Selasa, 03 April 2018

Semesta, Sebuah Renungan (2)

Renungkan sekarang pada berbagai gerakan bintang dan planet, dan semua keajaiban menakjubkan yang tersirat didalamnya. Lihatlah bagaimana ada bintang-bintang yang tak pernah melintas kecuali bersama dengan yang lain, tak pernah melewati jalur tersendiri; ia selalu berkembang bersama yang lain; ada juga yang melintas sendiri dengan cepat, lepas dari ikatan yang lain. Bahkan jika mereka secara kebetulan bertemu dengan yang lain, mereka bergabung hanya untuk semalam dan kemudian memisahkan diri pada malam berikutnya - mereka tampaknya berteman intim selama satu malam, tapi kemudian berpisah lagi bagai orang asing. Setiap bintang memiliki dua gerakan yang benar-benar berbeda dan sangat berbeda, gerakan umum yang diikuti seluruh rasi, dan gerakan khusus yang diikuti bintang tunggal di sepanjang orbitnya. Ini dianalogikan dengan seekor semut yang bergerak ke kiri di sepanjang batu gerinda yang berputar ke kanan: Semut dalam hal ini bergerak dalam dua arah yang berbeda, yang satu menurut kehendaknya, dan yang lain, yang memaksanya, terikat pada batu gerinda yang menarik semut ke arah selain kehendaknya sendiri. Ibarat semut itu, sebuah bintang berjalan dari satu interval ke interval lain dalam satu arah, sementara seluruh bidang pergerakannyaa berjalan ke arah yang berbeda.
Perhatikanlah dengan seksama, alamkah yang menentukan itu? Adakah kekuatan astrologi yang mendiktenya? Mengapa tak semua bintang mengikuti rute yang identik, maju menurut satu sistem, satu rencana, satu gerakan dan satu rute? Bukankah ini semua karya Dia Yang hikmahnya melampaui akal manusia; yang buatan dan ciptaan-Nya menjadi saksi bagi-Nya sebagai Sang Pencipta, Yang Maha Memulai, Yang Maha Membentuk Rupa, tak ada yang lain selain Dia; Dia Yang melakukan segala sesuatu dengan hati-hati, Yang unggul dalam segala hal yang Dia ciptakan; Yang Mahatahu, Yang Maha Bijaksana, Yang menghidupkan dan mematikan; Yang yang mentakdirkan, Yang memperi petunjuk. Semua ini adalah salah satu tanda-tanda yang menunjukkan keberadaan-Nya, sebuah karya-Nya yang menakjubkan, yang merupakan pesan jelas dalam benak orang yang berakal, yang akan memberi petunjuk mereka yang melakukan perjalanan ke arah-Nya; Sebuah tanda bahwa semua yang ada di alam semesta adalah sebuah ciptaan, terkontrol dan dikelola dengan baik.

