Lalu, burung kenari bersenandung,
Wahai nanda yang terlena,
dunia ini penuh angkara
namun engkau telah membina
swargaloka milikmu
itulah mengapa aku membalutmu,
nanda yang terlena
Jika semua manusia
di penjuru dunia
punya benak sepertimu
kita takkan bergaduh
dan tak ada saling beradu
Akan ada ketenteraman abadi
diatas bumi *)
Pipit berkata pada Elang, "Tunggu saudaraku, aku ingin menanyakan sesuatu padamu!" Elang berkata, "Apa itu?" Pipit berkata, "Siapakah yang layak menjadi kawan kami? Berilah kami nasehat!" Elang berkata, "Islam membawa pesan kesejahteraan. Ada kewajiban dan tugas wajib di antara kerabat, tetangga, mitra kerja; dan teman-teman dalam Islam, dan ini semua hak asasi manusia yang telah dijelaskan dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah (ﷺ). Selain itu, para pendahulu kita yang shalih atau para Salaf, memberikan banyak teladan yang baik, tak hanya bagi masyarakat Muslim, tetapi juga bagi orang-orang beragama lain. Islam adalah agama kejernihan, persaudaraan, kebaikan dan kasih sayang, sebagaimana terbukti dalam banyak ayat-ayat didalam Kitabullah dan banyak hadits dalam Sunnah Rasulullah (ﷺ) yang mengatur akhlaq mulia yang dibawa Islam.
Imam Malik, rahimahullah, berkata, "Manusia itu ada banyak ragamnya, ibarat burung, merpati berkumpul dengan merpati, burung elang dengan kumpulan elang, bebek dengan bebek dan burung kecil dengan burung kecil lainnya. Demikian pula, setiap manusia bergaul dengan ragamnya sendiri." Imam Asy-Syafi'i, rahimahullah, berkata kepada Yunus bin Abdul-A'la, "Wahai Abu Musa, ketahuilah bahwa menyenangkan semua orang, adalah tujuan yang tak mungkin dicapai, dan bahwa tak ada cara yang benar-benar aman darinya. Oleh karena itu, lihatlah dimana manfaat keshalihanmu berada, dan patuhilah, dan tinggalkanlah orang-orang itu dan segala yang mereka turutkan sesuka hati."
Wahai saudara-saudariku, ketahuilah bahwa tak semua orang layak dijadikan kawan. Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Manusia itu, agama dari sahabatnya, maka putuskanlah diantara kalian, siapa yang patut menjadi teman." Ada tanda-tanda, kualitas dan indikasi yang membantu seseorang membedakan dan memilih siapa yang seyogyanya menjadi kawan, dan bergaul sesuai dengan apa yang diinginkan seseorang dari perkawanan atau persahabatan.
Ada keuntungan spritual dan material yang dicari dalam persahabatan atau apapun perkawanan itu. Keuntungan materi, diantaranya menghasilkan uang, ketenaran atau cukup persahabatan dan pertemanan saja. Keuntungan spiritual, diantaranya termasuk belajar ilmu agama dan meniru perbuatan dan ucapan yang benar, sehingga seseorang dapat dibantu mengusir segala jenis ketidaksucian, yang mungkin menyerang qalbu dan menghalangi ibadah. Oleh karena itu, wahai saudara-saudariku, pilihlah teman atau kawan yang bijaksana, yang santun dan shalih, yang bukan pendosa atau yang sangat mencintai dunia ini.
Kawan kita itu ibarat cermin, ia memantulkan citra diri kita dan mengungkap realita sejati dan essensi diri kita. Itulah mengapa bahwa sangatlah penting dari masing-masing kita memberi perhatian khusus untuk memilih siapa saja yang akan dipilih sebagai teman. Diriwayatkan dari Abu Musa, radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah (ﷺ) membuat perumpamaan yang luar biasa tentang kawan yang baik dan buruk, beliau bersabda, “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang buruk perangainya, ibarat berteman dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi takkan merugikanmu; engkau bisa membeli minyak wangi darinya atau minimal engkau mencium aroma wanginya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mencium aromanya yang tak sedap.”
