Geluh melanjutkan, "Nabi Musa dan Harun, alaihimassalam, wafat di padang belantara, di padang Tiih, Nabi Harun wafat sebelum Nabi Musa dalam jangka waktu 2 tahun. Diriwayatkan oleh Abu Huraira, radhiyallahu 'anhu,
"Malaikat maut diutus menemui Nabi Musa, alaihissalam. Ketika malaikat maut tersebut muncul secara terang-terangan mendatanginya, maka Nabi Musa menamparnya hingga matanya keluar. Kemudian malaikat tersebut kembali kepada Allah seraya berkata, “Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang tak ingin mati.” Allah berfirman, “Kembalilah kepadanya dan katakan padanya, 'Letakkan tanganmu di atas punggung sapi.' Setiap bulu yang tertutupi oleh tangannya, maka akan mendapatkan tambahan satu tahun.” Musa bertanya, “ Wahai Rabbku, lalu bagaimana kelanjutannya?” Allah berfirman, “ Lalu datanglah kematian.” Nabi Musa berkata, “ Kalau begitu, sekarang saja.” Lalu Musa memohon kepada Allah agar makamnya di dekatkan ke al-Ardh al-Muqaddasah (tanah yang suci) yang ditimbuni dengan bebatuan'." - [Sahih Bukhari]Malaikat menghirup napasnya, yang mengambil nyawanya. Seluruh rentang hidup Nabi Musa selama seratus dua puluh tahun. Makam Nabi Musa terletak di permukiman Yerikho yang disebut Kathib Ahmar, Bukit Merah.
Janji manusia hanyalah kata-kata, namun janji Allah adalah Kebenaran. Kemudian, setelah Nabi Musa, Allah memenuhi janji-Nya. Dia mengutus Yusya bin Nun sebagai nabi dan memerintahkannya melakukan perjalanan ke Yerikho dan berperang dengan orang-orang kuat yang ada di sana. Pada waktu itu, Yusya memimpin mereka ke Baitul Maqdis. Menurut versi yang paling dapat diyakini, mereka pergi ke Ariha, atau Yerikho, dimana mereka berperang melawan orang-orang kuat yang disebutkan pada beberapa kesempatan dalam Al-Quran, yang merupakan orang Kanaan. Bani Israil menaklukkan Yerikho dan menetap di sana.
Nabi mereka memerintahkan agar memasuki kota dan makan sepuasnya dengan syarat, mereka memasuki gerbang dengan membungkuk seraya berkata, "Ampuni kami" (bettah), artinya, "Tuhan, ampunilah dosa-dosa kami". Meskipun demikian, tenggelam dalam pemberontakan mereka, dan karena kesombongan dan keangkuhan, mereka mengganti kata itu dengan mengucapkan "hentah" atau "gandum". Mereka menipu Yusya dan menganggap bahwa kemenangan mereka itu, karena kekuatan mereka.
Allah berfirman,
"Dan (ingatlah), ketika dikatakan kepada mereka (Bani Israil), 'Diamlah di negeri ini (Baitulmaqdis) dan makanlah dari (hasil bumi)nya di mana saja kamu kehendaki.” Dan katakanlah, “Bebaskanlah kami dari dosa kami dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu.” Kelak akan Kami tambah (pahala) kepada orang-orang yang berbuat baik. Maka orang-orang yang zhalim di antara mereka mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tak dikatakan kepada mereka, maka Kami timpakan kepada mereka azab dari langit disebabkan kezhaliman mereka'." - [QS.7:161-162]Bani Israil menetap di Palestina, dimana Yerikho sebagai ibukota, sampai wafatnya Yusya. Masa hidup Yusya adalah seratus dua puluh enam tahun, dan kepemimpinannya atas Bani Israil, sepeninggal Nabi Musa hingga dirinya wafat, berlangsung selama dua puluh tujuh tahun. Ia dimakamkan di Gunung Efraim. Setelah itu, mereka terpecah-belah dan berperang di antara mereka sendiri. Mereka punya banyak nabi — lebih dari bangsa lain. Kadang-kadang ada hingga tiga di satu kota. "Tak lama setelah satu nabi wafat, yang lain muncul," sabda Rasulullah (ﷺ).
