Senin, 05 Maret 2018

Dunia, Sebuah Renungan (1)

Para unggas berkumpul kembali. Ada sesuatu yang menarik pada kaum unggas Kampung Bayan ini, bagai warna bulu-bulunya yang indah, terkadang, ada perbedaan pandangan di antara mereka. Namun perselisihan itu runtuh oleh rasa persaudaraan seiman. Mereka sadar bahwa perbedaan pandangan dapat lekang oleh ruang dan waktu, namun tidak pada rasa persaudaraan seiman. Persaudaraan seiman, disertai dengan ilmu, kebijaksanaan dan kebesaran hati, dapat menyelesaikan perbedaan pandangan di antara mereka. Dan seperti biasa, Nuri memulai pertemuan mereka dengan mengucapkan, "Assalamualaikum, wahai saudara-saudariku!" Dan ucapan ini disambut dengan, "Wa'alaikumussalam!" Nuri kemudian berkata, "Segala puji bagi Allah, Yang Maha Pengasih, Yang menciptakan manusia, dan mengajarkan mereka beragam bahasa, semoga kedamaian dan berkah menyertai Nabi kita tercinta (ﷺ), keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya sampai Hari Kiamat. Wahai saudara-saudariku, terakhir kali, saudari kita, Angsa, berkisah tentang sang musafir muda. Adakah diantara kalian yang juga ingin berbagi cerita? " Pipit berkata, "Aku ingin mendengar lagi tentang sang musafir!"
Nuri menoleh pada Angsa. Angsa mengangguk, melangkah ke depan, dan berkata, "Sang musafir muda melanjutkan perjalanannya. Setiap kisah ada akhirnya; dalam kehidupan ini, setiap akhir hanyalah sebuah awal dari kisah yang lain. Suatu hari, sang musafir sedang duduk di geladak sebuah kapal, dan menikmati hamparan luas cakrawala. "Assalamualaikum!" seseorang menyapa. "Wa'alaikumussalam!" jawabnya. Ia berbalik, seorang lelaki tua dengan topi fedora di atas kepalanya, dan mengenakan jas yang rapih, berdiri sambil tersenyum kepadanya. Lelaki berfedora itu berkata, "Bolehkah aku duduk di sampingmu, wahai anak muda?" Sang musafir muda tersenyum dan berkata, "Tentu saja, silahkan pak!" Setelah duduk, lelaki berfedora berkata, "Wahai anak muda, ketahuilah bahwa Allah, Subhanahu wa Ta'ala, telah mendorong hamba-hamba-Nya agar mengenal-Nya. Seseorang pasti akan dituntun agar dapat belajar mengenal Allah, tentang Keesaan dan sifat kesempurnaan-Nya; belajar tentang aspek-aspek dari kehendak-Nya sebagaimana dibuktikan oleh absolusitas kekuatan-Nya, sifat tak terbatas dari hikmah-Nya; kasih-sayang, kemurahan hati, ampunan, kebaikan, keadilan, rahmat, kemarahan, penghargaan dan hukuman - melalui renungan fakta-fakta ini, Dia menghendaki hamba-Nya agar mengenal-Nya, dan karena alasan inilah, Dia menasihati mereka agar merenungkan tanda-tanda keberadaan-Nya." 

Sang musafir tertegun. Ia berkata, "Aku merenungkan penciptaan dunia ini, komposisi bagian-bagiannya. Aku menemukan bahwa dunia ini terorganisir oleh sistem yang terbaik, segala yang pasti mengarah pada kemampuan sempurna Allah, Kemahatahuan-Nya dan ketakterbatasan hikmah dan kebajikan-Nya! Mohon sampaikan padaku lebih banyak tentang hal ini, wahai orang berilmu!" Lelaki berfedora berkata, "Di dalam Al-Quran, ada banyak ayat yang menyebutkan tentang sejumlah tanda Sang Pencipta, sehingga mereka bisa menjadi pengingat akan tanda-tanda selanjutnya. Satu set tanda-tanda tersebut akan terkait dengan penciptaan manusia. Bila engkau merenungkan penciptaan dunia ini, komposisi bagian-bagiannya, organisasinya memiliki sistem yang terbaik, semua yang pasti mengarah pada kemampuan sempurna Allah, kemahatahuan-Nya dan ketakterbatasan hikmah dan kebajikan-Nya! Jika engkau melihat dunia ini, engkau akan menemukannya bagai sebuah rumah yang dibangun, lengkap dengan perabot, persediaan dan perbekalannya. 

