Jumat, 13 April 2018

Sang Pembunuh (1)

Burung Gagak berkata, "Waktu mengubah segalanya. Rambut manusia menjadi putih saat ia tumbuh lebih tua, tapi satu hal yang selalu tetap sama, bulu burung gagak tak pernah berubah warna. Jika ada yang mengalami apa yang kami, burung gagak, alami, rambutnya takkan pernah memutih. Sebagai makhluk, kakek-moyangku adalah satu-satunya saksi mata atas pembunuhan pertama yang dilakukan di bumi. Kakek-moyangku menyaksikan tetesan pertama darah manusia yang ditumpahkan dengan kejam. Aku juga tahu bahwa Allah menyaksikan itu semuanya.
Dan aku tahu kisah tentang pembunuhan pertama ini, ketika aku mendengar seorang guru menyampaikan kepada cantriknya tentang kisah itu. Mereka duduk di bawah pohon saat aku bertengger di dahan pohonnya. Sang guru berkata, "Wahai anak muda, ketahuilah bahwa Nabi Adam, alaihissalam, adalah Bapak umat manusia. Ia diciptakan oleh Tangan Allah, Yang menghembuskan nafas roh-Nya ke dalam dirinya, Yang memerintahkan para malaikat sujud di hadapan-Nya, Yang mengajarinya nama-nama segalanya, dan Yang membuatnya tinggal di surga-Nya yang megah itu.
Abu Dzar pernah bertanya kepada Rasulullah (ﷺ) tentang berapa banyak nabi Allah, beliau (ﷺ) bersabda, 'Seratus dua puluh empat ribu'. Abu Dzar kemudian bertanya, 'Wahai Rasulullah! Berapa banyak rasul di antara mereka? ' Beliau (ﷺ) bersabda, 'Tiga ratus tiga belas, jumlah yang cukup banyak!' Abu Dzar bertanya, 'Wahai Rasulullah! Siapa yang pertama di antara mereka? ' Beliau (ﷺ) bersabda, 'Adam.' Abu Dzar berkata: 'Wahai Rasulullah! Iakah seorang Nabi yang diutus dengan sebuah pesan? ' Beliau (ﷺ) bersabda, 'Ya, Allah Yang Mahakuasa telah menciptakannya dengan tangan-Nya, lalu, menghembuskan roh-Nya kepadanya, lalu Dia membentuknya dengan cara yang paling baik."

Sang cantrik berkata, "Wahai guru, sampaikan padaku tentang Nabi Adam, alaihissalam, apa yang terjadi di masa Nabi Adam, setelah ia diturunkan ke bumi?" Sang guru berkata, "Perisitiwa pertama adalah pembunuhan oleh Qabil terhadap saudaranya Habil. Kisah Qabil dan Habil diwahyukan Allah kepada Nabi kita (ﷺ) dalam Al-Qur'an Surah Al-Ma'idah [5]: 27, "Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa."
Menurut Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat lainnya, radhiyallahu 'anhum, setiap anak laki-laki yang lahir dari Nabi Adam, lahir bersama dengan seorang anak perempuan. Adam biasa menikahkan anak lelaki dari satu kehamilan ke gadis lain, dan sebaliknya. Menurut Ibnu Ishaq, jumlah anak yang dilahirkan Hawa berjumlah empat puluh; artinya, anak laki-laki dan perempuan lahir dari dua puluh kehamilan. Beberapa nama dari lima belas anak laki-laki dan empat anak perempuan, di antaranya Qabil dan saudara kembarnya Qalima, Habil dan saudari kembarnya Labudha, putri Adam Ashuth dan saudara kembarnya, Seth dan saudari kembarnya, Hazurah dan saudara kembarnya, lahir ketika Adam berumur seratus tiga puluh tahun, putra Adam Ayad dan saudari kembarnya, anak lelaki Adam, Balagh dan saudari kembarnya, anak lelaki Adam, Athati dan saudari kembarnya, anak lelakinya, Tawim dan saudari kembarnya, putra Adam Banan dan saudari kembarnya, anak lelaki Adam, Shabubah dan saudari kembarnya, anak lelaki Adam, Hayan dan saudari kembarnya, anak lelaki Adam, Darabis dan saudari kembarnya, anak lelaki Adam, Hadaz dan saudari kembarnya, putra Adam, Yahud dan saudari kembarnya, anak lelaki Adam, Sandal dan saudari kembarnya, dan putra Adam Baraq dan saudari kembarnya - setiap anak lelaki dari mereka lahir bersama dengan anak perempuan sebagai anak kembar. Namun, tak ada yang tahu pasti nama atau berapa banyak jumlah mereka. Hanya Allah yang tahu persis dan tak ada manusia yang dapat mengetahui jumlah pastinya!
Dua anak lelaki, yang disebut Qabil dan Habil, lahir bagi Nabi Adam. Qabil adalah seorang petani dan Habil seorang penggembala. Qabil lebih tua dari keduanya. Ia memiliki saudara perempuan yang lebih cantik dari pada adik Habil. Habil berusaha menikahi adik perempuan Qabil, namun Qabil menolak dan berkata, 'Ia adalah saudara perempuanku yang lahir bersamaku, dan ia lebih cantik dibanding saudara perempuanmu. Akulah yang pantas menikahinya.' 
Ayahnya memerintahkan Qabil menikahkan adiknya dengan Habil, namun ia menolak. Kemudian, Nabi Adam memerintahkan Qabil dan Habil mempersembahkan qurban kepada Allah.

