Jumat, 16 Maret 2018

Alam Flora, Sebuah Renungan

Sang kusir menghentikan keretanya di halaman sebuah rumah sederhana, lalu berkata, "Kita beristirahat di sini, anak muda! Ini rumah saudaraku, ia seorang petani. Setelah salat dan makan, kita akan beristirahat sejenak. Engkau bisa melihat kebun yang luas di halaman belakang rumah ini." Setelah itu, sang kusir mengajak sang musafir muda ke dalam rumah dan memperkenalkannya kepada sang petani, pemilik rumah tersebut.
Setelah melaksanakan shalat dan makan, mereka beristirahat di halaman belakang rumah sang petani. Hamparan kebun yang luas dan beragam tanaman ada di sana. Sang petani berkata kepada sang musafir, "Engkau juga bisa melihat tanda-tanda Allah dari beragam tetumbuhan di muka bumi ini, anak muda." Sang musafir muda berkata, "Bagaimana caranya? Sampaikan padaku, Akhi!" Sang petani berkata, "Allah memerintahkan kita agar memperhatikan tanaman pada saat muncul dan matangnya buah-buahan, kehebatan dan keistimewaan yang luar biasa untuk menghasilkan buah antara batang dan daun, kemudian transformasi buah dari rasa yang getir menjadi rasa yang manis dengan warna yang menarik, inilah tanda bagi orang-orang yang beriman. Sesungguhnya, semua ini tergantung kita, sejak masa lampau dan semua generasi masa depan, agar berusaha memahami makna tanda-tanda Allah yang ada di alam semesta, yang merujuk pada keberadaan Allah, Tuhan sejati, yang tak memiliki sekutu, dan tak ada yang menyerupai dengan-Nya, tak ada yang sehebat, sesempurna, menghargai, atau selembut seperti Dia; semuanya kembali kepada kita untuk memberikan keadilan kepada bagian terkecil dari semua ini. Namun, walau tujuan seperti itu tak terpenuhi, tak ada alasan bahwa kita harus berhenti menunjukkan contoh-contoh yang akan mengingatkan manusia pada apa yang ada di balik semua ini."

Sang petani diam sejenak, lalu berkata, "Wahai anak muda, renungkan rahmat Ilahi seperti yang terungkap dalam tumbuh-kembangnya sayur-mayur, biji-bijian dan buah-buahan, yang berangsur-angsur muncul dalam rangkaian yang lambat! Adalah rahmat Allah-lah bahwa mereka tak tumbuh secara serentak, jika mereka tumbuh seperti ini diatas tanah, atau jika mereka tak tumbuh pada dahan dan tangkai, bahaya akan terjadi, dan banyak keuntungan yang timbul dari kemunculannya secara perlahan akan terlewatkan. Karena setiap masa dan musim hanya membutuhkan buah dan tanaman yang tak diperlukan pada masa dan musim lain, ada musim yang panas, dingin, dan ada yang sedang; setiap musim sedemikian rupa bermanfaat bagi tanaman yang dapat beradaptasi dengannya.
Selain manfaat di atas, Allah juga menganugerahkan pada tumbuh-tumbuhan dengan manfaat tambahan, seperti yang ada dalam sekam padi, kayu balok, dedaunan, bunga yang mekar, daun dan cabang pohon palem, dan bagian tanaman lainnya; Selain juga dapat dilihat manfaatnya pada pembuatan makanan dan pakan ternak, bahan bangunan, bahan pembangunan kapal, pelana, peralatan dan sebagainya, amatilah juga manfaat bunga dan pemandangan indah yang sangat mempesona; pikirkanlah bentuk pepohonan yang mengagumkan, bentuknya yang luar biasa, yang merupakan pengingat kuat pada Yang Maha Menciptakan dan Yang Maha Mengadakan, yang hasil akhir buatan-tangan--Nya mengungkapkan hikmah dan kasih-sayang-Nya! Bunga-bunga yang mekar itu, sesuatu yang indah saat engkau memikirkan tunasnya di batangnya, dan saat engkau mengamati batang yang sama dengan daun yang hijau! Diikuti juga oleh beragam buah dalam segala warna, jenis, bentuk, ukuran, selera, aroma dan manfaat serta fungsi! Renungkan semua yang tersimpan dalam batang, cabang serta dahan dan ranting sebelum kemunculannya! Pohon itu bagai seorang ibu bagi mereka, namun siapakah yang dapat menghasilkan bentuk menakjubkan, simetri sempurna, warna yang menakjubkan, kelezatan, aroma harum dan pemandangan spektakuler itu?