Langit adalah atapnya, yang ditinggikan di atas bumi; tanah adalah lantai, kasur dan karpetnya; beradaptasi dengan baik bagi kenyamanan penghuninya; mentari dan rembulan yang bersinar, bagai lampu di atasnya; bintang-bintang yang berkelip, bagai lampu hias, pemandu bagi penjelajah dipermukaan bumi ini. Mineral dan permata yang tersimpan di dalamnya, bagaikan harta dan tabungan, atau ibarat tempat penyimpanan yang siap setiap saat bagi mereka yang membutuhkan; flora yang beragam dan berlimpah untuk memenuhi kebutuhan manusia, keragaman fauna menawarkan begitu banyak layanan; ada yang untuk ditunggangi, menyediakan susu, daging; ada juga satwa yang menyediakan pakaian, perabot dan peralatan, ada juga satwa yang ditahbiskan untuk menjaga manusia, menjaganya saat tidur, menentang marabahaya yang mengancam manusia. Kalaulah manusia tak diperbolehkan mengendalikan suatu makhluk agar dapat menundukkan makhluk lain, tentulah takkan ada harapan hidup bagi ummat  manusia.
Manusia diberikan status terhormat di bumi ini; ia berwenang mendominasi makhluk-makhluk tersebut, mempekerjakan mereka dalam melaksanakan perintah dan petunjuk-Nya. Dalam semua ini, kita bisa menyaksikan gejala yang paling jelas bahwa dunia adalah ciptaan Allah Yang Maha Bijaksana, Yang Mahakuasa dan Yang Mahatahu, Yang merancang desain terbaik, menatanya dalam keteraturan yang paling sempurna; kita dapat melihat bahwa Sang Pencipta takkan mungkin ada lebih dari satu, bahwa Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, tiada illah selain Dia. Hal ini nyata bahwa jika ada tuhan lain di langit atau bumi ini, maka sistem-sistem itu akan berantakan, dan akan menjadi kacau-balau, serta kelayak-huniannya akan berhenti. Jika sebuah raga tak mau mengakui ada dua jiwa yang berada didalamnya, betapa tak terbayangkan bagaimana alam semesta yang luas ini bisa memiliki dua tuhan yang berdaulat.

Salah satu bikti yang paling menyolok dan menangkap mukjizat dari Allah adalah lautan yang mengelilingi lahan kering, dalam bentuk teluk kecil dan teluk laut besar. Sebagian lahan terendam air. Hanyalah Kehendak dan Kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala  yang menahan air agar tetap terendam di tanah dan agar tak meruah seperti sifat air yang sebenarnya, yang dapat menenggelamkan apa saja yang diterpanya. Tak ada yang dapat menjelaskan hal ini kecuali menghubungkannya dengan Hikmah Ilahi dan Kasih-sayang yang kekal dari Allah, Yang menghendaki bahwa keadaan itu haruslah datar agar marga satwa dapat hidup diatasnya. Inilah kebenaran, tetapi harus menjadikan kita agar tetap tunduk kepada Kemampuan-Nya; Kehendak dan Takdir-Nya; bagi Ilmu-Nya, Hikmah dan segala sifat kesempurnaan-Nya.
Laut dan seluruh makhluk menakjubkan di dalamnya, menampilkan beragam spesies yang sangat luas, dalam bentuk, ukuran, fungsi, dan warna, serta manfaat dan ancamannya. Ada satwa laut yang tampak bagai sebuah gunung, begitu besarnya sehingga tak ada di bumi yang dapat setanding dengannya. Selain itu, ada begitu banyak spesies yang tak memiliki kolega sama sekali diatas bumi ini. Sebagai misal batu mulia, mutiara dan karang. Engkau dapat melihat bagaimana mutiara terbungkus dalam peti mati, kerang, yang berfungsi sebagai sarang untuknya, sebagai perlindungan dan keselamatan. Ada mutiara tersembunyi, tak pernah tersentuh oleh tangan manusia.
Amatilah bagaimana karang tumbuh di dasar laut dari bebatuan padat di bawah air, mirip dengan pohon. Lautan juga mengandung sesuatu, seperti batu ambar dan barang berharga yang terhempas oleh lautan, atau yang terdampar. Amati juga keajaiban bahtera yang berlayar di lautan, melintasinya tanpa perlu pengarah atau penggerak - kekuatan utamanya hanyalah angin yang telah Allah arahkan agar dapat menjalankannya. Jika kekuatan utama itu ditarik kembali, maka perahu itu akan tinggal diam tak bergerak di permukaan air.