Lalu, pikirkan juga hikmah Allah Yang Maha Kuasa dalam ciptaan-Nya atas bintang-bintang, dalam keberlimpahan dan kualitasnya yang luar biasa, itulah hiasan langit, lampu petunjuk bagi orang-orang di darat dan laut; Kita bisa melihat cahaya dan kilauannya, meski jaraknya sangat jauh. Tanpanya, kita tak punya petunjuk arah, dan kita takkan bisa melakukan perhitungan jarak dan waktu.Pertimbangkan, kemudian, bintang-bintang itu mematuhi perintah-perintah Tuhan mereka, Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena mereka mengikuti sistem yang sama, yang Dia tentukan bahwa mereka tak boleh menyimpang darinya. Dia mengatur konstelasi, orbitnya; bintang-bintang itu bergerak bebas; yang besar, kecil, sedang, yang berwarna merah muda keputih-putihan, kemerahan; ada yang bersembunyi dari pengamatan peneliti. Mereka yang memiliki orbit terbagi menjadi dua kelompok, yang tinggi dan yang rendah, dan semua ditentukan mengikuti sistem yang sama. Matahari, bulan dan bintang-bintang yang bergerak, diletakkan di tempat yang sesuai dalam seluruh kelompok ini; bulan, menyelesaikan siklusnya dalam satu bulan; ada yang menyelesaikannya dalam satu tahun, dan ada yang dalam beberapa tahun; Semua untuk perenungan yang mendalam. Dia menahbiskan bahwa semua kejadian tersebut harus dilekatkan pada kejadian di bumi, sehingga manusia dapat memprediksi kejadian dari mengamati bintang-bintang. Dengan mengamati naiknya planet-planet, misalnya, mereka tahu kejadian apa yang akan terjadi bersamaan dengan kenaikan itu, dan dengan juga saat tenggelamnya. Begitu juga dengan bintang dan kelompok dan posisi lainnya. Renungkan juga bagaimana Allah menentukan Ursa Minor dan Ursa Major dan bintang yang berdekatan adalah fenomena yang aneh, sehingga tak ditentukan karena kedekatannya dengan pusat; Sebuah fenomena yang membawa refleksi untuk meneliti kearifan ilahi yang disiratkannya - gugusan bintang tersebut seperti tengara yang digunakan orang untuk menemukan jalan mereka dengan cara yang tak terinjak di darat dan laut; Mereka melihat kelompok itu, di Makara dan dua bintang terang Ursa Minor setiap saat, kapan pun mereka suka, dan merujuk mereka untuk mendapatkan panduan arah.

Pikirkan juga, cahaya bulan dan bintang di kegelapan malam, dan hikmah yang mereka implikasikan. atas kehendak Allah, dalam hikmah-Nya, untuk menciptakan kegelapan bagi satwa yang beristirahat, dan sebagai pendingin udara yang menyentuh alam tetumbuhan dan satwa, untuk mengimbangi panasnya matahari, sehingga memungkinkan flora dan fauna bertahan. Karena memang demikian, Allah berkeinginan untuk meringankan kegelapan malam dengan sedikit cahaya, sehingga malam itu bukanlah gelap yang hitam, malam hitam yang pekat tanpa penerangan apapun; karena jika demikian, satwa takkan bisa melakukan gerakan atau aktivitas apapun. Margasatwa sering perlu melakukan aktivitas, seperti bergerak atau berjalan, di malam hari daripada di siang hari, karena kekeringan, atau panas yang berlebihan, atau, dalam banyak masalah dalam margasatwa, karena ketakutan. Oleh karena itu, Dia menahbiskan bahwa semestinya di malam hari ada cahaya dari bulan dan bintang yang memungkinkan banyak hal dilakukan, seperti bepergian dan berladang, dan pekerjaan pengolahan tanah dan berladang lainnya. Sinar matahari malam telah disediakan untuk membantu margasatwa untuk melakukan aktivitas. Di sisi lain, cahaya malam tak berkesinambungan dan tak secerah siang hari, jika malam itu seperti siang, akan menghilangkan hikmah perbedaan antara keduanya yang ditakdirkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.Pikirkan, kemudian, penentuan yang mendalam dan perhitungan yang menakjubkan, yang menahbiskan apa yang membantu margasatwa mengatasi kesulitan kegelapan dengan bantuan dari ranah cahaya. Wilayah gelap, malam, tak dibiarkan memerintah sepenuhnya, tapi telah dilunakkan dengan sedikit rahmat dan karunia Allah. Maka, kemuliaan bagi Dia Yang menjaga dengan baik segala yang Dia buat dan menyempurnakan segala yang Dia ciptakan.