Pikirkan perhitungan Yang Maha Lembut, Yang Maha Mengetahui! Seperti manusia dan hewan, pepohonan sangat membutuhkan makanan; namun tak seperti binatang, mereka tak punya keinginan dan mulut, juga mereka tak dapat berpindah untuk mencari makanan. Oleh karena itu, akar mereka menyisip ke dalam bumi, sehingga mereka menyerap nutrisi dari tanah, dan kemudian menyebarkannya ke dahan dan rantingnya, yang pada gilirannya, mendistribusikan nutrisi ke daun dan buah, masing-masing menyerap jumlah yang ditentukan, tak pernah melebihinya. Materi bergizi dan air dikirim ke berbagai bagian melalui jalur dan cara yang paling tepat dibuat, mengambil nutrisi tersebut mulai dari bawah, dan mengangkutnya ke cabang, yang membawanya bagai satwa yang mengambil makanan dengan mulutnya; semua didistribusikan ke setiap bagian yang membutuhkan; tak ada bagian yang mendapat bagian yang kurang, juga tak ada yang lebih.

Renungkan hikmah dalam penciptaan dedaunan. Lihatlah di dalam selembar daun pembuluh yang saling silang di permukaannya dengan cara yang membuat bingung penelitinya! Ada pembuluh yang tebal dan garis daunnya membujur dan menyamping; Dan ada pula yang tampak bagai pintalan di antara pola yang tebal, yang sangat rumit. Jika manusia berusaha menandingi suatu jaringan, bahkan hanya pada selembar daun pun, mereka tak akan bisa menyelesaikan jaringan pembuluh itu dalam waktu satu tahun penuh; mereka juga membutuhkan alat, keterampilan dan perawatan yang bisa mengalahkan kemampuan mereka. Perhatikan, kemudian, bagaimana Allah menumbuhkan daun, dalam beberapa hari, menutupi pepohonan dan semak-semak di seluruh bumi, di atas bidang datar maupun pegunungan, tanpa memerlukan dukungan atau bantuan, tanpa perlu peralatan atau pengolahan. Ini jelas kekuatan-Nya, yang beroperasi pada segala sesuatu di alam semesta, dan kemampuan-Nya yang tidak ada penghalang yang dapat merintangi.

Pikirkan juga kearifan Yang Maha Lembut, Yang Maha Mengetahui, saat Dia menghendaki dedaunan menjadi riasan pepohonan, sebagai penutup dan tempat berlindung buah-buahan, dan perlindungan bagi mereka dari kehancuran yang mungkin mengganggu proses kematangan mereka! Karena alasan inilah, jika pohon dilucuti daunnya, buahnya akan membusuk dan kehilangan daya tariknya. Pikirkan bagaimana daun melindungi buah tunas yang lemah dari kekeringan! Setelah pohon tak membuahkan hasil, daunnya tetap melindungi ranting yang lemah dari panas. Bila dingin, dan sinar matahari tak lagi berbahaya bagi dahan dan ranting, Allah menggugurkan dedaunan dari pohonnya, dan membiarkannya kosong, untuk persiapan pakaian lagi dengan pakaian yang lebih bagus dan lebih segar. Maka, kemuliaan hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam, Yang mengetahui tempat jatuh dan singgahnya setiap daun; tak ada daun yang tumbuh, juga tak ada yang jatuh tanpa sepengetahuan-Nya. Jika ummat manusia menyadari, sambil melihat daun-daun itu dalam keberanekaragamannya, mereka akan memuliakan Allah, bersama dengan buah, ranting, cabang dan pohon, mereka akan menemukan aspek-aspek dari mereka. Pesona yang tak mereka sadari; Mereka akan memahaminya dengan indra yang baru, dan akan menyadari bahwa mereka diciptakan untuk tujuan mulia, bukan kesia-siaan! 

