Senin, 10 Desember 2018

Pertanyaan yang Tidak Perlu

Kenari berkata, "Wahai Geluh, sampaikan kepada kami tentang kisah Bani Israil dan sang lembu betina!" Geluh berkata, "Aku bukanlah orang yang pantas menyampaikannya, namun, maukah kalian mendengarkannya dari ia yang tahu lebih banyak tentangnya?" Para unggas serentak berkata, "Ya, tentu saja, katakan padanya agar tampil ke depan!" Maka, sang geluh berkata, "Wahai saudariku, majulah!" Dan lihat! itu seekor lembu. Ia menyapa, "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh!" Para unggas menjawab, "Wa 'alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakaatuh." Sang lembu melanjutkan, "Segala puja dan puji hanya untuk Allah, Rabb manusia dan jin, serta segala yang ada, dan selawat dan salam turuntuk Baginda Nabi (ﷺ), keluarga beliau dan para sahabat, radhiyallahu 'anhum.
Akulah hewan peliharaan yang berkuku, berukuran besar, yang paling umum diternak. Aku anggota yang paling menonjol diantara subfamili Bovinae modern, spesies yang paling luas dari genus Bos, dan paling sering diklasifikasikan secara kolektif sebagai Bos taurus. Aku dipelihara sebagai ternak pedaging, dan sebagai penghasil susu serta produk semacamnya, serta juga sebagai hewan yang menarik pedati, bajak dan peralatan lainnya. Ya, aku seekor ternak, lebih khusus lagi, aku seekor lembu betina. Aku hewan yang taat, ketika majikanku menarik hidungku, maka aku ikut kemanapun ia pergi tanpa banyak berrtanya, ya, aku tak bertanya pertanyaan yang tak perlu. Tahukah engkau, Allah tak menyukai mereka yang mengajukan pertanyaan yang tak perlu, tentang kewajibannya, terutama dalam hal memperselisihkan Dien. Mengapa? Karena banyak bertanya tentang hal yang tak bermanfaat, dapat menyulitkanmu. Tak percaya? Simaklah kisahnya!

Ada seorang lelaki Bani Israel yang impoten. Ia punya harta yang berlimpah, dan hanya seorang keponakan yang akan mewarisi hartanya. Lalu, sang keponakan membunuhnya dan memindahkan jazadnya pada malam hari, meletakkannya di depan pintu rumah seorang. Keesokan paginya, keponakan itu berteriak ingin membalas dendam, dan para penduduk mengambil senjata mereka dan hampir saling menyerang. Orang bijak di antara mereka berkata, "Mengapa kalian ingin saling membunuh, sedangkan masih ada di antara kalian utusan Allah?" Jadi, merekapun menemui Nabi Musa, alaihissalam, dan menyampaikan permasalahannya, kemudian Nabi Musa berkata,

