Batin-Diri Para Penuntut Ilmu (1)
Sang prajurit berkata kepada sang musafir muda, "Wahai anak muda, wahai penuntut ilmu, ini adalah kalimat dan wasiat, sebagai pengingat dan nasihat yang tulus untukmu, guna memenuhi dan menunaikan tanggung-jawabku, dan aku memohon kepada Allah, agar menjadikan pesanku ini, sampai kepadamu selagi engkau berada dalam berkah, kemudahan, dan kesehatan yang paling berfaedah.
Beberapa 'Ulama berkata, “Ilmu adalah permohonan terpendam dan ibadah qalbu.” Karena itu, syarat ibadah adalah, pertama, niat yang tulus karena Allah. Jadi, jika ilmu itu tak memiliki niat yang tulus, maka ilmu itu akan berubah dari perbuatan paling mulia menjadi bentuk pelanggaran yang paling keji, dan tiada yang menghancurkan berkah dari ilmu melainkan riya' atau pamer, baik itu riya' syirik maupun riya' khalis dan juga tasmi'. Riya' khalis adalah melakukan ibadah hanya untuk memperoleh pujian manusia. Riya' Syirik adalah melakukan perbuatan untuk menjalankan perintah Allah, namun juga ingin mendapat pujian manusia. Sedangkan Tasmi' adalah pamer dengan maksud agar diperhatikan. Karenanya, disiplinkan dirimu dari segala sesuatu yang mencela niatmu dalam ilmu.
Wahai anak muda, patuhilah para pendahulu yang shalih dari para Sahabat, radhiyallahu 'anhum dan mereka yang mengikuti jejak mereka dalam segala aspek Dien ini, mulai dari Tauhid hingga Ibadah, dan seterusnya. Bedakan dirimu sebagai sungguh-sungguh mengikuti jejak Rasulullah (ﷺ), dan menerapkan sunan pada diri sendiri, dan tinggalkanlah perdebatan sengit atau yang meragukan, serta tak berasyik-masyuk dengan ilmu kalam dan semua yang dapat mengundang dosa, dan yang mengalihkanmu dari Syari'at.
Wahai anak muda, perindahlah dirimu dengan memenuhi lahiriah dan bathiniahmu, dengan rasa takut akan Allah, Subhanahu wa Ta'ala, menerapkan sifat-sifat yang Islami, dan memanifestasikan Sunnah dan menyebarkannya dengan mengimplementasikannya, serta menyerukannya, menuntun jalan menuju Allah dengan ilmu, tatakrama dan perilaku, dan hiasi dirimu dengan kelemahlembutan, kerendahan-hati dan akhlaq yang mulia. Dasar dari semua ini, adalah takut kepada Allah. Jadi, disiplinkan diri takut kepada Allah, baik secara terbuka maupun tertutup, karena yang terbaik dari semua orang adalah mereka yang takut kepada Allah, dan tiada yang benar-benar takut akan Dia kecuali orang yang berilmu, oleh karena itu, yang terbaik dari semua orang adalah 'Ulama. Jangan sampai terlintas dalam benakmu bahwa 'Ulama tak dapat dianggap sebagai' Ulama, kecuali ia bertindak berdasarkan ilmunya, dan tiada 'Ulama mengimplementasikan ilmunya itu, melainkan membuatnya takut akan Allah.
Wahai anak muda, pakailah pakaian etika pribadi seperti menahan-diri, berlapang-dada, kesabaran, kerendahan-hati atas kebenaran, dan ketenangan dengan menunjukkan kekaguman, percaya pada diri sendiri, merendahkan sayap dirimu, dengan khusyuk belajar untuk kemuliaan ilmu, dan menunjukkan kerendahan-hati dalam menghadapi kebenaran. Karena itu, berhati-hatilah terhadap semua kualitas buruk yang menentang kualitas-kualitas ini, karena semua itu tercela, dan jika engkau tak melakukannya, engkau menegakkan dirimu sendiri sebagai saksi bahwa ada yang keliru dalam pikiranmu, dan itu juga merupakan tanda bahwa engkau telah terhalang dari memperoleh manfaat dan dari mengamalkan ilmumu, maka waspadalah terhadap keangkuhan, sebab keangkuhan itulah bauran dari kemunafikan dan kesombongan, dan para salaf sangat berhati-hati terhadapnya.
Waspadalah terhadap penyakit angkuh para tiran, karena sesungguhnya, kesombongan, keserakahan, dan kecemburuan adalah dosa pertama yang tak diridhai Allah, sehingga keangkuhanmu terhadap gurumu adalah dari kesombongan, dan kesombonganmu terhadap seseorang yang telah memberimu manfaat diantara mereka yang lebih rendah ilmunya darimu adalah kesombongan, dan kegagalanmu dalam mempraktekkan ilmu adalah lumpur kesombongan, dan tanda perampasan dari berkah-berkah ilmu dan kemakmuran.
Wahai anak muda, hiasilah dirimu dengan kebercukupan dan Zuhud. Dan realitas Zuhud adalah, "Zuhud adalah meninggalkan apa yang tak diperkenankan oleh Allah, dan menjauhkan diri dari batas-batasnya dengan berpantang dari syubhat dan menginginkan apa yang dimiliki orang lain."
Diriwayatkan bahwa Imaam ash-Syafi'i, rahimahullah, berkata, “Jika seseorang dengan tulus menasehati orang yang paling bijaksana; ia akan mendorongnya untuk menjadi salah satu dari orang-orang yang Zuhud.”
Karenanya, para penuntut ilmu itu, hendaknya berperilaku wajar dalam gaya hidupnya dengan cara yang tak mencemarkannya, dengan menjaga dirinya dan orang-orang yang bergantung padanya, sehingga ia tak menempatkan dirinya dalam posisi yang hina dan memalukan.