Jika engkau mengamati bumi dan penciptaannya, engkau akan melihat bahwa itulah salah satu yang paling merupa dari mukjizat dan keajaiban Allah. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, membuatnya sebagai tempat peristirahatan, tempat menyebar bagi manusia, membuatnya agar dapat melayani para hamba-Nya, menyediakan perbekalan buat mereka, makanan dan perlengkapan, agar dapat bertahan hidup. Dia menyediakannya dengan cara-cara yang memungkinkan mereka agar leluasa bergerak mencari kebutuhan dan kelapangan; diimbangi dengan pegunungan, yang bertindak bagai pasak yang memegangnya, sehingga bumi tak bergoyang dengan penduduknya. Dia membentangkan, meratakan, menyamakan dan mendatarkan serta melebarkan, memperluasnya ke segala arah, membuatnya sebagai wadah bagi makhluk, yang akan berlangsung selama mereka dapat bertahan hidup; menjadikannya kain kafan bagi orang mati yang diselipkan kedalam perutnya setelah mereka dimakamkan - permukaannya bagi yang masih hidup dan bagian dalamnya untuk raga yang tak bernyawa lagi. Pembuktiannya boleh dilakukan karena banyak disebutkan oleh Yang Maha Kuasa dalam Kitab-Nya. Dia mengajak para hamba-Nya agar merenungkan dan merefleksikan penciptaan itu.
Lalu amatilah, ketika lahan yang tandus, terabaikan dan mati; dan lalu lihatlah bagaimana, saat Allah menurunkan hujan, ia akan bergetar, berkecambah, bertumbuh, dan bergemilang dengan pertumbuhan, muncullah beragam jenis tanaman yang luar biasa. Mengeluarkan tanaman yang menakjubkan dalam rupa dan kualitas, tanaman yang menyenangkan para pengamatnya. Ini menghasilkan berbagai tanaman dalam kualitas, jumlah, bentuk, warna, dan manfaat; buah, sayuran, tanaman medis, tanaman merumput bagi marga satwa dan makanan bagi unggas. Engkau dapat melihat bagaimana Dia menyebabkan hujan yang sama jatuh pada berbagai saluran tanah, tetapi masing-masing tumbuh tanaman yang beragam dalam warna, bentuk, bau, rasa dan manfaat, meskipun dengan latar belakang dan perlengkapan yang sama. 

Amatilah pula, bagaimana Allah menyeimbangkan bumi dengan gunung-gunung yang tinggi, padat, tegak, dan keras. Dia mendirikannya dengan baik, meninggikan dan mentakdirkan mereka agar menjadi bagian paling padat di bumi; sehingga mereka tak terkikis selama berabad-abad oleh tetesan hujan dan hempasan angin secara terus menerus. Dia mengukirnya dengan baik, menempatkannya dengan hati-hati, dan memberinya keberagaman dan manfaat yang cukup, mineral dan mata air; kemudian Dia menuntun manusia agar menemukan mineral-mineral itu, mengilhaminya agar dapat mengambilnya, mengajarkan mereka bagaimana membuat koin, perhiasan, potongan dekor, pakaian, senjata dan berbagai alat yang berguna lainnya. Tanpa bimbingan dari Yang Maha Kuasa, manusia takkan pernah memiliki pengetahuan itu atau kemampuan menggunakannya.
Salah satu tanda-tanda yang menakjubkan dari Allah adalah udara, yang menggantung diantara langit dan bumi, yang terasakan ketika bergerak, keberadaan fisiknya dapat dirasakan tetapi tak tertangkap mata. Ia ada diantara langit dan bumi, dimana burung membumbung didalamnya, mengepakkan sayap mereka, dalam cara yang sama seperti satwa laut berenang didalam air. Cara gelombang udara yang kadang-kadang menggulung keras, sama seperti gelungan gelombang laut di samudera.

