Jumat, 13 September 2019

Kelegaan Hati

Sesaat, kucica terdiam. Lalu berkata, "Wahai saudara-saudariku! Seorang hamba takkan tersiksa oleh siksaan yang berat terkecuali saat hati menjadi keras dan jauh dari Allah. Kekerasan hati muncul karena empat hal, yakni berlebih-lebihan dalam kebutuhan makan, tidur, berceloteh dan bersosialisasi. Hati yang melekat pada nafsu duniawi, terhalang dari Allah sejauh keterikatan itu.


Maka, bukalah hatimu! Cara terbaik untuk membuka hati, adalah tauhid. Hal ini berdasarkan keparipurnaannya. Kekuatan dan kelapangannya, melegakan hati pemiliknya. Petunjuk dan tauhid itu, cara terbaik untuk membuka hati, sedangkan syirik dan kesesatan itu, cara terbaik untuk mengekang hati. Allah berfirman,
فَمَنۡ یُّرِدِ اللّٰہُ اَنۡ یَّہۡدِیَہٗ یَشۡرَحۡ صَدۡرَہٗ لِلۡاِسۡلَامِ ۚ وَ مَنۡ یُّرِدۡ اَنۡ یُّضِلَّہٗ یَجۡعَلۡ صَدۡرَہٗ ضَیِّقًا حَرَجًا کَاَنَّمَا یَصَّعَّدُ فِی السَّمَآءِ ؕ کَذٰلِکَ یَجۡعَلُ اللّٰہُ الرِّجۡسَ عَلَی الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡن
"Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan ia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tak beriman." (QS. Al-An'aam [6]:125)
Dari cara membuka hati itulah, cahaya yang Allah letakkan di dalam hati hamba-hamba-Nya; sesungguhnya, berkembang dan membawa sukacita didalam hati. Jika hati hampa dari cahaya itu, ia akan menyempit sehingga menjadi lebih rapat dari sel penjara.

Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Ketika cahaya (kebenaran) memasuki hati, ia melapang dan terbuka." Para sahabat bertanya, "Adakah bukti tentang hal ini (dalam kehidupan seorang Muslim)?" Beliau menjawab, "Pikirkanlah selalu kehidupan kekal di akhirat, dan tetaplah berjaga-jaga dalam kehidupan fana' ini, dan persiapkan diri terhadap kematian sebelum ia datang." [HR Al-Hakim]
Hati sang hamba akan terasa lapang sebanding dengan porsi cahayanya.


Ilmu, juga dapat membuka hati dan melapangkannya hingga menjadi lebih luas dari dunia, sedangkan kebodohan, menyempitkan hati dan menutupnya. Setiap kali ilmu seseorang itu meluas, hatinya bertambah lega. Namun hal ini tak terjadi terhadap seluruh ilmu; melainkan hanya terjadi pada ilmu yang merupakan warisan Rasulullah (ﷺ). Inilah ilmu yang bermanfaat. Orang-orang berilmu, memiliki dada yang paling lapang, hati yang paling lega, dan perilaku yang paling baik.

Hati juga terbuka oleh pengabdian kepada Allah, mencintai-Nya dengan segenap hati, kembali kepada-Nya, dan menikmati ibadah kepada-Nya. Tiada yang dapat melegakan hati lebih dari itu, sehingga terkadang disebutkan, “Jika aku berada didalam surga dalam keadaan ini, maka akan menjadi kehidupan yang baik.”


Cinta, juga punya pengaruh luar biasa dalam melegakan hati dan menyembuhkan jiwa; tak ada yang mengetahuinya kecuali orang yang mengalaminya. Semakin meningkat cinta dan semakin kuat ia, semakin lega hatimu. Sebaliknya, hal terbesar yang menyempitkan hati itu, berpaling dari Allah dan melekatkan hati selain kepada-Nya, melalaikan-Nya, dan mencintai selain Dia. Siapapun yang mencintai selain Allah, akan tersiksa oleh hal-hal itu, dan akan memenjarakan hatinya.

Terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, juga akan membuka hati. Dan sama seperti mengingat Allah, yang memiliki efek yang luar biasa dalam mengembangkan hati, maka bila melalaikan Allah, memiliki efek yang luar biasa dalam menyempitkan dan menyiksa hati.

