Bulbul bernalam,
Sejagat telah maklum, laga itu, telah beraci
Yang duafa tetap papa, yang gani kian rani
Demikian itu jalannya
Segenap telah pirsa
Sejagat paham, bahtera itu tersibak
Sesarwa mafhum, sang nakhoda berbongak
Segenap kaum, merasa tersayat-hati
Bagai ramanda, ataupun kirik mereka, belum lama pergi! *)
Murai lalu berkata, "Terima kasih saudariku, Bulbul! Suara yang indah! Sekarang, mari lanjutkan diskusi kita. Adakah di antara kalian yang mau berbagi?" Bulbul berkata, "Aku ingin tahu tentang Dzul-Qarnain. Wahai almond, sampaikanlah kepada kami, kisahnya!"
Almond berkata, "Wahai saudara-saudariku! Hal pertama yang hendaknya kita perhatikan, adalah mengenal Allah, Subhanahu wa Ta'ala, melalui tanda-tanda-Nya. Yang jelas, bahwa siapapun yang melihat bagaimana langit telah diangkat dan bumi dihamparkan, dan mengamati betapa keunikan sesuatu itu - terutama dirinya sendiri - telah tercipta, ketahuilah bahwa setiap gatra itu, seyogyanya punya penyusun, dan segala yang dibangun, seyogyanya punya pembangun.
Orang yang shalih adalah seorang muslim atau muslimah, yang berpegang-teguh pada Dien yang diwahyukan Allah, dan bangsa yang shalih adalah bangsa yang menganut Dien ini dan erat memeluknya. Baik seorang Muslim maupun umat Islam, akan diuji dengan beragam cobaan. Ujian akan mengaduk umat ini karena hasrat dan keinginan, perpecahan dan perselisihan, atau mungkin juga akan datang musuh-musuh umat ini, yang menaklukkan dan memperhinakannya. Cobaan yang berasal dari perpecahan dan perselisihan dapat mencapai sedemikian rupa, hingga umat Islam saling menghunus pedang, dan manusia akan terbunuh, darah bersimbah, kesucian dilanggar dan harta dirampas.
Kesengsaraan-kesengsaraan ini, ada yang berat dan sulit, dan ada yang ringan. Salah satu alasan utama mengapa kesengsaraan dan malapetaka terjadi, adalah kurangnya ilmu dan meratanya kebodohan sehingga setiap khabar ditelan mentah-mentah, meninggalkan Islam, berbuat dosa dan ketidaktaatan, serta pelanggaran moral."
Bulbul bertanya, "Bagaimana cara menyelamatkan diri dari cobaan seperti itu?" Almond berkata, "Banyak diantara para Sahabat, radhiyallahu 'anhum, berusaha mencari tahu tentang cobaan yang akan menimpa umat ini, dan mempelajari cara untuk menyelamatkan diri darinya. Di antara para Sahabat ini, Hudzaifah bin Al-Yaman, radhiyalahu ‘anhu, pernah banyak bertanya kepada Rasulullah (ﷺ) tentang cobaan itu, agar ia takkan menjadi mangsanya. Dalam Sahih Al-Bukhari, diriwayatkan bahwa Hudzaifah berkata, “Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah tentang hal-hal yang baik tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk agar jangan sampai menimpaku” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan (Islam) ini, akankah datang keburukan setelah kebaikan ini?” Beliau bersabda, “Ya” Aku bertanya, “Dan akankah datang kebaikan setelah keburukan itu?” Beliau menjawab, “Ya, tetapi didalamnya ada asap”. Aku bertanya, “Apa asapnya itu ?” Beliau menjawab, “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan manusia kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya” Aku bertanya, “Akankah setelah kebaikan ini, ada keburukan lagi ?” Beliau menjawab, ”Ya, akan muncul dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkan ciri-ciri mereka kepada kami ?” Beliau menjawab, “Mereka dari golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita” Aku bertanya, “Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika kutemui keadaan seperti ini” Beliau menjawab, “Pegang erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka” Aku bertanya, “Bagaimana jika tiada imam dan jama’ah kaum muslimin?” Beliau menjawab, ”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun engkau akan menggigit akar pohon hingga ajal menjemputmu”
Almond diam sebentar, lalu berkata, "Kisah tentang Dzul-Qarnain, berkaitan dengan cobaan kekuasaan. Apa yang terjadi jika seseorang berkuasa? Dari catatan fakta sejarah, dalam sejarah umat manusia, hampir setiap orang yang punya kekuasaan, dan setiap bangsa yang punya kekuasaan, yang ingin terus berkuasa, dan setiap negara adidaya yang menginginkan kekuasaan lebih besar dari apa yang telah dimilikinya, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala takkan pernah mengijinkan suatu bangsa atau orang yang berkuasa itu, tumbuh-berkembang di dunia ini, karena setiap bangsa yang berusaha mendapatkan lebih dari kekuasan yang diperolehnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan membawa kehancuran bagi mereka sendiri, di tangan mereka sendiri.
