"Kapan terakhir kali engkau menangis?" bertanya burung Limpkin kepada para unggas di Kampung Bayan itu. Lalu, ia melanjutkan, "Wahai saudara-saudariku, waspadalah terhadap mengerasnya qalbu, karena akan menjerumuskanmu ke dalam siksa neraka. Maka, jagalah qalbumu agar tak mengeras dan segala yang dapat mengeraskannya, dan waspadalah agar tak berpaling dari peringatan Allâh Subhanahu wa Ta'ala."
"Sesungguhnya, menangis adalah rahmat yang Allah letakkan di dalam qalbu hamba-hamba-Nya. Dan mungkin, engkau akan bertanya, 'Darimanakah jalur datangnya tangis karena takut kepada Allâh?'
Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Tiga jenis manusia akan menemukan manisnya imân; orang yang lebih mencintai Allâh dan Rasul-Nya (ﷺ) dibanding yang lain; orang yang mencintai orang lain semata-mata karena Allah; dan orang yang membenci kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya dari kekafiran, sama seperti ia tak menyukai dilemparkan ke dalam azab neraka. "Dan menangis termasuk dalam rasa manis ini." Maka, bertaqwalah, dengan tekun berusahalah menggapainya, dan bersikaplah tulus di dalamnya.
Jalur kedua darimana tangis itu, adalah ilmu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Isra[17]:107, "Katakanlah (Muhammad), “Berimanlah kamu kepadanya (Al-Qur'an) atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang yang telah diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al-Qur'an) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah, bersujud."
Dan Nabi kita tercinta (ﷺ) bersabda dalam hadits hasan yang direkam oleh Imam Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah, "Aku dapat melihat apa yang tak engkau lihat, dan aku dapat mendengar apa yang tak engkau dengar. Sesungguhnya, langit itu mengerang (begitu banyaknya jumlah malaikat di langit yang membuatnya merasa berat sehingga terdengar erangan) dan ia berhak melakukannya. Tak ada satu tempatpun yang seluas empat jari, kecuali malaikat bersujud kepada Allâh di dalamnya. Demi Allâh! Jika engkau tahu apa yang kutahu, engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis, dan engkau takkan menikmati istrimu di tempat tidur, melainkan engkau akan keluar ke bukit, memohon dan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allâh."
Jalur ketiga adalah mengingat kematian. Tak ada keraguan bahwa kematian mengakhiri kesenangan dan kenikmatan hidup ini, seperti yang Rasulullah (ﷺ) sampaikan kepada kita, "Perbanyak ingatanmu akan penghancur segala kesenangan: kematian, karena sesungguhnya, orang yang mengingatnya saat menghadapi kesulitan hidup, ia menyebar untuknya (yaitu ia tak lagi merasa terbebani dengan kesulitan yang ia alami). Kapanpun seseorang mengingatnya pada saat lapang, akan menyebabkan ia merasa terbatasi dan terbebani (yaitu ia tak akan terlalu terbawa dengan hidup ini dan akan mulai merenungkan masalah-masalah berat dan kritis yang menunggunya)." (An-Nasâ'î, at-Tirmidziî - hasan gharib, Ibnu Mâjah)
Kenikmatan adalah apa yang mencegah air mata tertumpah, juga tak ada duka dan nestapa yang bisa dirasakan di dalam qalbu. Jadi ingatlah akan kematianmu, dalam usaha merasakan takut dan keseraman yang akan mengikutinya, cemas terjerumus dalam kemaksiatan, agar engkau menangis karena takut akan Allah. Sesungguhnya, ini mudah bagi orang yang ingin membuatnya mudah.