Pikirkan juga hikmah yang ada dalam biji dan kernel yang ditempatkan di dalam kurma dan buah lainnya! Pernahkah engkau memikirkan banyak manfaat dan fungsi biji ini, yang memainkan bagian yang mirip dengan kerangka tubuh satwa, memberikan soliditas pada tubuh buah itu; bila tidak, maka buah itu akan lembek dan empuk. Tanpa biji, buah akan membelah dan membusuk, dan akan cepat rusak. Biji buah itu, yang kita katakan tadi, bagai kerangka binatang, dan buah itu sendiri ibarat daging berpakaian tulang, pada hewan. Biji juga berguna untuk tempat penyimpanan dan alat berkembang-biak. Dalam hal pohonnya kekurangan gizi atau lapuk, Allah menyediakan biji ini, sebagai pengganti, yang jika ditaburkan di tanah, akan tumbuh pohon baru. Biji dan benih juga dijadikan pakan ternak. Banyak bahan, salep, obat-obatan, pewarna dan yang lain, terbuat darinya saat manusia mulai banyak belajar tentang biji dan benih ini; Namun potensi penggunaannya lebih banyak lagi! Engkau akan merenungkan lebih panjang lebar hikmah Allah tentang benih dan biji ini, yang memberikan banyak manfaat; dan Dia, Subhanahu Wa Ta'ala, mengenakan mereka dengan bubur yang lezat hingga manusia suka memakannya.

Renungkan kesuburan dan produksi yang dianugerahi Allah dengan hasil panen, sehingga dari satu butir, akan tumbuh tujuh ratus butir. Jika sebutir hanya menghasilkan satu butir, takkan cukup banyak untuk ditanami, untuk memberi makan manusia, dan bagi petani sebagai persedian pangan bagi dirinya sendiri sampai panen berikutnya. Sebagai gantinya, apa yang ditabur berasal dari hasil kelebihan, dan petani cukup menemukan makanannya sendiri, memberi makan orang lain dan untuk digunakan kembali sebagai bibit atau benih pertanian.

Renungkan juga kedalaman hikmah Ilahi seperti yang terungkap dalam pemunculan buah dan sayuran pada waktu yang tepat dan sesuai. Buah dan sayuran akan tersedia bagi manusia saat mereka sangat menikmatinya! Mereka menyambutnya bagai orang yang haus menyambut air; mereka menikmatinya dengan gembira dan penuh semangat, bagai menerima tamu seorang musafir. Jika buah musim panas datang di musim dingin, akan membangkitkan rasa tak suka dan kurang selera makan; belum lagi pengaruhnya yang berbahaya dan memuakkan pada tubuh. Dengan cara yang sama, jika buah musim semi tumbuh di musim gugur, atau musim gugur di musim semi, takkan menyenangkan secara alami; orang tak merasakan kelezatan atau kenikmatannya, karena mereka menemukan buah ada terus menerus. Engkau dapat melihat bagaimana buah-buahan yang berlama-lama ditemukan di luar musim mereka, takkan terasa enak dan tak membangkitkan selera. Engkau tak boleh berpikir bahwa hal ini tak lebih hanyalah suatu kebiasaan; namun sebaliknya, kebiasaan telah menerima ini karena inilah kehendak Yang Maha Menyediakan secara terus menerus, bahwa pada dasarnya sesuai dengan apa yang bermanfaat; rahmat dari Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Mengetahui!

Kemudian sang petani berkata, "Wahai anak muda, seluruh makhluk menggemakan senandung-pujian, mereka bertasbih, puja dan puji ditujukan hanya kepada Allah pada waktu tertentu, pada saat istirahat siang, atau senja. Mungkinkah di sini bahwa mereka menunjuk pada Allah pada waktu itu dan bukan pada yang lain?
Adalah kewajiban pada ia yang memiliki akal agar dalam benaknya membayangkan berkah dan karunia-Nya! Haruskah ia tak merenungkan kembali, lagi dan lagi dengan harapan bisa membedakan tujuan keberadaannya? Mengapa dirinya diciptakan? Apa yang diharapkan dari dirinya? Apa yang dibutuhkan dari dirinya, dengan karuniai berkah-berkah itu?
Merenungkan kembali rahmat dan karunia Allah kepada hamba-Nya mengarah pada kesuksesan dan kebahagiaan - tinjauan semacam itu tak dapat tidak mengarahkan manusia untuk meningkatkan cinta, rasa syukur dan pujiannya kepada Allah; ia pasti akan menaati-Nya, menyadari kekurangannya sendiri, dan lebih banyak lagi kekurangannya dalam melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Puja dan puji hanya untuk Allah. Wallahu a'lam."
"Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman." - [QS.6:99]
Referensi :
- Capt. Anas Abdul-Hameed Al-Qoz, Men and The Universe - Reflections of Ibn Al-Qayyem, Darussalam