'Oh, don't worry,' kata investor kita, 'tenaga kerja kami berlimpah, jadi, kami akan mendatangkan pekerja dari negeri China untuk mengerjakannya,' jawab sang investor.
[Sesi 5]'Tapi, bagaimana dengan tenaga kerja lokal?' pak menteri bertanya-tanya.'Oh, mereka boleh ikutan, tapi dengan syarat bahwa mereka harus menguasai 'Chinese languges,' antara lain Beijingese, Hanyu, Putonghua, Mandarin, Cantonese, bahkan Tibetan.'Tapi kan, ini proyek lokal, kenapa mesti pake bahasa Chinese?' tanya pak menteri.'Ini persyaratan kami, dan itu, derita loe!' tukas sang investor.Pak menteri mikir-mikir, kalau nolak, jangan-jangan, bahkan 'lima kali kiamat pun, gak akan jalan kalau gak ada investasi,' lagian, 'Cuan bakalan lepas nih!', ia membatin laiknya seorang 'bisnismen' mengelola sebuah negara.Melihat pak menteri rada tegang, maka investor kita mengantarkan sebuah guyonan, ''Seorang petani menyambut Josef Stalin di perkebunan kentangnya.'Kamerad Stalin, kita punya banyak sekali kentang, sehingga jika ditumpuk satu per satu, kentang-kentang itu, akan sampai kepada Tuhan,' kata sang petani dengan penuh semangat kepada pemimpinnya.'Tapi, Tuhan kan kaga ada,' sanggah Stalin.'Tepat sekali, Kamerad,' jawab sang petani, 'begitu juga Kentangnya.''Sampaikan padaku, apa yang pak Investor ketahui tentang Komunisme,' pinta sang menteri. Sembari menggeser piring berisi fu yung hai yang telah ia habiskan, investor kita berkata, 'Masyarakat pada tahun 1989-91, harus mencubit diri mereka, guna memastikan, mereka tak berhalusinasi. Sesuatu yang dahsyat telah terjadi dalam politik dunia. Mendadak, Komunisme lengser. Hingga saat itu, negara berikut ini, merupakan salah satu negara modern yang paling kuat dan tersebar luas. Mulai berkuasa pada Revolusi Oktober 1917 di Rusia, Lenin dan rekan-rekannya mendirikan tatanan yang direproduksi di Eropa Timur, China, Asia Timur, Kuba, dan negara lain, usai Perang Dunia Kedua. Pada tahun 1989 tatanan komunis ini, disingkirkan dari muka Eropa. Pada tahun 1991, hal yang sama terjadi di Uni Soviet. Kendati China masih mengaku sebagai komunis, reformasi ekonomi mendasar yang dilakukan China, membuat gambaran tersebut, tak lagi akurat sebagai gambaran komprehensif. Partai-partai komunis tetap berkuasa di beberapa negara seperti Korea Utara, Vietnam dan Kuba; kepentingan geopolitiknya masih jauh dari kekuatan dan prestise ‘gerakan komunis dunia’ pada masa kejayaannya. Komunisme dengan cepat menjadi peninggalan sejarah.Jika komunisme telah menjadi sejarah seratus tahun setelah Revolusi Oktober 1917, maka komunisme tak bisa semata dibatasi pada masa lalu saja. Proyek dan pengalaman revolusi dunia, ekonomi non-kapitalis, dan masyarakat kolektivisasi pada abad kedua puluh, merupakan bahan refleksi dalam hal historiografi, ingatan, dan warisan yang mereka tinggalkan. Ketahanan rezim komunis di beberapa negara Asia dan integrasi perekonomian mereka ke dalam kapitalisme global (kecuali Korea Utara) telah merangsang minat, analisis, dan pertanyaan. Hal ini terutama terjadi, mengingat pengaruh China pasca-sosialis terhadap perekonomian dan politik dunia.Benih-benih komunisme modern telah berkecambah jauh sebelum abad ke-20. Kata itu sendiri—Komunisme—lambat ditemukan, dan baru tersebar luas di Prancis, Jerman, dan Inggris pada tahun 1840-an. Hal ini secara konsisten menunjukkan, keinginan menggali fondasi masyarakat dan membangun kembali. Komunis tak pernah setengah hati dalam mencapai tujuannya. Mereka terus menerus memusatkan kebencian terhadap tatanan yang ada pada negara dan perekonomian. Mereka menyatakan bahwa cuma mereka—dan bukan saingan mereka dari kelompok kiri politik—yang punya potensi doktrinal dan praktis untuk mengubah urusan umat manusia. Ada beberapa jenis egalitarianisme yang bertahan dalam tujuan mereka pada tekad dan ketidaksabaran guna mencapai perubahan, telah menjadi ciri permanen. Komitmen terhadap organisasi