Renungkan hikmah yang tersirat dalam terbitnya matahari di atas dunia, bagaimana ia dirancang oleh Yang Maha Mengetahui. Jika telah sampai di tempat tertentu di langit, tetap berada di sana, sinarnya takkan menjangkau begitu banyak daerah, karena bayangan dunia akan menghalangi jangkauannya; Ini akan menjadi malam yang abadi di daerah-daerah itu, dan ini akan menjadi siang hari yang abadi di daerah-daerah yang terpapar sinar matahari; Penduduk di kedua bagian itu akan merasa kehidupan mereka benar-benar terganggu. Tapi Allah, dalam pemeliharaan dan rahmat-Nya yang agung, telah berkenan bahwa matahari harus terbit untuk memulai hari di Timur, terbenam di cakrawala Barat yang berlawanan; Maka harus terus berjalan sepanjang rute melengkung, bersinar di wilayah demi wilayah, sampai mencapai Barat, di mana ia harus bersinar di daerah yang tak dapat diakses pada awal hari. Dengan cara ini, orang-orang di daerah tersebut akan mengalami pergantian siang dan malam, yang sangat penting untuk melakukan aktivitas mereka.Perhatikan matahari dan bulan, apa yang mereka bawa dari cahaya dan kilauannya; pikirkan bagaimana Allah menghendaki agar mereka bertahap dan berfase, bergeser dari satu fase ke fase yang lain, sesuatu yang merealisasikan perkembangan satu tahun penuh, dan merealisasikan keuntungan yang tak dapat mereka lakukan tanpa keberlangsungannya. Dengan cara ini, muncullah perhitungan jangka waktu; jangka waktu hutang, jangka waktu sewa, transaksi, rekening dan sejenisnya. Jika bukan karena pergeseran matahari dan bulan dari fase ke fase, semua ini tak mungkin dilakukan.

Renungkan terbit dan terbenamnya matahari dan bulan untuk menentukan pergantian siang dan malam. Tanpa terbitnya, kehidupan takkan mungkin terjadi - bagaimana bisa manusia mencari nafkah, menjaga kepentingan mereka, jika dunia berada dalam gelap? Bagaimana bisa mereka menikmati hidup tanpa cahaya? Pikirkan juga hikmah yang tersirat dalam terbenamnya matahari dan bulan: tanpanya, manusia takkan bisa beristirahat dan menyelesaikan kebutuhan mendesak untuk tidur, dan untuk mengistirahatkan indera, mengaktifkan alih-kendali kekuatan internal saat tidur agar memudahkan pencernaan. Makanan dan distribusi nutrisi ke organ tubuh. Tanpa terbenamnya matahari, bumi akan menjadi sangat panas karena kontinuitas pancaran sinar matahari dan sengatan panasnya, hingga setiap satwa atau tumbuhan hidup bisa hangus terbakar. Karenanya, matahari terbit laksana sebuah lentera yang dinyalakan bagi penghuni rumah untuk mengerjakan pekerjaan mereka, lalu dipadamkan, sehingga manusia dapat berdiam diri dan rileks. Cahaya siang dan kegelapan malam, dengan panas yang kemudian berganti dengan dingin, dikoordinasikan dan diintegrasikan, dengan cara agar mereka dapat merealisasikan kepentingan dunia ini.

Renungkanlah langit, lihatlah dari waktu ke waktu. engkau dapat melihat bagaimana ia sebagai salah satu tanda terbesar dalam ketinggian, elevasi, kelapangan dan stabilitasnya; Ia tak membesar seperti api, juga tak bergelambir seperti tubuh yang tambun. Ia tak memiliki alat penyagga untuk menanggungnya, atau pasak untuk menahannya dari atas: ia dipegang oleh kuasa Allah, yang memegang langit dan bumi agar mereka tak lenyap. Renungkan juga pada kelembutan dan kehalusannya, karena tak bercelah, tak ada retak atau koyak, tak acak-acak atau berkerut. Pikirkan juga warna yang ditakdirkan untuknya, yang merupakan warna yang terbaik dan paling disesuaikan dengan mata, dan paling menyehatkan; Seseorang yang menderita gangguan penglihatannya, disarankan memandang warna hijau dan hijau gelap. Para ahli pengobatan mengatakan: Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan penglihatan adalah dengan menatap mangkuk hijau yang penuh dengan air. Perhatikan bagaimana warna langit terbuat dari warna ini, sehingga orang bisa melihat sepanjang hamparannya yang luas, dan tak habis setelah lama menatapnya. Ini hanyalah beberapa keuntungan dari warnanya, namun hanya sebagian kecil dari keseluruhan hikmah yang ada di dalamnya.