Tiada yang lebih merusak ego seseorang daripada kekuasaan, karena kekuasaan akan memberimu ketenaran, kekuasaan memberimu kekayaan, kekuasaan memberimu keberuntungan, kekuasaan memberimu segala akses. Ketika seseorang punya kekuasaan, segalanya berada di bawahnya. Lihatlah, skandal yang kita lihat di sekitar kita, melibatkan uang, penipuan, melibatkan ini dan itu, bahkan pertumpahan darah. Begitulah sifat kekuasaan. Kekuasaan itu merusak, dan itulah aturan umumnya. Karenanya, Nabi kita tercinta (ﷺ), memperingatkan kita agar berhati-hati dalam hal kekuasaan. Namun, di sisi lain, Rasulullah (ﷺ) menyampaikan kepada kita bahwa salah seorang dari mereka yang akan berada di bawah naungan Allah, adalah penguasa adil yang bertindak sesuai dengan perintah Allah.
Allah berkehendak memberi kita teladan dari seorang penguasa seperti itu, kisah tentang seorang raja yang shalih, yang telah dirahmati Allah dengan kekuasaan, dan keshalihannya masih tetap terjaga, dan karenanya, Allah menolongnya. Allah telah memberikan Dzul-Qarnain kekuatan yang besar, sehingga ia memiliki segala yang seorang raja dapat miliki, kekuatan, pasukan, peralatan perang dan mesin pengepung. Maka, ia berkuasa atas Timur dan Barat, segala bangsa dan raja-rajanya, tunduk kepadanya, dan semua bangsa, Arab dan bukan-Arab, melayaninya. Ada yang berkata, ia disebut Dzul-Qarnain, yang bercula dua, karena ia telah mencapai dua "cula" matahari, Timur dan Barat, dimana matahari terbit dan terbenam. Ada beberapa Sahabat yang mengatakan bahwa ia dikarunia dengan ilmu. Sahabat lain, mengatakan bahwa Allah memberinya sarana segala sesuatu, yang berarti sarana dan kekuatan untuk menaklukkan seluruh daerah, wilayah dan negeri, mengalahkan musuh, menaklukkan raja-raja diatas bumi ini, dan memperhinakan orang-orang musyrik. Ia diberi segala yang dibutuhkan manusia sepertinya. Wallahu a'lam!"