Wahai anak muda, hiasi dirimu dengan kemegahan ilmu. Untuk menghiasi diri dengan kemegahan ilmu adalah dengan memiliki tatakrama yang baik, perilaku yang shalih, seperti selalu merasa tentram, mengagumkan, rendahan-hati, lemahlembut, lekat dengan Jalan yang lurus; penuhilah lahir dan batinmu dengan kualitas ini, dan tinggalkanlah semua karakteristik yang menentangnya.
Wahai anak muda, hiasilah dirimu dengan kehormatan dan apa yang mengarah padanya, seperti sopan-santun, wajah yang ceria, menyebarkan salam, menunjukkan kesabaran, membenci kesombongan, punya harga diri yang bebas dari tirani, dan berani namun bukan demi semangat. keberpihakan, dan menjadi fanatik tanpa menjadi patriotik.
Karena itu, hindarilah urusan yang menodai kehormatanmu, baik itu dalam sifat, ucapan, atau tindakan; dan juga terlibat dalam perbuatan yang merendahkan, atau kebiasaan buruk seperti: berlaku curang, pamer, berlagak, angkuh, dan memandang rendah orang lain, terlihat di tempat-tempat yang meragukan.
Wahai anak muda, nikmatilah kualitas kejantanan; yang meliputi keberanian, kelenturan, sopan santun dan memberi demi tujuan yang baik, hingga ambisi manusia akan mati sebelum mencapai derajatmu. Dengan kata lain, berhati-hatilah terhadap kualitas-kualitas yang menentang kualitas-kualitas ini, seperti tak percaya diri, tak sabar dan lemah dalam kemuliaan, karena sesungguhnya semua itu menghancurkan ilmu, dan memotong lidah dari mengucapkan kebenaran, dan itu menuntunnya ke musuh-musuhnya dalam keadaan seperti itu, dimana kualitas-kualitas itu menyikat habis wajah orang shalih di antara hamba-hamba Allah dengan racunnya.
Wahai anak muda, jangan larut dalam kenyamanan dan kemewahan, karena Zuhud itu berasal dari iman. Karenanya, jangan condong ke arah peradaban yang salah ini, karena ia menjadikan alam feminin, dan ia secara berlebihan melonggarkan antusiasme seseorang, dan mengikatmu dengan tali harapan palsu. Sementara orang-orang yang serius mencapai takdir mereka, engkau masih di tempatmu, sangat mengkhawatirkan keanggunan gaunmu. Meskipun banyak dari hal-hal ini tak dianggap haram atau makruh, namun juga tak dianggap sebagai perilaku yang baik.
Wahai anak muda, janganlah berdiri di atas karpet mereka yang melakukan perbuatan yang menjijikkan di tempat-tempat pertemuan mereka, dan merobek tabir moralitas, serta berpura-pura tak menyadari perbuatanmu, dan jika engkau melakukannya, maka kejahatanmu itu melawan ilmu dan para penuntutnya, sangat menyakitkan.
Wahai anak muda, lindungi dirimu dari memanjakan diri dalam perilaku liar dan riuh; karena sesungguhnya, kekeliruan itu berada di balik keributan, dan itu menentang etika menuntut ilmu.
Wahai anak muda, bersikap lembutlah dalam berbicara, hindari kata-kata kasar, karena ucapan lembut menang atas orang-orang yang bermusuhan. Dan bukti-bukti dari Al Qur'an dan Sunnah tentang topik ini berlimpah.
Wahai anak muda, seringlah bertafakur, karena siapa pun yang melakukannya, akan mencapai tujuannya, dan dikatakan, “renungkanlah dan engkau akan mencapainya,” Oleh karena itu, berpikirlah ke depan ketika engkau akan berbicara, apa yang akan kukatakan? Apa yang akan menjadi hasil dari apa yang akan kukatakan? Juga, berhati-hatilah tentang bagaimana engkau mengutarakan apa yang engkau ucapkan, dan sampaikan apa yang ingin engkau sampaikan tanpa harus bersikap ekstrem atau aneh. Pertimbangkan dengan saksama kata-kata apa yang harus digunakan ketika engkau berpikir tentang bagaimana engkau akan mengatakan apapun yang ingin engkau katakan. Juga pikirkan dengan hati-hati ketika engkau ditanya suatu pertanyaan: bahwa engkau memahami pertanyaan itu dalam konteksnya yang benar dengan suatu cara, agar tak bermakna ganda.
Wahai anak muda, hiasi dirimu dengan ketegasan dan penegasan, dan terutama dalam bencana dan situasi yang serius, dan dari situ adalah kesabaran dan keteguhan setelah memperoleh serta menghabiskan waktu berjam-jam dalam menuntut ilmu dari para ulama, karena bagi siapa pun yang teguh, akan tumbuh.
Wahai anak muda, waspadalah terhadap kekaguman diri, dan tertipu oleh harga diri dan kesombongan, karena sesungguhnya, seperti itulah bagaimana orang-orang shalih dihancurkan. Jujurlah kepada saudara-saudaramu diantara sesama pencari ilmu. Sesungguhnya, mereka yang ada di sekitarmu, memandangmu sebagai teladan bagi mereka, jadi jangan biarkan hubunganmu dengan mereka menjadi penghalang bagi mereka.
Waspadalah terhadap upaya untuk berdalih, yang bahkan tak diterima dari para Sahabat, radhiyallahu 'anhum, dan jujurlah dengan dirimu sendiri, karena sesungguhnya, Allah memperhatikanmu, dan Dia tahu semua rahasia tersembunyi.
[Bagian 2]