Dua dari tanda-tanda Yang Mahakuasa adalah siang dan malam; Mereka termasuk di antara banyak keajaiban dan tanda-tanda megah di antara karya-Nya. Itulah sebabnya Dia menyebutkannya berkali-kali dalam Al Qur'an. Dua keajaiban ini, merupakan implikasi dan indikasi yang menunjuk pada Ketuhanan Allah, rahmat dan hikmah-Nya, bagaimana Dia membuat malam untuk beristirahat dan sebagai mantel; menutupi dunia sehingga pergerakannya melambat, dan margasatwa berlindung di tempat tinggal mereka, unggas di sarang mereka; para makhluk bersantai dan beristirahat dari jerih payah dan usaha mereka; dan kemudian, begitu para makhluk telah beristirahat dan tidur, serta sangat ingin mencari makanan dan kebutuhan mereka, Sang Pemecah fajar, Yang Maha Kuasa, mengantarkan siang, mengerahkan pasukannya, dengan hingar-bingar sang fajar; yang menundukkan gelapnya malam, melenyapkannya, menyapunya dari dunia; Dan lihatlah! Semua orang dapat melihat: margasatwa menyebar, berkeliaran mencari hijauan dan mencari kepentingan mereka; Burung meninggalkan sarangnya. Inilah kebangkitan dan penciptaan kembali, yang menunjuk pada kekuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala, menghidupkan kembali makhluk pada hari perhitungan besar. Namun karena pemandangan ini terlihat oleh manusia dari hari ke hari, mereka terbiasa dan menjadi kebiasaannya, sampai mereka tak menyadari betapa pentingnya hal ini, dan mereka tak melihat di dalamnya sebuah pengingat akan kebangkitan lainnya, ketika makhluk hidup dibangkitkan dari kematian. Tak ada jejak kelemahan dalam kekuatan Yang Maha Kuasa, tak ada indikasi kekurangan dalam Kebijaksanaan-Nya atau Ilmu-Nya yang menyiratkan tak terjadinya kebangkitan itu; Tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan menyesatkan orang-orang yang Dia kehendaki. Ini juga merupakan tanda kekuatan yang sangat menyolok mata, bahwa Dia menutup bagi siapapun yang Dia kehendaki dari antara makhluk-Nya, untuk memahami tanda-tanda yang menarik ini, sehingga mereka buta terhadapnya dan sama sekali tak memahaminya. Mereka bagai orang yang terbenam dalam air hingga ke rahangnya, namun berteriak agar diselamatkan dari kehausan, dan ia menyangkal adanya air. Dengan pertimbangan yang sama, seseorang akan didekatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar ia bersyukur kepada-Nya, memuliakan-Nya, memohon kepada-Nya, dan berdoa kepada-Nya.

Kemudian, sang peneliti berkata, "Wahai anak muda, ketahuilah bahwa kita hanyalah sebuah titik di atas selembar kertas yang tak bertepi. Alam semesta inilah ciptaan Allah, Yang Maha Besar, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Mengetahui, Yang telah mengaturnya dengan baik, juga membuktikan bahwa pencipta itu pasti hanya satu, tak mungkin ada dua. Tiada illah selain Allah, jika ada tuhan selain Dia di langit dan bumi, maka sistem dunia akan hancur. Ibarat sebuah tubuh, tak mungkin mau dikendalikan oleh dua jiwa yang setara dan sama kuatnya. Wallahu a'lam."
"Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui." - [QS.41:12]
(Bagian 1)

Referensi :
- Capt. Anas Abdul-Hameed Al-Qoz, Men and The Universe - Reflections of Ibn Al-Qayyem, Darussalam
- Sh. Al-‘Allamah Muhammad Amaan al-Jaami, The Keys to Happiness (Imam Ibn Al-Qayyim), Hikmah Publications 
- Ibn Katheer, Early Days, Darussalam