Selasa, 27 Maret 2018

Manusia (3)

Saat seorang manusia melihat kedalam dirinya, dan merenungkan tentang hikmah Yang Maha Lembut, Yang Maha Mengetahui, Yang, ketika Dia menciptakan tubuh manusia, menentukan setiap posisi organ dan tugas-tugas organ itu sesuai fungsinya. Ia membayangkan tempat penyimpanan yang dirancang oleh Yang Mahakuasa untuk mengumpulkan bahan limbah dan menahannya, sehingga tidak tinggal di dalam tubuh dan merusak seluruh organ. Hikmah atas perkembangan dan kelimpahan bagian tubuhnya, tanpa kelalaian atau ketidakharmonisan! Jika seorang tukang emas atau pematung membuat patung emas, perak atau tembaga dan kemudian ingin memperbesarnya, dapatkah ia melakukannya tanpa harus terlebih dahulu memecahkan patung itu dan membentuknya kembali?
Sebaliknya, Yang Mahakuasa mengembangkan tubuh seorang anak dan organ eksternal dan internalnya, serta seluruh bagian-bagiannya, melestarikan penampilan dan bentuknya sepanjang waktu, tidak hancur, tak terlalaikan, dan tak berkurang. Bahkan lebih nyata saat pembentukan embrio dalam rahim, di mana tidak ada mata yang dapat melihatnya, dan tidak ada tangan yang dapat menyentuhnya, serta tak ada mesin yang dapat mengatasinya! Ketika ia muncul, ia adalah manusia normal, dengan semua yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan kemajuan dalam kehidupannya: organ, indera, mekanisme internal, anggota badan, pembuluh, saraf, persendian, membran, dan tulang; semua dalam berbagai bentuk, ukuran, fungsi dan posisi; daging, lemak, dan otak dengan struktur yang rumit dan penciptaan yang halus, yang mengungkapkan penilaian tak terkirakan dan pengerjaan yang indah! Itu semua dikembangkan oleh Pencipta Terbaik dari setetes cairan sperma yang hampir tak berharga!

Dunia ini ibarat sebuah desa dan kepala sukunya adalah orang mukmin. Setiap orang ingin bekerja dalam minatnya, dan semua orang telah diarahkan untuk melayani dan berusaha untuk menjalankan tugasnya. Para malaikat, yang membawa takhta dari Yang Maha Pengasih, dan segala yang di sekitarnya, berdoa baginya; pelaku yang ditugaskan untuk menemani dan melindunginya; malaikat yang dipercayakan dengan hujan dan tanaman, bekerja keras untuk memastikan bahwa manusia mendapatkan jatahnya, dan mereka bekerja untuk itu; makhluk surgawi yang patuh itu bergerak untuk memenuhi kebutuhan manusia; matahari, bulan, dan bintang-bintang patuh dalam orbitnya sehingga mereka dapat memberikan informasi kepada manusia tentang waktu, dan dalam mengurus segala hal; ruang angkasa tunduk kepadanya; angin, udara, awan, burung dan makhluk lainnya; bumi semua dikendalikan untuk melayani manusia, untuk memenuhi kebutuhannya; tanah, gunung, laut, sungai, pohon, buah-buahan, tanaman, hewan dan semua yang ada di atasnya. 
Bila manusia memikirkan lagi tentang dirinya; merefleksikan hikmah agung dari Pencipta Yang Maha Mengetahui, yang dibuktikan oleh ciptaan-Nya. Memikirkan tentang indra ibarat jendela yang mengamati hal-hal di sekelilingnya. Ia melihat bagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyebabkan sebagian besar indera berada di kepala, seperti lampu yang ditempatkan di bagian atas rumah, untuk mengeksplorasi berbagai hal. Dia tidak menempatkannya didalam organ yang terbebani pekerjaan kasar seperti tangan dan kaki: karena mereka dapat menderita cedera akibat ulah dan gerakan; maupun dalam organ di tengah tubuh, seperti perut atau bagian belakang, karena itu akan tidak nyaman baginya menoleh ke berbagai hal dan melihatnya. Karena tidak ada organ lain yang sesuai untuk mengenggam indera, kepala itulah yang dianggap tepat untuk menahannya, menjadi bagian tubuh yang terkuat dan terbaik. Inilah tempat keramat bagi indera.
Kemudian amatilah hikmah dalam pembuatan indera yang lima, sebagai rekan dari lima jenis rangsangan, dan karenanya tak ada stimulus yang dibiarkan tanpa ada organ akal menyikapinya. Penglihatan bereaksi terhadap hal-hal yang terlihat, pendengaran bereaksi terhadap hal-hal yang dapat didengar, bau bereaksi terhadap berbagai aroma, rasa bereaksi terhadap berbagai selera, dan sentuhan bereaksi terhadap rangsangan taktil. Adakah hal yang dapat dimengerti terbiarkan tanpa indera memahaminya? Jika ada, manusia akan diberikan indra keenam untuk menyikapinya. Karena segala hal dapat bereaksi dengan organ-organ internal, Dia menganugerahi manusia indera internal. Sistem ini sangat komprehensif yang disebutkan oleh seorang pemikir : ia menggunakan lima untuk melawan enam, yang berarti bahwa sementara ia hanya memiliki lima indera, dan ada enam haluan, pikirannya begitu aktif yang membantu panca indera untuk mengatasi enam haluan itu karena keinginannya untuk mencari jawaban."
Sang tabib tersenyum, lalu ia mengucapkan, "Maha Suci Allah, Yang memberikan manusia segala aspek kehormatan: pikiran, pengetahuan, ekspresi, percakapan, penampilan, ketampanan, pesona, perawakannya yang adil, akuisisi ilmu melalui inferensi, refleksi, dan kesalehan, etika yang layak, seperti kesetiaan, ketaatan dan tanggapan. Ada perbedaan besar antara keadaan sebagai setetes darah beku dalam rahim, dan keadaan ketika malaikat yang akan datang menyambut di Taman Eden! Wahai Rabb kami, terimalah ini dari kami, karena sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

"Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti." - [QS.40:67]
(Bagian 2)
(Bagian 1)
Referensi :
- Capt. Anas Abdul-Hameed Al-Qoz, Men and The Universe - Reflections of Ibn Al-Qayyem, Darussalam 

Jumat, 23 Maret 2018

Manusia (2)

Allah juga menghiasi mulut dengan gigi, yang tampak indah dan menyenangkan, kontributor penting bagi kelangsungan hidup manusia dan alat gizi. Ada gigi berfungsi sebagai alat penggiling, dan juga sebagai alat pemotong. Yang Mahakuasa membuat kokoh akarnya, dan memberi ketajaman dibagian tepinya. Dia memberinya warna putih, dan mengaturnya dalam dua baris lurus yang tersusun, ibarat kalung mutiara yang putih, murni dan megah. Melengkung di atas gigi, ada dua dinding, bibir, yang memiliki sejumlah manfaat dan fungsi. Allah telah menghendaki bahwa bibir memiliki warna yang menyenangkan dan bentuk, posisi dan penampilan yang bagus. Dia mentakdirkannya agar menjadi penjaga mulut, stasiun terakhir dan penyempurna guna mengucapkan suara, dengan cara yang sama bahwa langit-langit lunak adalah stasiun awal dan lidah adalah stasiun tengah.

Lidah adalah organ yang paling aktif dalam produksi huruf, karena berfungsi sebagai mediator. Dalam hikmah-Nya yang tak terbatas, Allah mengatur bahwa bibir hanyalah daging, tanpa tulang atau saraf, sehingga manusia dapat menggunakannya untuk menghirup minuman, dan tidak mengalami kesulitan dalam membuka dan menutupnya. Dia membatasi gerakan rahang bawah yang, seperti rahang lebih ringan, lebih disesuaikan dengan gerakan, dan juga karena rahang atas berisi organ berharga yang tidak boleh menjalankan risiko gerakan. Dia mentakdirkan tenggorokan manusia bervariasi tak terbatas dalam menyempit dan melebar, kasar dan halus, lembut dan keras, serta panjang dan sesak. Konsekuensi dari hal ini, ada berbagai macam suara, sedemikian rupa sehingga sangat jarang dua suara dapat mirip satu sama lain. Sebuah cabang dari ini adalah bahwa kita percaya kesaksian orang buta adalah legal, karena ia dapat membedakan manusia dari suara dengan cara yang sama bahwa orang yang dapat terlihat dibedakan dari penampilan mereka: kemungkinan suara yang rancu mirip dengan kerancuan apa yang terlihat.

Yang Mahakuasa juga menghiasi kepala dengan rambut, membuatnya sebagai penutup yang sangat penting bagi kepala; dan menghiasi wajah dengan rambut di berbagai tempat dan berbagai bentuk: ada alis, yang melindungi mata dari apa yang mungkin turun dari kulit kepala; dan Dia membuatnya melengkung, agar menyenangkan dipandang. Kelopak mata yang dihiasi dengan bulu mata, wajah seorang lelaki lebih jauh lagi dihiasi dengan jenggot, yang memberikan integritas, martabat dan keagungan bagi seorang lelaki; dan bibirnya juga dihiasi dengan kumis di sebelah atas dan jenggot di bagian bawah.

Tangan adalah ciptaan lain yang indah dari Allah. Inilah instrumen manusia yang utama, sebagai senjata dan sarana untuk mencari nafkah. Lengan yang cukup panjang untuk mencapai semua bagian tubuh, dan telapak tangan cukup lebar untuk melipat dan menyebar. Ini disertai dengan lima jari, dan masing-masing jari dibagi lagi menjadi tiga falang, kecuali ibu jari yang hanya memiliki dua. Empat jari ditempatkan sedemikian rupa sehingga ibu jari menghadapnya, sehingga dapat memenuhi salah satu jari. Mereka bekerja dengan sangat baik. Tangan pun demikian.

Tak ada dua sidik jari dua manusia yang identik di seluruh dunia, atau selama rentang sejarah. Tak ada dua orang dari seluruh miliaran manusia sekarang di permukaan bumi ini, memiliki sidik jari yang identik, dan takan ada di semua masa depan umat manusia. Ada hukum biologi, yaitu bahwa alam, ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, tak pernah berulang di bidang flora, fauna, atau manusia. Rahasia sidik jari dicatat oleh seratus fitur dari sidik jari, dimana rinciannya begitu banyak sehingga akan sangat banyak bila akan mendiskripsikan kemungkinan dua cetakan yang identik, antara dua orangkah, atau antara dua dari setiap sepuluhkah yang tetap hidup dari orang yang sama. Bahkan kembar identik pun memiliki fakta ini, lebih efisien dalam membuka dan menutup, dan dalam melakukan apa yang harus dilakukan.