Hati, juga akan terbuka dengan berbuat baik terhadap sesama ciptaan dan memberi manfaat kepada mereka dengan berbagai perbuatan baik, semisal sedekah uang maupun tenaga. Kemurahan hati memperluas hati dan menyembuhkan jiwa, sementara kekikiran menyempitkan hati. Rasulullah (ﷺ) memberi perumpamaan tentang orang kikir. Beliau (ﷺ) bersabda,
مَثَلُ الْبَخِيلِ وَالْمُتَصَدِّقِ مَثَلُ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا جُبَّتَانِ مِنْ حَدِيدٍ، قَدِ اضْطَرَّتْ أَيْدِيَهُمَا إِلَى تَرَاقِيهِمَا، فَكُلَّمَا هَمَّ الْمُتَصَدِّقُ بِصَدَقَتِهِ اتَّسَعَتْ عَلَيْهِ حَتَّى تُعَفِّيَ أَثَرَهُ، وَكُلَّمَا هَمَّ الْبَخِيلُ بِالصَّدَقَةِ انْقَبَضَتْ كُلُّ حَلْقَةٍ إِلَى صَاحِبَتِهَا وَتَقَلَّصَتْ عَلَيْهِ وَانْضَمَّتْ يَدَاهُ إِلَى تَرَاقِيهِ ‏"‏‏.‏ فَسَمِعَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏"‏ فَيَجْتَهِدُ أَنْ يُوَسِّعَهَا فَلاَ تَتَّسِع
“Perumpamaan orang yang bakhil (kikir) dengan mutashoddiq (orang yang gemar bersedekah) ibarat dua orang yang masing-masing mengenakan baju besi yang terpotong bagian lengannya hingga tulang selangka keduanya. Setiap kali sang mutashoddiq hendak bersedekah, maka bajunya akan melonggar dan akhirnya menutupi ujung kakinya dan bekas jalannya. Jika orang yang bakhil (pelit) ingin berinfak, baju besinya mengerut, dan setiap baju besi tetap di tempatnya (tak melebar).
Abu Hurairah رضى الله عنه berkata, “Aku mendengar Rasulullah (ﷺ) sambil meletakkan jari-jari di saku, beliau (ﷺ) berkata, "Kalau engkau melihatnya (orang yang bakhil), melonggarkannya, niscaya sakunya tetap tak menjadi longgar“ [Sahih Al-Bukhari]
Keberanian, juga membuka hati; dengan demikian, seorang pemberani, memiliki hati yang terlapang, sedang para pengecut, memiliki hati yang paling sempit. Mereka tak punya kegembiraan, tak ada kebahagiaan, dan tak ada kesenangan kecuali seperti binatang. Adapun kesenangan jiwa, maka para pengecut tak memilikinya. Keadaan dimana orang tersebut akan dikuburkan, akan mencerminkan keadaan hatinya. Ia akan menjadi kenikmatan atau siksaan.


Hati juga dapat terbuka dengan menghilangkan sifat-sifat hina dari hati. Jika seseorang mengimplementasikan sarana untuk melegakan hatinya, namun tak menghilangkan sarana yang menyempitkan hatinya, maka ia takkan bisa memperoleh kelegaan hati.

Membuka hati, dapat juga dengan menjauhkan pandangan, berbicara, mendengarkan, bergaul dengan orang, makan, dan tidur yang berlebihan. Hal-hal yang berlebih-lebihan ini, mengaburkan dan membatasi hati; dan juga, sebagian besar siksaan dalam kehidupan di dunia ini, dan juga di akhirat, berasal darinya. Betapa terkekangnya hati orang-orang yang memanjakan itu semua!?

Wahai saudara-saudariku! Carilah hatimu di tiga tempat ini, yakni tempat dimana Al-Qur'an dibacakan; dalam pertemuan dzikir; dan di saat-saat i'tikaf. Jika engkau tak menemukannya di tempat-tempat ini, mohonlah semoga Allah merahmatimu dengan hati. Karena engkau tak punya hati! Hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan. Wallahu a'lam.
Rujukan :
- Rasheed Barbee, One Hundred Pieces of Advice by Ibn Al-Qayyim, Authentic Statements Publishing