Pelatuk bertanya, "Seorang nabikah ia?" Almond berkata, "Allah, Azza wa Jalla, memuliakan Dzul-Qarnain dalam Al-Qur'an, atas keadilannya. Ia memerintah atas Timur dan Barat serta banyak daerah yang ditaklukkan, dengan keadilan yang sempurna. Diriwayatkan, Abdullah bin 'Amr, radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Dzul-Qarnain adalah seorang Nabi. Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas, radhiyallahu 'anhu, berkata bahwa Dzul-Qarnain adalah raja yang baik, yang usahanya dipuji dalam Kitabullah, ia dimenangkan, dan Khidhir adalah menterinya, pemimpin pasukannya, dan penasehatnya. Lebih lanjut, dalam kitab at-Tabari, disebutkan bahwa Dzul-Qarnain adalah Alexander orang Yunani, tapi kita tahu, bahwa ia adalah seorang politeis. Sekitar tiga ratus tahun sebelum kelahiran Nabi 'Isa, alaihissalam, ada seorang raja yang dikenal sebagai Sikandar atau Alexander orang Yunani atau Iskandar al-Maqduni. Ia dikenal dengan penyebutan dari Yunani, Makedonia, Romawi dll. Ia mengangkat Arastu atau Aristoteles sebagai menterinya, yang berperang melawan Darius muda, raja Persia, dan yang merupakan pendiri Alexandria, dan Alexander menaklukkan negaranya setelah membunuhnya. Ibnu Katsir, ulama besar Hadis dan sejarah, telah menjelaskan bahwa Alexander ini bukanlah Dzul-Qarnain yang disebutkan dalam Al Qur'an.
Yang lain mengatakan bahwa Dzul-Qarnain adalah Cyrus atau Khoresh yang Agung, pendiri Kekaisaran Akhemeniyah atau Kekaisaran Persia Pertama. Yang lain lagi mengatakan, Dzul-Qarnain yang disebutkan dalam Al-Quran adalah Abu Bakar bin Samma ibnu 'Umar ibnu Ifriqis al-Himyari, orang yang menaklukkan Timur dan Barat Bumi. Menurut Ibnu Katsir, pendapat yang paling mungkin adalah bahwa ia adalah seorang raja. Dzul-Qarnain telah disebutkan oleh Al-Qur'an tidak lebih dari, "Ia seorang raja yang abid dan shalih." Ia orang yang taat dan pemeluk agama sejati pada masanya. Hal-hal yang tak disebutkan oleh Al-Qur'an ataupun dijelaskan oleh Hadis, adalah hal-hal yang bukan kewajiban kita untuk memperbaiki dan mengklarifikasinya sendiri, karena tanggung jawab itu, tak bergantung pada pundak kita, ada yang lebih berkompeten. Dengan demikian, perkataan manapun yang dianggap lebih berbobot, layak dan aman, tujuan Al Qur'an akan tetap tercapai. Wallahu a'lam!"
Bulbul bertanya, "Benarkah ia memiliki dua cula?" Almond berkata, "Ada yang berpendapat bahwa ia memiliki dua kuncir rambut ikal, oleh sebab itu, ia disebut Dzul-Qarnain. Ada juga yang mengatakan bahwa ia memiliki tanda di kepalanya, yang menyerupai cula. Tampak dalam beberapa riwayat, bahwa ada bekas luka di kedua sisi kepalanya, karenanya, ia dikenal sebagai Dhul-Qarnain. Sebagian yang lain mengatakan bahwa ia memerintah negara-negara Timur dan Barat, oleh karenanya, ia disebut Dzul-Qarnain. Timur dan Barat, dimana matahari terbit dan dimana terbenam. Menurut para Sahabat dan Tabi'in, bahwa ia melakukan perjalanan dengan mengikuti jalur yang berbeda untuk mencapai apa yang diinginkannya. Dalam ekspedisi pertamanya, ia mengikuti rute sampai ia mencapai titik terjauh yang bisa dicapai ke arah terbenamnya matahari, yang merupakan belahan Barat bumi. Ia melihat matahari terbenam didalam laut yang berlumpur hitam, yang bermakna bahwa ia melihat matahari seakan terbenam di lautan. Inilah sesuatu yang setiap orang, yang pergi ke pantai, tampak melihat seolah matahari terbenam ke laut, namun kenyataannya, matahari tak pernah meninggalkan garis edarnya, menaati Sunnatullah.