Tak ada posisi lain dari jari-jari yang bisa dibayangkan sebaik ini, tidak jika semua umat manusia dari zaman awal sampai sekarang bertemu memikirkan posisi alternatif. Maha Mulia Dia Yang mentakdirkan tangan menjadi bentuk ini: Dia bisa dengan mudah memilih agar membuatnya ibarat sebuah piring, dan manusia jika dalam keadaan seperti itu belum mampu melaksanakan tugas-tugas dan tindakan serta pekerjaan yang tepat seperti menulis. Bila ia membuka tangannya, akan menjadi piring yang dapat ia tempatkan sesuatu, dan jika ia menutupnya, lebih dari satu himpunan atau alat lain; atau saat ia setengah membukanya, akan menjadi sebuah sendok, yang dapat diisi dengan berbagai barang.  
Dan lihatlah dirimu, dan pikirkan: Siapakah yang sangat memperhatikanmu sewaktu engkau masih menjadi seorang janin di dalam perut ibumu, di tempat di mana tak ada yang bisa memberikan bantuan kepadanya, dan tak seorang pun yang dapat berkomunikasi dengannya? Ia tak punya cara mencari makanan atau menghidupi dirinya sendiri. Siapakah yang menyebabkan darah ibu memasok nutrisi yang ia butuhkan, ibarat tanaman yang disirami oleh air yang kaya nutrisi, dan bagaimana darah itu berubah menjadi air susu? Dialah Yang menopang dirinya didalam tempat yang sempit, setidaknya memberikan atau memuaskan kebutuhannya; Dialah Yang menjadikan hingga ciptaan-Nya itu terwujud dan sampai ke tujuan yang sempurna. Ketika kulitnya dinilai cukup kuat terkena udara, matanya cukup kuat untuk melihat cahaya luar, dan tulang-belulangnya cukup kokoh untuk menahan sentuhan tangan dan kehidupan di bumi, ibunya bekerja sekuat tenaga mengantarkannya keluar ke dunia yang penuh dengan cobaan berat, beserta segala kesulitan yang menyertainya.
Saat itulah rahim ibu melontarkannya dengan cara seolah-olah belum pernah mendekapnya, seolah-olah belum pernah memeluknya sejak hari dimana ia masih menjadi setetes sperma hingga hari ia dilahirkan. Yang dulu pernah menyayanginya ketika masih didalam bungkusan, dan sekarang menjerit kesakitan, dan mengeluh kepada Allah bahwa beban itu adalah dirinya. Jadi, Siapa Yang membolehkannya berada di dalamnya pertama kali? Yang menjadikan rahim ibu mendekapnya dan melindunginya hingga ia tumbuh ke tahap yang tepat? Dan kemudian Dia membuka pintu gerbang itu dan mengembangkannya, agar dirinya dapat keluar dalam sekejap mata? Ia tak tercekik dengan sempitnya rahim ibu, dan ia tidak mengalami kesulitan melewatinya.
Dalam pertimbangan-Nya yang tak terbatas, Allah menghendaki manusia yang muncul dari perut ibunya tak mengetahui apa-apa, kosong, tak memiliki kecerdasan, tak ada pemahaman dan pengetahuan. Inilah sebenar-benar rahmat-Nya, karena manusia, dalam kelemahannya, takkan mampu seketika memikirkan, memahami dan mengetahui: mereka akan merusak dirinya sendiri. Dialah yang mengatur agar manusia berkembang secara bertahap, langkah demi langkah, sehingga bebannya itu tak harus datang dalam satu pukulan. Tumbuh dalam dirinya sedikit demi sedikit hingga ia dewasa.
Bahwa manusia memasuki dunia ini sebagai orang bodoh yang tak mengerti apa-apa, yang tak tahu apa-apa tentang orang-orang disekitarnya, yang berubah dalam belas kasihan dan penilaian yang mendalam; karena ia menemukan hal-hal dengan kekuatan mentalnya yang lemah dan tanpa pengetahuan tentang segala hal, dan kemudian kekuatan mental dan pengetahuan itu terus tumbuh secara perlahan-lahan, sampai ia menjadi akrab dengan segala hal. Manusia mempraktekkan berbagai hal, dan secara bertahap mengatasi kebingungannya; kemudian ia tak terkejut lagi tetapi terkagum-kagum; ia mulai menerimanya dengan percaya diri, bertindak dan mengambil kendali. Bahkan ada yang melebihi ini. Siapakah, kemudian, yang menjaga sebegitu cermatnya atas manusia, peka dalam memenuhi kebutuhan, tuntutan, hasrat dan peralatan yang terus meningkat, pada saat semua itu dibutuhkan, tanpa tertunda-tunda?
(Bagian 3)
(Bagian 1)

Selasa, 20 Maret 2018

Manusia (1)

"Sejak saat diciptakan, hidup manusia bagai sebuah perjalanan. Ia seorang musafir, dan tak diperkenankan berhenti kecuali saat ia telah mencapai Jannah atau Jahannam. Orang bijak di antara mereka adalah orang yang tahu bahwa perjalanan itu didasari oleh kesulitan dan marabahaya. Biasanya, susah memperoleh kenikmatan dan kelegaan selama itu, yang hanya akan diperoleh setelah seluruhnya selesai. Setiap langkah kaki dan setiap rintihan yang ada selama perjalanan ini, takkan menghentikannya, sebagai bukti bahwa sang musafir muda sedang menyiapkan bekal, yang akan membawanya ke tempat akhir yang menentukan. Dan jika ia berhenti, tidur, atau beristirahat, ia melakukannya sambil mempersiapkan dirinya menyelesaikan perjalanannya," sang Angsa melanjutkan kisahnya.

"Dan begitulah, siang hari telah berubah senja saat sang musafir muda dan sang kusir kereta tiba di sebuah desa. Sang kusir kereta berkata, "Kita beristirahat di sebuah pemondokan tak jauh dari sini, anak muda. Besok, setelah sarapan pagi, kita melanjutkan perjalanan."
Beberapa saat kemudian, setelah mengerjakan Shalat Isya di Masjid seberang pemondokan, ketika hendak kembali ke kamarnya, sang musafir muda melihat sang kusir kereta sedang duduk dengan seorang lelaki. Sang kusir kereta memanggilnya, "Wahai anak muda, kemarilah, perkenalkan ini saudaraku, ia seorang tabib!" Mereka pun berjabatan tangan dan kemudian terlibat dalam percakapan yang ringan hingga sang tabib berkata, "Wahai anak muda, ketahuilah bahwa manusia pertama, terbuat dari lempung, dan bahwa keturunannya, terbuat dari konsepsi cairan hina. Bahwa ia diciptakan dari segenggam bahan yang telah Allah kumpulkan dari seluruh bagian bumi, sehingga didalamnya terkandung hal-hal yang baik maupun yang buruk, mudah hilang dan tidak toleran, ingin selalu bebas dan kikir. Malaikat Jibril-lah yang mengambil segenggam bahan ini, lalu difermentasikan hingga berubah menjadi lumpur hitam, maka Allah membentuk manusia sebagai apa yang Dia anggap layak. Kemudian Dia meniupkan roh-Nya, sehingga jadilah manusia dari darah dan daging, berujar dan bernalar. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan malaikat-Nya sujud di hadapan manusia, dan mengajari ,anusia nama-nama dari segala sesuatu.

Manusia itu dikaruniai dengan kecerdasan, pengetahuan, pemahaman, kefasihan dan kemampuan berbicara. Ia terhormat dengan kualitas kesantunan. Ia terhormat dengan dua sarana aksara, lisan dan tulisan. Ia diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan kekuatan memperoleh ilmu dengan beberapa cara. Ia dibedakan dengan motif tertentu dan gerak qalbu yang berfungsi mencapai apa yang baik bagi manusia. Manusia dibedakan dengan kekuatan, keinginan dan kemauan. Manusia juga dibedakan dari makhluk lain dalam penampilan dan bentuk. Manusia adalah sesuatu yang tak terpisahkan: paduan jiwa, pikiran dan tubuh. Ia tak diciptakan tanpa tujuan. Perintah Allah haruslah ditaati secara permanen sampai manusia kembali kepada Allah.

Dengan segala karunia yang menakjubkan ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mendorong umat manusia, hamba-Nya, yang memang akan dituntun agar belajar tentang Allah, tentang Keesaan dan atribut kesempurnaan-Nya; agar merenungkan tentang aspek kekuasaan-Nya seperti yang dibuktikan oleh kemutlakan kekuasaan-Nya, sifat tak terbatas hikmah-Nya; oleh rahmat-Nya, kemurahan hati, belas-kasih, kebaikan, keadilan, kasih karunia, kemarahan, pahala and hukuman - melalui refleksi fakta ini bahwa Dia menghendaki hamba-Nya agar mengenal-Nya, dan karena alasan inilah bahwa Dia menasehati mereka agar merenungkan tentang tanda-tanda keberadaan-Nya. Seorang manusia didorong agar berpikir dan merenung.

Sekarang, mari kita lihat bagaimana Allah telah mempertemukan pria dan wanita, lalu menaburkan cinta di dalam qalbu mereka. Lihatlah bagaimana dengan keinginan dan kasih sayang yang Allah tunjukkan pada mereka, seolah dalam perjalanan menuju pertemuan yang menjadi penyebab penciptaan dan pembentukan seorang anak. Lihatlah bagaimana cairan dari pria dan wanita berbaur melawan segala rintangan, dan pikirkankan, bagaimana mereka saling mengisi, dari organ dan jalur yang terbentang jauh sampai mereka berkumpul di tempat yang sama; Bagaimana mereka menetap di dalam rahim, terlindungi dari infeksi udara luar, dari cuaca dingin, dan dari kemungkinan terkena celaka atau petaka, yang mungkin menimpa mereka. Pikirkan bagaimana Allah mengubah tetesan buram keputih-putihan ini menjadi titik kehitaman; Bagaimana Dia kemudian mengubahnya menjadi tonjolan embrionik, sangat berbeda dengan gumpalan warna, kualitas, dan bentuk sebelumnya; Cara Dia mengubah ini menjadi tulang yang tak berpakaian, tak seperti benjolan embrio dalam bentuk, penampilan, ukuran, sentuhan dan warna.

Sekarang, pikirkan bagaimana Dia menyebabkan bagian-bagian yang tampaknya homogen dan setara itu, mengkhususkan diri pada saraf, tulang, pembuluh darah, otot, ada yang keras, lembut, dan ada yang lembut lunak. Lihat bagaimana Allah telah mengikat semuanya dengan sangat kuat dalam bentuk yang paling kompak; Bagaimana tulang ditutupi dengan daging yang menjadi pakaiannya, dan menyelubungi dan melindunginya; Bagaimana tulang pada gilirannya memberi daging kekuatan dan kemampuan yang diperlukan untuk bergerak - saling melayani secara timbal balik: tulang-tulang memberi soliditas pada daging, dan daging memberi perlindungan pada tulang! Lihatlah bagaimana Allah membentuk manusia dalam bentuk terbaik, bagaimana Dia meletakkan telinga untuk mendengar dan mata untuk melihat, mulut, hidung, dan seluruh organ indra lainnya yang berfungsi sebagai saluran ke dunia luar; Bagaimana Dia membuat lengan dan kaki, memberinya kekuatan dan perluasan yang dibutuhkan, bagaimana Dia memberikan jari tangan dan kaki; Bagaimana jari tangan dan kaki memiliki buku-buku jari; Bagaimana bagian dalam tubuh mengandung organ seperti jantung, perut, hati, limpa, paru-paru, rahim, kandung kemih, usus, masing-masing melakukan tugas dan fungsinya sendiri.
Sekarang, pikirkan hikmah yang melebihi itu terkandung dalam penciptaan tulang menjadi kerangka dan benteng bagi tubuh. Engkau dapat melihat bagaimana Allah menentukan ukuran dan bentuknya yang berbeda; Ada yang kecil, sebagian besar; ada yang panjang, pendek; ada yang melengkung, melingkar; ada yang tipis, tebal; ada yang padat, ada yang berongga. Pikirkan bagaimana tulang saling bertautan, ada yang dalam bentuk tendon dan tanggam, ada yang hanya seling menyentuh ujung ke ujung. Lihatlah bagaimana bentuknya bervariasi dengan cara yang disesuaikan dengan fungsinya: geraham misalnya, dirancang untuk menggiling, dan karenanya, permukaannya rata; Sedangkan gigi seri dirancang untuk memotong, sehingga memiliki tepi tipis tajam. Karena manusia perlu memindahkan seluruh tubuhnya dan bagian-bagian alternatifnya melakukan pekerjaan apapun yang perlu dicapai, tulang-tulangnya belum dibuat sebagai satu massa kohesif; Ada banyak tulang dengan persendian yang saling terhubung satu sama lain dengan cara yang memudahkan pergerakan. Setiap sendi berukuran dan berbentuk yang berfungsi untuk melayani tugas-tugas yang diembankan baginya.
Pikirkan bagaimana semua sendi dan organ ini dibangun dengan kuat, dan bagaimana kaitannya dengan tendon dan belikat yang meluas dari satu ujung tulang dan kemudian mencapai tulang berikutnya untuk mendukung yang pertama, dan lihat bagaimana tulang memiliki tonjolan yang tepat. Sesuai untuk  peletakan tulang yang terhubung dengannya, sehingga bila manusia ingin mengerakkan bagian tertentu, seluruh mekanisme merespons dengan baik keinginannya, yang mungkin terjadi karena persendian itu.
Pikirkan juga kepala dan sejumlah besar tulang yang dikandungnya. Dikatakan mengandung lima puluh lima tulang, bervariasi dalam bentuk, ukuran dan fungsinya. Lihatlah bagaimana Allah telah menumpukannya di atas tubuh, agak seperti pengendara yang naik diatas tunggangannya. Dalam posisinya di atas batang tubuh, Allah telah meletakkannya di tempat yang tepat guna menampung empat dari lima indera: pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa, dan sentuhan; Dan letak sumber dari semua indera pemahaman.


Manusia diberkahi dengan indera. Indera penglihatan diletakkan di depan kepala, sehingga berfungsi sebagai penjaga, pengawal, dan muallim bagi tubuh. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, membuat setiap mata dari tujuh lapisan, setiap lapisan dengan kualitas tertentu, ukuran dan fungsi. Jika salah satu lapisan ini harus hilang, atau jika dipindahkan jauh dari tempat atau bentuknya, maka mata akan berhenti melihat.