Al-Ma'mun pernah berkata, "Ada tiga jenis sahabat: orang yang sama pentingnya dengan makanan dan tak dapat dilakukan tanpanya. Jenis kedua ibarat obat, digunakan pada waktu tertentu, namun tidak di waktu yang lain. Yang ketiga, ibarat penyakit, selalu tak diperlukan. Namun, seseorang kemungkinan besar dicoba dengan tipe yang terakhir ini, meskipun tak ada kenyamanan atau kesenangan dalam berteman dengan mereka."
Dikatakan bahwa manusia itu ibarat pohon dan tanaman: ada yang punya keteduhan namun tak berbuah, dan inilah perumpamaan jenis yang dipergunakan dalam kehidupan ini, namum tak bermanfaat di akhirat, hanya sebuah naungan yang segera lenyap dan menghilang. Ada pohon dan tanaman yang menghasilkan buah, tetapi tak memberikan keteduhan, dan inilah perumpamaan jenis yang berguna untuk akhirat, namun tak bermanfaat dalam kehidupan ini. Ada pohon dan tanaman yang memberikan naungan dan berbuah (dan inilah tipe terbaik), dan ada yang tak punya manfaat sama sekali.
Inilah penyebab mengapa penting bahwa seseorang memilih teman-temannya dengan hati-hati, dalam hal ini, ada standar penyaringan yang ketat. Seseorang harus memastikan bahwa teman-temannya ada di antara mereka yang saling menasehati dalam kebenaran, dan saling mengajak dalam kesabaran, yang membantu teman-teman mereka untuk menaati Allah dan menuju ke jalan-Nya yang lurus. Atau, apakah teman-teman seseorang itu, dari tipe yang mengajak ke arah kesesatan, kegagalan dan kerugian?
Ada dua tujuan berkumpul dengan teman dan sahabat, pertama, menghabiskan waktu dan mencari kawan bicara, dan tipe seperti ini membawa kerugian melebihi manfaatnya. Setidaknya, yang bisa dikatakan tentang bergaul dengan tipe ini adalah, bahwa mereka menyibukkan qalbu dan membuang waktu yang berharga. Kedua, bergaul dengan mereka yang saling membantu dalam kehsalihan, kebenaran dan kesabaran. Sesungguhnya, tipe inilah sebuah anugerah, sesuatu yang berharga, yang membawa manfaat luar biasa. Namun, ada tiga jenis kemunduran yang akan mungkin mengurangi manfaat yang diperoleh dari bergaul dengan tipe ini: saling menarik untuk mengucapkan dan melakukan hal-hal yang tak pantas, terlalu banyak bauran dan ucapan yang berlebihan, dan hubungan ini menjadi kebiasaan yang secara bertahap membawa kenyamanan, namun tak dimulai dari manfaat spiritual. Sesungguhnyanya, pertemanan itu membantu, baik itu batin yang memerintahkan kejahatan, atau qalbu dan sukma yang merasa puas dengan Iman, dan manfaat atau buah yang dihasilkan dari hubungan tipe ini, terikat pada tipenya. Adapun sukma yang baik, menerima dorongan dari para malaikat, sementara sukma-sukma yang jahat, tertarik oleh setan. Allah, dengan hikmah abadi-Nya, telah menjadikan kebaikan itu, untuk kebaikan, dan sebaliknya.
Sahabat yang tulus dan shalih, saling membantu untuk kehidupan ini dan akhirat kelak, karena persahabatan mereka suci, dan persaudaraan mereka, sejati, dan dengan demikian, pantas bahwa hubungan mereka berlanjut hingga tahap akhir kehidupan.
Aspek lain dari punya teman yang shalih, adalah bahwa mereka tetap berdedikasi mengenang teman-teman mereka yang telah tiada, bersedekah atas nama mereka dan memohon kepada Allah agar memberkahi mereka dengan rahmat, cinta, dan ampunan-Nya. Lebih jauh lagi, perumpamaan seorang teman kepada temannya adalah, ibarat dua tangan, mereka saling membasuh. Teman-teman bekerjasama dalam saling membimbing dan mengarahkan menuju kebaikan, berbagi walau dalam baik maupun dalam keadaan sulit, dan saling membantu dalam keshalihan melewati perjalanan dari kehidupan dunia ke akhirat. Namun, jika seseorang tak dapat menemukan teman yang shalih dan seorang saudara karena Allah, maka kesendirian, membaca Al-Qur'an dan membaca buku-buku yang bermanfaat lebih baik baginya daripada berteman dengan yang jahat dan berperangai buruk.