Di sana, ditemukannya suatu kaum yang tak beragama. Allah berfirman, “Wahai Dzul-Qarnain! Engkau boleh menghukum atau mengajak beriman kepada mereka.” Allah memberinya kuasa atas mereka dan memberinya pilihan: jika ia mau, ia boleh membunuh orang-orang itu dan mengambil para wanita dan anak-anak sebagai tawanan, atau jika ia mau, ia dapat membebaskan mereka, dengan atau tanpa tebusan. Kemudian Dzul-Qarnain megumumkan keputusannya, “Barangsiapa yang tetap dalam kekafirannya dan menyekutukan Rabb-nya, kami akan menghukumnya, dengan membunuhnya, lalu ia akan dikembalikan kepada Rabb-nya, kemudian Rabb-nya, mengazabnya dengan azab yang sangat keras. Adapun orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka ia mendapat pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah-mudah.”
Ekspedisi kedua, Dzul-Qarnain melakukan perjalanan lagi, dari belahan Barat bumi ke arah Timur. Setiap kali ia melewati suatu kaum, ia menaklukkannya dan menyeru mereka agar menyembah Allah. Jika mereka mematuhinya, akan diperlakukan dengan baik, bila tidak, ia akan mempermalukan mereka dan mengambil harta benda dan kekayaan mereka. Dari setiap kaum, ia mengambil apa yang dibutuhkan pasukannya untuk memerangi kaum berikutnya. Ketika ia sampai di tempat matahari terbit, ia menemukan sebuah kaum, tak ada bangunan atau pohon yang menanungi dan melindungi mereka dari teriknya matahari. Mereka berada di lahan yang tiada satupun yang tumbuh, sehingga saat matahari terbit, mereka akan masuk ke dalam tembusan dalam tanah sampai melewati rembangnya matahari, lalu mereka akan keluar menjalani kehidupan sehari-hari dan mencari nafkah. Meskipun mereka mengembara dari berbagai bangsa dan negeri, Allah mengetahui segala sesuatu tentang Dzul-Qarnain dan pasukannya, dan tiada yang tersembunyi dari-Nya.
Kemudian ia melakukan perjalanan lagi, eskpedisi ketiga, antara dua gunung yang saling bersebelahan dengan lembah di antaranya, darimana Yakjuj dan Makjuj akan muncul. Hingga ketika ia sampai di antara dua gunung, didapatinya di belakang kedua gunung itu, suatu kaum yang hampir-hampir tak memahami ucapannya, karena mereka sangat terisolasi dari kaum lain.
Mereka berkata, “Wahai Dzul-Qarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu, makhluk yang berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?” Dzul-Qarnain berkata dengan ramah, lembut dan dengan niat baik, "Kekuasaan dan kewenangan yang diberikan Allah kepadaku, lebih baik bagiku dibanding apa yang telah kalian kumpulkan. Apa yang kumiliki lebih baik daripada apa yang kalian ingin berikan kepadaku, akan tetapi, bantulah aku dengan kekuatan, dengan sumber-daya dan peralatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kalian dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi!”
Ia meletakkan balok-balok besi di atas satu sama lain, mulai dari bawah, sampai ia mencapai puncak-puncak gunung itu, mengisi setiap celah yang terbuka. Para Ulama berbeda pendapat tentang berapa tepatnya rentang lebar dan tinggi celah itu. Ia menyalakan api sampai semuanya terbakar panas, lalu ia berkata, "Berilah aku tembaga yang mendidih agar kutuangkan ke atasnya.”
Yakjuj dan Makjuj tak bisa memanjat penghalang atau menembus bagian bawahnya. Mereka tak dapat menggalinya. Setelah dibangun, Dzul-Qarnain berkata, "Dinding ini adalah rahmat dari Rabb-ku, maka apabila janji Rabb-ku telah datang, Dia akan meratakannya; dan janji Rabb-ku itu benar.”