Atas otoritas Ibnu 'Umar, radhiyallahu 'anhum, yang mengatakan "Aku bersama Rasulullah (ﷺ). saat seorang lelaki dari Ansar mendatangi Rasulullah (ﷺ) dan menyapanya dengan salam dan kemudian berkata," Wahai Rasulullah, yang manakah, yang terbaik dari orang-orang beriman?" Beliau (ﷺ) menjawab, "Yang terbaik dalam perilaku". Kemudian ia bertanya" Yang manakah dari orang-orang beriman itu, yang paling cerdas?" Beliau (ﷺ) menjawab," Mereka yang banyak mengingat kematian dan mereka yang paling siap menghadapi apa yang terjadi setelahnya (kematian). Itulah orang-orang yang cerdas.""
Memikirkan dan merenungkan kematian membuat seseorang takut akan keseraman dan rasa cemas yang terjadi, dimulai dengan seramnya alam kubur dan barzakh. Janganlah berpikir bahwa kematian itu masih jauh, karena Rasulullah (ﷺ) telah memperingatkan kita agar berpikir bahwa kematian itu setiap saat akan datang. Mengunjungi pekuburan adalah salah satu cara untuk mengingat kematian dan merenungkan rasa gentar yang terjadi setelah kematian. Dilaporkan oleh Al-Hâkim, sebuah riwayat oleh Anas bin Mâlik, radhiyallahu 'anhu, yang mengatakan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Aku dulu melarangmu mengunjungi makam, tapi sekarang engkau harus mengunjunginya, karena sesungguhnya qalbu ini akan jadi lembut, mata dibuat meneteskan air mata, dan inilah peringatan akan akhirat."
Jalur keempat adalah dengan menjadikan akhirat perhatian utamamu. Dicatat oleh Ibnu Mâjah, atas otoritas 'Abdullah, yang meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Barangsiapa mengarahkan perhatiannya hanya pada akhirat, maka Allah akan cukup baginya dalam segala urusan dan kebutuhannya di dunia ini, dan barangsiapa yang lebih memperhatikan dunia, maka Allâh takkan peduli dari jalan mana ia akan hancur."
Direkam oleh Ibnu Hibban, Abdur Rahmân bin 'Utsman bin Affan, radhiyallahu 'anhum, meriwayatkan dari ayahnya bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Barangsiapa menjadikan dunia ini sebagai tujuannya, Allâh akan memecah-belah urusannya, Dia akan menempatkan kemiskinan antara matanya, dan tak ada yang akan datang kepadanya dari dunia kecuali apa yang telah Allah takdirkan untuknya. Siapapun yang menetapkan akhirat sebagai tujuannya, Allâh merangkumkan urusannya, memberinya kesempurnaan qalbu, dan dunia akan datang kepadanya dengan rasa segan dan patuh."
Sesungguhnya cinta dunia inilah alasan di balik kerasnya qalbu dan mengalihkan seseorang jauh dari jalan Allâh. Sesungguhnya berpantang dan menahan diri dari dunia ini menyebabkan lembutnya qalbu, meningkatkan khusyû' dan menyebabkan mata berlinang air-mata.
Maka, waspadalah agar tak terbenam kedalam nyamannya dunia ini. Tanggalkan dunia ini dan anggaplah tak penting selagi engkau mampu. Renungkan tuntunan Rasulullah (ﷺ) saat menanggalkan dunia, renungkan tentang cara hidupnya yang sulit dan tabah sehubungan dengan makanan, minuman, pakaian dan perabot, dll.
Bergegaslah, wahai saudara-saudariku, jadikan hidup bagai orang asing atau musafir, dalam perilaku, tatakrama, tabiat, makanan, minuman, perumahan dan hal lainnya, engkau pasti dapat melakukannya. Amati dan tunggulah kedatangan tempat tinggal sejati kita, Jannah. Oleh karena itu, jangan berharap hidup sampai pagi jika kita hidup di malam hari, dan jangan berharap hidup sampai petang jika kita hidup di pagi hari. Maka, jangan menunda taubat, segeralah kembali kepada Allâh dan laksanakan hak-hak yang ada pada kita, atau bahkan, kerjakan amal-shalih.
