Jumat, 09 Maret 2018

Dunia, Sebuah Renungan (2)

Lelaki bertopi fedora itu melanjutkan, "Karena hikmah Allah menghendaki bahwa bumi, daratan, tanah yang kasar, pegunungan dan gurun-gurunnya, semuanya ditakdirkan memberi manfaat yang beragam, sebagai bahan baku pembuat beragam makhluk, bumi pasti akan memiliki persamaaan dengan seorang ibu, yang mengandung  bayi didalam perutnya. Ia melahirkan, bagi kepentingan manusia dan satwa, baik yang mereka ketahui atau tidak, menyemburkan dari dalamnya apapun yang Tuhan perbolehkan untuk dikeluarkan; dan kelak, ia akan meminta kembali segala yang telah dikeluarkannya. Dia menghendaki bahwa bumi akan menjadi penyedia bagi makhluk hidup selama mereka hidup di permukaannya, dan kemudian, setelah makhluk-makhluk itu mati, bumi akan memintanya dan melipat mereka didalam perutnya.

Dalam hal ini, dibutuhkan tanggung jawab dari makhluk hidup selama mereka masih hidup dan setelah mereka mati. Dan kemudian, ketika hari yang telah ditentukan, yaitu Hari Akhir, telah tiba, dan bumi menjadi berat oleh kandungannya, saat-saat melahirkan telah mendekat, dan ketika persalinan itu telah masuk waktunya, Sang Pencipta memerintahkan bumi mengeluarkan segala yang ada didalam perutnya, membuang semua bebannya; dan demikianlah, akhirnya bumi mengeluarkan manusia yang berada didalam perutnya; kemudian ia berkata, "Inilah apa yang Engkau percayakan kepadaku, wahai Tuhanku." Ia mengeluarkan, atas kehendak Allah, harta-hartanya, menyibak misterinya, dan memberikan kesaksian tentang anak-anaknya, dari segala perbuatan baik dan perbuatan buruk yang telah mereka lakukan.
Karena angin bertiup di sekeliling bumi, menembus ke rongganya, menyebabkan uap air terjebak di dalamnya dan tertiup ke dalamnya, tanpa saluran keluar, Allah menghendaki bahwa bumi sesekali "menghela nafas", sehingga terjadilah gempa bumi yang hebat, yang menyebarkan rasa takut dan kagum dari para hamba-hamba-Nya, mendorong mereka agar bertobat dan meninggalkan kezaliman, menghantarkan do'a kepada-Nya dan bertobat atas kejahatan mereka.

Amatilah sekarang udara dan manfaatnya bagi makhluk hidup. Inilah inti dari kehidupan; ia menopang makhluk hidup secara internal karena mereka bernapas, dan eksternal dengan melindungi tubuh mereka; ia membawa suara dan mengantarkannya ke tempat yang dekat dan jauh, bertindak sebagai utusan atau pemberita yang tugasnya menyampaikan informasi dan pesan. Udara adalah pembawa beragam bau, menyampaikannya dari satu tempat ke tempat lain, sehingga manusia yang menerima bau menyadari sumbernya dengan mencatat arah angin, dengan cara yang sama seperti udara menyampaikan suara. Udara juga sebagai pembawa dingin dan panas yang penting untuk kelangsungan hidup flora dan fauna. Amati juga fungsi angin karena bertiup diatas daratan dan laut, dan rahmat atau siksa yang diramalkannya.
Pandanglah berapa banyak angin membantu awan hingga menjadi hujan! Yang pertama ada "pengangkat", angin yang menimbulkan awan, yang menggantungkannya di antara bumi dan langit. Lalu ada "pengangkut", yang mengangkut awan, membawanya ke punggungnya seperti cara unta mengangkut kantung air. Angin yang lain sebagai "pengumpul", angin yang mengumpulkan potongan-potongan awan menjadi massa yang padat. Ini diikuti oleh "penyubur" yang bertindak seperti kaum lelaki menyuburkan perempuan, tetapi dengan air, angin menyuburkan - tanpanya, awan menjadi kering, tanpa air.
Angin berikutnya adalah "penggerak", angin yang mendorong awan di mana pun diperintahkan untuk menghalaunya, dimana awan melepaskan airnya. Angin yang berbeda, "pemencar", yang memancarkan awan, merentangkannya di sekitar langit, sehingga saat hujan, tidak menuangkan air secara besar-besaran; karena jika tidak, ia akan menghancurkan tempat tinggal, tumbuhan dan satwa; sehingga "pemencar" dirancang untuk menjaga awan menyebar agar hujan turun dalam bentuk tetesan. Ada angin busur yang menyuburkan tanaman dan pohon, tanpanya mereka akan mandul; angin yang mendorong kapal, tanpanya kapal takkan dapat bergerak di permukaan laut. Beberapa fungsi lain dari angin adalah bahwa ia mendinginkan air, membantu manusia menyalakan api pada ranting, dan mengeringkan apa yang ingin dikeringkan.