Sebagian besar mereka, tak menaati para nabi dan bahkan membunuh para nabi itu. Penyangkalan dan kesombongan telah tertanam dalam qalbu mereka yang memberontak, dan mereka terbiasa menyekutukan Allah dengan makhluk lain, hidup dalam dosa. Mereka terus menentang para nabi, yang mereka tak patuhi dan bahkan bunuh. Setelah membantai orang-orang yang beriman dan dari garis keturunan sendiri, mereka tak lagi menganggap siapapun. Akibatnya, mereka menarik murka Allah pada diri mereka sendiri.
Di Yerikho, orang Israel ditindas oleh orang Kanaan, yang memperlakukan mereka dalam segala bentuk siksaan, penghinaan dan perbudakan. Mereka merampas benda-benda keramat dan barang-barang mereka, termasuk yang paling dikeramatkan - Tabut Perjanjian - di mana loh-loh Hukum disimpan.
Namun, sekelompok imam pemberontak kemudian menghasilkan replika loh itu, dan tersebar kabar bahwa hanya dua dari sepuluh yang asli, yang tersisa di Tabut, bersama dengan tongkat Nabi Musa dan pakaian saudaranya, Nabi Harun.
Keadaan ini bertahan sampai saat raja Filistin, Jalut, memerintah Yerusalem. Bangsa Israil, yang telah menjadi bangsa yang dikalahkan, terpecah-belah, putus asa, tak memiliki penguasa menyatukan mereka kembali. Mereka kemudian memanggil nabi mereka, untuk mengembalikan kejayaan dan keagungan mereka, untuk membangkitkan mereka dari penghinaan dan menunjuk seorang raja yang akan memimpin mereka menuju kemenangan. Sang nabi bertanya bahwa, dengan sejarah perbuatan jahat mereka, jika Allah mengabulkan permohonan mereka, dapatkah mereka dipercaya kembali taat dan tunduk, dan tak melanggar perintah-Nya. Mereka menjawab, “Mengapa kami tak patuh, padahal sekarang kami dipermalukan? Mengapa kami akan melanggar perintah-Nya Dia berkehendak mengembalikan kejayaan dan keagungan kami? ”
Nabi mereka kemudian menyampaikan bahwa Allah telah menunjuk seorang raja bagi mereka, namanya Thalut. Mereka tak membuang waktu menyuarakan ketidaksetujuan mereka atas pilihan ini, karena Thalut bukanlah dari garis keturunan raja-raja Israil. Mereka menganggap orang lain lebih berhak memikul gelar kerajaan dan dengan tegas menolak keputusan Allah.
Ketika sang nabi menyampaikan tentang penunjukan raja, ia berkata bahwa Allah akan menunjukkan tanda sebagai buktinya. Yakni kembalinya Tabut, yang digiring oleh para malaikat. Meskipun melihatnya diangkut oleh para malaikat, mereka tak mau percaya begitu saja hingga aman di tangan mereka. Mereka kemudian membukanya dan meyakini bahwa itu memang Tabut yang hilang. Orang-orang merayakan kembalinya Tabut dan memutuskan menerima Thalut sebagai raja baru mereka.
Temuan-temuan arkeologis telah mengungkapkan gambar-gambar yang tersisa dan gambar lain yang melukiskan Tabut diangkut oleh malaikat bersayap. Episode ini didokumentasikan dalam sejarah dan kitab-kitab Yahudi. Sebenarnya, mereka tak benar-benar melihat malaikat. Jauh dari itu, mereka mencitrakan adegan itu dan melukisnya. Prestasi ini terkenal di antara mereka, namun, inikah mukjizat yang membuat mereka menunjukkan kesetiaan kepada raja mereka?
