Selasa, 20 Maret 2018

Manusia (1)

"Sejak saat diciptakan, hidup manusia bagai sebuah perjalanan. Ia seorang musafir, dan tak diperkenankan berhenti kecuali saat ia telah mencapai Jannah atau Jahannam. Orang bijak di antara mereka adalah orang yang tahu bahwa perjalanan itu didasari oleh kesulitan dan marabahaya. Biasanya, susah memperoleh kenikmatan dan kelegaan selama itu, yang hanya akan diperoleh setelah seluruhnya selesai. Setiap langkah kaki dan setiap rintihan yang ada selama perjalanan ini, takkan menghentikannya, sebagai bukti bahwa sang musafir muda sedang menyiapkan bekal, yang akan membawanya ke tempat akhir yang menentukan. Dan jika ia berhenti, tidur, atau beristirahat, ia melakukannya sambil mempersiapkan dirinya menyelesaikan perjalanannya," sang Angsa melanjutkan kisahnya.

"Dan begitulah, siang hari telah berubah senja saat sang musafir muda dan sang kusir kereta tiba di sebuah desa. Sang kusir kereta berkata, "Kita beristirahat di sebuah pemondokan tak jauh dari sini, anak muda. Besok, setelah sarapan pagi, kita melanjutkan perjalanan."
Beberapa saat kemudian, setelah mengerjakan Shalat Isya di Masjid seberang pemondokan, ketika hendak kembali ke kamarnya, sang musafir muda melihat sang kusir kereta sedang duduk dengan seorang lelaki. Sang kusir kereta memanggilnya, "Wahai anak muda, kemarilah, perkenalkan ini saudaraku, ia seorang tabib!" Mereka pun berjabatan tangan dan kemudian terlibat dalam percakapan yang ringan hingga sang tabib berkata, "Wahai anak muda, ketahuilah bahwa manusia pertama, terbuat dari lempung, dan bahwa keturunannya, terbuat dari konsepsi cairan hina. Bahwa ia diciptakan dari segenggam bahan yang telah Allah kumpulkan dari seluruh bagian bumi, sehingga didalamnya terkandung hal-hal yang baik maupun yang buruk, mudah hilang dan tidak toleran, ingin selalu bebas dan kikir. Malaikat Jibril-lah yang mengambil segenggam bahan ini, lalu difermentasikan hingga berubah menjadi lumpur hitam, maka Allah membentuk manusia sebagai apa yang Dia anggap layak. Kemudian Dia meniupkan roh-Nya, sehingga jadilah manusia dari darah dan daging, berujar dan bernalar. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan malaikat-Nya sujud di hadapan manusia, dan mengajari ,anusia nama-nama dari segala sesuatu.

Manusia itu dikaruniai dengan kecerdasan, pengetahuan, pemahaman, kefasihan dan kemampuan berbicara. Ia terhormat dengan kualitas kesantunan. Ia terhormat dengan dua sarana aksara, lisan dan tulisan. Ia diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan kekuatan memperoleh ilmu dengan beberapa cara. Ia dibedakan dengan motif tertentu dan gerak qalbu yang berfungsi mencapai apa yang baik bagi manusia. Manusia dibedakan dengan kekuatan, keinginan dan kemauan. Manusia juga dibedakan dari makhluk lain dalam penampilan dan bentuk. Manusia adalah sesuatu yang tak terpisahkan: paduan jiwa, pikiran dan tubuh. Ia tak diciptakan tanpa tujuan. Perintah Allah haruslah ditaati secara permanen sampai manusia kembali kepada Allah.