Allah menciptakan bagi manusia indera pendengaran. Telinga, sungguh ciptaan yang indah! Ia melakukan apa yang dibutuhkan bagi kesempurnaan. Telinga luar dibuat berongga, mirip dengan kerang, sehingga dapat mengumpulkan suara, dan kemudian menyampaikannya ke liang telinga luar. Telinga luar juga penting untuk merasakan gerakan serangga apapun sehingga manusia dapat dengan cepat menghindarinya. Telinga memiliki lilitan, alur dan gulungan yang memungkinkannya untuk menangkap udara masuk dan suara, dan menyalurkan ke liang telinga luar setelah melunakkannya. Bentuk tertentu yang membantu untuk memperpanjang jalan bagi serangga yang menyerang, sehingga mungkin tidak mencapai saluran telinga luar sebelum manusia menyadari atau terbangun serta kemudian memeriksa perkembangannya.

Yang Mahakuasa juga menyediakan manusia dengan mulut, memilihkan lokasi yang paling cocok, membantunya dengan kemampuan dan alat perasa dan berbicara, dan dengan alat pemotong dan penggiling yang banyak orang mengamatinya. Lihatlah lidah, salah satu tanda yang mengarah kepada Allah, Subhanahu wa Ta'ala: itulah penerjemah raja organ (qalbu), yang mengungkapkan apa yang ingin disampaikan atau dinyatakan oleh qalbu, dengan cara yang sama bahwa Allah menghendaki bahwa telinga harus menjadi utusan yang membuat qalbu memperoleh penjelasan dan informasi. Telinga adalah kurir yang menyampaikan berita kepada raja organ, kolega bagi lidah, kurir dan utusan yang mentransmisikan apa yang ingin diutarakan oleh qalbu.
(Bagian 2)

Jumat, 16 Maret 2018

Alam Flora, Sebuah Renungan

Sang kusir menghentikan keretanya di halaman sebuah rumah sederhana, lalu berkata, "Kita beristirahat di sini, anak muda! Ini rumah saudaraku, ia seorang petani. Setelah salat dan makan, kita akan beristirahat sejenak. Engkau bisa melihat kebun yang luas di halaman belakang rumah ini." Setelah itu, sang kusir mengajak sang musafir muda ke dalam rumah dan memperkenalkannya kepada sang petani, pemilik rumah tersebut.
Setelah melaksanakan shalat dan makan, mereka beristirahat di halaman belakang rumah sang petani. Hamparan kebun yang luas dan beragam tanaman ada di sana. Sang petani berkata kepada sang musafir, "Engkau juga bisa melihat tanda-tanda Allah dari beragam tetumbuhan di muka bumi ini, anak muda." Sang musafir muda berkata, "Bagaimana caranya? Sampaikan padaku, Akhi!" Sang petani berkata, "Allah memerintahkan kita agar memperhatikan tanaman pada saat muncul dan matangnya buah-buahan, kehebatan dan keistimewaan yang luar biasa untuk menghasilkan buah antara batang dan daun, kemudian transformasi buah dari rasa yang getir menjadi rasa yang manis dengan warna yang menarik, inilah tanda bagi orang-orang yang beriman. Sesungguhnya, semua ini tergantung kita, sejak masa lampau dan semua generasi masa depan, agar berusaha memahami makna tanda-tanda Allah yang ada di alam semesta, yang merujuk pada keberadaan Allah, Tuhan sejati, yang tak memiliki sekutu, dan tak ada yang menyerupai dengan-Nya, tak ada yang sehebat, sesempurna, menghargai, atau selembut seperti Dia; semuanya kembali kepada kita untuk memberikan keadilan kepada bagian terkecil dari semua ini. Namun, walau tujuan seperti itu tak terpenuhi, tak ada alasan bahwa kita harus berhenti menunjukkan contoh-contoh yang akan mengingatkan manusia pada apa yang ada di balik semua ini."

Sang petani diam sejenak, lalu berkata, "Wahai anak muda, renungkan rahmat Ilahi seperti yang terungkap dalam tumbuh-kembangnya sayur-mayur, biji-bijian dan buah-buahan, yang berangsur-angsur muncul dalam rangkaian yang lambat! Adalah rahmat Allah-lah bahwa mereka tak tumbuh secara serentak, jika mereka tumbuh seperti ini diatas tanah, atau jika mereka tak tumbuh pada dahan dan tangkai, bahaya akan terjadi, dan banyak keuntungan yang timbul dari kemunculannya secara perlahan akan terlewatkan. Karena setiap masa dan musim hanya membutuhkan buah dan tanaman yang tak diperlukan pada masa dan musim lain, ada musim yang panas, dingin, dan ada yang sedang; setiap musim sedemikian rupa bermanfaat bagi tanaman yang dapat beradaptasi dengannya.
Selain manfaat di atas, Allah juga menganugerahkan pada tumbuh-tumbuhan dengan manfaat tambahan, seperti yang ada dalam sekam padi, kayu balok, dedaunan, bunga yang mekar, daun dan cabang pohon palem, dan bagian tanaman lainnya; Selain juga dapat dilihat manfaatnya pada pembuatan makanan dan pakan ternak, bahan bangunan, bahan pembangunan kapal, pelana, peralatan dan sebagainya, amatilah juga manfaat bunga dan pemandangan indah yang sangat mempesona; pikirkanlah bentuk pepohonan yang mengagumkan, bentuknya yang luar biasa, yang merupakan pengingat kuat pada Yang Maha Menciptakan dan Yang Maha Mengadakan, yang hasil akhir buatan-tangan--Nya mengungkapkan hikmah dan kasih-sayang-Nya! Bunga-bunga yang mekar itu, sesuatu yang indah saat engkau memikirkan tunasnya di batangnya, dan saat engkau mengamati batang yang sama dengan daun yang hijau! Diikuti juga oleh beragam buah dalam segala warna, jenis, bentuk, ukuran, selera, aroma dan manfaat serta fungsi! Renungkan semua yang tersimpan dalam batang, cabang serta dahan dan ranting sebelum kemunculannya! Pohon itu bagai seorang ibu bagi mereka, namun siapakah yang dapat menghasilkan bentuk menakjubkan, simetri sempurna, warna yang menakjubkan, kelezatan, aroma harum dan pemandangan spektakuler itu?

Pikirkan perhitungan Yang Maha Lembut, Yang Maha Mengetahui! Seperti manusia dan hewan, pepohonan sangat membutuhkan makanan; namun tak seperti binatang, mereka tak punya keinginan dan mulut, juga mereka tak dapat berpindah untuk mencari makanan. Oleh karena itu, akar mereka menyisip ke dalam bumi, sehingga mereka menyerap nutrisi dari tanah, dan kemudian menyebarkannya ke dahan dan rantingnya, yang pada gilirannya, mendistribusikan nutrisi ke daun dan buah, masing-masing menyerap jumlah yang ditentukan, tak pernah melebihinya. Materi bergizi dan air dikirim ke berbagai bagian melalui jalur dan cara yang paling tepat dibuat, mengambil nutrisi tersebut mulai dari bawah, dan mengangkutnya ke cabang, yang membawanya bagai satwa yang mengambil makanan dengan mulutnya; semua didistribusikan ke setiap bagian yang membutuhkan; tak ada bagian yang mendapat bagian yang kurang, juga tak ada yang lebih.

Renungkan hikmah dalam penciptaan dedaunan. Lihatlah di dalam selembar daun pembuluh yang saling silang di permukaannya dengan cara yang membuat bingung penelitinya! Ada pembuluh yang tebal dan garis daunnya membujur dan menyamping; Dan ada pula yang tampak bagai pintalan di antara pola yang tebal, yang sangat rumit. Jika manusia berusaha menandingi suatu jaringan, bahkan hanya pada selembar daun pun, mereka tak akan bisa menyelesaikan jaringan pembuluh itu dalam waktu satu tahun penuh; mereka juga membutuhkan alat, keterampilan dan perawatan yang bisa mengalahkan kemampuan mereka. Perhatikan, kemudian, bagaimana Allah menumbuhkan daun, dalam beberapa hari, menutupi pepohonan dan semak-semak di seluruh bumi, di atas bidang datar maupun pegunungan, tanpa memerlukan dukungan atau bantuan, tanpa perlu peralatan atau pengolahan. Ini jelas kekuatan-Nya, yang beroperasi pada segala sesuatu di alam semesta, dan kemampuan-Nya yang tidak ada penghalang yang dapat merintangi.

Pikirkan juga kearifan Yang Maha Lembut, Yang Maha Mengetahui, saat Dia menghendaki dedaunan menjadi riasan pepohonan, sebagai penutup dan tempat berlindung buah-buahan, dan perlindungan bagi mereka dari kehancuran yang mungkin mengganggu proses kematangan mereka! Karena alasan inilah, jika pohon dilucuti daunnya, buahnya akan membusuk dan kehilangan daya tariknya. Pikirkan bagaimana daun melindungi buah tunas yang lemah dari kekeringan! Setelah pohon tak membuahkan hasil, daunnya tetap melindungi ranting yang lemah dari panas. Bila dingin, dan sinar matahari tak lagi berbahaya bagi dahan dan ranting, Allah menggugurkan dedaunan dari pohonnya, dan membiarkannya kosong, untuk persiapan pakaian lagi dengan pakaian yang lebih bagus dan lebih segar. Maka, kemuliaan hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam, Yang mengetahui tempat jatuh dan singgahnya setiap daun; tak ada daun yang tumbuh, juga tak ada yang jatuh tanpa sepengetahuan-Nya. Jika ummat manusia menyadari, sambil melihat daun-daun itu dalam keberanekaragamannya, mereka akan memuliakan Allah, bersama dengan buah, ranting, cabang dan pohon, mereka akan menemukan aspek-aspek dari mereka. Pesona yang tak mereka sadari; Mereka akan memahaminya dengan indra yang baru, dan akan menyadari bahwa mereka diciptakan untuk tujuan mulia, bukan kesia-siaan! 

Pikirkan juga hikmah yang ada dalam biji dan kernel yang ditempatkan di dalam kurma dan buah lainnya! Pernahkah engkau memikirkan banyak manfaat dan fungsi biji ini, yang memainkan bagian yang mirip dengan kerangka tubuh satwa, memberikan soliditas pada tubuh buah itu; bila tidak, maka buah itu akan lembek dan empuk. Tanpa biji, buah akan membelah dan membusuk, dan akan cepat rusak. Biji buah itu, yang kita katakan tadi, bagai kerangka binatang, dan buah itu sendiri ibarat daging berpakaian tulang, pada hewan. Biji juga berguna untuk tempat penyimpanan dan alat berkembang-biak. Dalam hal pohonnya kekurangan gizi atau lapuk, Allah menyediakan biji ini, sebagai pengganti, yang jika ditaburkan di tanah, akan tumbuh pohon baru. Biji dan benih juga dijadikan pakan ternak. Banyak bahan, salep, obat-obatan, pewarna dan yang lain, terbuat darinya saat manusia mulai banyak belajar tentang biji dan benih ini; Namun potensi penggunaannya lebih banyak lagi! Engkau akan merenungkan lebih panjang lebar hikmah Allah tentang benih dan biji ini, yang memberikan banyak manfaat; dan Dia, Subhanahu Wa Ta'ala, mengenakan mereka dengan bubur yang lezat hingga manusia suka memakannya.

Renungkan kesuburan dan produksi yang dianugerahi Allah dengan hasil panen, sehingga dari satu butir, akan tumbuh tujuh ratus butir. Jika sebutir hanya menghasilkan satu butir, takkan cukup banyak untuk ditanami, untuk memberi makan manusia, dan bagi petani sebagai persedian pangan bagi dirinya sendiri sampai panen berikutnya. Sebagai gantinya, apa yang ditabur berasal dari hasil kelebihan, dan petani cukup menemukan makanannya sendiri, memberi makan orang lain dan untuk digunakan kembali sebagai bibit atau benih pertanian.

Renungkan juga kedalaman hikmah Ilahi seperti yang terungkap dalam pemunculan buah dan sayuran pada waktu yang tepat dan sesuai. Buah dan sayuran akan tersedia bagi manusia saat mereka sangat menikmatinya! Mereka menyambutnya bagai orang yang haus menyambut air; mereka menikmatinya dengan gembira dan penuh semangat, bagai menerima tamu seorang musafir. Jika buah musim panas datang di musim dingin, akan membangkitkan rasa tak suka dan kurang selera makan; belum lagi pengaruhnya yang berbahaya dan memuakkan pada tubuh. Dengan cara yang sama, jika buah musim semi tumbuh di musim gugur, atau musim gugur di musim semi, takkan menyenangkan secara alami; orang tak merasakan kelezatan atau kenikmatannya, karena mereka menemukan buah ada terus menerus. Engkau dapat melihat bagaimana buah-buahan yang berlama-lama ditemukan di luar musim mereka, takkan terasa enak dan tak membangkitkan selera. Engkau tak boleh berpikir bahwa hal ini tak lebih hanyalah suatu kebiasaan; namun sebaliknya, kebiasaan telah menerima ini karena inilah kehendak Yang Maha Menyediakan secara terus menerus, bahwa pada dasarnya sesuai dengan apa yang bermanfaat; rahmat dari Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Mengetahui!