Sekali lagi mereka murtad dan keberatan. Hanya segelintir dari mereka yang beriman untuk bertarung bersama raja mereka. Sang raja memimpin orang-orang Israel yang setia, yang melewati sungai dalam perjalanan mereka. Ia memerintahkan agar mereka tak minum air sungai itu. Ia memperingatkan dengan mengatakan bahwa siapapun yang meminum air dari sungai itu, takkan ada hubungannya lagi dengannya, dan siapapun yang tak meminumnya, akan terus bersamanya. Itulah cara menguji kesabaran dan keinginan mereka, agar dapat bertahan selama pertempuran. Namun, hampir sebgian besar memuaskan hasrat mereka sendiri, bertahan dalam ketidaktaatan serta penyangkalan mereka.
Terlepas dari segalanya, kelompok kecil ini pergi ke medan tempur menghadapi raksasa yang kuat. Sebagian besar yang menolak turut-serta karena kurangnya keberanian mereka, melihat betapa orang-orang yang setia yang berjumlah sedikit itu, cukup kuat mengalahkan para raksasa, walau sedikit dalam jumlah, karena pertolongan Allah, dan juga atas kesabaran dan doa mereka.
Para sejarawan menyampaikan tentang pasukan tujuh puluh prajurit Israil yang bertahan dalam pertempuran melawan raksasa yang kuat itu. Jalut menantang mereka berduel, namun tak ada prajurit yang berani menerima tantangan itu. Hanya seorang anak lelaki berusia enam belas tahun yang berani keluar. Itulah Nabi Daud, alaihissalam. Jalut mengejek dan menolak karena umur Nabi Daud yang masih belia, dan bersikeras menantang orang Israil lain agar mau menerima tantangan berduel. Ia bahkan berjanji menikahkan putrinya dengan siapapun yang memenangkan pertempuran, sehingga ia akan menjadi penggantinya sebagai raja. Akhirnya, setelah melihat bahwa tak ada orang lain yang mau menerima tawaran itu, ia mengizinkan Daud berhadapan dengannya. Daud meletakkan tiga butir batu di ketapelnya dan maju berduel. Jalut menerjangnya, namun Daud melontarkan batu-batu itu dari gendongannya dan mengenai kepala Jalut. Jalut mati seketika, dan pasukannya kocar-kacir dan terusir. Allah menghadiahkan orang Israel kemenangan yang gemilang di bawah perintah raja mereka, Daud.
Setelah kemenangan ini, Nabi Daud menikahi putri Thalut. Thalut wafat pada tahun 1004 SM dan, segera setelah itu, perselisihan dan perpecahanpun terjadi. Ada yang mengikuti putra Thalut. Yang lain lebih memilih Daud, sehingga memenuhi wasiat mendiang raja mereka, yang melihat menantunya lebih berhak memerintah dibanding putranya sendiri.
Nabi Daud kemudian mengukuhkan kekuasaannya di luar kerajaan Yudea. Ibukotanya adalah Galilea. Sementara itu, putra Saul memerintah Yerusalem dan sekitarnya. Pada tahun 1000 ada pertempuran antara Daud dan musuhnya, putra Thalut, yang dimenangkan oleh Daud. Ia memasuki Yerusalem dan menjadikannya ibu kota negeri orang Israel. Kerajaannya mencakup sebagian besar wilayah Filistin, karena orang Kanaan masih terus menguasai daerah pantai.