Secara keseluruhan, segala yang hidup di bumi, tumbuhan dan satwa, dapat bertahan hanya karena angin. Jika Allah tak menempatkannya untuk melayani hamba-Nya, tanaman akan layu dan satwa akan mati; apa yang dapat dimakan akan terasa buruk, serta polusi dan bau busuk akan tak tertahankan. Tidakkah engkau lihat bahwa ketika angin cukup lama tak berhembus, kesulitan dan penderitaan besar akan muncul, ke titik dimana manusia tak dapat bertahan jika keadaan ini berlangsung terlalu lama? Jika ini terjadi, marga satwa akan sakit, orang sehat takkan sehat lagi, dan kondisi orang sakit akan memburuk; buah-buahan akan membusuk, tanaman akan layu, dan akan ada penyakit menular di atmosfer. Maka, kemuliaan hanya teruntuk Dia, Yang menjadikan bertiupnya angin sebagai sumber makanan, rahmat, berkah dan karunia dari Allah!
Perhatikan pula titik-titik halus udara dalam kaitannya dengan suara, hasil suara itu dari gesekan benda: bukan gesekan dirinya sendiri, seperti yang diasumsikan beberapa orang, tetapi hasil dari gesekan saat objek tertentu saling beradu dan kemudian bergerak menjauh, sehingga dari saling beradu dan saling memisahkan itu, suara dihasilkan, dan udara memancarkannya, menyampaikannya kepada pendengaran manusia, dan ini tersuguhkan dalam banyak cara setiap siang dan malam.
Suara keras yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan dan transaksi manusia, sehingga jika suara yang terjadi itu kemudian tetap tinggal didalam udara, akan ada kepadatan besar suara di atmosfer, dan bahaya takkan terelakkan! Orang-orang akan mengalami kesulitan ketika berusaha meredam suara-suara di udara agar dapat mendengarkan suara yang sangat dibutuhkan - dengan cara yang sama seperti mereka menggunakan kertas kosong yang akan digunakan untuk menulis. Inilah rahmat dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, yang menghendaki agar udara haruslah bagaikan kertas tak terlihat yang menampung sebanyak-banyaknya suara yang diperlukan, dan kemudian menghapusnya atas kehendak Allah, sehingga menjadi bersih dan kosong, yang setiap saat siap menerima informasi baru.

Perhatikan pula rahmat yang luar biasa dari dingin dan panas, suatu yang sangat penting bagi kehidupan satwa dan tumbuhan! Amatilah bagaimana masing-masing menggantikan yang lain secara bertahap dan sedikit demi sedikit sampai benar-benar mendominasi! Jika dingin atau panas saling menggantikan dalam cara yang tiba-tiba, akan berbahaya dan fatal bagi organisme dan tanaman, sama seperti ketika seorang lelaki pergi mandi dalam cuaca yang sangat panas ke cuaca yang sangat dingin. Cara panas dan dingin yang berlangsung itu, tak ada alasan lain kecuali pemeliharaan, hikmah dan kasih-sayang Allah! Jika engkau berkata, "Melambat dan kendurnya suhu panas dan dan saling menggusur satu sama lain adalah hasil dari gerakan lambat matahari terbit dan terbenam", dan engkau akan balik ditanya, "Dan apa yang menyebabkan gerakan lambat dari matahari?"
Jika engkau menjawab, alasannya adalah jarak yang jauh antara terbit dan terbenamnya, maka engkau akan berurusan dengan pertanyaan berikutnya: "Dan mengapa terjadi jarak yang sangat jauh ini?" Dan sebagainya. Engkau harus menjawab pertanyaan demi pertanyaan setiap kali engkau memberikan penyebabnya hingga engkau berakhir dengan salah satu dari dua sikap ini: penolakan keras kepala dan menggugat bahwa itu hanyalah kebetulan belaka, tanpa pengendali atau pembuatnya; atau pengakuan dari Tuhan semesta alam, penyerahan diri pada Sumber Abadi dari segala makhluk, sebuah ketetapan hati agar menjadi salah seorang manusia yang berakal sehat dan berpikir. Tak ada sama sekali jalan tengah diantara dua kubu itu! Jadi, jangan biarkan pikiranmu tertipu. 