Kemudian sang petani berkata, "Wahai anak muda, seluruh makhluk menggemakan senandung-pujian, mereka bertasbih, puja dan puji ditujukan hanya kepada Allah pada waktu tertentu, pada saat istirahat siang, atau senja. Mungkinkah di sini bahwa mereka menunjuk pada Allah pada waktu itu dan bukan pada yang lain?
Adalah kewajiban pada ia yang memiliki akal agar dalam benaknya membayangkan berkah dan karunia-Nya! Haruskah ia tak merenungkan kembali, lagi dan lagi dengan harapan bisa membedakan tujuan keberadaannya? Mengapa dirinya diciptakan? Apa yang diharapkan dari dirinya? Apa yang dibutuhkan dari dirinya, dengan karuniai berkah-berkah itu?
Merenungkan kembali rahmat dan karunia Allah kepada hamba-Nya mengarah pada kesuksesan dan kebahagiaan - tinjauan semacam itu tak dapat tidak mengarahkan manusia untuk meningkatkan cinta, rasa syukur dan pujiannya kepada Allah; ia pasti akan menaati-Nya, menyadari kekurangannya sendiri, dan lebih banyak lagi kekurangannya dalam melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Puja dan puji hanya untuk Allah. Wallahu a'lam."
"Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman." - [QS.6:99]
Referensi :
- Capt. Anas Abdul-Hameed Al-Qoz, Men and The Universe - Reflections of Ibn Al-Qayyem, Darussalam

Senin, 12 Maret 2018

Margasatwa, Sebuah Renungan

"Wahai anak muda!" berkata sang kusir kereta kepada sang musafir muda. "Salah satu bukti pertanda keberadaan Allah adalah penciptaan satwa, dengan segala kualitas, spesies, penampilan, penggunaan, warna, dan keunikan lain yang tak terlihat. Ada satwa yang berjalan dengan perutnya, ada yang berjalan dengan dua kaki dan yang lainnya dengan empat kaki; ada yang punya cara pertahanan di kaki, yakni cakarnya, ada yang menggunakan paruh, seperti rajawali, elang Mesir, dan gagak, ada yang menggunakan giginya, ada yang bertanduk sebagai alat penangkal terhadap apa yang berusaha menaklukkan mereka, ada juga, singa misalnya, punya cukup kekuatan mempertahankan diri tanpa senjata, kekuatan merekalah yang menjadi senjatanya, ada yang menggunakan defekasi sebagai pertahanan.
Spesies satwa sangat banyak jumlahnya, melebihi satu juta spesies, serangga yang terbesar. Al-Qur'an mengulangi banyak tanda, berkali-kali memberikan penekanan, menasihati manusia agar merenungkannya. Inilah sebenarnya salah satu tema Al-Qur'an yang paling mendasar.

Renungkan hikmah mengesankan yang tertanam dalam karunia Allah pada pendengaran dan penglihatan margasatwa, agar mereka dapat melakukan kepentingan mereka dan, akhirnya, memberikan bakti mereka kepada manusia. Jika mereka buta atau tuli, mereka takkan berguna bagi manusia. Di sisi lain, Dia, Subhanahu wa Ta'ala, tak memperkenankan kecerdasan yang dimiliki manusia ada pada mereka, terlepas dari tubuh besar mereka. Ini tentu saja bagaimana mereka bisa dijinakkan oleh manusia, yang menuntun dan mengarahkan mereka kemanapun ia suka. Jika mereka punya kecerdasan, dengan ukuran mereka yang besar, pastinya mereka tak mematuhi perintah manusia, dan akan menolak ditaklukkan. Sebagaimana adanya, mereka telah diberi pemahaman dan persepsi seperti itu agar dapat mendapatkan kebutuhan mereka, dan pada akhirnya kebutuhan spesies yang akan ditakdirkan untuk dikendalikan. Di sisi lain, mereka diciptakan tak memiliki kecerdasan dan pemahaman, agar memberi superioritas pada manusia; dan ini juga menggarisbawahi prioritas dan prestise manusia. Amatilah bagaimana manusia menaklukkan dan menundukkan mereka, meskipun sebagian besar, takkan mampu mengendalikan mereka sebelum menundukkannya. Lihatlah bagaimana unta, dengan punuknya yang besar, dengan lemah lembut dan penurut dituntun oleh seorang bocah lelaki. Seandainya sang unta menyerang sang bocah, ia akan memecahkannya bagai telur dan menggilas tubuhnya!

Pikirkan hikmah yang terkandung dalam penyediaan peralatan terhadap satwa dan manusia. Karena manusia dicipta untuk mempraktikkan banyak karya kerajinan seperti tukang batu, menjahit, menulis dan sebagainya, ia dilengkapi dengan tangan dan jari yang bulat-datar, yang memungkinkannya memegang, melebarkan, melipat, membuka, membungkus, menebar, menggabungkan; satwa, di sisi lain, tak ditakdirkan untuk mempraktikkan kerajinan serupa, dan karenanya tak dilengkapi dengan tangan dan jari yang mirip dengan manusia. Karena ada satwa, seperti binatang buas, adalah karnivora, mereka dilengkapi dengan yang mirip dengan tangan ramping atau cakar yang disesuaikan dengan tangkapan mangsanya, bukan untuk alat kerajinan. Hal ini terjadi pada karnivora; Herbivora, di sisi lain, ditakdirkan tidak menangkap hewan lain, juga tak punya karya kerajinan; Dan ada yang memiliki kuku yang melindungi mereka dari kasarnya tanah saat mereka berkeliaran di padang rumput sambil merumput; ada yang memiliki kuku berbentuk-kaki dengan lengkungan seperti kaki manusia, sehingga bisa menapak ke tanah; Mereka ditakdirkan untuk membawa dan mengangkut, dan tak memerlukan cakar atau gigi taring untuk mendapatkan makanan, sehingga mereka tak memiliki cakar atau gigi taring itu.

Pikirkanlah tentang terciptanya hewan karnivora, hikmah yang terkandung pada giginya yang tajam, rahang yang kuat dan mulut yang lebar. Mereka dilengkapi dengan senjata dan alat yang disesuaikan untuk makan dan menangkap mangsa. Itulah mengapa engkau melihat burung pemangsa dengan paruh yang tajam dan cakar seperti kait. Itu pula sebabnya mengapa Rasulullah (ﷺ) melarang makan binatang dengan taring dan burung pemangsa, karena mereka bersifat ofensif, agresif dan destruktif. Pemakan makanan akan mengambil kualitas dari apa yang dimakannya, manusia akan mengenakan sifat binatang pemangsa sehingga ia dapat memakan daging mereka dan akan menjadi agresif dan merusak seperti mereka. Itulah sebabnya ummat Islam dilarang memakannya. Hyena, di sisi lain, meskipun memiliki gigi taring, tak dilarang dimakan, karena tak dianggap oleh negeri manapun sebagai predator: larangan terbatas pada hewan dengan dua kualitas, bertaring dan binatang pemangsa. Tak dikatakan bahwa hal berlawanan diterapkan dalam kasus binatang pemangsa tanpa taring, karena binatang pemangsa taring seperti itu, sebenarnya tak ada.

Pikirkan juga kaki-kaki pada satwa dan hikmah agung yang tersajikan. Bagaimana Allah menetapkan bahwa kaki-kaki mereka berpasangan, dua atau empat, tidak ganjil. Seekor binatang bisa berjalan dan berlari, dan dengan cara ini bisa mengatasi kepentingannya, yang tak mungkin terjadi bila kakinya berjumlah ganjil. Binatang berkaki banyak bila mengangkat kakinya, akan bertumpu pada kaki-kaki yang lain; Binatang berkaki dua, bila mengangkat satu kakinya, menopang dirinya pada kaki yang lain, dan binatang berkaki empat, bila mengangkat dua kakinya, menopang dirinya pada dua kaki lainnya, keduanya di sisi yang berlawanan, karena jika mengangkat dua kaki di sisi yang sama, dan menyanggah dirinya pada kaki yang lain, takkan stabil berdiri diatas tanah saat mengangkat kakinya, dan akan melompat-lompat seperti unggas, yang berbahaya dan melelahkan bagi satwa itu, meski tidak bagi bangsa unggas. Ini mirip jika manusia berjalan dengan cara seperti ini untuk jarak tertentu, ia akan cepat merasa penat dan lelah, tak seperti berjalan normal yang merupakan cara yang sesuai untuknya. Hikmah telah menentukan bahwa ia menggerakkan lengan kanannya dengan kaki kirinya dan menahan lengan kirinya dan kaki kanannya, lalu ia bergeser ke sisi lain, yang merupakan cara termudah dan paling mudah berjalan bagi satwa berkaki-dua.

Pikirkan juga secara mendalam hikmah di balik dimilikinya punggung belakang satwa pengangkut ibarat atap yang dibangun di atas kolom, yang nyaman dikendarai, dan membawa muatan. Unta, sebaliknya, berbeda, karena punggung mereka berpunuk, berbentuk melengkung; Karena mereka dirancang untuk beban ekstra berat dan dilengkapi dengan kekuatan khusus, Diketahui bahwa kubah dapat menahan bobot atap yang tak menanggungnya - bahkan dikatakan bahwa gagasan untuk membuat kubah berasal dari punggung unta. Perhatikan juga bahwa karena unta dilengkapi dengan kaki panjang, lehernya juga dibuat sedemikian panjang, sehingga bisa mencapai rerumputan saat unta berdiri. Unta takkan bisa merumput bila lehernya pendek. Alasan lain lehernya dibuat panjang adalah untuk menyeimbangkan beban di bagian belakang saat ia mulai melaju. Keadaannya mirip dengan yang engkau lihat di timbangan gantung - bahkan dikatakan bahwa skala timbangan gantung ditemukan dengan meniru unta, dengan mengamati panjang leher dan berat bebannya; engkau akan melihat bagaimana ia memanjangkan lehernya saat terus terbebani beban, seolah-olah sengaja menyeimbangkannya.

Pikirkan pula bagaimana tubuh satwa dari spesies yang lebih rendah diselubungi kulit berambut dan berbulu seperti wol; bagaimana unggas diselubungi oleh bulu, dan bagaimana beberapa satwa yang dilengkapi dengan cangkang yang kuat dan tangguh, seperti kura-kura; ada yang berbulu seperti tombak; dan lihat bagaimana dalam setiap selubung itu disesuaikan dengan kebutuhan satwa akan perlindungan dari panas, dingin, dan dari musuh yang berusaha menyakitinya. Karena satwa itu tak dapat memperoleh pakaian, memproduksi pakaian dan mantel senjata, mereka dilengkapi dengan pakaian dan penutup yang permanen, dengan peralatan dan senjata yang dapat mereka gunakan untuk membela diri, dengan kuku, bantalan dan kaki yang bersarung menggantikan sepatu dan sandal, sehingga mereka memiliki sepatu dan tempat minum yang permanen. Kuda, bagal dan keledai, memiliki hak istimewa dengan kuku karena mereka diciptakan untuk berderap, berlari dan berpacu; Kuku juga digunakan sebagai senjata, pengganti ceker, cakar dan taring, saat hewan-hewan ini ingin membalas serangan musuh mereka. Oleh karena itu, renungkanlah, berkah dan karunia ini: karena mereka adalah binatang bodoh yang tak berakal dan tak memiliki tangan yang disesuaikan dengan alat kerajinan dan pertahanan, dan tak memiliki bagian dalam apa yang dimiliki manusia, keterampilan merajut dan menjahit, mereka diperlengkapi dengan penutup tubuh alami mereka, sehingga menyertai mereka selama mereka hidup; dan telah dilengkapi dengan senjata dan alat yang membantu mereka mempertahankan diri, sehingga mereka dapat memenuhi hikmah tujuan penciptaan mereka. 

Sedangkan manusia, ia memiliki keterampilan dan tangan yang disesuaikan untuk karya kerajinan, sehingga bisa merajut dan memintal; ia bisa memakai pakaian yang dapat ia ganti sesuka hati. Pakaian adalah tanda pembeda yang membedakan manusia dari satwa, yang lebih rendah darinya, dengan cara yang sama seperti Allah membedakan diantara manusia dengan gizi, tempat hunian, cara berekspresi, pikiran dan pemahamannya. Pakaian dan penutup tubuh bervariasi, sesuai dengan ragam situasi dan kesempatan; baik dalam keadaan damai ataupun perang, menetap atau bepergian, sehat atau sakit, tidur atau terjaga, dan untuk kemewahan. Setiap aspek ini, pakaian dan penutup tubuh itu digunakan, khas, disesuaikan dengan keadaannya. Tak ada pakaian yang sesuai dengan semua aspek itu, yang tak berbeda dengan beragam keadaan. Dalam hal ini, manusia telah dihargai dan diangkat diatas segala satwa lainnya.