Nabi Daud wafat pada tahun itu dan digantikan oleh putranya, Nabi Sulaiman, alaihissalam, sebagai penguasa dinasti Yahudi. Kisah-kisah tentang periode ini, tertera dalam Al-Quran. Allah membuat unsur-unsur alam - seperti angin - tunduk kepadanya, dan menempatkan kaum intelektual, unggas, dan hewan-hewan dalam taklukannya. Mereka akan patuh atas apa yang ia perintahkan, seperti membuat altar, patung dan istana. Ketika raja Sulaiman wafat, dinastinya jatuh dan terbagi di antara anak-anaknya.Rujukan :
Kita hendaknya memperjelas bahwa kerajaan Yahudi pertama berdiri di Palestina pada tahun 995 SM, namun kita telah tahu bahwa orang Kanaan dan orang Yebus adalah orang pertama yang menetap dan memerintah Palestina dalam kurun waktu yang sangat lama, sejak tahun 2700 SM. Memang, asal-usulnya telah hilang pada zaman kuno, namun itu tak menafikan bahwa orang-orang itulah penduduk asli Palestina, 1200 tahun sebelum datangnya orang-orang Yahudi. Bukti ini, menyangkal adanya hak orang Yahudi atas Palestina, atau klaim bahwa mereka berakar dari sana, karena fakta bahwa periode pemerintahan Nabi Daud, diikuti oleh masa putranya, Nabi Sulaiman, tak bertahan lebih dari sembilan puluh tahun. Setelah masa ini, komunitas Yahudi terpecah dan menyebar ke seluruh dunia.
Menurut beberapa sumber, Nabi Sulaiman membangun kuil pertama, dan bahkan hari ini, orang-orang Yahudi bangga akan keberadaannya. Yang pasti, menurut sumber-sumber Islam resmi, bahwa Nabi Sulaiman hanya membangun kembali tempat ibadah yang asli, sebuah "Masjid" Yerusalem, namun ia tak membangun kuil apapun. Kata "bait suci" berasal dari kitab-kitab rekaan orang Israel, yang tak mendasarkan klaim mereka pada bukti atau dokumentasi apapun. Karena itu, perlu memperjelas hal-hal berikut yang dapat ditemukan dalam kitab-kitab Yahudi tentang masalah bait suci ini:
Pertama, banyak tentara dan tukang batu dikatakan telah membangun kuil yang terkait. Mereka kemudian dikenal sebagai "Mason", dengan kata lain, tukang batu. Dari situlah kata "Masonry" berasal, aslinya berarti "pembangun kuil". Kedua, teks-teks tersebut menunjukkan bahwa Kuil itu dibangun di suatu tempat dekat dengan Masjid Yerusalem, tapi tak ada tanggal atau bukti spesifik yang menunjukkan lokasi tepatnya. Hanya ada deskripsi yang jelimet tentang bentuk interior dan eksteriornya dalam kitab-kitab Yahudi.
Ketiga, deskripsi konstruksi dalam kitab-kitab Yahudi lebih dekat kepada khayalan dibanding kenyataan. Terlalu banyak hal-hal yang dilebih-lebihkan, dan berbicara tentang istana emas yang lengkap. Orang-orang Yahudi membanggakan gambaran terperinci dalam kitab-kitab suci mereka tentang konstruksi ini, dengan mihrab atau sanctum-sanctorum, yang berukuran panjang 10 meter, lebar 10 meter dan kedalaman 10 meter. Di depannya berdiri altar besar. Semua itu berlapis emas, serta rantai besar yang menyebar di depan sanctum-sanctorum, dan patung-patung malaikat dengan sayap ukuran sepuluh hasta, semuanya terbuat dari emas. Keempat, Tabut ditempatkan di tempat suci, di dalam Kuil, di tengah pesta besar diadakan untuk tujuan itu, dan dimana sejumlah besar sapi dan domba dikorbankan. Kelima, para sejarawan meragukan kebenaran apa yang telah dinyatakan tentang Bait Suci, karena Kitab Suci tak ditulis sampai tujuh ratus tahun setelah kematian Nabi Musa, alaihissalam. Selama masa ini, tulisan-tulisan ini mengalami beberapa perubahan dan modifikasi yang diakui bahkan oleh para imam Yahudi itu sendiri. Keenam, saat ini, orang-orang Yahudi telah mencari Kuil dan menggali untuk menemukannya. Sementara itu, kitab-kitab mereka dan sumber-sumber lain, seperti buku-buku sejarah mereka, bersikeras bahwa Kuil itu telah dihancurkan, dibakar, dan bahkan tak ada batupun yang tersisa. Ketujuh, buku-buku sejarah menetapkan bahwa tiang-tiang Bait Suci tak terbuat dari emas, seperti yang diperkirakan orang Yahudi, melainkan dari batu dan bahan tembaga.