Pelatuk bertanya, "Siapa Yakjuj dan Makjuj ini?" Almond berkata, "Hasil penelitian para cendekiawan Muslim, bahwa mereka adalah orang-orang biasa di dunia ini dan keturunan manusia biasa. Mereka bukanlah manusia supernatural dengan kebiasaan makan yang luar biasa. Mereka mungkin dikatakan sebagai orang-orang asli darimana bangsa Eropa dan Rusia berasal, karena mereka menyebutnya Mog dan Yochi, orang-orang Yunani menyebutnya Gog dan Magog. Bahasa Ibrani dan Arab sama-sama menyebutnya dengan Ya'juj dan Ma'juj. Dan walau misalnya Yakjuj dan Makjuj adalah orang Mongol atau Tatar, orang-orang Tatar yang berkelana setelah meninggalkan tempat tinggal asli mereka dan membentuk peradaban terlepas dari asal-usul yang sama, ada banyak perbedaan di antara mereka dan orang-orang yang berada di celah gunung itu. Inilah orang-orang yang meminta Dzul-Qarnain agar membangun dinding penghalang antara mereka dengan Yakjuj dan Makjuj.
Jadi, Yakjuj dan Makjuj adalah diantara keturunan Nabi Adam, alaihissalam. Didalam Kitab Shahih al-Bukhari, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda, “Allah Ta'ala berfirman, 'Wahai Adam!' Adam menjawab, "'Labbaik wa sa`daik' (Aku penuhi panggilan-Mu dengan senang hati) dan seluruh kebaikan ada di Tangan-Mu.' Allah berfirman, 'Keluarkan utusan neraka!' Adam berkata, 'Utusan nerakakah itu?' Allah berfirman, 'Dari setiap seribu ada sembilan ratus sembilan puluh sembilan. (Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (goncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras'." Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, siapakah dari kami yang bisa menjadi satu orang itu?' Beliau (ﷺ) bersabda, “Bergembiralah kalian karena sesungguhnya dari kalian satu orang dan seribu dari Yakjuj dan Makjuj.” Kemudian beliau (ﷺ) bersabda, “Demi Allah yang jiwaku di tanganNya, sesungguhnya aku berharap kalian menjadi seperempat penduduk surga.” Kami bertakbir. Beliau (ﷺ) bersabda, “Aku berharap kalian menjadi sepertiga penduduk surga.” Kami bertakbir. Beliau (ﷺ) bersabda, “Aku berharap agar kalian menjadi separuh penduduk surga.” Kami pun bertakbir. Beliau (ﷺ) bersabda, “Tidaklah kalian di antara manusia kecuali seperti sehelai bulu hitam di kulit lembu putih atau seperti sehelai bulu putih di kulit lembu hitam.”
Dinding Yakjuj dan Makjuj itu, kekuatannya sedemikian rupa sehingga Yakjuj dan Makjuj tak dapat memecahkannya atau mengelupasnya. Melihat kekokohan dan kekuatan penghalang itu, Dzul-Qarnain bersyukur kepada Allah, mengatakan bahwa semua ini adalah rahmat Allah, Yang telah menggunakan dirinya dalam pekerjaan ini. Ia juga menyebutkan bahwa pada waktu itu, dindingnya cukup kuat dan kokoh, sehingga Yakjuj dan Makjuj tak dapat melaluinya, namun ia berkata lebih lanjut, "Aku tak menjamin bahwa dinding ini akan selamanya tetap seperti ini melainkan hanya akan tetap seperti ini selama Allah akan membiarkannya demikian. Ketika Dia tak lagi berkehendak bahwa dinding ini akan menjadi seperti ini, dinding ini akan rusak dan bagaimanapun juga, dinding ini akan hancur-luluh."
Dalam Shahih Al-Bukhari, dari Zainab binti Jahsy, radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi (ﷺ) masuk menemuinya dalam keadaan cemas seraya bersabda, “Tiada sesembahan yang hak kecuali Allah. Celakalah orang-orang Arab karena keburukan yang telah dekat. Pada hari ini, dinding Yakjuj dan Makjuj telah terbuka semisal ini.” Beliau (ﷺ) melingkarkan ibu jari dengan jari telunjuknya. Zainab binti Jahsy berkata, "Wahai Rasulullah, akan binasakah kita sedangkan di tengah-tengah kita ada orang-orang shalih?" Beliau (ﷺ) bersabda, “Ya, apabila kejahatan telah merebak."