Dengan segala karunia yang menakjubkan ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mendorong umat manusia, hamba-Nya, yang memang akan dituntun agar belajar tentang Allah, tentang Keesaan dan atribut kesempurnaan-Nya; agar merenungkan tentang aspek kekuasaan-Nya seperti yang dibuktikan oleh kemutlakan kekuasaan-Nya, sifat tak terbatas hikmah-Nya; oleh rahmat-Nya, kemurahan hati, belas-kasih, kebaikan, keadilan, kasih karunia, kemarahan, pahala and hukuman - melalui refleksi fakta ini bahwa Dia menghendaki hamba-Nya agar mengenal-Nya, dan karena alasan inilah bahwa Dia menasehati mereka agar merenungkan tentang tanda-tanda keberadaan-Nya. Seorang manusia didorong agar berpikir dan merenung.

Sekarang, mari kita lihat bagaimana Allah telah mempertemukan pria dan wanita, lalu menaburkan cinta di dalam qalbu mereka. Lihatlah bagaimana dengan keinginan dan kasih sayang yang Allah tunjukkan pada mereka, seolah dalam perjalanan menuju pertemuan yang menjadi penyebab penciptaan dan pembentukan seorang anak. Lihatlah bagaimana cairan dari pria dan wanita berbaur melawan segala rintangan, dan pikirkankan, bagaimana mereka saling mengisi, dari organ dan jalur yang terbentang jauh sampai mereka berkumpul di tempat yang sama; Bagaimana mereka menetap di dalam rahim, terlindungi dari infeksi udara luar, dari cuaca dingin, dan dari kemungkinan terkena celaka atau petaka, yang mungkin menimpa mereka. Pikirkan bagaimana Allah mengubah tetesan buram keputih-putihan ini menjadi titik kehitaman; Bagaimana Dia kemudian mengubahnya menjadi tonjolan embrionik, sangat berbeda dengan gumpalan warna, kualitas, dan bentuk sebelumnya; Cara Dia mengubah ini menjadi tulang yang tak berpakaian, tak seperti benjolan embrio dalam bentuk, penampilan, ukuran, sentuhan dan warna.

Sekarang, pikirkan bagaimana Dia menyebabkan bagian-bagian yang tampaknya homogen dan setara itu, mengkhususkan diri pada saraf, tulang, pembuluh darah, otot, ada yang keras, lembut, dan ada yang lembut lunak. Lihat bagaimana Allah telah mengikat semuanya dengan sangat kuat dalam bentuk yang paling kompak; Bagaimana tulang ditutupi dengan daging yang menjadi pakaiannya, dan menyelubungi dan melindunginya; Bagaimana tulang pada gilirannya memberi daging kekuatan dan kemampuan yang diperlukan untuk bergerak - saling melayani secara timbal balik: tulang-tulang memberi soliditas pada daging, dan daging memberi perlindungan pada tulang! Lihatlah bagaimana Allah membentuk manusia dalam bentuk terbaik, bagaimana Dia meletakkan telinga untuk mendengar dan mata untuk melihat, mulut, hidung, dan seluruh organ indra lainnya yang berfungsi sebagai saluran ke dunia luar; Bagaimana Dia membuat lengan dan kaki, memberinya kekuatan dan perluasan yang dibutuhkan, bagaimana Dia memberikan jari tangan dan kaki; Bagaimana jari tangan dan kaki memiliki buku-buku jari; Bagaimana bagian dalam tubuh mengandung organ seperti jantung, perut, hati, limpa, paru-paru, rahim, kandung kemih, usus, masing-masing melakukan tugas dan fungsinya sendiri.
Sekarang, pikirkan hikmah yang melebihi itu terkandung dalam penciptaan tulang menjadi kerangka dan benteng bagi tubuh. Engkau dapat melihat bagaimana Allah menentukan ukuran dan bentuknya yang berbeda; Ada yang kecil, sebagian besar; ada yang panjang, pendek; ada yang melengkung, melingkar; ada yang tipis, tebal; ada yang padat, ada yang berongga. Pikirkan bagaimana tulang saling bertautan, ada yang dalam bentuk tendon dan tanggam, ada yang hanya seling menyentuh ujung ke ujung. Lihatlah bagaimana bentuknya bervariasi dengan cara yang disesuaikan dengan fungsinya: geraham misalnya, dirancang untuk menggiling, dan karenanya, permukaannya rata; Sedangkan gigi seri dirancang untuk memotong, sehingga memiliki tepi tipis tajam. Karena manusia perlu memindahkan seluruh tubuhnya dan bagian-bagian alternatifnya melakukan pekerjaan apapun yang perlu dicapai, tulang-tulangnya belum dibuat sebagai satu massa kohesif; Ada banyak tulang dengan persendian yang saling terhubung satu sama lain dengan cara yang memudahkan pergerakan. Setiap sendi berukuran dan berbentuk yang berfungsi untuk melayani tugas-tugas yang diembankan baginya.
Pikirkan bagaimana semua sendi dan organ ini dibangun dengan kuat, dan bagaimana kaitannya dengan tendon dan belikat yang meluas dari satu ujung tulang dan kemudian mencapai tulang berikutnya untuk mendukung yang pertama, dan lihat bagaimana tulang memiliki tonjolan yang tepat. Sesuai untuk  peletakan tulang yang terhubung dengannya, sehingga bila manusia ingin mengerakkan bagian tertentu, seluruh mekanisme merespons dengan baik keinginannya, yang mungkin terjadi karena persendian itu.
Pikirkan juga kepala dan sejumlah besar tulang yang dikandungnya. Dikatakan mengandung lima puluh lima tulang, bervariasi dalam bentuk, ukuran dan fungsinya. Lihatlah bagaimana Allah telah menumpukannya di atas tubuh, agak seperti pengendara yang naik diatas tunggangannya. Dalam posisinya di atas batang tubuh, Allah telah meletakkannya di tempat yang tepat guna menampung empat dari lima indera: pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa, dan sentuhan; Dan letak sumber dari semua indera pemahaman.


