Selasa, 05 Juni 2018

Batin-Diri Para Penuntut Ilmu (2)

Wahai anak muda, ketahuilah bahwa keberanian adalah kewajiban yang sangat besar bagi mereka yang menuntut ilmu - maka jadilah pemberani, dan bicaralah dengan kebenaran, dan jangan berkompromi dengan siapa pun. Jika diperlukan, lebih baik berdiplomasi daripada berkompromi, karena berkompromi itu, tercela. Dan ketahuilah - semoga Allah melindungimu dari kejahatan - yang hanya menyembunyikan kebenaran, dan diam tentang hal itu, adalah sesuatu yang Allah telah peringatkan dengan ancaman hukum Ilahi; Sebaliknya, Dia telah mengutuk mereka - dan tiada kekuatan atau daya, kecuali atas seizin Allah. Maka bila ini tentang mereka yang hanya menyembunyikan kebenaran, dengan diam, lalu bagaimana dengan mereka yang benar-benar berbicara untuk kepalsuan?
Dan sesungguhnya, kita telah melihat orang-orang yang telah Allāh berikan ilmu dan intelek, namun bila jari-jari menunjuk ke arah mereka, mereka dilanda kepengecutan, kelemahan, dan ketakutan. Tapi, manfaat apa yang bisa dibawa oleh ilmu, jika tak ditindaklanjuti? Dan sesungguhnya, para boneka ini, telah menyesatkan banyak orang; dan benarlah sabda Rasulullah (ﷺ), “Aku tak takut dengan apa yang akan terjadi pada umatku, kecuali Imam yang menyesatkan.”

Wahai anak muda, berhatilah-hatilah bila mendekati para penguasa, karena dalam riwayat shahih dari Nabi kita (ﷺ), beliau bersabda, "Barangsiapa yang mendekati penguasa, ia akan sungguh berada dalam cobaan dan kesukaran." Ini bukan berarti bahwa engkau tak boleh terlibat dalam suksesi atau politik, namun engkau terlibat didalamnya, sesuai dengan cara yang diteladankan oleh Rasulullah (ﷺ) dan dengan niat untuk turut berperan dalam memelihara Dien Allah..

Wahai anak muda, berhati-hatilah terhadap mereka yang berdakwah demi hidup berdampingan dengan orang-orang kafir. Waspadalah terhadap pengkhianat yang mengkhianati diri-sendiri. Waspadalah terhadap mereka, dan jangan tertipu oleh kata-kata berlapis madu mereka, yang menyembunyikan racun mematikan, dan jangan tertipu oleh majelis mereka dan orang-orang yang menghadirinya. Waspadalah terhadap mereka, karena sesungguhnya, paling tidak, yang dapat dikatakan tentang kondisi mereka, adalah bahwa kita hendaknya memperlakukan mereka sebagai orang zindik.

Wahai anak muda, bersemangatlah dalam berkomunikasi, bertukar-pikiran, belajar, berkonsultasi, mempelajari, mendiskusikan, dan perbincangkan, dengan cara yang baik, isu-isu yang berkaitan dengan Dien bersama saudara-saudaramu - karena sesungguhnya, ilmu yang mengakar takkan datang, kecuali dengan berdiskusi dan berbincang-bincang.

Wahai anak muda, sediakanlah waktu dimana engkau dapat menyendiri bersama Rabb-mu, dan membaca kalimat-kalimat-Nya, dan menyeru-Nya dengan sungguh-sungguh, dan merendahkan dirimu di hadapan-Nya - Karena sesungguhnya, doa itu, salah satu bentuk yang agung dari 'Ibādah, sebagaimana telah diriwayatkan secara otentik dari Rasulullah (ﷺ), “Doa adalah Ibādah.”
Wahai anak muda, waspadalah terhadap 'Ulama Suu', dan berhati-hatilah bergaul dengannya dan lingkungan belajarnya - karena sesungguhnya, merekalah orang-orang keji dan batil, yang telah menyebabkan umat Islam kebingungan dengan agama mereka sendiri, dan mereka telah menyebabkan kesesatan dalam masyarakat, serta mereka telah berpartisipasi dengan para penguasa lalim dalam menjual tanah kaum Muslimin, termasuk tanah suci mereka.