Sekarang masih ada pertanyaan-pertanyaan yang akan timbul seperti, "Dimana dinding Dzul-Qarnain berada? Dimana Yakjuj dan Makjuj tinggal sekarang?" Di sini, bisa dikatakan bahwa tak ada 'Aqidah Islam yang bergantung untuk mengetahui hal ini, juga tak ada pemahaman ayat-ayat Al-Quran yang bergantung padanya. Tapi, para 'Ulama, dalam rangka menjawab absurditas yang disebarkan oleh musuh Islam dan untuk memberikan wawasan tambahan, telah mendiskusikannya secara rinci. Alangkah baiknya kita bertanya langsung kepada 'Ulama yang menguasai bidang ini.”Referensi :
Almond lalu berkata, "Wahai saudara-saudariku, inilah nasihat bagi kita semua. Siapapun yang mempelajari sejarah Islam, akan melihat bahwa penyakit yang dirujuk oleh Rasulullah (ﷺ) merupakan cobaan terbesar yang menimpa umat Islam. Urusan Umat ini, sedang dikendalikan oleh para tiran dan penindas yang tak mau mendengar pendapat apapun yang bertentangan dengan syahwat mereka. Menurut hadits, yang direkam oleh At-Tabarani, diriwayatkan oleh Mu'awiyah, Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Akan ada pemimpin setelahku, yang akan berbicara dan takkan ada yang membantahnya. Mereka akan bergegas ke neraka laksana para kera." Kesalahan fatal yang menyebabkan kerusakan dalam kehidupan ini adalah pengangkatan orang-orang yang tak memenuhi syarat untuk posisi kepemimpinan dan kekuasaan, yang mengarahkan segala urusan kehidupan sesuai dengan hasrat dan keinginan mereka sendiri, melawan orang-orang baik, yang ingin menyelesaikan setiap masalah dengan cara yang terbaik.
Sesungguhnya, menjadi penguasa itu, bertujuan untuk menyebarkan kalimat-kalimat Allah, menegakkan Tauhid dan mengajak agar kembali ke jalan Allah. Dua cula dapat bermakna Timur dan Barat, dua sisi yang berseberangan. Timur dan Barat adalah tempat dimana matahari terbit dan dimana matahari terbenam. Matahari itu, dapat diibaratkan sebagai penguasa. Penguasa itu, boleh memilih, berdiri di sisi matahari terbit, menjadi penguasa yang adil, atau memilih berdiri di sisi matahari terbenam, menjadi penguasa yang lalim. Penguasa itu dapat memilih, menjadi sinar mentari pagi yang menyegarkan dan menjadi naungan bagi rakyatnya, atau menjadi sinar matahari rembang yang menyengat, yang tak menaungi rakyatnya, yang akan membenamkan rakyatnya ke dalam kefakiran dan kekufuran, yang menuju ke arah kehancuran. Bisakah kita bayangkan, penguasa macam apakah, yang tak memiliki rakyat? Wallahu a'lam!"
Katakanlah (Muhammad), 'Wahai Allah, Pemilik Kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan'." - [QS.3:26-27]
- Dr. 'Umar S. Al-Ashqar, The Minor Resurrection, IIPH
- Maulana Hifzur Rahman Soeharwy, Qasasul Ambiyaa, Idara Impex
- The History of Al-Tabari Volume IV : The Ancient Kingdoms, translated by Moshe Perlmann, SUNY Press
- Maulana Mufti Muhammad Shafi, Ma'rifatul Quran, Volume V, Maktaba-e-Darul-'Uloom
*) terinspirasi dari "Everybody Knows", karya Leonard Cohen, dibawakan oleh Sigrid.