Manusia diberkahi dengan indera. Indera penglihatan diletakkan di depan kepala, sehingga berfungsi sebagai penjaga, pengawal, dan muallim bagi tubuh. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, membuat setiap mata dari tujuh lapisan, setiap lapisan dengan kualitas tertentu, ukuran dan fungsi. Jika salah satu lapisan ini harus hilang, atau jika dipindahkan jauh dari tempat atau bentuknya, maka mata akan berhenti melihat.

Allah menciptakan bagi manusia indera pendengaran. Telinga, sungguh ciptaan yang indah! Ia melakukan apa yang dibutuhkan bagi kesempurnaan. Telinga luar dibuat berongga, mirip dengan kerang, sehingga dapat mengumpulkan suara, dan kemudian menyampaikannya ke liang telinga luar. Telinga luar juga penting untuk merasakan gerakan serangga apapun sehingga manusia dapat dengan cepat menghindarinya. Telinga memiliki lilitan, alur dan gulungan yang memungkinkannya untuk menangkap udara masuk dan suara, dan menyalurkan ke liang telinga luar setelah melunakkannya. Bentuk tertentu yang membantu untuk memperpanjang jalan bagi serangga yang menyerang, sehingga mungkin tidak mencapai saluran telinga luar sebelum manusia menyadari atau terbangun serta kemudian memeriksa perkembangannya.

Yang Mahakuasa juga menyediakan manusia dengan mulut, memilihkan lokasi yang paling cocok, membantunya dengan kemampuan dan alat perasa dan berbicara, dan dengan alat pemotong dan penggiling yang banyak orang mengamatinya. Lihatlah lidah, salah satu tanda yang mengarah kepada Allah, Subhanahu wa Ta'ala: itulah penerjemah raja organ (qalbu), yang mengungkapkan apa yang ingin disampaikan atau dinyatakan oleh qalbu, dengan cara yang sama bahwa Allah menghendaki bahwa telinga harus menjadi utusan yang membuat qalbu memperoleh penjelasan dan informasi. Telinga adalah kurir yang menyampaikan berita kepada raja organ, kolega bagi lidah, kurir dan utusan yang mentransmisikan apa yang ingin diutarakan oleh qalbu.
(Bagian 2)