Renungkan juga pada penciptaan api, bagaimana ia tetap tersimpan dan bagaimana ia menyala. Jika ia terbakar sepanjang waktu, seperti kelangsungan air dan udara, ia akan membakar dunia; ia akan menyebar di luar kendali, dan begitu banyak kerusakan dan kerugian akan terjadi. Jika hanya menjadi potensi, tak pernah benar-benar ada, manusia akan kehilangan banyak manfaat yang terwujud karena api. Hikmah dari Yang Maha Perkasa, Yang Maha Mengetahui, oleh karena itu, menentukan bahwa api hanya berpotensi hadir dalam bahan baku, bahwa manusia dapat mengeluarkannya setiap kali ia dibutuhkan, melestarikannya dengan bahan bakar, seperti kayu, dan membiarkannya terbakar selama ia dibutuhkan; ketika manusia tak lagi membutuhkannya, dan berhenti memasoknya dengan bahan bakar, ia akan mereda sesuai kehendak Tuhannya, Yang Maha Menciptakan, yang menjaganya dari keutuhan dan bahaya dari kelestariannya. Maka, kemulian hanya teruntuk Dia, Yang menciptakan dan meletakkannya pada kontrol manusia dalam keseimbangan yang paling merupa dan mengagumkan, menggabungkan kenikmatan manfaatnya, mengendalikannya, dan tetap aman dari bahaya yang akan ditimbulkannya.
Kita memuji Tuhan kita, Yang luar biasa! Dia memperkenalkan diri-Nya kepada kita, dengan tanda-tanda-Nya, menuntun kita dengan keajaiban-Nya, dan menyelamatkan kita dengan perlunya bimbingan dari kefanaan. Dia mengingatkan kita bahwa api dunia ini adalah api dari akhirat, sehingga kita dapat berhati-hati, waspada dan berlindung kepada-Nya dari api neraka. Dia menambahkan bahwa api merupakan cadangan 'muqwin', yaitu musafir yang beristirahat di tanah yang tandus, dimana kebutuhannya sangat bergantung pada api, untuk penerangan, memasak, membakar, memanaskan, menghilangkan kesepian dan fungsi lainnya.

Perhatikan hikmah yang ditampilkan dalam mengistimewakan manusia dengan penggunaan api dalam preferensi bagi semua satwa! Terlepas dari manusia, satwa tak membutuhkan api. Jika manusia tanpa ada api, akibatnya akan serius dan sangat tidak menguntungkan dalam segala hal kehidupan dan kepentingannya. Satwa lain, sebaliknya, tak menggunakan api, juga tak menikmati suguhannya. Untuk merujuk ke salah satu dari banyak penggunaan api, penggunaan yang tampaknya sepele, tapi benar-benar penting dalam kehidupan manusia, mari kita perhatikan penggunaan lampu. Perangkat ini biasa digunakan oleh manusia untuk melakukan salah satu tugas yang mereka pilih untuk tampil di malam hari. Jika mereka tidak diberi perangkat ini, manusia harus menghabiskan setengah dari hidupnya sama aktifnya dengan penghuni makam.
Siapa yang akan bisa menulis, menjahit, melakukan kerajinan atau kegiatan apapun di malam gelap? Bagaimana orang yang sakit berperilaku di malam hari? Bagaimana ia akan mengelola tanpa cahaya untuk mendapatkan obat atau mengekstrak darah atau mengambil tindakan lain pada penyakitnya? Perhatikan jumlah cahaya yang dipancarkan oleh sumbu kecil, bagaimana cahayanya cukup besar melingkar di sekitarmu, memungkinkanmu melihat apa yang dekat dan apa yang jauh! Perhatikan pula, bagaimana jika setiap makhluk Allah yang mengambil cahaya dari lampumu itu, takkan melemah atau meredup! Adapun manfaat dari api dalam memasak makanan, mempersiapkan obat-obatan, pengeringan, yang hanya dapat digunakan setelah dikeringkan, menganalisis apa yang harus dianalisis, mengentalkan apa yang perlu dikentalkan dan menggabungkannya agar dapat berguna; semua ini dan banyak kegunaan lain, lebih dari yang dapat kita ketahui.
Pikirkan lagi api, bagaimana secara alami ia bangkit! Jika atmosfer sekitar tidak membredelnya, ia akan membesar dan membesar; ia cenderung tertarik ke bawah dengan cara yang sama seperti badan yang memiliki gaya berat tertarik ke bawah; dan jika, di sisi lain, jika tak ada yang mebredelnya ke bawah, ia akan turun dan turun. Jadi siapakah yang mengatur bahwa api harus naik ke tingkat yang ditentukan, dan diatur penurunannya yang harus terbatas pada titik yang diinginkan? Siapa lagi kalau bukan Yang Maha Perkasa, Yang Maha Mengetahui?

