Jumat, 29 Juni 2018

Maka Lisanpun Dibungkam

Almond melanjutkan, "Nabi Musa dan Harun pulang, dan Firaun kembali ke istananya. Ia masuk ke istananya. Ia benar-benar terbius ketika melihat mukjizat-mukjizat itu. Ketika Nabi Musa hilang dari pandangannya, emosinya berubah dari rasa kagum dan takut menjadi geram. Ia sempat bergaduh dengan para menteri dan pengawalnya, mencaci maki mereka tanpa alasan yang jelas, dan memerintahkan mereka pergi. Selagi sendirian, ia berusaha berpikir lebih tenang. Ia meminum beberapa cangkir anggur, namun amarahnya tak reda.
Kemudian, ia memanggil seluruh nayaka, hulubalang, dan para pembesar lainnya, menghadap dalam sebuah rapat yang serius. Firaun memasuki pertemuan dengan wajah yang kaku. Tampak jelas bahwa ia takkan pernah menyerah dengan mudah. Ia telah mendirikan sebuah kerajaan dengan dasar bahwa dirinya sebagai yang disembah oleh orang Qibthiy. Sekarang, Nabi Musa datang untuk menghancurkan apa yang telah dibangunnya. Nabi Musa mengatakan bahwa tiada tuhan yang ada selain Allah. Ini berarti bahwa Firaun seorang pembohong. Firaun membuka rapat dengan tiba-tiba melemparkan pertanyaan kepada Haman, "Pembohongkah aku ini, wahai Haman?" Haman jatuh berlutut dengan takjub dan bertanya, "Siapa yang berani menuduh Firaun berbohong?" Firaun berkata, "Bukankah Musa telah mengatakan bahwa ada Tuhan di langit?" Haman menjawab, "Musa berbohong." Seraya memutar wajahnya ke sisi lain, Firaun menegaskan dengan tidak sabar, "Aku tahu, ia pembohong." Kemudian ia melihat ke arah Haman seraya berteriak, “Wahai Haman! Buatkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi agar aku sampai ke pintu-pintu langit, agar aku dapat melihat Tuhannya Musa, tetapi aku tetap memandangnya seorang pendusta.” Dan demikianlah dijadikan terasa indah bagi Fir‘aun perbuatan buruknya itu, dan ia tertutup dari jalan yang benar; dan tipu daya Fir‘aun itu, tak lain hanyalah membawa kerugian.

Firaun mengeluarkan titahnya agar mendirikan menara yang tinggi, yang tingginya mencapai langit. Perintah Firaun itu, bergantung secara fundamental pada peradaban Mesir dan kesukaannya membangun apa yang diinginkan. Namun, ia mengabaikan aturan teknis. Terlepas dari ini, Haman, dengan wajah kemunafikan, menyatakan setuju, ia tahu bahwa takkan mungkin mendirikan menara semacam itu. Ia mengatakan bahwa akan segera mengeluarkan perintah untuk membangunnya. "Namun, baginda, perkenankan aku, untuk kali ini saja, membantah. Engkau takkan pernah menemukan siapapun di langit. Tidak ada tuhan selain dirimu." Firaun mendengarkan fakta yang mantap. Lalu ia menyatakan, “Wahai para pembesar kaumku! Aku tak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah tanah liat untukku wahai Haman, kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa ia termasuk pendusta.”
Dalam pertemuan itu, Firaun memanggil mereka yang bertanggung jawab atas para pasukan, laskar dan, apa yang kita sebut hari ini sebagai komandan intelijen. Ia juga memanggil para bendahara kerajaan, pangeran, dan para pendeta. Ia memanggil siapapun yang punya pengaruh kuat pada arah kejadian. Firaun bertanya kepada komandan intelijennya, "Apa pandangan masyarakat?" Ia berkata, "Bawahanku telah menyebarkan khabar di antara mereka, bahwa Musa memenangkan perlombaan itu untuk melakukan makar dan ada seorang penyihir besar telah bergabung dengannya dalam rencana ini. Rencana makar itu telah terungkap, dan kami yakin bahwa ada pihak yang tak dikenal, yang membiayainya." Firaun bertanya kepada pejabatnya, "Bagaimana dengan mayat para penyihir?" Ia berkata, "Bawahanku menggantung mereka di alun-alun dan pasar untuk menakut-nakuti masyarakat. Kami akan menyebar desas-desus bahwa Firaun akan membunuh siapapun yang ada hubungannya dengan rencana makar itu." Kemudian Firaun bertanya kepada komandan laskar, "Apa harapan para laskar?" Ia berkata, "Para laskar berharap bahwa perintah akan dikeluarkan untuk bergerak ke arah apapun yang diinginkan Firaun." Firaun berkata, "Peran para laskar belum tiba. Nanti akan ada peran untuk para laskar."