militan telah bertahan. Namun komunisme sendiri, tak berhenti menentang upaya penetapan. Kemungkinan besar takkan ada pertemuan akhir. Komunisme yang dimiliki oleh seorang komunis, merupakan anti-komunisme oleh komunis lainnya, dan keadaan ini, kata Robert Service, kemungkinan takkan berubah.Apa yang dikenal sebagai komunisme pada abad ke-20 merupakan hasil dari banyak pengaruh. Ekspresi utamanya adalah ideologi resmi Uni Soviet dan negara-negara komunis lainnya. Marx dan Engels sendiri—pencetus doktrin yang kemudian dikenal dengan nama Marxisme—mengakui tiga sumber inspirasi utama. Secara politis, mereka sangat terpengaruh oleh apa yang mereka pelajari tentang Maximilien Robespierre dan politisi radikal lainnya dalam Revolusi Perancis, pada akhir abad kedelapan belas. Di bidang ekonomi, mereka mengaku sangat memanfaatkan gagasan David Ricardo dan ahli teori lain yang mengkaji energi pengungkit hebat dalam produksi dan perdagangan yang dihasilkan oleh kapitalisme di Inggris. Secara filosofis, mereka terpesona dengan tulisan-tulisan Hegel. Rekan mereka dari Jerman, bersikeras bahwa sejarah berlangsung melalui tahap-tahap yang mengkondisikan cara umat manusia berpikir dan bertindak, dan bahwa, perubahan-perubahan besar dalam kehidupan sosial, tak hanya bersifat dangkal atau bersiklus: Hegel memandang catatan sejarah sebagai rangkaian kemajuan menuju keadaan masa depan manusia dan benda, yang lebih baik.Para pendiri Marxisme adalah pengagum tak krtitis Robespierre, Ricardo, dan Hegel. Memang sih, Marx mengklaim telah menjungkirbalikkan Hegel; dan, tentu saja, ia tak menerima analisis politik spesifik Robespierre atau membenarkan dukungan Ricardo terhadap 'private enterprise.'Marx dan Engels menganggap diri mereka sedang berupaya mensintesis penemuan-penemuan penting dari orang-orang yang mempengaruhinya; dan terus mengembangkan sintesis ini, melalui karir menengah dan akhir mereka. Keduanya ingin dianggap serius sebagai penyebar komunisme ‘modern’, ‘ilmiah’, dan ‘kontemporer’. Ide-ide mereka tak boleh dinodai oleh asosiasi dengan sebagian besar pemikir masa lalu dan masa kini. Mereka itu, orang yang terburu-buru; mengira mereka hidup di akhir era kapitalis dan era komunis telah dekat. Keduanya tak punya kepribadian introspektif—dan, selain komentar singkat Marx tentang Robespierre, Ricardo, dan Hegel, mereka jarang bertanya tentang pengaruh-pengaruh yang telah membentuk pandangan dunia mereka.Yang krusial bagi Marxisme adalah impian kiamat yang diikuti oleh surga. Pemikiran seperti ini, ada dalam Yudaisme, Kristen dan Islam. Marx dibesarkan dalam keluarga Yahudi yang berpindah agama menjadi Kristen; keluarga Engels, Protestan. Marx dan Engels, di kemudian hari, jadi ateis, menyangkal bahwa orang yang beriman sejati akan diberi pahala berupa kekekalan di surga; sebaliknya, mereka berpendapat bahwa mereka dan para pendukungnyalah, yang bakal menciptakan masyarakat yang sempurna di bumi ini. Doktrin Kristen meramalkan bahwa orang-orang yang tak beriman akan menemui akhir yang menyedihkan saat datangnya sang Mesiah. Mirip-mirip pula, menurut para pendiri Marxisme, mereka yang menghalangi kemajuan komunisme menuju supremasi, akan diinjak-injak. Kelas penguasa pada masa itu, bakal menyesali kekuasaan mereka atas umat manusia.Politik dan ekonomi bukanlah satu-satunya hal yang melatih pikiran kaum ekstrem. Pada awal abad kesembilan belas, tren yang kuat telah muncul di kalangan banyak pemikir. Fisika, biologi, dan kimia, mengalami kemajuan yang lebih besar dibanding kemajuan apa pun dalam dua milenium sebelumnya. Bagi sebagian besar orang yang berpikir—setidaknya mereka yang tak menetak batu bara, bekerja dengan mesin tenun, atau menggali kanal—kegembiraan positif sedang terasa. Mereka meneguknya. Kemudian datanglah Darwin. Origin of the Species memberi oksigen pada kehidupan intelektual di seluruh planet ini. Prestasi Darwin