Ketika seseorang hidup di masa-masa sulit dan menderita kesukaran, kawan shalihnya yang setia akan membedakan dirinya dari orang lain dengan menawarkan nasihat yang tulus dan perasaan tenteram kepada teman yang menderita, dengan demikian, mengurangi pengaruh dari kesulitan yang dideritanya dan beban yang dibawanya. Namun, ketika dalam keadaan yang lapang dan hidup ini tersenyum kepada seseorang, ia akan menemukan banyak teman dan sahabat.
Selalu berprasangka baik tentang apa yang dilakukan temanmu, kecuali engkau mendengar sesuatu yang pasti tentang perilakunya yang akan memaksamu berpisah dengannya. Waspadalah terhadap musuhmu dan berhati-hatilah dengan teman-temanmu, kecuali yang setia dan jujur di antara mereka dan tentu saja, hanya mereka yang takut kepada Allah, yang setia dan jujur kepada teman-teman mereka. Jangan berteman dengan orang jahat, karena engkau mungkin belajar dari kefasikan mereka, dan jangan pernah membeberkan aibmu kepada orang-orang semacam ini.Referensi :
Ada hak dan kewajiban dengan adanya pertemanan. Sebagai contoh, Sa'id bin Al-'Aas berkata, "Temanku punya tiga hak atasku: jika ia mendekat, aku menyambut kedekatannya, jika ia berbicara, aku mendengarkan, dan jika ia ingin duduk, aku memberi tempat untuknya." Allah menyebutkan hak dan tanggung jawab ini ketika Dia menggambarkan perilaku dan tingkah laku orang-orang beriman terhadap satu sama lain, yakni "Saling menyayangi."
Bergaul dengan orang yang shalih, membantumu saat engkau membutuhkan dan mengingatkanmu ketika engkau berbuat salah. Mereka membantumu dalam keshalihan dan ketaqwaan serta menganjurkan kesabaran kepadamu. Karena itu, bertemanlah dengan orang-orang shalih dan bertetanggalah dengan orang-orang yang shalih. Sebagai perbandingan, jenis pertemanan lain, orang jahat dan pendosa, menawarkan ini: mengumpan untuk berbuat dosa, mendorong untuk mengabaikan tindakan kepatuhan dan mengarahkan untuk melakukan apa yang dilarang. Mengetahui jenis ini, tak membantu seseorang dalam kehidupan ini dan hanya menyebabkan kesengsaraan dan kesedihan di akhirat. Allah telah menggambarkan para sahabat dari tipe ini sebagai musuh satu sama lain pada Hari Kebangkitan, sehingga segeralah mengakhiri hubungan dan persahabatan ini.
Bergaul dengan orang bodoh, akan membawa berbagai jenis kesulitan dan kesukaran. Mereka membangunkanmu dalam kelelahan; mereka melaknatmu jika engkau menghindarinya. Jika mereka memberimu sesuatu, mereka akan selalu mengungkitnya; jika mereka membuatmu percaya diri, mereka menduga engkau akan membuka aib mereka; jika engkau mengatakan rahasia kepada salah satu dari mereka, ia membeberkannya; jika mereka berada di atasmu secara sosial, mereka meremehkanmu; tetapi jika mereka berada di bawahmu secara sosial, mereka mencemarkan nama baikmu.
Para Salaf punya standar yang tinggi tentang memilih siapa yang harus dijadikan teman, meninggalkan kita warisan yang bermanfaat, yang memberi kita skala prioritas untuk memilih mereka yang pantas menerima persahabatan dan pertemanan kita.
Oleh karena itu, agama adalah skala yang benar yang dapat dan hendaknya engkau pertimbangkan dari segala hal, manusia dan ucapannya. Jika tidak, seseorang akan berakhir dengan pilihan yang gagal dan buruk. Ini bukan berarti bahwa engkau akan dapat menemukan teman-teman dan sahabat yang bebas dari kesalahan atau kita harus menghindar dari teman-teman jika ada kesalahan yang terjadi pada mereka."