Ketika Allah menghendakinya, udara yang bergerak itu membelai mesra, sebagai petanda nikmat yang banyak dan sebagai petanda peruntungan manusia, sebagai faktor yang tersimpan didalam awan, yang menyebabkannya mengandung air, dengan cara yang sama ketika lelaki membuahi perempuan untuk memiliki anak. Angin bantalan seperti itu disebut: bentara, hembusan dan angin caraka. Angin penyiksa, di sisi lain, disebut angin ribut, badai laut, yang ganas dan membawa maut di daratan. Ketika Allah menghendakinya, Dia menjadikan angin itu bertiup kencang, membawa kehancuran dan penderitaan, menjadi momok terhadap siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Angin itu dapat membawa kehancuran, pertanda buruk dan malapetaka dimanapun yang dilaluinya.
Amatilah juga, bagaimana Allah menyimpan air di bumi, dan kemudian dengan kegiatan itu menyebabkan tumbuhnya segudang flora. Ada tanaman yang menyehatkan, ada yang sebagai bumbu makanan; ada yang mudah dicerna, ada yang melemahkan, ada yang beracun mematikan, ada yang memuakkan; ada yang menyembuhkan penyakit, ada yang menyebabkan dingin, ada yang menyebabkan panas; ada tanaman tertentu, saat mencapai perut, menekan empedu pada sumbernya; tanaman lain mengendap di perut dan menjadi empedu; yang lain mengusir dahak dan hilang-akal; saling bertransformasi; yang satu merangsang darah mengalir, yang lain menekannya; yang satu menyebabkan tidur, yang lain menolaknya; yang satu menyebabkan kegembiraan, yang lain menyebabkan kebalikannya, dan seterusnya. Tak ada akhir bagi keajaiban tanaman; tak hanya daun, cabang ataupun buahnya tak terkecuali mengandung keajaiban yang mengalahkan pemahaman manusia, yang tak dapat mencakup atau memaknai semua ini.

Pikirkan juga secara mendalam diatas bumi ini, bagaimana ia terseimbangkan, sejak pada hari Allah menciptakannya, sehingga membentuk hunian dan tempat menetap marga satwa, tanaman dan benda-benda lain. Dengan inilah satwa dan manusia dimampukan agar dapat bergerak di atasnya, mengejar apapun kepentingan dan kebutuhan yang mereka suka; beristirahat saat mereka menginginkannya, dan tidur di atasnya, mendapatkan penyegaran yang cukup untuk melanjutkan usaha mereka.
Jika tak ada keseimbangan atau bergoncang, mereka takkan mampu menemukan kedamaian atau kenyamanan pada permukaannya; takkan ada bangunan yang berdiri di atasnya, dan takkan ada industri atau perdagangan yang bisa diusahakan; pertanian atau kerajinan takkan mungkin tergarap. Bagaimana bisa manusia hidup bahagia dengan bumi yang bergoncang di bawah kaki mereka? Engkau dapat melihat akibatnya dengan mengambil firasat seperti itu, dengan mengamati kehancuran yang disebabkan oleh gempa bumi, meskipun itu berlangsung hanya sesaat. Engkau dapat melihat bagaimana, ketika hal ini terjadi, manusia terpaksa meninggalkan rumah dan melarikan diri darinya.

Pikirkan juga akan hikmah yang terkandung dalam bumi yang lembut dan padat pada saat yang sama. Jika ia terlalu lembut, berluluk seperti lumpur, tak ada struktur yang dapat dibangun, dan tak ada satwa yang dapat berjalan di permukaannya; ia takkan layak huni. Jika terlalu keras, seperti batu, takkan cocok bagi budidaya atau penanaman; takkan mungkin dibajak dan ditaburi; takkan mungkin dibuat sumur di dalamnya atau mendirikan bangunan di atas permukaannya. Ia tak keras seperti batu, atau gembur bagai lumpur. Dengan hikmah Sang Pencipta, ia sangat seimbang, tempat yang nyaman bagi marga satwa, dalam keadaan moderat antara lembut dan keras, dengan cara yang memakbulkan segala kepentingan.
Sekarang pikirkan tentang pegunungan, sebuah keajaiban yang menakjubkan, sesungguhnya mereka memiliki begitu banyak manfaat yang tak seorang pun dapat memperhitungkannya kecuali Sang Pencipta dan Pemeliharanya. Butiran salju jatuh diatasnya, dan tetap di puncaknya, pemasok air minum bagi manusia, hingga habis masa lakunya. Mencair dengan perlahan, membentuk cucuran air, sungai dan anak-anak sungai. Dari sini, berbagai tanaman, buah-buahan dan tanaman medis tumbuh di bukit-bukit dan rumput yang berbeda dengan tanaman dari permukaan datar dan gurun. Jika tak ada gunung, salju akan jatuh di tanah yang datar, pencairan berlangsung dalam waktu yang singkat, tak memberikan manfaat. Selain itu, akan menyebabkan banjir yang akan meleburkan segala sesuatu dengan cara mereka. Keadaan ini akan menyebabkan kesulitan besar bagi manusia, dan banyak konsekuensi buruk yang tak dapat dihindari.
Gua-gua, menahan dan mendukung puncak dan kuncupnya, yang berfungsi ibarat benteng dan tembok pertahanan. Juga digunakan sebagai tempat penampungan bagi manusia dan satwa. Batu yang dipahat dari gunung dan dipahat untuk berbagai bangunan dan struktur, dan untuk penggilingan. Mineral dan batu mulia yang tersembunyi dibawahnya, beraragam, dari emas, perak, tembaga, besi dan timah, seperti batu biru laut, zamrud dan banyak mineral lainnya yang tak ada manusia dapat menghitung semuanya. Terdapat mineral yang sangat berharga, yang segenggam darinya lebih berharga dibandingkan sesuatu yang setara dengan emas. Itulah manfaat yang sangat besar yang tak seorang pun, kecuali Sang Pencipta, Yang Mahamulia, yang dapat menghitungnya.

