluk hidup. Punya perasaankah pohon itu atau tidak, belakangan ini memang belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Emang sih, aku belum pernah melihat pohon menangis saat mendengarkan seorang artis yang menembangkan lagu sendu. Tapi, pohon kan makhluk hidup juga. Kalau kita tak menjaganya, ia bakalan mati. Kalau tak mendapat air dari kita, bonsainya bakalan mati. Bila kita tak memberikan pupuk, pastinya tak bakalan berkembang jadi bonsai yang kita anggap dahsyat.Sebelum kita membahas pohon-pohon kecil, mari kita mulai dengan kakak-kakaknya. Kita tak boleh lupa bahwa bonsai sebenarnya tak lain adalah abang dan empoknya atau mas dan mbakyune. Dalam bonsai, semuanya lebih kecil proporsinya, tetapi idealnya tak kalah dengan pohon besar dalam hal apa pun. Kita sekarang sampai pada aspek penting dari berkebun bonsai. Karunia mengamati detail dan, jika perlu, menerapkannya di pohon milikmu sendiri. Engkau akan tahu dari pengalaman bahwa engkau pasti takkan menjadi pembunuh massal pohon jika engkau punya tip yang satu ini: Perhatikan baik-baik pepohonan di alam dan kemudian lakukan semuanya dengan cara yang sama dalam skala kecil pada bonsai.Sebagai seorang menungso, engkau memulai dengan lebih seperti seorang penggali. Engkau membeli tanaman dengan harga murah lalu memotongnya dengan tekun. Sampai engkau memahami bahwa pertama-tama, engkau seyogyanya memperhatikan pohon-pohon besar dan baru mulai dari pohon-pohon kecil. Sebelum kita memotong sesuatu sampai mati, pertama-tama kita harus pergi ke alam terbuka dan melihat bagaimana keadaan di sana.Saat engkau berjalan ke dalam hutan melihat beberapa pohon, engkau akan mengira bahwa semua pohon, baik jenis tumbuhan konifera atau runjung maupun tumbuhan peluruh, yang daunnya sering gugur, tumbuh hampir sama dan hanya ukurannya yang berbeda. Namun jika engkau melihat lebih dekat, engkau akan melihat bahwa pepohonan mempunyai sebuah rencana. Bentuk pertumbuhannya tak jauh berbeda, tapi selalu berusaha menangkap cahaya sebanyak mungkin. Dalam seni bonsai, bentuk pertumbuhan ini disebut 'style' dan hanya menggambarkan apa yang engkau perhatikan saat ini.Alam itu sendiri sangat cerdik dan engkau cuma perlu mengamatinya dengan cermat agar memahami apa yang terbaik bagi pohon tersebut. Sekarang engkau telah mengetahui bahwa pohon mengikuti 'style' untuk mendapatkan manfaat maksimal bagi dirinya dalam bentuk nutrisi dan cahaya. Dan ya, akan ada pohon dalam kehidupan desain bonsaimu, yang tak ingin tumbuh sesuai keinginanmu. Namun, ketidaksempurnaan juga bisa menjadi sangat indah, tergantung pada mata pengamatnya. Nah, apa lagi yang engkau dengar saat melihat pohon? Mungkin tak ada apa-apa, bukan? Tepatnya, aspek ini penting bagi seni menyuntingmu pada pohon-pohon kecil. Engkau akan memindahkan kenikmatan 'yang tiada,' ke dalam pot dan pohon. Semakin baik keberhasilanmu, semakin sempurna pohonnya. Hobi ini bukan tentang ego yang besar, mesin bersuara nyaring, atau pertandingan tinju yang dipicu oleh testosteron, tetapi orang yang berhasil mengkreasikan bonsai, membawamu sangat dekat dengan tempat yang engkau dambakan: hutan dan kedamaian yang menyertainya. Sekarang mari kita lakukan latihan yang baik guna memahami perspektif bonsai. Duduklah di depan pohon pilihannu, rasakan perspektif dalam bonsai. Sekarang, dapatkah engkau melihat batang, daun, akar, dan dahan di depanmu? Bagus, dan sekarang engkau harus memikirkan pot seperti apa yang sesuai bagi