Lalu, Elang berkata, "Wahai saudara-saudariku, orang mukmin itu, cermin bagi saudaranya, sebuah hadits hasan yang direkam oleh Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, dari Abu Hurairah, radiyallahu 'anhu, yang mengatakan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Orang mukmin itu, cermin bagi saudaranya, dan orang beriman itu, saudara orang mukmin lainnya. Ia melindunginya dari kerugian dan membelanya." Jadi, gambaram bahwa dirinya sebagai 'cermin' sangat tepat dan mendalam, yang menunjukkan puncak persaudaraan dan solidaritas. Maka, saudaramu, wahai hamba Allah, adalah citra dari dirimu sendiri. Jika ia berperilaku buruk, seolah-olah engkaulah orang yang telah berperilaku buruk, dan jika ia membuat kesalahan, seolah-olah engkaulah yang telah melakukan kesalahan. Ia adalah cermin bagimu dan kemudian citramu sendiri! Jadi janganlah memperlakukannya kecuali dengan kenyaman dan kelemah-lembutan.
Jika engkau mencari persahabatan sejati, temui teman-temanmu, dan musuh-musuhmu dengan wajah berseri, jangan merasa rendah-hati atau takut kepada mereka. Sebaliknya, hormati mereka selayaknya tanpa keengganan atau berlebih-lebihan, dan bersikaplah rendah-hati tanpa harus direndahkan. Ambillah jalan yang wajar, cara terbaik untuk menyalakan segala urusanmu dengan mereka, karena berlebih-lebihan selalu dikecam dan ditolak. Jangan terus-menerus melihat ke belakang atau melihat-lihat ke arah sekitar ketika engkau berjalan atau berbicara dengan teman-temanmu, atau berdiri dekat dengan sekelompok orang yang duduk. Sebaliknya, engkau hendaknya duduk bersama mereka atau melanjutkan perjalananmu setelah mengucapkan salam Islami, "As-Salaamu Alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh."
Saat engkau duduk, waspadalah dan jangan menyilangkan jarimu, memainkan jenggot atau cincinmu, membersihkan gigi dengan jari-jarimu, meludah, memukul lalat, atau menguap di depan orang atau saat shalat. Luangkan waktumu duduk bersama mereka dengan tenang dan ucapanmu kepada mereka tertata. Dengarkan kata-kata yang baik tanpa berlebihan merasa takjub pada mereka, dan jangan meminta mereka yang mengucapkan kata-kata ini untuk mengulanginya. Jika ada perselisihan antara engkau dan beberapa temanmu, berbasa-basilah yang baik, jangan bertindak terburu-buru dan hanya berbicara ketika engkau tak marah.
Bila engkau menghadiri majelis, sapa mereka dengan 'Salam', dan jangan memotong shaf serta duduklah di tempat dimana engkau menemukan ruang. Dengan cara ini, engkau akan lebih dekat dengan kerendahan-hati dan kesantunan, dan orang-orang akan ingin berteman denganmu karena sikapmu yang baik.
Jangan bergaul dengan orang-orang yang suka berolok-olok, namun jika terpaksa, jangan memanjakan diri dalam ucapan mereka, memfitnah, kata-kata yang buruk, atau bergaul dengan mereka secara berlebihan. Jangan bercanda dengan orang yang merasa diri lebih baik, atau dengan yang suka berolok-olok, karena jika engkau melakukannya, orang yang merasa diri lebih baik, akan menghinamu, sementara orang yang suka berolok-olok akan meremehkanmu. Sesungguhnya, bercanda mengurangi karunia seseorang dan dibenci oleh orang yang shalih. Juga, candaan yang berlebihan akan mematikan qalbu, menjauhkan diri dari Allah, mengarahkan kepada kelalaian dan aib, menjadikan hati dan pikiran kosong, dan membuka kekurangan dan aib seseorang.
Kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita di antara orang-orang yang saling mencintai karena Allah, dan semoga kelak, Dia mengumpulkan kita dan orangtua, anak-anak, istri atau suami, dan kerabat kita, di Surga Firdaus. Amin.
Wallahu a'lam."
"Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah)." - [QS.5:55]
- Abdul Malik Al-Qasim, The Road to Good Friendship, Darussalam.
*) Terinspirasi dari "Sleeping Child" dibawakan oleh Michael Learns to Rock.