Wahai anak muda, berhati-hatilah terhadap rekan yang bertabiat buruk. Sama seperti sifat turun-temurun itu, tersembunyi, maka watak buruk pun, tersembunyi; karena watak itu dapat menular, dan kesan pertamanya, penculik utama qalbu, dan manusia itu laksana kawanan burung, secara alami cenderung meniru satu sama lain; maka berhati-hatilah bergaul dengan siapapun yang menyukainya; karena sesungguhnya, itulah kehancuran, dan pencegahan lebih baik daripada mengobati.
Karena itu, pilihlah sejawat dan sahabat yang terbaik; seseorang yang akan membantu dalam pencarianmu, dengan mendekat kepada Rabb-mu, dan sepakat denganmu dalam tujuan dan niat muliamu. Ambillah dariku alat ukur paling cermat dalam mengkategorikan seorang kawan, yakni; Seorang rekan yang berkawan denganmu semata-mata demi kesejahteraannya; Seorang rekan yang berkawan denganmu semata-mata untuk bersenang-senang; Seorang rekan yang berkawan denganmu demi kebajikan. Mengenai dua kategori teman pertama, hubungan mereka denganmu terputus ketika alasan yang mengharuskan mereka berkawan denganmu telah terpenuhi: pencapaian kesejahteraan dan untuk bersenang-senang. Mengenai kategori ketiga, inilah yang mejadi titik perhatian. Inilah orang yang perlu dirangkul ke dalam persahabatan, karena keyakinan bersama dalam pembentukan kebajikan. Sahabat dalam kebajikan, hari ini laksana "mata uang keras" dan sangat sulit ditemukan.

Wahai anak muda, tanyakan kepada dirimu tentang seberapa banyak engkau berbagi dari tanda-tanda ilmu yang bermanfaat, yakni; Mengimplementasikannya; Tak suka dipuji, disanjung, atau menampilkan kesombongan atas orang lain; Menambah kebersahajaanmu dengan bertambahnya ilmumu; Menjauh dari cinta akan tahta, ketenaran, dan kesenangan duniawi; Tak mengklaim sebagai orang berilmu; Curiga terhadap diri sendiri, dan berprasangka baik tentang orang lain, sehingga tak meremehkan mereka.

Wahai anak muda, berikan sedekah ilmu yang bermakna: secara terbuka menyatakan kebenaran, mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran, menimbang antara mudharat dan maslahatnya, menyebarkan ilmu, suka memberi manfaat kepada banyak orang, mengorbankan kehormatan demi kepentingan umat Islam dalam urusan Kebenaran dan kepentingan umum.

Wahai anak muda, berhati-hatilah agar tak menjadi “Abu Syibir” atau bapak serentang. Dikatakan bahwa ilmu itu ada tiga rentang, sesiapa yang memasuki rentang pertama, akan menjadi angkuh, dan sesiapa yang memasuki rentang kedua, akan menjadi rendah-hati, dan sesiapa yang memasuki rentang ketiga, akan tahu bahwa ia tak tahu apa-apa.
Abu Syibir adalah orang yang baru saja mencelupkan kakinya ke dalam samudera ilmu, namun hanya sebatas ibu jari kakinya, di pantai yang dangkal dan terperangkap di rentang pertama. Ia mabuk dan bertindak seolah-olah ia telah memiliki pengalaman dalam ilmu. Akan tetapi, tak semua orang akan terperangkap seperti itu bila ia beroleh bimbingan dari tangan orang bijak. 
Wahai anak muda, waspadalah terhadap tampil sebelum memenuhi syarat, karena itulah kecacatan ilmu dan tindakan. Dikatakan, "Barangsiapa menampilkan dirinya sebelum waktunya, maka ia telah menampilkan dirinya untuk penghinaan."