penghuni hutan besar ini. Latihan ini bukan tentang pohon dan bagaimana engkau menebangnya, melainkan, yang pertama, adalah tentang mengenali jenis pot yang mungkin engkau identifikasi.Sekarang, biarkan otakmu mempelajari hal yang berkaitan dengan bonsai. Pohon mini seharusnya memicu perasaan yang sama dalam dirimu seperti saat engkau duduk di bawah kakak besarnya. Artinya, pada dasarnya seperti model miniatur kereta api. Engkau berusaha mereproduksi apa yang ada dalam skala berbeda dan lebih kecil, sedetail dan seakurat mungkin. Namun, kontras dengan model miniatur kereta api, model masa depanmu adalah makhluk hidup dan terus berkembang. engkau tak boleh bilang, 'Oh, pohon bonsaiku sudah selesai, aku akan membiarkannya seperti ini'. Pohon itu, terus tumbuh dan berkembang di bawah perawatanmu, dan jika engkau tak melakukan apa pun atau melakukan intervensi, alam mengambilnya kembali dan membiarkan pohon itu tumbuh liar dan melintang dengan sangat cepat. Engkau tak perlu memupuk model kereta api atau menyiramnya setiap hari. Cepat dan sederhana, dengan hobi yang akan engkau temukan, banyak hal akan berbeda. Engkau akan mengetahui perasaan baru terhadap alam dan prosesnya, dan engkau akan menyadari bahwa engkau menjadi pecandu pohon.Pohon-pohon kecil itu, dan kawat, biasanya amat dekat, terutama dalam hal pembentukan cabang atau batang. Tapi mari kita mulai dari awal dengan penjelasannya. Mengapa pohon bonsai dikawatkan? Sebab pohon bonsai itu, makhluk hidup yang menyukai matahari, acapkali, cabang-cabangnya tumbuh pada sudut yang tak menguntungkan atau berubah bentuk. Bila engkau tak dapat mengembalikan pohonnya ke kondisi semula, dengan berbagai teknik pemangkasan khusus, engkau tak punya banyak pilihan selain menggunakan kawat. Kawat bonsai yang bisa dibeli di toko khusus biasanya terbuat dari bahan alumunium atau tembaga. Keuntungan yang jelas dari jenis kawat ini tentu saja kemudahannya dalam membengkokkan dan berjalan dengan baik. Ada, atau kadang-kadang juga, kawat yang terbuat dari baja, tapi ini praktis tak pernah digunakan. Baja punya kelemahan, yaitu sulit ditekuk, dan kerugian yang jauh lebih besar, yakni karat. Butuh waktu yang cukup lama hingga karat hilang dari dahan atau batangnya, lagipula, terlihat bodoh jika bonsaimu terlihat berkarat. Ada banyak literatur di pasaran tentang cara memasang kawat pada pohon yang akan di bonsai dengan benar. Namun teori, berada di satu sisi, dan di sisi lain, bagaimana berlatih cara memasang kawat dengan presisi bersama instruktur bonsai di daerah sekitarmu. Tak terlalu sulit, tapi memerlukan latihan dan instruktur yang dapat menunjukkan cara memasang kawat dengan benar. Misalnya, jika kawatnya terlalu kencang, engkau akan mendapat masalah setelah beberapa saat.Tujuan akhir menumbuhkan Bonsai ialah membuat representasi alam yang mini namun realistis, dalam bentuk pohon. Tujuan akhir Bonsai adalah mengkreasikan gambaran alam yang realistis. Saat Bonsai semakin kecil (bahkan hingga beberapa inci/sentimeter), ia semakin abstrak, dan tak menyerupai persis seperi alam. Bonsai bukanlah tanaman yang kerdil secara genetik, faktanya, spesies pohon apa pun dapat digunakan untuk menanamnya. Bonsai terbaik—baik komposisi pohon tunggal maupun multi-tanaman atau lanskap batuan—menyentuh kita, bikin kita memperhatikan, menghentikan kita saat mereka menangkap pengalaman dan imajinasi kita, guna menunjukkan sesuatu yang baru.Batang yang tebal, kulit kayu yang