Fakta-fakta ini secara historis didokumentasikan dan dikuatkan dalam Kitab Suci Yahudi, dan dalam kitab-kitab Barat, bahkan sebelum kitab-kitab Arab. Selain itu, Al-Quran dan Sunnah telah mengisahkan banyak detail tentang peristiwa-peristiwa ini.
Suku-suku Arab yang beremigrasi dari Semenanjung Arab menetap di Palestina 1000 tahun sebelum datangnya bangsa Israil, dan saat bangsa Israil tiba, mereka hanya tinggal selama kurang lebih 90 tahun di Yerusalem, selama masa pemerintahan Nabi Daud dan putranya, Nabi Sulaiman, alaihimussalam."
Kenari bertanya, "Bagaimana orang-orang Yahudi menyusun Taurat." Geluh berkata, "Taurat tak ditulis dalam satu periode. Ada beberapa kontribusi dan tanpa urutan tertentu. Orang-orang Yahudi menulis bagian yang berbeda, masing-masing dari sumber mereka sendiri, yang memungkinkan banyak dari mereka berspekulasi dan mengubah apapun yang mereka tulis, atau menambahkan apapun yang mereka sukai, seperti gosip, dongeng, interpretasi, dan penafsiran — semuanya tidak memiliki standardisasi yang tepat.
Orang-orang Yahudi memiliki cara khusus untuk mengkeramatkan dan meninggikan Taurat. Mereka menganggap itu sebagai kitab umum mereka dan karena itu, tak ditulis pada halaman berturut-turut. Para cendekiawan mereka menulisnya dalam satu gulungan panjang, yang kemudian mereka gulung sepenuhnya. Harus dibuka untuk dibaca dan, setelah ritual selesai, mereka harus menggulungnya lagi dan menyimpannya dalam tabut khusus. Bahkan hari ini, mereka tetap melanjutkan ritual ini. Adapun salinan cetak dari halaman-halaman Taurat saat ini, tak lebih dari secercah Kitab Suci. Dilarang menyentuhnya secara langsung.
Saat membaca dan membuka gulungan halaman, mereka menggunakan alat penunjuk logam untuk memainkan lembaran itu. Jadi, dalam kredo mereka, tak boleh menyentuhnya, terlepas dari kenyataan bahwa Taurat ditulis oleh tangan manusia dan tak luput, sebagaimana dinyatakan sebelumnya, dari pergantian dan perubahan. Selain itu, disebutkan dalam Perjanjian Lama dan Talmud bahwa Taurat bukanlah hasil dari wahyu Ilahi, atau bahkan kata-kata Nabi Musa. Kitab-kitab ini dicampur dengan Taurat, seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran.