Wahai anak muda, waspadalah terhadap perampasan ilmu dengan sesuka hati : mereka merubah satu atau dua masalah, sehingga jika mereka berada di antara orang-orang terkemuka dalam suatu pertemuan, mereka membawakannya untuk diperdebatkan, guna menampakkan diri bahwa mereka berilmu! Dan seberapa banyak kejahatan yang ada dalam hal yang seperti ini? Kejahatan-kejahatan ini, paling tidak, ia tahu bahwa masyarakat akan tahu realitanya.

Wahai anak muda, waspadailah cerita-cerita Israiliyat versi baru dalam racun kaum Orientalis dari orang-orang Yahudi dan Nasrani; ia lebih merusak daripada versi Israiliyat lama, karena Rasulullah (ﷺ) telah mengklarifikasi posisi yang akan diambil tentang mereka, dan para ulama telah menyampaikan pendapat Islami tentang hal itu. Adapun yang baru, yang tersaring ke dalam Ideologi Islam setelah revolusi peradaban dan berbaur antara satu ilmu dengan yang lain, dan mengekang penyebaran Islam, maka itulah murni kejahatan, dan kesengsaraan memancar keluar, serta kelalaian umat Islam telah menjauhkan mereka darinya, dan yang lain mengambilnya di bawah sayap mereka, maka berhati-hatilah agar tak jatuh ke dalamnya. Semoga Allah melindungi umat Islam dari kejahatannya.
Wahai anak muda, jika engkau memperoleh kedudukam, maka ingatlah bahwa tali yang membantumu memperolehnya adalah dari menunttut ilmu. Jadi, atas rahmat Allah, dan kemudian dengan ilmumu, engkau memperoleh kedudukan apapun yang telah engkau capai di tempat tugas ini, atau berfatwa, atau bidang peradilan, dan sebagainya, jadi berikanlah ilmu itu hak kehormatannya dan pelaksanaan hak pembagiannya yang adil, dan hak atas statusnya. Waspadalah terhadap cara mereka yang tak menunjukkan rasa hormat terhadap Allah, mereka yang mendasarkan diri pada pondasi untuk mempertahankan kedudukan mereka, sehingga lidah mereka kelu jika akan berbicara tentang firman kebenaran, dan mereka tergiring agar bertindak sesuai dengan kecintaan status mereka.
Karenanya, patuhlah menjaga nilai-nilaimu dengan tetap memelihara keshalihan, ilmu, dan harga dirimu, dengan hikmah dan diplomasi yang baik, sesuai dengan kaidahnya yang benar. "Jagalahlah Allah maka Dia akan menjagamu", "Jagalah Allah di saat-saat lapang, maka Dia akan menjagamu di saat-saat sempit".
Berdiplomasilah dengan baik, dan jangan berkompromi atas nama agama. Berkompromi atas nama agama adalah sifat yang tercela; sedangkan berdiplomasi, tidak, namun jangan baurkan antara keduanya, atau engkau akan tergiring oleh hadirnya kemunafikan terbuka, dan berkompromi akan mencela imanmu.


Dan sebagai penutup, wahai anak muda, aku memohon kepada Allah agar mendatangkan manfaat bagimu, yang mendengar kata-kata ini, dan memberikannya penerimaan di negerinya. Dan aku memohon kepada-Nya, semoga Dia berkenan menganugerahkanmu Basīrah, dan kemampuan untuk bertindak atasnya, serta membawa berkah bagimu, dimanapun engkau berada, dan menjadikanmu salah seorang dari mereka yang mengucapkan firman Kebenaran. Dan doa terakhir kita adalah, segala puja dan puji hanyalah milik Allāh, Rabb semesta alam. Wallahu a'lam."
"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah disana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan." - [QS.11:15-16]
[Bagian 1]
Referensi :
- Shaykh Bakr Aboo Zayd, The Etiquette of Seeking Knowledge, Al-Hidaayah
- Shaykh Sultan Al-'Utaybi, Advice for the Seeker of Knowledge, At-Tibyan Publications