Sekarang, pikirkanlah hikmah yang tersaji dalam bentuk wajah satwa tertentu. Amatilah bagaimana mata berada di bagian depan wajah; yang memungkinkan seekor satwa melihat di depannya lebih dari pada arah lain, yang membantu melindungi dirinya dan pengendaranya, yang menghalanginya agar ia tak berlari ke arah dinding atau jatuh ke lubang. Mata margasatwa berada dalam posisi yang sama dengan orang yang berdiri, karena mata berfungsi sebagai pengintai hewan. Mulut mereka adalah celah di bawah hidung, yang membantu mereka menggigit dan menahan umpan. Jika mulut itu sejajar dengan hidung dan di atas dagu, seperti pada manusia, mereka tak dapat mengambil apapun dari tanah: tidakkah engkau melihat bagaimana manusia mengambil makanan dengan tangannya, bukan dengan mulutnya.? Karena binatang tak mengambil makanan dengan tangannya, mulutnya terletak di bagian bawah kepala, yang memungkinkannya memasukkan makanan, mengambilnya dan kemudian mengunyahnya. Bibirnya seperti milik manusia, namun disesuaikan dengan kebutuhannya; yang membantu mencapai hal-hal yang dekat dan jauh. Fungsi ekor merupakan misteri bagi beberapa orang; mereka tak merasakan banyak kelebihannya. Ekor sebenarnya sebagai penutup anus dan penutup alat kelaminnya, menutupi dan menyembunyikannya. Selain itu, garis sepanjang perut satwa, antara anus dan bagian atasnya, adalah tempat kotor, dimana lalat dan nyamuk mengerumuni dan mengganggunya; dan ekor di sini berfungsi seperti kocokan atau kipas angin yang membuat serangga lari ketakutan. Fungsi lain adalah, bahwa satwa leluasa mengibaskannya ke kanan dan kiri: kaki-kakinya sibuk membawa beban tubuhnya, sehingga kaki-kaki itu tak leluasa bergerak, dan karena itu merasa lega saat mengibaskan ekornya. Mungkin ada, selain itu, fungsi lain yang tak dipikirkan oleh manusia, dan pembaca mungkin menolaknya kecuali jika ia melihatnya pada saat kritis; Misalnya ada hewan berkubang di lumpur, tak ada yang dapat membantunya keluar dari kubangan itu selain menariknya dari ekornya.

Ada juga kearifan yang sangat aneh terkait dengan hewan piaraan, binatang buas, hewan pemangsa dan satwa pada umumnya: bahwa engkau takkan melihat sisa-sisa bangkai mereka yang mati meskipun jumlahnya banyak. Begitu banyaknya namun tetap tersembunyi dari pandangan; Kelangkaan jelas bukan penyebabnya. Mereka lebih banyak daripada manusia. Ambillah contoh dari apa yang ada di padang gurun, antelop, rusa, sapi, serigala, harimau, segala jenis reptil dan serangga yang melimpah, banyak spesies burung yang sama banyaknya dengan manusia; Tetapi engkau hampir tak pernah menemukan bangkai mereka di sarang, habitat, liang atau padang rumput mereka; di sepanjang jalur mereka, dekat tempat minum mereka, tempat persembunyian atau tempat perlindungan, atau tempat penyergapan; Kecuali jika ada di antara mereka yang mendapat serangan mendadak, dimakan binatang liar, atau ditembak oleh pemburu, dimana mereka atau kelompoknya tak punya kesempatan, untuk menyembunyikan bangkai itu saat mati. Inilah bukti bahwa ketika seekor binatang merasakan dekatnya kematian, berbeda dengan kematian mendadak, ia berbaring dimana tak ada yang dapat menjamah tubuhnya, dan mengubur bangkainya sebelum kematian terjadi. Jika tidak, padang pasir akan penuh dengan bangkai satwa yang mati, udara akan tercemar, dan mereka akan menjadi sumber kesulitan, dan wabah pun menyebar di antara umat manusia.

Banyak ibrah yang berharga dapat diambil dari kehidupan satwa yang engkau benci dan remehkan! Banyak tanda yang ada di dalamnya tentang kebaikan, rahmat dan hikmah dari Sang Pencipta. Contoh menakjubkan dari kecerdasan satwa itu, saat seekor rubah gagal mendapatkan makanan, jika ia tak berhasil menangkap mangsanya, ia berpura-pura mati dan menggelembungkan perutnya, sehingga seekor burung mengira ia mati dan higgap di tubuhnya untuk memakan dagingnya. Kemudian rubah itu tiba-tiba menerkam dan menangkap burung itu. Maka, siapakah yang mengilhami kiat cerdas ini dan cara yang lembut menangkap mangsa mereka, yang merupakan rezeki mereka? Siapa yang menyediakan kiat seperti ini sebagai kompensasi karena kurangnya kekuatan dan kemampuannya. Siapa lagi selain Yang Maha Lembut, Yang Maha Mengetahui, Yang mengimbanginya dengan kecerdikan bila terdapat kurangnya kekuatan dan kemampuan?"
Sang kusir kereta terdiam beberapa saat, dan berkata, "Sangat jarang ada dua orang yang identik dalam segala hal. Keadaan ini sangat tak mungkin terjadi, sementara tak demikian halnya dengan semua spesies satwa, burung peliharaan maupun yang liar, dan sebagainya. Lihatlah kawanan antelop, kawanan domba, kawanan unta atau sapi, sangat mirip satu sama lain, sehingga engkau harus memerlukan waktu yang lama mengamatinya agar dapat menemukan tanda yang membedakan antara satu dengan yang lain. Sebaliknya, sangat bervariasi dalam bentuk dan fisik, sedemikian rupa sehingga jarang ada dua yang tampak identik walau hanya dalam satu fitur, bahkan dari nada suara saja, bukan dalam satu ucapan. Hikmah ini seharusnya jelas, karena manusia perlu saling mengenal, saling membedakan dari penampilan dan pakaiannya, sehingga mereka bisa saling berkomunikasi. Jika perbedaan seperti itu tak ada, kekacauan dan gangguan yang besar akan terjadi; tak ada kesempatan untuk membedakan penggugat dari terdakwa, kreditur dari debitur; seorang lelaki takkan bisa membedakan antara istrinya dengan wanita lain. Siapakah yang membuat perbedaan dalam fitur, bentuk, dan suara, perbedaan yang tak dapat dijelaskan oleh kata-kata, dan tak ada kefasihan yang bisa diungkapkan? Karya alamkah itu?"

Lalu sang kusir kereta berkata, "Wahai anak muda, renungkan hikmah Allah Yang Maha Kuasa dalam ciptaan dan firman-Nya, dalam apa yang Dia ciptakan dan dalam apa yang Dia putuskan; dan engkau akan menemukan segala sumber hikmah yang agung, yang berbicara tentang sistem yang sangat mudah, yang tak pernah gagal, dan juga yang tak bercelah. Ada orang yang melihat hikmah firman lebih dari sekedar memperhatikan hikmah penciptaan - inilah pilihan di antara hamba-hamba Allah, yang telah memahami dengan baik apa yang Allah tetapkan dari firman dan agama, dan menyadari hikmah-Nya dalam apa yang Dia anjurkan dalam merancangnya. Pikiran dan akal-budi mereka bersaksi bahwa dasar dari apa yang mereka lihat adalah hikmah, karunia dan manfaat yang mendalam bagi manusia , dalam kehidupan duniawi dan akhirat mereka. Kelas orang ini, dari tingkat yang tak terhitung jumlahnya, yang hanya dapat dihitung oleh Allah. Ada manusia melihat kearifan penciptaan lebih dari yang mereka lihat tentang hikmah firman-Nya, dan kelas inilah mayoritas dokter yang mendedikasikan pemikiran mereka untuk mengekstrak manfaat dan penggunaan hewan dan tumbuhan, potensinya dan apa yang dapat tersajikan, baik secara terpisah maupun secara terpadu. Bagian mereka dalam memahami hikmah firman ini, setingkat atau kurang dari ulama fikih dalam memahami hikmah penciptaan.

Kelas yang lain, diberkahi untuk memperhatikan ciptaan dan perintah sesuai dengan potensi dan kemampuan mereka: Mereka memperhatikan apa yang mereka lihat dari hikmah yang melampaui pikiran; Dan saat mereka mengamati ciptaan dan banyak aspek hikmah yang diimplikasikannya, akan memperteball iman, menambah ilmu dan dukungan dari apa yang diajarkan oleh para nabi. Ketika mereka memikirkan perintah-perintah-Nya dan hikmah yang mereka sebutkan, iman dan ketertundukan mereka kepada Allah bertambah. Mereka tak seperti orang-orang yang telah dibutakan oleh Sang Pencipta dengan apa yang Dia ciptakan, atau dibutakan oleh bintang-bintang untuk mewujudkan pembuat bintang; Mereka yang pandangannya buta, yang dihalangi Allah dengan tirai yang tebal. Jika yang terakhir ini menaruh pengetahuan mereka untuk dimanfaatkan dengan baik, mereka akan termasuk orang yang paling teguh, karena telah menyaksikan hikmah Allah. Tanda-tanda-Nya yang paling menakjubkan, keajaiban dari keahlian-Nya yang menunjuk kepada-Nya, karena ilmu, kekuatan, dan hikmah-Nya yang tak ada pada orang lain. Namun, hikmah Allah bahwa pikiran sebagian besar kelompok ini, tak memanfaatkan tempat istimewa mereka; mereka terhalang dari mengenal-Nya, terhenti pada aspek eksternal dari kehidupan duniawi, tanpa berpikir akan kampung akhirat. Pikiran seperti ini tak layak mengenal-Nya, nama dan Atribut-Nya, dan rahasia agama dan peraturan-peraturan-Nya, yang menjadi kepentingan dasar. Tapi karunia ada di Tangan Allah, dan Dia memperluasnya kepada siapapun yang dikehendaki-Nya, karena Allah adalah pemberi karunia yang banyak. Tapi dalam hal ini, apa yang dapat diperoleh manusia sangat kecil dibandingkan dengan apa yang tersembunyi darinya. Sesungguhnya, ilmu yang dimiliki setiap manusia, relatif terhadap apa yang mereka abaikan, bagai hanya sebuah tegukan seekor burung kecil, relatif terhadap lautan. Namun, meski demikian, ini bukanlah alasan untuk berpaling dari apa yang bisa kita pelajari dan menjadi hilang harapan: manusia yang berpikir, akan menemukan apa yang ia lihat sebagai gejala tentang apa yang ada di baliknya. Wallahu a'lam."
"Dan tiada seekor binatangpun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan." - [QS.6:38]
Referensi :
- Capt. Anas Abdul-Hameed Al-Qoz, Men and The Universe - Reflections of Ibn Al-Qayyem, Darussalam

Jumat, 09 Maret 2018

Dunia, Sebuah Renungan (2)

Lelaki bertopi fedora itu melanjutkan, "Karena hikmah Allah menghendaki bahwa bumi, daratan, tanah yang kasar, pegunungan dan gurun-gurunnya, semuanya ditakdirkan memberi manfaat yang beragam, sebagai bahan baku pembuat beragam makhluk, bumi pasti akan memiliki persamaaan dengan seorang ibu, yang mengandung  bayi didalam perutnya. Ia melahirkan, bagi kepentingan manusia dan satwa, baik yang mereka ketahui atau tidak, menyemburkan dari dalamnya apapun yang Tuhan perbolehkan untuk dikeluarkan; dan kelak, ia akan meminta kembali segala yang telah dikeluarkannya. Dia menghendaki bahwa bumi akan menjadi penyedia bagi makhluk hidup selama mereka hidup di permukaannya, dan kemudian, setelah makhluk-makhluk itu mati, bumi akan memintanya dan melipat mereka didalam perutnya.