Pegunungan mematahkan amukan angin kencang, melembutkan ketajamannya, dan mencegahnya menghantam daerah sekitarnya dengan kekuatan penuhnya. Oleh karena itu, engkau dapat menemukan penghuni di bawah naungan pegunungan terlindung dari kerasnya hempasan angin yang berbahaya. Pegunungan mengalihkan banjir yang turun dari tempat pembaringannya, mengarahkannya ke kanan atau ke kiri. Jika tidak, banjir akan menghancurkan semua dengan caranya. Pegunungan, dalam hal ini, berfungsi bagai benteng dan perisai.
Pegunungan juga berfungsi sebagai petanda yang menunjukkan jalan. Ia melakukan fungsi seperti isyarat buatan manusia yang mengarahkan para pengembara. Sebuah gunung disebut petanda atau panji karena berdiri tegak memberikan sebuah isyarat. Tanaman medis dan herbal tumbuh diatasnya; apa yang tumbuh di pegunungan, tak tumbuh di dataran dan gurun, sementara apa yang tumbuh di dataran dan gurun, tak tumbuh di pegunungan. Masing-masing, ada manfaat dan kegunaannya yang tak ada satu pun kecuali Sang Pencipta Yang Mahatahu yang dapat menghitungnya. Pegunungan dapat digunakan sebagai benteng perlindungan untuk melawan musuh.

Salah satu manfaat yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitab-Nya, bahwa Dia telah menjadikan pegunungan sebagai pasak bumi, menstabilkan, dan menjangkar, bagaikan kapal. Inilah manfaat yang sangat berharga dan mereka memiliki fungsi yang berharga dalam hubungan itu. Jika engkau mengamatinya dan merenungkan penciptaan yang  menakjubkan itu, dari aspek ini, engkau akan menemukan bahwa pegunungan berfungsi dengan sempurna sesuai tujuan ia diciptakan. Jika pegunungan itu dicipta lebih tinggi dan tegak lurus seperti dinding, akan sulit didaki dan banyak keuntungannya yang tak dapat diperoleh. Sangatlah jelas bahwa bentuk paling berguna dan bermanfaat dari pegunungan, yang disesuaikan untuk melayani kebutuhan manusia, adalah bentuk yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kemuliaan hanyalah teruntuk Dia Yang mengistimewakan siapapun yang Dia pilih diantara manusia layaknya diantara pegunungan. Ada beberapa gunung yang telah ditunjuk menjadi magnet bagi qalbu, seolah-olah qalbu memiliki hubungan dengannya. Qalbu ini bergetar setiap kali gunung tertentu disebutkan, dan merasa rindu untuk mengunjunginya; dengan cara yang sama, ada orang-orang tertentu yang diistimewakan dengan rahmat Allah, dan diridhai dengan berkah-Nya, dihormati dengan kasih-Nya, dalam cara Dia mengasihi mereka, dan begitu juga para malaikat-Nya dan hamba-hamba-Nya yang beriman, dan mereka umumnya akan diterima dengan senang-hati kemanapun mereka pergi."
(Bagian 2)