“...'Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor lembu betina.” Mereka bertanya, “Akankah engkau menjadikan kami sebagai ejekan?” Ia (Musa) menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tak termasuk orang-orang yang bodoh.” - [QS.2:67]
Allah menyebutkan betapa keras kepalanya Bani Israil dan banyak pertanyaan yang tak perlu, yang mereka tanyakan kepada Nabi mereka. Itulah sebabnya, saat sikap keras kepala mereka muncul, Allah menjadikan keputusan sulit bagi mereka. Seandainya mereka menyembelih seekor lembu, apapun jenisnya, itu sudah cukup bagi mereka. Sebaliknya, mereka menjadikan masalah ini menjadi rumit, dan inilah mengapa Allah menjadikannya semakin sulit bagi mereka.
Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (lembu betina) itu.” Ia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman, bahwa lembu betina itu, tidak tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.”
Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya.” Ia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman, bahwa (lembu) itu adalah lembu betina yang kuning tua warnanya, yang menyenangkan orang-orang yang memandang(nya).”
Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (lembu betina) itu. (Karena) sesungguhnya lembu itu belum jelas bagi kami, dan jika Allah menghendaki, niscaya kami mendapat petunjuk.”
Ia (Musa) menjawab, “Dia (Allah) berfirman, (lembu) itu adalah lembu betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak (pula) untuk mengairi tanaman, sehat, dan tanpa belang.” Mereka berkata, “Sekarang barulah engkau menerangkan (hal) yang sebenarnya.” Lalu mereka menyembelihnya, dan nyaris mereka tidak melaksanakan (perintah) itu." - [QS.2:68-71]
Jika saja mereka tak memperselihkannya, sudah cukuplah bagi mereka menyembelih seekor lembu. Namun, mereka berselisih, dan masalah ini menjadi lebih berbelit-belit bagi mereka, sampai mereka akhirnya mencari lembu tertentu, yang kemudian akan disembelih. Bahkan setelah semua pertanyaan dan jawaban tentang deskripsi sang lembu, Bani Israil masih enggan menyembelihnya. Itulah perilaku mereka, karena satu-satunya tujuan mereka hanyalah keras kepala, dan inilah sebabnya mereka hampir tak menyembelih sang lembu.
Dikatakan bahwa mereka tak dapat menemukan seekor lembupun yang telah dipersyaratkan itu, kecuali dengan seorang pemuda yang shalih dan berbhakti kepada ayahnya. Mereka memintanya agar menyerahkan sang lembu kepada mereka, namun ia menolak. Mereka merayu dan menawarnya dengan berbagai harga sampai mereka menawarnya setara dengan emas. Namun, sang pemuda menolak. Ia berkata, “Demi Allah! Aku hanya akan menjualnya dengan emas sepenuh kulitnya.' Akhirnya, mereka sepakat dan sang pemuda menerima tawaran mereka dan menyerahkan sang  lembu.
Jadi, mereka membayar sang lembu seharga emas sepenuh isi kulitnya, lalu menyembelihnya. Nabi Musa memerintahkan mereka, sesuai Perintah Allah, agar memukulkan potongan lembu itu kepada mayat sang lelaki yang terbunuh. Menurut beberapa Ulama, yang dipergunakan adalah bagian tulang paha atau bagian daging di pundak sang lembu. Ketika bagian itu menyentuh mayatnya, atas seizin Allah, ia hidup kembali. Nabi Musa bertanya kepadanya, "Siapa pembunuhmu?" Ia berkata, "Keponakanku yang membunuhku." Kemudian, iapun kembali mati, dan keponakannya tak diperbolehkan mewarisinya. Setelah itu, siapapun yang melakukan pembunuhan dengan tujuan mendapatkan warisan, batal menjadi ahli waris diantara mereka. Allah berfirman,
"Lalu Kami berfirman, 'Pukullah (mayat) itu dengan bagian dari (sapi) itu!' Demikianlah Allah menghidupkan (orang) yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti." - [QS.2:73]
Kisah ini, menunjukkan kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali orang mati. Allah telah menggariskan kejadian ini sebagai bukti terhadap Bani Israil bahwa Hari Kebangkitan akan terjadi, dan mengakhiri pertikaian dan kekeraskepalaan mereka atas orang mati. Allah mewahyukan bahwa Dia menghidupkan orang mati dalam lima contoh dalam Surat Al-Baqarah. Allah juga menyebutkan kisah orang-orang yang lolos dari kematian di negeri mereka, sementara jumlah mereka ada ribuan. Dia juga menyebutkan kisah Nabi yang melewati sebuah desa yang hancur, kisah Nabi Ibrahim, alaihissalam dan empat ekor burung, dan negeri yang hidup kembali setelah mati. Semua kejadian dan kisah ini, mengingatkan kita pada fakta bahwa tubuh akan kembali menjadi utuh, setelah membusuk.
Bani Israil menyaksikan tanda-tanda luar biasa dan bukti-bukti Allah, termasuk menghidupkan kembali orang mati, namun qalbu mereka laksana batu yang tak pernah melunak. Inilah sebabnya mengapa Allah melarang orang-orang beriman meniru orang-orang Yahudi ketika Dia berfirman,
"Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik." - [QS.57:16]
Dengan berlalunya waktu, qalbu Bani Israel tak mungkin menerima peringatan apapun, bahkan setelah mukjizat dan tanda-tanda yang mereka saksikan. Qalbu mereka menjadi lebih keras daripada batu, tanpa harapan melunak. Terkadang, mata air dan sungai keluar dari batu, ada bebatuan yang pecah dan air keluar darinya, bahkan jika tak ada mata-air atau sungai di sekitarnya, terkadang bebatuan jatuh dari puncak gunung karena rasa-takut mereka kepada Allah. Ibnu Abbas, radhiyallahu 'anhu, mengatakan bahwa,
"Dan sesungguhnya, ada bebatuan darimana sungai mengalir, dan sesungguhnya, ada dari bebatuan, yang terbelah sehingga air mengalir melaluinya, dan sesungguhnya, ada dari bebatuan, yang berjatuhan karena takut akan Allah",
artinya, "Ada bebatuan yang lebih lembut dari qalbumu, mereka mengakui kebenaran yang telah diserukan kepadamu."
Kemudian sang lembu berkata, "Wahai saudara-saudariku, mengajukan pertanyaan yang tidak perlu tentang suatu kewajiban, dapat menyebabkan keruwetan dan kekalutan. Bani Israil meminta penjelasan yang sangat rinci kepada Nabi Musa tentang lembu yang akan dicari. Pada akhirnya, Allah menjadikannya rumit dan mereka harus menghabiskan lebih banyak uang untuk menebus sang lembu. Jadi, apa yang tak diperkenankan adalah, mengajukan pertanyaan yang akan menimbulkan kebingungan, keraguan dan kekacauan, seperti mengajukan pertanyaan tentang rincian yang tak perlu. Lebih baik, mengajukan pertanyaan yang tepat agar mendidik diri sendiri, yang menuntun pada ilmu dan kebaikan. Pertanyaan yang tepat akan memperoleh jawaban yang tepat. Wallahu a'lam." 
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al-Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun." - [QS.5:101]
Rujukan :
- Ibn Kathir, Stories of The Quran, Darussalam
- Syaikh Safiurrahman Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume I, Darussalam