ialah, menghubungkan ilmu pengetahuan alam dan manusia. Teori evolusinya menyatakan bahwa berbagai spesies hewan selama jutaan tahun, berasal dari bentuk kehidupan sederhana dan kasar, yang menyesuaikan diri dengan lingkungan fisiknya melalui perjuangan yang berakhir pada 'survival of the fittest'. Bentuk kehidupan yang lebih tinggi menggantikan bentuk kehidupan yang lebih rendah. Cara berpikir seperti ini, punya daya tarik yang sangat kuat bagi para militan ekstrem yang bermadah, perlunya pertarungan politik dan menyatakan bahwa satu kelompok tertentu—kelas pekerja—akan memenangkannya.Marx dan Engels berpikir dalam kerangka tahapan transformasi yang melibatkan perpecahan, yang bersifat makroskopis. Walau mereka mengagumi Darwin, mereka tertarik pada gagasan tentang kesenjangan tajam antara satu jenis ‘tatanan’ politik dan sosial dengan ‘tatanan’ lainnya. Keasyikan dengan tahapan-tahapan sejarah dari awal waktu yang tercatat hingga saat ini bukanlah hal baru. Orang-orang Yunani sejak penyair Hesiod, atau bahkan sebelumnya, percaya bahwa zaman keemasan telah tergantikan oleh perak dan kemudian perunggu. Hesiod adalah seorang yang pesimis: setiap zaman lebih buruk dari zaman sebelumnya. Para pemikir kemudian berpendapat bahwa perubahan besar tak dapat dihindari, namun kemerosotan tak dapat dihindari pula. Hingga Giambattista Vico pada abad kedelapan belas, berpendapat bahwa transformasi bersifat siklus. Segala sesuatunya mengalami perubahan, tapi lama kelamaan kembali ke kondisi aslinya—dan kemudian, tentu saja, bergerak lebih jauh lagi dalam lingkaran lama. Tak semua orang menerima cara berpikir seperti itu.Para pendiri Marxisme menempatkan perjuangan kelas di garis depan analisisnya; mereka mengatakan kelas pekerja (atau proletariat) akan mengubah politik, ekonomi dan budaya seluruh dunia. Mesianisme kembali menyusup ke sini. Yudaisme dan Kristen memproyeksikan kedatangan Juruselamat di bumi yang akan menghancurkan musuh-musuh Tuhan dan membangkitkan komunitas kesempurnaan. Keselamatan menurut Marx dan Engels, takkan datang melalui seorang individu, namun melalui seluruh kelas. Pengalaman kaum proletar yang terdegradasi di bawah kapitalisme, akan memberikan mereka motif agar mengubah sifat masyarakat; dan pelatihan serta organisasi industrinya akan memungkinkannya melaksanakan tugasnya hingga selesai. Upaya kolektif pekerja sosialis akan mengubah kehidupan orang-orang yang bermaksud baik—dan mereka yang menolak, akan ditindas.Politik, menurut mereka, takkan ada lagi. Ini bukanlah ide baru. Jean-Jacques Rousseau pada akhir abad kedelapan belas, telah menyatakan bahwa urusan publik harus dipandu oleh apa yang disebutnya 'General Will'. Marx dan Engels mengikuti Machiavelli menolak prinsip moralitas dalam tindakan. Mereka ingin memusatkan perhatian pada keadaannya. Mereka menganut prinsip-prinsip ilmiah tentang analisis dan rekomendasi. Inilah warisan Pencerahan Eropa. Para pemikir Skotlandia, Perancis, dan Inggris memberikan pengaruh yang besar terhadap mereka. David Hume dan Voltaire telah mengambil pisau bedah guna mengatasi takhayul dan prasangka.Karl Marx dan Friedrich Engels memberi inspirasi bagi komunisme abad kedua puluh. Tiada orang lain yang begitu efektif memikat pemikiran kelompok politik paling kiri atau menarik pemikiran lain ke sudut pandang tersebut. Semangat tulisan dan politik mereka sungguh hebat. Hanya sedikit varian ideologi komunis yang lagi dipertimbangkan di luar lingkungan kelompok ilmiah atau sektarian. Bagi kebanyakan orang, Marxisme dan komunisme bersifat sama-sama luas. Jenis Marxisme yang mereka ketahui, sedikit banyak terkait dengan penafsiran yang ditawarkan oleh Lenin dan para pencipta Revolusi Oktober 1917 di Rusia.Keduanya meninggal di pengasingan di Inggris. Marx meninggal pada 14 Maret 1883 di rumah keluarganya di London Utara. Engels hidup belasan tahun lebih; ia meninggal pada tanggal 5 Agustus 