Selasa, 04 September 2018

Wahai Kawula-Muda!

Sang Elang kemudian tampil ke depan, dan berkata, "Sesungguhnya, segala puji hanya untuk Allah. Kita memuliakan-Nya, berlindung pada-Nya, dan memohon ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita, dan kejahatan yang kita lakukan. Sesiapa yang Allah beri petunjuk, tiada yang dapat menyesatkannya, dan sesiapa yang Allah sesatkan, tiada yang dapat memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tiada yang patut disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad (ﷺ) adalah hamba dan utusan-Nya.
Wahai saudara-saudariku, dengarkanlah kisah ini, Abdurrahman bin 'Auf meriwayatkan, 'Aku berdiri di barisan pada hari Badar. Lalu, seorang bocah mendekatiku - ia berada di usia puber, atau mungkin baru saja melewati usia puber - dan berkata, "Wahai paman! Dimana Abu Jahal?" Maka, aku berkata kepadanya, "Apa yang engkau inginkan padanya?" Ia bingung, bocah ini bertanya tentang Abu Jahal, seorang kesatria, komandan kaum Jahiliyah. Bocah itu menjawab, "Kudengar, ia menghina Rasulullah (ﷺ). Demi Allah, jika aku melihatnya, bayanganku takkan meninggalkannya hingga aku membunuhnya, atau ia membunuhku.'
Kemudian, seorang bocah lain mendekatiku, yang sebaya dengan bocah sebelumnya. Ia berkata kepadaku, 'Wahai paman! Dimana Abu Jahal? "Aku bertanya padanya, 'Apa yang engkau inginkan darinya?' Ia menjawab, "Kami dengar, ia menghina Rasulullah (ﷺ). Demi Allah, jika aku melihatnya, bayanganku takkan meninggalkannya sampai aku membunuhnya, atau ia membunuhku.
Setelah beberapa saat, aku melihat Abu Jahal dari kejauhan. Aku berkata, 'Inilah lelaki yang engkau cari,' dan aku berharap, aku bisa berada di antara tulang rusuk pemuda ini, dan qalbuku, bisa seperti qalbu pemuda ini, bersemangat dan energik, serta menanti kematian. Lalu, mereka berlari menyongsongnya.

Tak lama kemudian, mereka kembali, berkata, 'Wahai Rasulullah! Kami membunuhnya! "Rasulullah (ﷺ) bertanya, "Siapa di antara kalian yang membunuhnya?" Mu'adz bin 'Amr bin al-Jamu' berkata, 'Aku melakukannya,' dan Mu'adz bin 'Afra berkata,' Aku melakukannya. ' Beliau (ﷺ) kemudian bertanya kepada mereka, 'Sudahkah kalian membersihkan pedang kalian?' Mereka berkata, "Belum." Beliau (ﷺ) berkata, 'Tunjukkan padaku.' Lalu, beliau (ﷺ) menemukan darah di kedua pedang itu, dan berkata kepada mereka, "Kalian berdua telah membunuhnya.'
Mu'adz bin 'Amr bin al-Jamu' al-Ansyari al-Khazraji as-Salami meriwayatkan, "Aku menjadikan Abu Jahal sasaranku pada hari Badar. Jadi, ketika ia akhirnya tampak dalam penglihatanku, aku mengejar dan memukulnya, menebas bagian tengah pahanya. Tiba-tiba, putranya, Ikrimah, mengiris pundakku dengan pedangnya, lenganku tergantung di tubuhku dengan selapis kulit. Hal ini membuatku terhalang bertarung selama sisa hari itu, karena aku harus menyeret lenganku! Akhirnya, ketika tak tahan lagi, kuletakkan kakiku di atas lenganku dan menyentakkan tubuhku hingga lenganku lepas. ' Mu'adz bin 'Amr bin al-Jamu', radhiyallahu 'anhu, menyaksikan Baiat Aqabah, serta Perang Badar. Ia wafat semasa pemerintahan Amirul Mukminin, 'Utsman bin Affan, radhiyallahu' anhu.