bertekstur, perpaduan antara kayu hidup dan kayu mati yang saling berpilin, akar di permukaan, percabangan dahan dan ranting yang halus, bantalan dedaunan, daun atau jarum yang relatif kecil, wadah yang saling melengkapi dan relatif dangkal, buah atau kerucut atau bunga yang kecil—semata beberapa fitur yang dapat digunakan guna membantu melukiskan lanskap miniatur.Tak semuanya diperlukan atau dimungkinkan dalam satu komposisi tertentu, dan tak dapat dimasukkan begitu saja "hanya karena". Seorang perajin ulung sejati tahu, merasakan apa yang dibutuhkan. Dan ciptaannya juga menyentuh kita. Mahakarya sejati itu mahakarya yang, saat kali pertama engkau melihatnya, dapat membuatmu takjub dan tersenyum sejenak."“Aku rasa, aku takkan membahas bonsai terlalu dalam,” kata Kimeng, “yang hendak kusampaikan adalah filosofi Pohon Bonsai menyoroti pentingnya mempertahankan karakter uniknya. Karakter yang muncul kendati menjalani proses arahan dari pebonsainya. Keberhasilan Pohon Bonsai terletak pada kealamiannya. Keterlibatan manusia dalam bonsai dapat dilihat sebagai upaya menangkap kekuatan alam dari pohon-pohon raksasa dan merangkumnya menjadi tanaman-tanaman kecil, dengan tetap mempertahankan keindahan alaminya.Maka, saat melihat bonsai, berdirilah di depannya dan lihat dulu keseluruhan suasananya, termasuk pot dan mejanya, sebelum beralih ke detailnya. Kemudian perhatikan bagian tengah tinggi pohon, mulai dari akar, pucuk, batang, hingga dahan, daun, dan bunganya.Ilustrasi yang kusebutkan, menunjukkan sebuah pohon tua yang besar. Tanjakan dari pangkal ke cabang pertama merupakan lengkungan lembut yang tampaknya telah melewati banyak badai berangin, kulit kayu yang kasar memberi kesan usia lanjut dan dedaunan memberikan kesan vitalitas. Bentuknya dari akar hingga menanjak seperti punggung gunung.Bonsai dibudidayakan dan dikelola dengan hati-hati oleh tangan manusia, dan ada yang telah dilatih selama ratusan tahun. Rasa keantikan, vitalitas dan keterampilan yang digunakan menciptakan benda-benda ini, terlihat jelas. Jika engkau mempunyai pohon muda, engkau dapat memvisualisasikan bagaimana, dengan hati-hati, ciri-cirinya akan berkembang. Bonsai sangat ideal saat pohon masih dalam bentuk sempurna (full season), karenanya musim gugur dan musim dingin merupakan waktu yang penting. Jadi, bonsai yang dimuliakan itu, ibarat seorang lanjut usia, yang telah lama merasa terbiasa dengan ritme kehidupan. Wallahu a'lam.”Sang fajar memberi isyarat, ia membawa paket bonsai lengkap, pot bonsai, kerikil dan lumut moss, serta bunga Sakura mini. Wulandari beranjak pergi seraya melantunkan tembang Sukiyaki-nya Kyu Sakamoto,上を向いて歩こうue o muit arukou[Kulihat ke atas saat berjalan]にじんだ星をかぞえてnijinda hosi o kazoete[Menghitung bintang yang kabur]思い出だす 夏の日omoidasu natsunohi[Kuteringat saat-saat musim panas itu]一人ひとりぽっちのhitoribochi no yoru[Tapi malam ini aku sendirian saja]幸せは 雲くもの上にshiawase wa kumo no uweni[Bahagia ada di atas awan]幸せは 空の上にshiawase wa sora no uweni[Bahagia ada di langit] *)
Kutipan & Rujukan:
- Gilles Kroeger, The Ultimate Bonsai Book for Men, 2021, Amazon Europe- Bonsai Sekai Magazine, Introduction to Bonsai: The Complete Illustrated Guide for Beginners, 2015, Tuttle Publishing
- Michael Tran, Happy Bonsai: Chose It, Shape It, Love It, 2020, Penguin
*) 上を向いて歩こう, Ue o Muite Arukō (Aku akan Berjalan sambil Melihat ke Atas, judul alternatifnya "Sukiyaki") karya Rokusuke Ei untuk liriknya, dan komposer Hachidai Nakamura.