Firaun terdiam. Haman, sang patih kerajaan, beringsut dan mengangkat tangannya, minta berbicara. Firaun membolehkan, dan Haman bertanya, "Akankah kita membiarkan Musa dan kaumnya merusak penghuni bumi sehingga mereka tak mau menyembahmu lagi?" Firaun berkata, "Engkau pandai membaca pikiranku, wahai Haman. Kita akan membunuh anak-anak lelaki mereka, mencemari kaum wanitanya, dan menaklukkan mereka." Firaun segera mengeluarkan mandat, dan laskar-laskar Firaun seketika membunuh anak-anak lelaki, mencabuli kaum wanitanya, dan memenjarakan siapapun yang melawan tindakan-tindakan ini.
Nabi Musa berdiri, memperhatikan apa yang sedang terjadi. Ia tak mampu berbuat apa-apa, juga tak punya kekuatan menghalangi perlakuan seperti ini. Yang bisa ia lakukan, hanyalah menasihati kaumnya agar bersabar. Ia meminta mereka agar berdoa kepada Allah atas malapetaka ini. Ia menunjukkan teladan para penyihir yang bertahan karena Allah, tanpa mengeluh. Ia membantu mereka agar memahami bahwa laskar Firaun bertingkah di atas bumi ini seolah-olah merekalah pemiliknya. Teror Firaun menciutkan mental Bani Israil.

Tampaknya Firaun takkan percaya pada Risalah Nabi Musa, juga takkan menghentikan penyiksaan terhadap Bani Israil. Oleh karena itu, Nabi Musa dan Harun berdoa kepada Rabb-nya, “Wahai Rabb kami, Engkau telah memberikan kepada Fir‘aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Wahai Rabb kami, mereka menyesatkan manusia dari jalan-Mu. Wahai Rabb kami, binasakanlah harta mereka, dan kuncilah hati mereka, sehingga mereka tak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih.” Allah berfirman, “Sungguh, telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan jangan sekali-kali kamu mengikuti jalan orang yang tak mengetahui.”
Allah berkehendak mengakhiri kejahatan Firaun setelah Dia memberi beberapa kesempatan. Allah memerintahkan Nabi Musa segera berangkat, “Pergilah pada malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), sebab pasti kamu akan dikejar.” Nabi Musa menyampaikan kepada Bani Israil tentang apa yang Allah perintahkan kepadanya, "Bawalah barang-barang, perhiasan, dan pakaian, dan akan kuberikan harta mereka sebagai barang rampasan untukmu bersama kehancuran mereka." Allah juga memerintahkan membawa jenazah Nabi Yusuf untuk di makamkan di Tanah Kanaan. Maka Nabi Musa bertanya tentang siapa saja yang mungkin tahu makam Nabi Yusuf, namun ia hanya menemukan seorang wanita Bani Israil tua yang berkata. "Wahai Nabi Allah! Aku tahu tempatnya. Jika engkau membawaku keluar bersamamu dan tak meninggalkanku di negeri Mesir, aku akan mengantarkanmu ke sana." Nabi Musa berkata, "Tentu saja, aku akan melakukannya." Nabi Musa telah berjanji kepada Bani Israil bahwa ia akan berangkat bersama mereka saat fajar menyingsing, tetapi ia berdoa kepada Rabb-nya agar menunda keberangkatannya sehingga ia dapat mempersiapkan jenazah Nabi Yusuf. Allah memperkenankan, dan wanita tua itu keluar bersama Nabi Musa sampai ia menunjukkan makam itu kepadanya, di bagian bawah Sungai Nil. Nabi Musa menarik peti marmernya keluar dan membawanya pergi.
Dalam kegelapan malam, Nabi Musa memimpin kaumnya menuju Laut Merah, dan di pagi hari mereka mencapai pantai. Pada saat itu, Firaun tersadar akan kepergian mereka, maka ia mengerahkan laskar-laskarnya agar dapat mengejar mereka. Firaun berkata, "Sesungguhnya mereka (Bani Israil) hanya sekelompok kecil, dan sesungguhnya mereka telah berbuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita semua tanpa kecuali harus selalu waspada.” Firaun mengejar Nabi Musa dengan tujuh puluh ribu kuda hitam, selain dari yang abu-abu, yang langsung dibawah komandonya.
Nabi Musa meneruskan perjalanan hingga laut ada di hadapannya dan tak ada lagi jalan keluar. Firaun mengejar bersama pasukannya di belakang mereka. Maka ketika kedua golongan itu saling menatap, berkatalah pengikut-pengikut Nabi Musa, “Kita benar-benar akan tersusul.” Nabi Musa berkata, “Sekali-kali takkan tersusul; sesungguhnya Rabbku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” Kemudian Allah berfirman kepada Nabi Musa, "Pukullah laut itu dengan tongkatmu!" dan Nabi Musa memukulnya. Pada tongkat itu ada kekuatan Allah, yang telah dianugerahkan-Nya kepada Nabi Musa. Laut terbelah, dan setiap belahan laksana gunung yang besar. Allah berkata kepada Nabi Musa, "Buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, engkau tak perlu takut akan tersusul dan tak perlu khawatir akan tenggelam.” Ketika laut membuka baginya jalan kering yang lurus, Nabi Musa segera menyeberang bersama Bani Israel, sementara Firaun mengikuti bersama laskar-laskarnya.