Perubahan ini, diperkenalkan oleh beberapa cendekiawan dan notaris yang merusak hukum kanonik. Bahkan Nabi Musa atau murid-murid sezamannya, tak mengizinkan hal ini. Dalam konteks ini, kita harus mengingat faktor-faktor berikut, pertama, teks-teks dalam Talmud mendorong agar anak-anak Israel diperbolehkan menaklukkan, menindas dan mengeksploitasi seluruh umat manusia, melalui rente, kecuali orang Yahudi. Kedua, orang-orang Yahudi menganggap diri mereka sebagai umat pilihan Allah dan mereka menganggap orang lain sebagai "yang lain", yang mereka yakini boleh dieksploitasi dengan segala cara. Ketiga, orang-orang Yahudi tak berusaha menyebarkan iman mereka karena orang luar hanya bisa masuk agama Yahudi dengan persyaratan yang sangat ketat. Selain itu, engkau hanya disebut orang Yahudi jika ibumu orang Yahudi. Meskipun demikian, subjek ini masih memunculkan perbedaan, bahkan di antara mereka sendiri. Ada kaum liberal dan mereka yang sangat konservatif. Mereka bahkan tak mengakui Yahudi Yaman atau Afrika, karena mereka tak menganggapnya sebagai anak-anak Yahudi yang asli. Saat ini ada kesepakatan di antara orang-orang Yahudi bahwa tak ada yang dapat dikonversi ke agama mereka. Agama mereka tak mengakui kepatuhan, karena mereka orang-orang pilihan Allah dan karenanya, Jannah hanya untuk mereka dan bukan untuk orang lain"
Lalu geluh berkata, "Wahai saudara-saudariku, adalah Sunnatullah, semua bangsa yang kejam dan lalim, yang menaklukkan dan menganiaya bangsa-bangsa yang lebih lemah, kelak akan datang masa dimana mereka yang lemah menjadi pewaris tanah dan mengakhiri pemerintahan para penguasa yang lalim itu. Kelompok-kelompok orang atau bangsa yang keracunan kekuasaan, pemerintahan dan kekayaan mereka selalu dipersiapkan untuk berperang melawan dakwah dan seruan kebenaran, namun sejarah bangsa-bangsa juga memberitahu kita, bahwa kelompok-kelompok seperti itu, pada akhirnya, akan selalu dikalahkan dan harus menatap kegagalan. Orang atau kelompok orang yang mengakui kebenaran dan masih menolak tanda-tanda Allah dengan perbuatan ketidaktaatan, bagi mereka hukum Allah, bahwa Dia menghancurkan di dalam diri mereka, kemampuan menerima kebenaran, karena itulah hasil dari mendustakan Allah.
Kita beriman pada semua wahyu Allah dan semua nabi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Demikian juga, kita tak dapat memisahkan bagian-bagian dari tempat-tempat yang telah Allah sucikan bagi beberapa nabi-Nya. Jika kita melakukannya, seolah-olah kita beriman pada beberapa risalah dan tak beriman pada risalah lainnya.
Baitul Maqdis terhubung dengan Mekah dan Madinah. Memisahkan Masjid al-Aqsa dari Mekah dan Madinah, seolah-olah memisahkan satu bagian Islam dari yang lain. Rasulullah ﷺ), saat masih berada di Mekah, akan menghadap ke Baitul Maqdis saat menegakkan shalat. Selama 16 bulan, setelah beliau berhijrah ke Madinah, beliau menghadap Baitul Maqdis sampai diperintahkan shalat ke arah Mekah. Posisi Palestina dan negeri-negeri ini, dalam Al-Qur'an dan Sunnah, tak dapat disangkal. Ini tentang Tauhid. Ini tentang Taqwa. Jika kita melepaskan Palestina, itu seperti mengatakan, kita hanya beriman kepada Nabi Muhammad (ﷺ), dan tidak pada Nabi Isa dan Musa, alaihimussalam. Dan ini tak sesuai dengan rukun Iman, yang salah satunya adalah beriman pada utusan-utusan Allah. Wallahu a'lam."
"Dan Rabb-mu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tiada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan." - [QS.28:68]
- Dr. Tareq M. Suwaidan, Palestine : Yesterday, Today and Tomorrow, EBDDA
- The History of al-Tabari, The Children of Israel, Volume III, Translated by William M. Brinner, SUNY Press.
- Maulana Hifzur Rahman Soeharwy, Qasasul Ambiyaa, Idara Impex