Dalam hal ini, dibutuhkan tanggung jawab dari makhluk hidup selama mereka masih hidup dan setelah mereka mati. Dan kemudian, ketika hari yang telah ditentukan, yaitu Hari Akhir, telah tiba, dan bumi menjadi berat oleh kandungannya, saat-saat melahirkan telah mendekat, dan ketika persalinan itu telah masuk waktunya, Sang Pencipta memerintahkan bumi mengeluarkan segala yang ada didalam perutnya, membuang semua bebannya; dan demikianlah, akhirnya bumi mengeluarkan manusia yang berada didalam perutnya; kemudian ia berkata, "Inilah apa yang Engkau percayakan kepadaku, wahai Tuhanku." Ia mengeluarkan, atas kehendak Allah, harta-hartanya, menyibak misterinya, dan memberikan kesaksian tentang anak-anaknya, dari segala perbuatan baik dan perbuatan buruk yang telah mereka lakukan.
Karena angin bertiup di sekeliling bumi, menembus ke rongganya, menyebabkan uap air terjebak di dalamnya dan tertiup ke dalamnya, tanpa saluran keluar, Allah menghendaki bahwa bumi sesekali "menghela nafas", sehingga terjadilah gempa bumi yang hebat, yang menyebarkan rasa takut dan kagum dari para hamba-hamba-Nya, mendorong mereka agar bertobat dan meninggalkan kezaliman, menghantarkan do'a kepada-Nya dan bertobat atas kejahatan mereka.

Amatilah sekarang udara dan manfaatnya bagi makhluk hidup. Inilah inti dari kehidupan; ia menopang makhluk hidup secara internal karena mereka bernapas, dan eksternal dengan melindungi tubuh mereka; ia membawa suara dan mengantarkannya ke tempat yang dekat dan jauh, bertindak sebagai utusan atau pemberita yang tugasnya menyampaikan informasi dan pesan. Udara adalah pembawa beragam bau, menyampaikannya dari satu tempat ke tempat lain, sehingga manusia yang menerima bau menyadari sumbernya dengan mencatat arah angin, dengan cara yang sama seperti udara menyampaikan suara. Udara juga sebagai pembawa dingin dan panas yang penting untuk kelangsungan hidup flora dan fauna. Amati juga fungsi angin karena bertiup diatas daratan dan laut, dan rahmat atau siksa yang diramalkannya.
Pandanglah berapa banyak angin membantu awan hingga menjadi hujan! Yang pertama ada "pengangkat", angin yang menimbulkan awan, yang menggantungkannya di antara bumi dan langit. Lalu ada "pengangkut", yang mengangkut awan, membawanya ke punggungnya seperti cara unta mengangkut kantung air. Angin yang lain sebagai "pengumpul", angin yang mengumpulkan potongan-potongan awan menjadi massa yang padat. Ini diikuti oleh "penyubur" yang bertindak seperti kaum lelaki menyuburkan perempuan, tetapi dengan air, angin menyuburkan - tanpanya, awan menjadi kering, tanpa air.
Angin berikutnya adalah "penggerak", angin yang mendorong awan di mana pun diperintahkan untuk menghalaunya, dimana awan melepaskan airnya. Angin yang berbeda, "pemencar", yang memancarkan awan, merentangkannya di sekitar langit, sehingga saat hujan, tidak menuangkan air secara besar-besaran; karena jika tidak, ia akan menghancurkan tempat tinggal, tumbuhan dan satwa; sehingga "pemencar" dirancang untuk menjaga awan menyebar agar hujan turun dalam bentuk tetesan. Ada angin busur yang menyuburkan tanaman dan pohon, tanpanya mereka akan mandul; angin yang mendorong kapal, tanpanya kapal takkan dapat bergerak di permukaan laut. Beberapa fungsi lain dari angin adalah bahwa ia mendinginkan air, membantu manusia menyalakan api pada ranting, dan mengeringkan apa yang ingin dikeringkan.

Secara keseluruhan, segala yang hidup di bumi, tumbuhan dan satwa, dapat bertahan hanya karena angin. Jika Allah tak menempatkannya untuk melayani hamba-Nya, tanaman akan layu dan satwa akan mati; apa yang dapat dimakan akan terasa buruk, serta polusi dan bau busuk akan tak tertahankan. Tidakkah engkau lihat bahwa ketika angin cukup lama tak berhembus, kesulitan dan penderitaan besar akan muncul, ke titik dimana manusia tak dapat bertahan jika keadaan ini berlangsung terlalu lama? Jika ini terjadi, marga satwa akan sakit, orang sehat takkan sehat lagi, dan kondisi orang sakit akan memburuk; buah-buahan akan membusuk, tanaman akan layu, dan akan ada penyakit menular di atmosfer. Maka, kemuliaan hanya teruntuk Dia, Yang menjadikan bertiupnya angin sebagai sumber makanan, rahmat, berkah dan karunia dari Allah!
Perhatikan pula titik-titik halus udara dalam kaitannya dengan suara, hasil suara itu dari gesekan benda: bukan gesekan dirinya sendiri, seperti yang diasumsikan beberapa orang, tetapi hasil dari gesekan saat objek tertentu saling beradu dan kemudian bergerak menjauh, sehingga dari saling beradu dan saling memisahkan itu, suara dihasilkan, dan udara memancarkannya, menyampaikannya kepada pendengaran manusia, dan ini tersuguhkan dalam banyak cara setiap siang dan malam.
Suara keras yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan dan transaksi manusia, sehingga jika suara yang terjadi itu kemudian tetap tinggal didalam udara, akan ada kepadatan besar suara di atmosfer, dan bahaya takkan terelakkan! Orang-orang akan mengalami kesulitan ketika berusaha meredam suara-suara di udara agar dapat mendengarkan suara yang sangat dibutuhkan - dengan cara yang sama seperti mereka menggunakan kertas kosong yang akan digunakan untuk menulis. Inilah rahmat dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, yang menghendaki agar udara haruslah bagaikan kertas tak terlihat yang menampung sebanyak-banyaknya suara yang diperlukan, dan kemudian menghapusnya atas kehendak Allah, sehingga menjadi bersih dan kosong, yang setiap saat siap menerima informasi baru.

Perhatikan pula rahmat yang luar biasa dari dingin dan panas, suatu yang sangat penting bagi kehidupan satwa dan tumbuhan! Amatilah bagaimana masing-masing menggantikan yang lain secara bertahap dan sedikit demi sedikit sampai benar-benar mendominasi! Jika dingin atau panas saling menggantikan dalam cara yang tiba-tiba, akan berbahaya dan fatal bagi organisme dan tanaman, sama seperti ketika seorang lelaki pergi mandi dalam cuaca yang sangat panas ke cuaca yang sangat dingin. Cara panas dan dingin yang berlangsung itu, tak ada alasan lain kecuali pemeliharaan, hikmah dan kasih-sayang Allah! Jika engkau berkata, "Melambat dan kendurnya suhu panas dan dan saling menggusur satu sama lain adalah hasil dari gerakan lambat matahari terbit dan terbenam", dan engkau akan balik ditanya, "Dan apa yang menyebabkan gerakan lambat dari matahari?"
Jika engkau menjawab, alasannya adalah jarak yang jauh antara terbit dan terbenamnya, maka engkau akan berurusan dengan pertanyaan berikutnya: "Dan mengapa terjadi jarak yang sangat jauh ini?" Dan sebagainya. Engkau harus menjawab pertanyaan demi pertanyaan setiap kali engkau memberikan penyebabnya hingga engkau berakhir dengan salah satu dari dua sikap ini: penolakan keras kepala dan menggugat bahwa itu hanyalah kebetulan belaka, tanpa pengendali atau pembuatnya; atau pengakuan dari Tuhan semesta alam, penyerahan diri pada Sumber Abadi dari segala makhluk, sebuah ketetapan hati agar menjadi salah seorang manusia yang berakal sehat dan berpikir. Tak ada sama sekali jalan tengah diantara dua kubu itu! Jadi, jangan biarkan pikiranmu tertipu. 

Renungkan juga pada penciptaan api, bagaimana ia tetap tersimpan dan bagaimana ia menyala. Jika ia terbakar sepanjang waktu, seperti kelangsungan air dan udara, ia akan membakar dunia; ia akan menyebar di luar kendali, dan begitu banyak kerusakan dan kerugian akan terjadi. Jika hanya menjadi potensi, tak pernah benar-benar ada, manusia akan kehilangan banyak manfaat yang terwujud karena api. Hikmah dari Yang Maha Perkasa, Yang Maha Mengetahui, oleh karena itu, menentukan bahwa api hanya berpotensi hadir dalam bahan baku, bahwa manusia dapat mengeluarkannya setiap kali ia dibutuhkan, melestarikannya dengan bahan bakar, seperti kayu, dan membiarkannya terbakar selama ia dibutuhkan; ketika manusia tak lagi membutuhkannya, dan berhenti memasoknya dengan bahan bakar, ia akan mereda sesuai kehendak Tuhannya, Yang Maha Menciptakan, yang menjaganya dari keutuhan dan bahaya dari kelestariannya. Maka, kemulian hanya teruntuk Dia, Yang menciptakan dan meletakkannya pada kontrol manusia dalam keseimbangan yang paling merupa dan mengagumkan, menggabungkan kenikmatan manfaatnya, mengendalikannya, dan tetap aman dari bahaya yang akan ditimbulkannya.
Kita memuji Tuhan kita, Yang luar biasa! Dia memperkenalkan diri-Nya kepada kita, dengan tanda-tanda-Nya, menuntun kita dengan keajaiban-Nya, dan menyelamatkan kita dengan perlunya bimbingan dari kefanaan. Dia mengingatkan kita bahwa api dunia ini adalah api dari akhirat, sehingga kita dapat berhati-hati, waspada dan berlindung kepada-Nya dari api neraka. Dia menambahkan bahwa api merupakan cadangan 'muqwin', yaitu musafir yang beristirahat di tanah yang tandus, dimana kebutuhannya sangat bergantung pada api, untuk penerangan, memasak, membakar, memanaskan, menghilangkan kesepian dan fungsi lainnya.

Perhatikan hikmah yang ditampilkan dalam mengistimewakan manusia dengan penggunaan api dalam preferensi bagi semua satwa! Terlepas dari manusia, satwa tak membutuhkan api. Jika manusia tanpa ada api, akibatnya akan serius dan sangat tidak menguntungkan dalam segala hal kehidupan dan kepentingannya. Satwa lain, sebaliknya, tak menggunakan api, juga tak menikmati suguhannya. Untuk merujuk ke salah satu dari banyak penggunaan api, penggunaan yang tampaknya sepele, tapi benar-benar penting dalam kehidupan manusia, mari kita perhatikan penggunaan lampu. Perangkat ini biasa digunakan oleh manusia untuk melakukan salah satu tugas yang mereka pilih untuk tampil di malam hari. Jika mereka tidak diberi perangkat ini, manusia harus menghabiskan setengah dari hidupnya sama aktifnya dengan penghuni makam.
Siapa yang akan bisa menulis, menjahit, melakukan kerajinan atau kegiatan apapun di malam gelap? Bagaimana orang yang sakit berperilaku di malam hari? Bagaimana ia akan mengelola tanpa cahaya untuk mendapatkan obat atau mengekstrak darah atau mengambil tindakan lain pada penyakitnya? Perhatikan jumlah cahaya yang dipancarkan oleh sumbu kecil, bagaimana cahayanya cukup besar melingkar di sekitarmu, memungkinkanmu melihat apa yang dekat dan apa yang jauh! Perhatikan pula, bagaimana jika setiap makhluk Allah yang mengambil cahaya dari lampumu itu, takkan melemah atau meredup! Adapun manfaat dari api dalam memasak makanan, mempersiapkan obat-obatan, pengeringan, yang hanya dapat digunakan setelah dikeringkan, menganalisis apa yang harus dianalisis, mengentalkan apa yang perlu dikentalkan dan menggabungkannya agar dapat berguna; semua ini dan banyak kegunaan lain, lebih dari yang dapat kita ketahui.
Pikirkan lagi api, bagaimana secara alami ia bangkit! Jika atmosfer sekitar tidak membredelnya, ia akan membesar dan membesar; ia cenderung tertarik ke bawah dengan cara yang sama seperti badan yang memiliki gaya berat tertarik ke bawah; dan jika, di sisi lain, jika tak ada yang mebredelnya ke bawah, ia akan turun dan turun. Jadi siapakah yang mengatur bahwa api harus naik ke tingkat yang ditentukan, dan diatur penurunannya yang harus terbatas pada titik yang diinginkan? Siapa lagi kalau bukan Yang Maha Perkasa, Yang Maha Mengetahui?