Firaun menunggangi kuda jantannya dan mendekat sampai ia berada di tepi laut, tak henti-hentinya menghentakkan kakinya sedangkan kuda itu, takut maju. Kemudian malaikat Jibril, alaihissalam, menampakkan dirinya dengan menunggangi kuda betina yang menggoda. Jibril membawa kuda betina itu mendekat ke kuda Firaun, dan kuda jantan itu mengendus aroma kuda betina. Ketika kuda jantan itu mengendus aromanya, Jibril memacu kuda betinanya, dan kuda jantan itu mengejar membawa Firaun di punggungnya. Ketika laskar Firaun melihat sang raja telah masuk ke belahan laut itu, mereka mengikutinya, sementara Jibril berada di depan mereka semua. Mereka mengikuti Firaun, dan malaikat Mikail, alaihissalam, berada di atas kuda di belakang para laskar itu, menghela mereka seraya berkata, "Kejarlah sahabatmu! " Ketika Jibril keluar dari laut, tanpa seorang pun di depannya dan Mikail tetap berdiri di sisi yang lain tanpa seorangpun di belakangnya, lalu air lautpun menimpa mereka. Tak ada yng selamat, termasuk sang patih, Haman. Sedangkan Firaun, ia memekik saat melihat akibat dari perbuatannya melawan kekuatan dan kekuasaan Allah, dan mengakui penghinaannya. Nyawanya sudah dikerongkongan, dan ia berseru, “Aku percaya bahwa tiada Illah melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri).”
Mengapa baru sekarang Firaun beriman? Padahal sesungguhnya ia telah durhaka sejak dahulu, dan ia termasuk orang yang berbuat kerusakan. Allah takkan berkenan mendengarnya lagi, selamanya. Lagipula, Jibril menjejalkan lumpur berlendir ke dalam mulut Firaun karena khawatir bahwa rahmat akan datang kepadanya."

Almond kemudian berkata, "Wahai saudara-saudariku, Firaun telah membungkam lisan mereka yang telah menggaungkan suara kebenaran, maka mendekati ajalnya, mulutnyapun tersumpal oleh lumpur sehingga lisannya tak dapat mengucapkan kebenaran. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan bahwa Fir’aun termasuk bagian dari penghuni Jahannam agar merasakan azab yang sangat pedih. Disiramkan air yang mendidih ke atas kepalanya. Kemudian dikatakan kepadanya sebagai bentuk pencelaan dan penghinaan atas dirinya, karena ia adalah seorang yang tercela dan hina, 'Rasakanlah, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang perkasa lagi mulia.'
Pertarungan antara Nabi Musa dan Firaun, adalah pertarungan antara kebenaran dan kebohongan, dan merupakan salah satu pertarungan terbesar yang pernah ada. Di satu sisi, ada kesombongan dan keangkuhan, tirani dan ketidakadilan, kekuatan yang brutal dan keegoisan, serta pelecehan, dan di sisi lain, ada orang-orang yang teraniaya, menyembah kepada Allah, sabar dan istiqamah, serta kemenangan fenomenal dari orang-orang yang terzhalimi. Wallahu a'lam."
"Dan Musa berkata, 'Wahai kaumku! Apabila kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya, jika kamu benar-benar orang Muslim (berserah diri).' Lalu mereka berkata, 'Kepada Allah-lah kami bertawakal. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi kaum yang zhalim'." - [QS.10:84-85]
Referensi :
- The History of al-Tabari, The Children of Israel, Volume III, Translated by William M. Brinner, SUNY Press.
- Ibn Kathir, Stories of The Prophets, Darussalam
- Maulana Hifzur Rahman Soeharwy, Qasasul Ambiyaa, Idara Impex