1895. Keduanya orang Jerman. Keduanya pelajar yang cerdas. Mereka bersekolah dengan baik; keduanya dengan lahap membaca literatur Eropa dan debat publik kontemporer—Marx sangat ahli dalam filsafat Yunani kuno. Keduanya dengan cepat menolak kehidupan borjuis yang diharapkan bagi mereka.Keduanya menyatakan dalam Manifesto Komunis: ‘A spectre is haunting Europe—the spectre of communism. Seluruh kekuatan di Eropa kuno telah membentuk aliansi suci untuk mengusir hantu ini: Paus dan Tsar, Metternich dan Guizot, Radikal Perancis dan mata-mata polisi Jerman. Mereka menyatakan, dengan agak bombastis, ‘Komunisme telah diakui oleh seluruh kekuatan Eropa sebagai sebuah kekuatan.’Masa depan telah mereka tentukan duluan. Marx dan Engels meramalkan perjuangan terakhir antara kaum ‘borjuis’ dan ‘proletariat’ di bawah kapitalisme. Hasilnya, kata mereka, tak bisa dihindari: supremasi proletariat. Proletariat adalah nama yang semakin sering digunakan oleh para intelektual sosialis untuk menyebut kelas pekerja. Marx dan Engels memandang pekerja sebagai penyelamat umat manusia di masa depan. Mereka tak terlalu peduli pada para pengangguran. Mereka, seperti kebanyakan kaum borjuis pada masa itu, tak punya waktu bagi orang-orang yang berada di lapisan paling bawah masyarakat yang tak punya pekerjaan tetap; mereka memandang rendah apa yang disebut lumpenproletariat sebagai sekelompok maling dan orang-orang yang tak berguna. Mereka percaya bahwa revolusi besar memerlukan kekuatan aktif dari para pekerja industri, yang terorganisir, terampil dan terpelajar.Tujuan akhir Marx dan Engels adalah membentuk masyarakat komunis sedunia. Mereka percaya bahwa komunisme telah ada, berabad-abad yang lalu sebelum ‘masyarakat kelas’ muncul. Spesies manusia seharusnya tak mengenal hierarki, keterasingan, eksploitasi atau penindasan. Marx dan Engels meramalkan bahwa kesempurnaan seperti itu, dapat dan pasti akan terulang kembali setelah kapitalisme digulingkan. Akan tetapi, ‘komunisme modern’ akan mendapatkan keuntungan dari teknologi terkini dibandingkan dengan batu api. Hal ini akan dihasilkan oleh solidaritas proletar global dan bukan oleh kelompok manusia gua yang buta huruf dan jumlahnya tak terhitung. Dan hal ini akan mengakhiri segala bentuk hierarki.Politik akan berakhir. Negara takkan ada lagi. Takkan ada perbedaan pangkat dan kekuasaan pribadi. Semua akan turut-serta dalam pemerintahan mandiri atas dasar kesejajaran. Marx dan Engels mengecam kaum komunis dan sosialis yang mau menerima apa pun yang kurang dari itu. Merekalah orang-orang yang maksimalis. Tak ada kompromi dengan kapitalisme atau parlementerisme yang dapat diterima olehnya. Mereka tak menganggap dirinya menawarkan semboyan ‘semua atau tidak sama sekali’ dalam politiknya. Mereka memandang komunisme sebagai tahap terakhir yang tak terhindarkan dalam sejarah umat manusia; mereka menolak para pendahulu dan saingannya sebagai pemikir ‘utopis’ yang kurang punya pemahaman ilmiah.'""Sangat mungkin, engkau akan bilang, 'Buat apa ngomongin Komunisme, toh mereka udah bubar!'" kata Peace lily. "Namun mari kita amati, empat puluh lima tahun setelah Demokrasi tampak menang atas Komunisme tanpa perjuangan habis-habisan, hampir tiga puluh tahun kemudian, kemenangan anti-komunis pada tahun 1989, sepertinya, lebih problematis. Otoritarianisme tanpa partai massa, telah pulih di Rusia dan di negara-negara yang sebelumnya disebut sebagai 'the West'. Rezim komunis di China, tentu saja, tak menyerah: demonstrasi tahun 1989 di Beijing, berhasil ditumpas. Namun komunisme China, sedang mengembangkan struktur otoriter hibrida baru, yang memungkinkan Kapitalisme tanpa Demokrasi.Cerita sang investor, kita lanjutkan pada sesi berikutnya yaq, bi 'idznillah."Kemudian, Peace lily bersenandung,Deep in the dark, I don't need the lightThere's a ghost inside meIt all belongs to the other sideWe live, we love, we lie ***)
[Sesi 3]