Renungkan hikmah Allah yang terungkap dalam dua logam mulia yang langka, emas dan perak; amatilah kegagalan pikiran terbaik di antara manusia yang ingin menghasilkan tiruan dari dua logam ini, ucapan mereka tak mampu meniru ciptaan Allah dalam hal ini, meskipun mereka bersemangat dan berusaha sebaik mungkin mencapai tujuan ini. Mereka hanya berhasil memproduksi imitasi dari kedua logam itu. Jika mereka berhasil memproduksi emas dan perak yang identik, kekacauan besar akan terjadi di dunia, karena emas dan perak akan tersedia dengan sangat berlimpah bagi manusia, sampai menjadi semurah daun palem dan tembikar; dalam hal ini mereka akan berhenti untuk melayani kepentingan yang seharusnya mereka diciptakan untuk menyuguhkannya. Ketidaklangkaannya akan membuat emas dan perak itu bernilai kecil, dan mereka takkan lagi digunakan sebagai harga untuk properti dan barang berharga, jasa dan persenjataan bagi para pelaga.
Manusia akan menolak untuk dipekerjakan, karena semua orang akan menjadi pemilik emas dan perak. Jika seandainya Allah menjadikan seluruh makhluk-Nya kaya, Dia pada hakekatnya membuat mereka semua miskin, karena siapa yang mau membiarkan dirinya dipekerjakan dalam pekerjaan kasar yang sangat penting bagi kehidupan? Maka kemuliaan hanya teruntuk Dia, Yang telah mengasumsikan bahwa kelangkaan emas dan perak menjadi dasar penetapan sistem yang terorganisir di dunia! Di sisi lain, Dia tak membuatnya langka seperti belerang merah yang hampir mustahil untuk didapatkan, karena dalam jumlah yang sangat kecil, mereka akan benar-benar tidak berguna! Dia cenderung menciptakan dan meletakkannya dalam jumlah tertentu sesuai asumsi yang tepat oleh pertimbangan dan rahmat-Nya, bagi kenyamanan makhluk-Nya.

Pikirkan juga hikmah luar biasa yang terkandung dalam cara Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi akses bagi hamba-Nya apa yang paling mereka butuhkan, kasih sayang-Nya dalam hal mencukupkan ketersediaan dan keberlimpahan sesuatu sejauh yang dibutuhkan. Semakin banyak sesuatu yang dibutuhkan ummat manusia, akan semakin banyak tersedia; semakin sedikit yang mereka butuhkan akan semakin kurang keberlimpahannya; dan ketika mereka membutuhkannya dalam jumlah yang moderat, akan tersedia dalam jumlah yang moderat - takkan ada perkara bahwa itu terlalu umum atau terlalu langka.
Semua tergantung pada taraf dan keanekaragaman kebutuhan. Ambil contoh empat hal penting, bumi, air, udara dan api. Lihatlah bagaimana mereka tersedia secara umum. Amatilah sejumlah besar udara yang Allah telah ciptakan, dan bagaimana ketersediaannya secara umum ada kemanapun engkau pergi. Itu karena satwa darat tak dapat bertahan hidup tanpanya; sehingga dapat diakses oleh marga satwa dimanapun mereka berada, karena mereka tidak dapat melakukannya tanpa udara walau sejenak. Jika tidak pernah ada dalam jumlah besar di seluruh daratan dan wilayah, manusia dan satwa akan mati lemas karena asap dan uap yang terus membentuk dan menyebar.
Amati juga, hikmah Allah ketika Dia menyebabkan angin untuk menghalau asap dan uap; ketika mereka naik ke atmosfer, angin membawanya ke tempat dimana mereka berubah menjadi awan atau kabut, dan dunia terhindar dari pengaruh buruknya.

Lelaki bertopi fedora itu lalu berkata, "Wahai anak muda, dapatkah seluruh manusia, jika mereka bergabung dalam satu kelompok, mengubah asap menjadi awan atau kabut, atau dapatkah mereka meniupnya agar menjauh dari orang banyak sehingga berhenti menjadi sumber marabahaya bagi mereka? Jika bukan Allah Yang menghendaki, Dia bisa saja menahan angin agar tak meniup asap, dan karenanya menjadi lebih padat dan semakin padat di permukaan bumi, menyebabkan manusia dan satwa banyak yang mati. Wallahu a'lam."
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." - [QS.3:190-191]
[Bagian 1]
Referensi :
- Capt. Anas Abdul-Hameed Al-Qoz, Men and The Universe - Reflections of Ibn Al-Qayyem, Darussalam

Senin, 05 Maret 2018

Dunia, Sebuah Renungan (1)

Para unggas berkumpul kembali. Ada sesuatu yang menarik pada kaum unggas Kampung Bayan ini, bagai warna bulu-bulunya yang indah, terkadang, ada perbedaan pandangan di antara mereka. Namun perselisihan itu runtuh oleh rasa persaudaraan seiman. Mereka sadar bahwa perbedaan pandangan dapat lekang oleh ruang dan waktu, namun tidak pada rasa persaudaraan seiman. Persaudaraan seiman, disertai dengan ilmu, kebijaksanaan dan kebesaran hati, dapat menyelesaikan perbedaan pandangan di antara mereka. Dan seperti biasa, Nuri memulai pertemuan mereka dengan mengucapkan, "Assalamualaikum, wahai saudara-saudariku!" Dan ucapan ini disambut dengan, "Wa'alaikumussalam!" Nuri kemudian berkata, "Segala puji bagi Allah, Yang Maha Pengasih, Yang menciptakan manusia, dan mengajarkan mereka beragam bahasa, semoga kedamaian dan berkah menyertai Nabi kita tercinta (ﷺ), keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya sampai Hari Kiamat. Wahai saudara-saudariku, terakhir kali, saudari kita, Angsa, berkisah tentang sang musafir muda. Adakah diantara kalian yang juga ingin berbagi cerita? " Pipit berkata, "Aku ingin mendengar lagi tentang sang musafir!"
Nuri menoleh pada Angsa. Angsa mengangguk, melangkah ke depan, dan berkata, "Sang musafir muda melanjutkan perjalanannya. Setiap kisah ada akhirnya; dalam kehidupan ini, setiap akhir hanyalah sebuah awal dari kisah yang lain. Suatu hari, sang musafir sedang duduk di geladak sebuah kapal, dan menikmati hamparan luas cakrawala. "Assalamualaikum!" seseorang menyapa. "Wa'alaikumussalam!" jawabnya. Ia berbalik, seorang lelaki tua dengan topi fedora di atas kepalanya, dan mengenakan jas yang rapih, berdiri sambil tersenyum kepadanya. Lelaki berfedora itu berkata, "Bolehkah aku duduk di sampingmu, wahai anak muda?" Sang musafir muda tersenyum dan berkata, "Tentu saja, silahkan pak!" Setelah duduk, lelaki berfedora berkata, "Wahai anak muda, ketahuilah bahwa Allah, Subhanahu wa Ta'ala, telah mendorong hamba-hamba-Nya agar mengenal-Nya. Seseorang pasti akan dituntun agar dapat belajar mengenal Allah, tentang Keesaan dan sifat kesempurnaan-Nya; belajar tentang aspek-aspek dari kehendak-Nya sebagaimana dibuktikan oleh absolusitas kekuatan-Nya, sifat tak terbatas dari hikmah-Nya; kasih-sayang, kemurahan hati, ampunan, kebaikan, keadilan, rahmat, kemarahan, penghargaan dan hukuman - melalui renungan fakta-fakta ini, Dia menghendaki hamba-Nya agar mengenal-Nya, dan karena alasan inilah, Dia menasihati mereka agar merenungkan tanda-tanda keberadaan-Nya." 

Sang musafir tertegun. Ia berkata, "Aku merenungkan penciptaan dunia ini, komposisi bagian-bagiannya. Aku menemukan bahwa dunia ini terorganisir oleh sistem yang terbaik, segala yang pasti mengarah pada kemampuan sempurna Allah, Kemahatahuan-Nya dan ketakterbatasan hikmah dan kebajikan-Nya! Mohon sampaikan padaku lebih banyak tentang hal ini, wahai orang berilmu!" Lelaki berfedora berkata, "Di dalam Al-Quran, ada banyak ayat yang menyebutkan tentang sejumlah tanda Sang Pencipta, sehingga mereka bisa menjadi pengingat akan tanda-tanda selanjutnya. Satu set tanda-tanda tersebut akan terkait dengan penciptaan manusia. Bila engkau merenungkan penciptaan dunia ini, komposisi bagian-bagiannya, organisasinya memiliki sistem yang terbaik, semua yang pasti mengarah pada kemampuan sempurna Allah, kemahatahuan-Nya dan ketakterbatasan hikmah dan kebajikan-Nya! Jika engkau melihat dunia ini, engkau akan menemukannya bagai sebuah rumah yang dibangun, lengkap dengan perabot, persediaan dan perbekalannya. 

Langit adalah atapnya, yang ditinggikan di atas bumi; tanah adalah lantai, kasur dan karpetnya; beradaptasi dengan baik bagi kenyamanan penghuninya; mentari dan rembulan yang bersinar, bagai lampu di atasnya; bintang-bintang yang berkelip, bagai lampu hias, pemandu bagi penjelajah dipermukaan bumi ini. Mineral dan permata yang tersimpan di dalamnya, bagaikan harta dan tabungan, atau ibarat tempat penyimpanan yang siap setiap saat bagi mereka yang membutuhkan; flora yang beragam dan berlimpah untuk memenuhi kebutuhan manusia, keragaman fauna menawarkan begitu banyak layanan; ada yang untuk ditunggangi, menyediakan susu, daging; ada juga satwa yang menyediakan pakaian, perabot dan peralatan, ada juga satwa yang ditahbiskan untuk menjaga manusia, menjaganya saat tidur, menentang marabahaya yang mengancam manusia. Kalaulah manusia tak diperbolehkan mengendalikan suatu makhluk agar dapat menundukkan makhluk lain, tentulah takkan ada harapan hidup bagi ummat  manusia.
Manusia diberikan status terhormat di bumi ini; ia berwenang mendominasi makhluk-makhluk tersebut, mempekerjakan mereka dalam melaksanakan perintah dan petunjuk-Nya. Dalam semua ini, kita bisa menyaksikan gejala yang paling jelas bahwa dunia adalah ciptaan Allah Yang Maha Bijaksana, Yang Mahakuasa dan Yang Mahatahu, Yang merancang desain terbaik, menatanya dalam keteraturan yang paling sempurna; kita dapat melihat bahwa Sang Pencipta takkan mungkin ada lebih dari satu, bahwa Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, tiada illah selain Dia. Hal ini nyata bahwa jika ada tuhan lain di langit atau bumi ini, maka sistem-sistem itu akan berantakan, dan akan menjadi kacau-balau, serta kelayak-huniannya akan berhenti. Jika sebuah raga tak mau mengakui ada dua jiwa yang berada didalamnya, betapa tak terbayangkan bagaimana alam semesta yang luas ini bisa memiliki dua tuhan yang berdaulat.

Salah satu bikti yang paling menyolok dan menangkap mukjizat dari Allah adalah lautan yang mengelilingi lahan kering, dalam bentuk teluk kecil dan teluk laut besar. Sebagian lahan terendam air. Hanyalah Kehendak dan Kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala  yang menahan air agar tetap terendam di tanah dan agar tak meruah seperti sifat air yang sebenarnya, yang dapat menenggelamkan apa saja yang diterpanya. Tak ada yang dapat menjelaskan hal ini kecuali menghubungkannya dengan Hikmah Ilahi dan Kasih-sayang yang kekal dari Allah, Yang menghendaki bahwa keadaan itu haruslah datar agar marga satwa dapat hidup diatasnya. Inilah kebenaran, tetapi harus menjadikan kita agar tetap tunduk kepada Kemampuan-Nya; Kehendak dan Takdir-Nya; bagi Ilmu-Nya, Hikmah dan segala sifat kesempurnaan-Nya.
Laut dan seluruh makhluk menakjubkan di dalamnya, menampilkan beragam spesies yang sangat luas, dalam bentuk, ukuran, fungsi, dan warna, serta manfaat dan ancamannya. Ada satwa laut yang tampak bagai sebuah gunung, begitu besarnya sehingga tak ada di bumi yang dapat setanding dengannya. Selain itu, ada begitu banyak spesies yang tak memiliki kolega sama sekali diatas bumi ini. Sebagai misal batu mulia, mutiara dan karang. Engkau dapat melihat bagaimana mutiara terbungkus dalam peti mati, kerang, yang berfungsi sebagai sarang untuknya, sebagai perlindungan dan keselamatan. Ada mutiara tersembunyi, tak pernah tersentuh oleh tangan manusia.
Amatilah bagaimana karang tumbuh di dasar laut dari bebatuan padat di bawah air, mirip dengan pohon. Lautan juga mengandung sesuatu, seperti batu ambar dan barang berharga yang terhempas oleh lautan, atau yang terdampar. Amati juga keajaiban bahtera yang berlayar di lautan, melintasinya tanpa perlu pengarah atau penggerak - kekuatan utamanya hanyalah angin yang telah Allah arahkan agar dapat menjalankannya. Jika kekuatan utama itu ditarik kembali, maka perahu itu akan tinggal diam tak bergerak di permukaan air.