Qabil dan Habil mempersembahkan qurban kepada Allah untuk mengetahui siapa yang lebih pantas untuk gadis itu. Pada hari itu, Nabi Adam tidak ada, karena ia pergi ke Mekkah. Allah telah berfirman kepada Nabi Adam, 'Adam, tahukah engkau bahwa aku mempunyai sebuah Rumah di bumi?' Nabi Adam menjawab, 'Sesungguhnya, aku tak tahu.' Allah berfirman, 'Aku memiliki sebuah Rumah di Mekkah. Pergilah ke sana! '
Nabi Adam berkata kepada langit, 'Jagalah kedua anakku dengan aman!' Tapi langit menolak. Ia berkata kepada bumi dengan permintaan yang sama, namun bumi menolak. Ia berkata dengan pegunungan, dan mereka juga menolak. Ia kemudian berkata dengan Qabil, yang menjawab, 'Ya! Pergilah, dan saat ayah kembali, ayah akan senang melihat keadaan keluarga ayah. '
Saat Adam pergi, Qabil dan Habil mempersembahkan qurban. Qabil selalu membual karena merasa lebih baik daripada Habil, ia berkata, 'Aku lebih pantas darinya, karena ia saudara perempuanku, aku lebih tua darimu, dan akulah penerima wasiat ayah."
Untuk qurban mereka, Habil mempersembahkan binatang gembalaannya yang terbaik dan paling gemuk, dan Qabil mempersembahkan beberapa hasil pertaniannya. Allah menurunkan api putih yang memakan qurban Habil, tak menyentuh qurban Qabil. Dengan cara ini, pertanda penerimaan persembahan kepada Allah. Ketika Allah menerima persembahan Habil, menunjukkan keputusan bahwa adik Qabil ditujukan bagi Habil. Qabil menjadi marah. Kecongkakan menjadi lebih baik baginya, dan Setan berhasil menguasai dirinya.

Qabil seketika marah dan berkata, 'Aku akan membunuhmu untuk menghalangimu menikahi adik perempuanku.' Habil berkata, 'Sesungguhnya Allah hanya menerima amal dari orang yang bertakwa. Sungguh, jika engkau menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zhalim." Dikatakan bahwa Habil lebih kuat dari pada Qabil, namun ia tak berniat melawan saudaranya meskipun ia jauh lebih kuat dan lebih tangguh daripada saudaranya. Ia menolak menggerakkan tangannya melawan saudaranya karena kesalehannya dan takut kepada Tuhan. Ini menunjukkan moral dan etika yang baik, taqwa, dan kesalehan sempurna bahwa ia tak mau menyakiti saudaranya, berbeda dengan perbuatan najis yang diniatkan oleh saudaranya, Qabil.
Qabil mencari Habil untuk membunuhnya, dan Habil berusaha melarikan diri darinya di puncak gunung. Namun suatu hari, Qabil menemukannya saat ia menggembalakan ternak kecilnya di atas gunung dan tertidur. Qabil mengangkat sebuah batu besar dan menghancurkan kepala Habil dengan benda itu. Maka Habil pun tewas seketika. Qabil membiarkannya terbaring telanjang, tak tahu bagaimana cara menguburkannya.

Allah kemudian mengirim dua gagak yang bersaudara, dan mereka bertengkar satu sama lain. Ketika yang satu membunuh yang lain, gagak itu menggali lubang untuk saudaranya, dan menutupinya dengan tanah. Ketika Qabil melihat hal itu, ia berkata: "Oh, celaka aku! Mengapa aku tak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Kemudian, ia menguburkan mayat saudara laki-lakinya yang telah meninggal itu, dan menutupinya dengan tanah. Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah al-Mai'dah [5]: 30-31, "Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian ia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah ia termasuk orang yang rugi. Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil). Bagaimana ia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Maka jadilah ia termasuk orang yang menyesal."
Nabi Adam merasa gundah dan sangat berduka atas putranya yang telah meninggal, Habil. Menurut Mujahid, Qabil seketika mendapat hukuman setelah kejadian itu. Pada hari yang sama ia membunuh saudaranya, Habil, kakinya terikat ke tulang pahanya dan wajahnya terarahkan secara paksa ke matahari. Wajahnya akan selalu mengikuti arah kemana matahari pergi sebagai azab dan siksa, imbalan atas apa yang telah dilakukannya terhadap saudaranya sendiri."

Kemudian burung gagak berkata, "Aku tahu bahwa anak-anak Qabil, pembunuh pertama itu, akan memenuhi bumi. Aku tahu bahwa perselisihan diantara mereka dan anak-anak syahid Habil yang shalih takkan pernah berhenti. Mungkin tragedi sang ayah akan terulang. Dengan semua ini, yang aku tahu bahwa aku tak mengerti apa-apa tentang hikmah di balik ini. Bukan urusanku untuk mengetahuinya, bukan tugasku mencari tahu mengapa, tetapi mungkin, manusialah yang tahu."
(Bagian 2)