Pimpinlah diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari seolah-olah kita bisa melihat pemandangan Hari Kebangkitan dengan mata kepala kita sendiri. Ambillah sehatmu dari sakitmu dan tugaskan sehatmu itu untuk mengerjakan ketaatan sekaligus mewujudkan sebagian besar hidup kita agar dapat selamat dari kegentaran yang mengikuti kematian itu. Berusakah seorang asing yang jauh dari negeri, keluarga, anak-anak, sanak keluarga dan kerabatnya membangun istana di tempat yang asing baginya? Atau maukah seorang musafir tinggal di sebuah jalan buntu yang terisolasi ?!
Dan engkau - semoga Allâh merahmatimu - adalah orang asing di dunia ini, jauh dari rumah surgamu, jauh dari pasangan dan anak-anakmu di sana. Dan ini hanya jika engkau berasal dari penduduk Jannah. Lalu bagaimana jika engkau tak punya rumah di surga, atau keluarga atau anak-anak, tapi engkau akan menjalani siksaan; azab yang tak terlihat menantimu ?!
Maka, berhati-hatilah dalam menjalani hidup yang enak dan nyaman, seperti sabda Rasulullah (ﷺ), "Waspadalah menjalani kehidupan yang enak dan nyaman karena hamba Allah yang sesungguhnya bukanlah orang-orang yang hidup dengan mudah dan nyaman." (HR. Ahmad, dari Abû Nu 'Aim).
Merenungkan al-Qur'an adalah salah satu cara yang kuat agar dapat menangis. Penting bagi seseorang menaruh perhatian khusus terhadap tafsir al-Qur'an, dengan sekuat tenaga terus menerus meminta bantuan dari para ulama dan ahli tafsir. "Bacalah Al-Qur'an seolah-olah ia diwahyukan kepadamu", kata beberapa ulama. Contoh ini disampaikan oleh 'Aisya, radhiyallahu 'anha, ketika ia berkata, "Seorang lelaki duduk di depan Rasulullah (ﷺ) dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai budak, mereka berbohong kepadaku, tak setia padaku dan tak menaatiku. Ketika aku mengetahuinya, aku memarahi dan memukul mereka. Maka, sampaikan padaku bagaimana aku harus menyikapi hal ini? "Rasulullah (ﷺ) menjawab, "Tentang mengapa mereka tak setia, tentang mengapa mereka tak taat, dan tentang mengapa mereka berbohong kepadamu telah tertakar, dan hukuman yang engkau berikan pada mereka juga telah tertakar. Jika hukuman yang engkau berikan sama dengan dosa mereka, maka skala keseimbangannya sama, bukan untukmu dan juga tak menentangmu. Jika hukumanmu kepada mereka tak setara dengan dosa-dosa mereka (yaitu kurang dari yang seharusnya) maka ia akan menentangmu." Lelaki itu tersungkur dan mulai menangis dan meratap. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Sudahkah engkau membaca ayat di dalam Kitab Allâh, "Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit;..." (Surah An-Anbiya[21]:47). Lelaki itu menjawab, "Demi Allâh, wahai Rasulullah, aku tak melihat sesuatu yang lebih baik bagiku dan mereka kecuali meninggalkanku, aku memanggilmu untuk menyaksikan bahwa semuanya telah bebas". (HR. Jami' at-Tirmidzi)
Konsentrasilah mendengarkan Al-Qur'an dengan bersahaja dan efektif, dan membaca lebih banyak buku yang melembutkan qalbu adalah jalan berikutnya yang dapat membuatmu menangis. Sesungguhnya ini sangat berpengaruh dalam mengusir Setan, melembutkan qalbu dan meneteskan air mata. Telah diriwayatrkan bahwa seorang lelaki mengeluh kepada al-Hasan tentang kekerasan hatinya. Maka ia berkata, "Perbanyaklah mengingat Allâh", dan ia juga berkata, "Majelis zikir menghidupkan ilmu dan menghasilkan khusyu' di dalam qalbu. Qalbu yang mati dihidupkan kembali dengan mengingat Allâh, sama seperti bumi yang mati dihidupkan kembali oleh hujan."