Jika engkau mengamati bumi dan penciptaannya, engkau akan melihat bahwa itulah salah satu yang paling merupa dari mukjizat dan keajaiban Allah. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, membuatnya sebagai tempat peristirahatan, tempat menyebar bagi manusia, membuatnya agar dapat melayani para hamba-Nya, menyediakan perbekalan buat mereka, makanan dan perlengkapan, agar dapat bertahan hidup. Dia menyediakannya dengan cara-cara yang memungkinkan mereka agar leluasa bergerak mencari kebutuhan dan kelapangan; diimbangi dengan pegunungan, yang bertindak bagai pasak yang memegangnya, sehingga bumi tak bergoyang dengan penduduknya. Dia membentangkan, meratakan, menyamakan dan mendatarkan serta melebarkan, memperluasnya ke segala arah, membuatnya sebagai wadah bagi makhluk, yang akan berlangsung selama mereka dapat bertahan hidup; menjadikannya kain kafan bagi orang mati yang diselipkan kedalam perutnya setelah mereka dimakamkan - permukaannya bagi yang masih hidup dan bagian dalamnya untuk raga yang tak bernyawa lagi. Pembuktiannya boleh dilakukan karena banyak disebutkan oleh Yang Maha Kuasa dalam Kitab-Nya. Dia mengajak para hamba-Nya agar merenungkan dan merefleksikan penciptaan itu.
Lalu amatilah, ketika lahan yang tandus, terabaikan dan mati; dan lalu lihatlah bagaimana, saat Allah menurunkan hujan, ia akan bergetar, berkecambah, bertumbuh, dan bergemilang dengan pertumbuhan, muncullah beragam jenis tanaman yang luar biasa. Mengeluarkan tanaman yang menakjubkan dalam rupa dan kualitas, tanaman yang menyenangkan para pengamatnya. Ini menghasilkan berbagai tanaman dalam kualitas, jumlah, bentuk, warna, dan manfaat; buah, sayuran, tanaman medis, tanaman merumput bagi marga satwa dan makanan bagi unggas. Engkau dapat melihat bagaimana Dia menyebabkan hujan yang sama jatuh pada berbagai saluran tanah, tetapi masing-masing tumbuh tanaman yang beragam dalam warna, bentuk, bau, rasa dan manfaat, meskipun dengan latar belakang dan perlengkapan yang sama. 

Amatilah pula, bagaimana Allah menyeimbangkan bumi dengan gunung-gunung yang tinggi, padat, tegak, dan keras. Dia mendirikannya dengan baik, meninggikan dan mentakdirkan mereka agar menjadi bagian paling padat di bumi; sehingga mereka tak terkikis selama berabad-abad oleh tetesan hujan dan hempasan angin secara terus menerus. Dia mengukirnya dengan baik, menempatkannya dengan hati-hati, dan memberinya keberagaman dan manfaat yang cukup, mineral dan mata air; kemudian Dia menuntun manusia agar menemukan mineral-mineral itu, mengilhaminya agar dapat mengambilnya, mengajarkan mereka bagaimana membuat koin, perhiasan, potongan dekor, pakaian, senjata dan berbagai alat yang berguna lainnya. Tanpa bimbingan dari Yang Maha Kuasa, manusia takkan pernah memiliki pengetahuan itu atau kemampuan menggunakannya.
Salah satu tanda-tanda yang menakjubkan dari Allah adalah udara, yang menggantung diantara langit dan bumi, yang terasakan ketika bergerak, keberadaan fisiknya dapat dirasakan tetapi tak tertangkap mata. Ia ada diantara langit dan bumi, dimana burung membumbung didalamnya, mengepakkan sayap mereka, dalam cara yang sama seperti satwa laut berenang didalam air. Cara gelombang udara yang kadang-kadang menggulung keras, sama seperti gelungan gelombang laut di samudera.

Ketika Allah menghendakinya, udara yang bergerak itu membelai mesra, sebagai petanda nikmat yang banyak dan sebagai petanda peruntungan manusia, sebagai faktor yang tersimpan didalam awan, yang menyebabkannya mengandung air, dengan cara yang sama ketika lelaki membuahi perempuan untuk memiliki anak. Angin bantalan seperti itu disebut: bentara, hembusan dan angin caraka. Angin penyiksa, di sisi lain, disebut angin ribut, badai laut, yang ganas dan membawa maut di daratan. Ketika Allah menghendakinya, Dia menjadikan angin itu bertiup kencang, membawa kehancuran dan penderitaan, menjadi momok terhadap siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Angin itu dapat membawa kehancuran, pertanda buruk dan malapetaka dimanapun yang dilaluinya.
Amatilah juga, bagaimana Allah menyimpan air di bumi, dan kemudian dengan kegiatan itu menyebabkan tumbuhnya segudang flora. Ada tanaman yang menyehatkan, ada yang sebagai bumbu makanan; ada yang mudah dicerna, ada yang melemahkan, ada yang beracun mematikan, ada yang memuakkan; ada yang menyembuhkan penyakit, ada yang menyebabkan dingin, ada yang menyebabkan panas; ada tanaman tertentu, saat mencapai perut, menekan empedu pada sumbernya; tanaman lain mengendap di perut dan menjadi empedu; yang lain mengusir dahak dan hilang-akal; saling bertransformasi; yang satu merangsang darah mengalir, yang lain menekannya; yang satu menyebabkan tidur, yang lain menolaknya; yang satu menyebabkan kegembiraan, yang lain menyebabkan kebalikannya, dan seterusnya. Tak ada akhir bagi keajaiban tanaman; tak hanya daun, cabang ataupun buahnya tak terkecuali mengandung keajaiban yang mengalahkan pemahaman manusia, yang tak dapat mencakup atau memaknai semua ini.

Pikirkan juga secara mendalam diatas bumi ini, bagaimana ia terseimbangkan, sejak pada hari Allah menciptakannya, sehingga membentuk hunian dan tempat menetap marga satwa, tanaman dan benda-benda lain. Dengan inilah satwa dan manusia dimampukan agar dapat bergerak di atasnya, mengejar apapun kepentingan dan kebutuhan yang mereka suka; beristirahat saat mereka menginginkannya, dan tidur di atasnya, mendapatkan penyegaran yang cukup untuk melanjutkan usaha mereka.
Jika tak ada keseimbangan atau bergoncang, mereka takkan mampu menemukan kedamaian atau kenyamanan pada permukaannya; takkan ada bangunan yang berdiri di atasnya, dan takkan ada industri atau perdagangan yang bisa diusahakan; pertanian atau kerajinan takkan mungkin tergarap. Bagaimana bisa manusia hidup bahagia dengan bumi yang bergoncang di bawah kaki mereka? Engkau dapat melihat akibatnya dengan mengambil firasat seperti itu, dengan mengamati kehancuran yang disebabkan oleh gempa bumi, meskipun itu berlangsung hanya sesaat. Engkau dapat melihat bagaimana, ketika hal ini terjadi, manusia terpaksa meninggalkan rumah dan melarikan diri darinya.

Pikirkan juga akan hikmah yang terkandung dalam bumi yang lembut dan padat pada saat yang sama. Jika ia terlalu lembut, berluluk seperti lumpur, tak ada struktur yang dapat dibangun, dan tak ada satwa yang dapat berjalan di permukaannya; ia takkan layak huni. Jika terlalu keras, seperti batu, takkan cocok bagi budidaya atau penanaman; takkan mungkin dibajak dan ditaburi; takkan mungkin dibuat sumur di dalamnya atau mendirikan bangunan di atas permukaannya. Ia tak keras seperti batu, atau gembur bagai lumpur. Dengan hikmah Sang Pencipta, ia sangat seimbang, tempat yang nyaman bagi marga satwa, dalam keadaan moderat antara lembut dan keras, dengan cara yang memakbulkan segala kepentingan.
Sekarang pikirkan tentang pegunungan, sebuah keajaiban yang menakjubkan, sesungguhnya mereka memiliki begitu banyak manfaat yang tak seorang pun dapat memperhitungkannya kecuali Sang Pencipta dan Pemeliharanya. Butiran salju jatuh diatasnya, dan tetap di puncaknya, pemasok air minum bagi manusia, hingga habis masa lakunya. Mencair dengan perlahan, membentuk cucuran air, sungai dan anak-anak sungai. Dari sini, berbagai tanaman, buah-buahan dan tanaman medis tumbuh di bukit-bukit dan rumput yang berbeda dengan tanaman dari permukaan datar dan gurun. Jika tak ada gunung, salju akan jatuh di tanah yang datar, pencairan berlangsung dalam waktu yang singkat, tak memberikan manfaat. Selain itu, akan menyebabkan banjir yang akan meleburkan segala sesuatu dengan cara mereka. Keadaan ini akan menyebabkan kesulitan besar bagi manusia, dan banyak konsekuensi buruk yang tak dapat dihindari.
Gua-gua, menahan dan mendukung puncak dan kuncupnya, yang berfungsi ibarat benteng dan tembok pertahanan. Juga digunakan sebagai tempat penampungan bagi manusia dan satwa. Batu yang dipahat dari gunung dan dipahat untuk berbagai bangunan dan struktur, dan untuk penggilingan. Mineral dan batu mulia yang tersembunyi dibawahnya, beraragam, dari emas, perak, tembaga, besi dan timah, seperti batu biru laut, zamrud dan banyak mineral lainnya yang tak ada manusia dapat menghitung semuanya. Terdapat mineral yang sangat berharga, yang segenggam darinya lebih berharga dibandingkan sesuatu yang setara dengan emas. Itulah manfaat yang sangat besar yang tak seorang pun, kecuali Sang Pencipta, Yang Mahamulia, yang dapat menghitungnya.

Pegunungan mematahkan amukan angin kencang, melembutkan ketajamannya, dan mencegahnya menghantam daerah sekitarnya dengan kekuatan penuhnya. Oleh karena itu, engkau dapat menemukan penghuni di bawah naungan pegunungan terlindung dari kerasnya hempasan angin yang berbahaya. Pegunungan mengalihkan banjir yang turun dari tempat pembaringannya, mengarahkannya ke kanan atau ke kiri. Jika tidak, banjir akan menghancurkan semua dengan caranya. Pegunungan, dalam hal ini, berfungsi bagai benteng dan perisai.
Pegunungan juga berfungsi sebagai petanda yang menunjukkan jalan. Ia melakukan fungsi seperti isyarat buatan manusia yang mengarahkan para pengembara. Sebuah gunung disebut petanda atau panji karena berdiri tegak memberikan sebuah isyarat. Tanaman medis dan herbal tumbuh diatasnya; apa yang tumbuh di pegunungan, tak tumbuh di dataran dan gurun, sementara apa yang tumbuh di dataran dan gurun, tak tumbuh di pegunungan. Masing-masing, ada manfaat dan kegunaannya yang tak ada satu pun kecuali Sang Pencipta Yang Mahatahu yang dapat menghitungnya. Pegunungan dapat digunakan sebagai benteng perlindungan untuk melawan musuh.

Salah satu manfaat yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitab-Nya, bahwa Dia telah menjadikan pegunungan sebagai pasak bumi, menstabilkan, dan menjangkar, bagaikan kapal. Inilah manfaat yang sangat berharga dan mereka memiliki fungsi yang berharga dalam hubungan itu. Jika engkau mengamatinya dan merenungkan penciptaan yang  menakjubkan itu, dari aspek ini, engkau akan menemukan bahwa pegunungan berfungsi dengan sempurna sesuai tujuan ia diciptakan. Jika pegunungan itu dicipta lebih tinggi dan tegak lurus seperti dinding, akan sulit didaki dan banyak keuntungannya yang tak dapat diperoleh. Sangatlah jelas bahwa bentuk paling berguna dan bermanfaat dari pegunungan, yang disesuaikan untuk melayani kebutuhan manusia, adalah bentuk yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kemuliaan hanyalah teruntuk Dia Yang mengistimewakan siapapun yang Dia pilih diantara manusia layaknya diantara pegunungan. Ada beberapa gunung yang telah ditunjuk menjadi magnet bagi qalbu, seolah-olah qalbu memiliki hubungan dengannya. Qalbu ini bergetar setiap kali gunung tertentu disebutkan, dan merasa rindu untuk mengunjunginya; dengan cara yang sama, ada orang-orang tertentu yang diistimewakan dengan rahmat Allah, dan diridhai dengan berkah-Nya, dihormati dengan kasih-Nya, dalam cara Dia mengasihi mereka, dan begitu juga para malaikat-Nya dan hamba-hamba-Nya yang beriman, dan mereka umumnya akan diterima dengan senang-hati kemanapun mereka pergi."
(Bagian 2)