Renungkan hikmah Allah yang terungkap dalam dua logam mulia yang langka, emas dan perak; amatilah kegagalan pikiran terbaik di antara manusia yang ingin menghasilkan tiruan dari dua logam ini, ucapan mereka tak mampu meniru ciptaan Allah dalam hal ini, meskipun mereka bersemangat dan berusaha sebaik mungkin mencapai tujuan ini. Mereka hanya berhasil memproduksi imitasi dari kedua logam itu. Jika mereka berhasil memproduksi emas dan perak yang identik, kekacauan besar akan terjadi di dunia, karena emas dan perak akan tersedia dengan sangat berlimpah bagi manusia, sampai menjadi semurah daun palem dan tembikar; dalam hal ini mereka akan berhenti untuk melayani kepentingan yang seharusnya mereka diciptakan untuk menyuguhkannya. Ketidaklangkaannya akan membuat emas dan perak itu bernilai kecil, dan mereka takkan lagi digunakan sebagai harga untuk properti dan barang berharga, jasa dan persenjataan bagi para pelaga.
Manusia akan menolak untuk dipekerjakan, karena semua orang akan menjadi pemilik emas dan perak. Jika seandainya Allah menjadikan seluruh makhluk-Nya kaya, Dia pada hakekatnya membuat mereka semua miskin, karena siapa yang mau membiarkan dirinya dipekerjakan dalam pekerjaan kasar yang sangat penting bagi kehidupan? Maka kemuliaan hanya teruntuk Dia, Yang telah mengasumsikan bahwa kelangkaan emas dan perak menjadi dasar penetapan sistem yang terorganisir di dunia! Di sisi lain, Dia tak membuatnya langka seperti belerang merah yang hampir mustahil untuk didapatkan, karena dalam jumlah yang sangat kecil, mereka akan benar-benar tidak berguna! Dia cenderung menciptakan dan meletakkannya dalam jumlah tertentu sesuai asumsi yang tepat oleh pertimbangan dan rahmat-Nya, bagi kenyamanan makhluk-Nya.

Pikirkan juga hikmah luar biasa yang terkandung dalam cara Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi akses bagi hamba-Nya apa yang paling mereka butuhkan, kasih sayang-Nya dalam hal mencukupkan ketersediaan dan keberlimpahan sesuatu sejauh yang dibutuhkan. Semakin banyak sesuatu yang dibutuhkan ummat manusia, akan semakin banyak tersedia; semakin sedikit yang mereka butuhkan akan semakin kurang keberlimpahannya; dan ketika mereka membutuhkannya dalam jumlah yang moderat, akan tersedia dalam jumlah yang moderat - takkan ada perkara bahwa itu terlalu umum atau terlalu langka.
Semua tergantung pada taraf dan keanekaragaman kebutuhan. Ambil contoh empat hal penting, bumi, air, udara dan api. Lihatlah bagaimana mereka tersedia secara umum. Amatilah sejumlah besar udara yang Allah telah ciptakan, dan bagaimana ketersediaannya secara umum ada kemanapun engkau pergi. Itu karena satwa darat tak dapat bertahan hidup tanpanya; sehingga dapat diakses oleh marga satwa dimanapun mereka berada, karena mereka tidak dapat melakukannya tanpa udara walau sejenak. Jika tidak pernah ada dalam jumlah besar di seluruh daratan dan wilayah, manusia dan satwa akan mati lemas karena asap dan uap yang terus membentuk dan menyebar.
Amati juga, hikmah Allah ketika Dia menyebabkan angin untuk menghalau asap dan uap; ketika mereka naik ke atmosfer, angin membawanya ke tempat dimana mereka berubah menjadi awan atau kabut, dan dunia terhindar dari pengaruh buruknya.

Lelaki bertopi fedora itu lalu berkata, "Wahai anak muda, dapatkah seluruh manusia, jika mereka bergabung dalam satu kelompok, mengubah asap menjadi awan atau kabut, atau dapatkah mereka meniupnya agar menjauh dari orang banyak sehingga berhenti menjadi sumber marabahaya bagi mereka? Jika bukan Allah Yang menghendaki, Dia bisa saja menahan angin agar tak meniup asap, dan karenanya menjadi lebih padat dan semakin padat di permukaan bumi, menyebabkan manusia dan satwa banyak yang mati. Wallahu a'lam."
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." - [QS.3:190-191]
[Bagian 1]
Referensi :
- Capt. Anas Abdul-Hameed Al-Qoz, Men and The Universe - Reflections of Ibn Al-Qayyem, Darussalam