Tak ada keraguan bahwa memohon ampunan Allâh berpengaruh besar dalam memoles dan membersihkan qalbu. Serta meningkatkan kekuatan dan ketegasan diri. Semakin sungguh-sungguh seseorang memohon ampunan, semakin ia khusyu', dan semakin lembut qalbunya.
Agar bertambah sering memohon ampunan Allâh - sama seperti yang dilakukan Rasulullah (ﷺ) - perlu muhasabah diri dan mengingat dosa seseorang. Allâh telah memerintahkan kita agar berhitung dengan diri kita sendiri, mengerjakan amal-shalih dan mempersiapkan diri di Hari Berkumpul kelak. Diriwayatkan bahwa 'Umar ibnu al Khattâb, radhiyallahu 'anhu, berkata "Perhitungkan dirimu sebelum kelak diperhitungkan, dan timbanglah perbuatanmu sebelum kelak ditimbang." (HR. At-Tirmidzi)
Jalur berikutnya, darimana datangnya airmata, adalah dengan menyempurnakan shalat. Diriwayatkan oleh Abû Ayyud yang berkata, "Seorang lelaki mendatangi Rasulullah (ﷺ) dan berkata, "Ajarilah aku dalam kata-kata yang paling singkat." Beliau (ﷺ) menjawab, "Saat engkau berdiri dalam shalat, shalatlah seolah-olah engkau menyampaikan selamat tinggal (kepada dunia ini) dan janganlah ucapkan kata-kata yang menjadikanmu harus mencari alasan, dan janganlah menginginkan apa yang dimiliki orang lain." (Ibnu Majah, Ahmad, Abû Nu'aim dalam al-Hilyah; hadits hasan )
Shalat yang paling baik adalah shalat seseorang yang seolah-olah ia meninggalkan dunia ini dan keindahannya, dan di dalamnya orang itu mengingat kematian, sehingga melembutkan qalbu dan menyebabkan air-mata berlinang.
Ketahuilah bahwa membuat dirimu menangis kurang mendapat pahala daripada sunguh-sungguh menangis. Namun, inilah jalan menuju air-mata, yaitu orang yang membuat dirinya menangis, termasuk di antara mereka yang berusaha keras melawan diri mereka, dan memperhitungkan dirinya sendiri, dan berusaha mencapai ridha Allâh Subhanahu wa Ta'ala. Siapapun yang berusaha membuat dirinya menangis, maka Allâh akan membimbingnya agar menangis dengan sungguh-sungguh dan memberinya kesuksesan dalam menggapainya. Atas otoritas Anas, radhiyallahu 'anhu, yang meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Wahai manusia, menangislah, bila engkau tak bisa menangis, maka buatlah dirimu menangis. Sesungguhnya penghuni neraka akan menangis hingga air-mata mengalir deras di pipi mereka. Jika sampai sungai air mata mereka telah kering, darahpun akan mengalir, dan mata akan tertutup dengan borok."
Maka, renungkanlah cara Rasulullah (ﷺ) memerintahkan kita menangis atau membuat diri kita menangis. Beliau (ﷺ) juga menjelaskan tangisan penduduk Jahannam, airmata mereka mengalir di pipi, mengalir deras hingga habis terkuras sebelum darah mengalir, dan menyebabkan mata terluka.
Apalagi yang engkau inginkan setelah semua ini, wahai hamba Allah, agar engkau menangis! Inilah peringatan yang dalam dan sungguh-sungguh, peringatan yang cukup membuatmu bertaubat kembali kepada Allâh, dan menangislah. Sesungguhnya, dzikir itu, mengharumkan hidupmu. Angkatlah doa dalam suara lembutmu, hingga atas kehendak Allah, hilanglah segala duka, pulihlah hati yang gundah-gulana, serta sirnalah petaka dan sengsara. Wallahu a'lam."
Referensi :"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Rabb mereka bertawakal." - [QS.8:2]
- Shaykh Husayn Al Awaayishah, Weeping From the Fear of Allah, Al-Hidaayah.