'Abdullah bin Mas'ud, radhiyallahu 'anhu, kemudian mencari-cari diantara jenazah, menemukan Abu Jahal dalam nafas-nafas terakhirnya, lalu duduk di dadanya. Abu Jahal membuka matanya, melihat Ibnu Mas'ud di atas dadanya, dan berkata, dengan cara yang merendahkan, 'Bukankah kamu salah seorang gembala kami di Mekkah? ' Ibnu Mas'ud berkata, 'Benar, wahai musuh Allah.' Abu Jahal kemudian berkata, 'Kamu telah menempatkan dirimu dalam posisi yang sulit, kamu hanya gembala unta. Kamu duduk di atas dadaku! Tak ada yang pernah duduk seperti itu, tanpa rasa hormat.' Ibnu Mas'ud kemudian berkata, 'Milik siapakah hari ini? Siapakah yang menjadi pemenang? Allah dan Rasul-Nya (ﷺ).' Abu Jahal berkata, 'Sampaikan kepada Muhammad, aku akan tetap menjadi musuhnya sampai nafas terakhirku.'
Ketika Abdullah bin Mas'ud berada di Mekkah, Abu Jahal memukulnya, melukai telinganya. Maka, ketika Ibnu Mas'ud duduk di dada Abu Jahal, ia memenggal kepalanya. Ia kemudian menusuk lubang di telinga Abu Jahl, memasukkan tali melalui lubang telinga itu, dan menyeret kepala Abu Jahal dengan tali itu. Tampaknya kepala Abu Jahal cukup besar, dan Ibnu Mas'ud, seorang yang rapuh dan lemah. Hingga, ketika Rasulullah (ﷺ) melihat kepala Abu Jahal yang terputus, beliau tersungkur dalam sujud, bersyukur kepada Allah, dan berkata, "Demi Dia Yang tiada yang patut disembah, ada Fir'aun bagi setiap ummat, dan inilah Fir'aun umat ini.' Rasulullah (ﷺ) melihat tali yang diikat melalui lubang telinga Abu Jahal, beliau teringat ketika Abu Jahal melukai telinga Ibnu Mas'ud di Mekah, dan kemudian beliau berkata kepada Ibnu Mas'ud, 'Telinga untuk telinga, dan bonus kepalanya.'
Inilah Abu Jahal, yang keberadaannya dihilangkan oleh dua bocah lelaki di awal kehidupan mereka. Mereka berusia sekitar tujuh belas tahun, yang akan menempatkan mereka di madrasah tertinggi! Masing-masing menghadapi dan membunuh ksatria elit Quraisy, Abu Jahal, mempersembahkan kepada Rasulullah (ﷺ) kabar gembira, karena akhirnya menaklukkannya. Dan jika engkau melihat pada pertempuran Badar, Khandaq, Mu'tah, dll., tiadalah engkau 'kan temukan, melainkan para kawula-muda.

Karena itu, wahai kawula-muda, dengarkanlah! Setiap negara akan sejahtera dengan bantuan warga negaranya, dan Dien ini takkan mendapatkan kekuatan melainkan oleh para pengikutnya. Ketika pengikut Islam akan berdiri di sisinya, Allah akan menolong mereka, tanpa pedulikan seberapa banyak musuh yang dihadapi. Jika Dien ini tak dapat kuat melainkan oleh pengikut-pengikutnya, maka penting bagi kita, para pengikut Islam dan para pembawa benderanya, bahwa kita hendaknya memperkuat diri kita terlebih dahulu, sehingga kita layak mendapat petunjuk dan tuntunan. Sangat penting bahwa kita belajar dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah (ﷺ) yang akan memperlengkapi kita untuk bicara, bertindak, memandu dan berdakwah. Inilah yang akan memungkinkan kita, memberi senjata tuntunan Islam kepada para pencari kebenaran, dan juga menggunakannya untuk melawan para pencari kebohongan.
Maka perlu bagi kita, menerapkan apa yang telah kita pelajari dari Al-Qur'an dan Sunnah, atas dasar iman, keyakinan dan ketulusan. Karakteristik kita tak boleh hanya berupa ucapan, karena jika ucapan tak didukung oleh tindakan, pengaruhnya takkan melebihi pembicaranya, dan ucapannya hanya akan nenjadi pilihan yang terbalik.

Islam memberikan rancang kehidupan yang sempurna, yang mengatasi masalah manusia di setiap tahap kehidupan. Tak terkecuali dilema yang dihadapi oleh kawula muda masa-kini. Kekhawatiran dan kesalahpahaman menyelinap ke dalam pikirannya, membuatnya merasa bingung dan tertekan, dan dapat menyebabkan mereka berpaling ke arah yang salah; ini dapat menyebabkan mereka tersesat. Allah Sang Pencipta, bagaimanapun; telah memberikan tuntunan lengkap kemanusiaan yang, jika dipahami dan diikuti, menawarkan petunjuk, walau benak dan qalbu itu sangat bermasalah. Kawula-muda yang mengikuti tuntunan Allah, akan menjadi sumber kehormatan, inspirasi, dan kekuatan untuk komunitas muslim global. Mereka memberikan harapan bagi masa depan dan penyembuhan penyakit yang mewabah di dunia. Pahala yang diberikan bukan hanya dunia ini, tetapi di kehidupan kekal yang akan datang.
Kawula muda adalah semangat suatu bangsa, sumber daya masa depan, dan harapan untuk hari esok. Merekalah urat-saraf kehidupan dan darah yang mengalir didalam urat-nadi masyarakat. Masyarakat takkan maju kecuali dengan upaya mereka."

Merpati bertanya, "Wahai saudaraku, siapa sajakah kawula-muda itu?" Elang berkata, "Banyak yang menganggap bahwa kawula-muda adalah segmen masyarakat yang berusia diantara 18 dan 40 tahun. Tapi faktanya, setiap individu dapat memainkan peran dalam masyarakat, baik itu anak-anak, orang dewasa, muda maupun tua adalah anggota kawula-muda. Oleh karena itu, partisipasi mereka tak terbatas pada usia tertentu atau jangka waktu tertentu. Seorang manusia tetap muda selama ia mampu membhaktikan-diri untuk masyarakatnya, negaranya, dan bangsanya. Jadi, ia tetap muda selama ia mempersembahkan semacam keahlian dan ilmu-pengetahuannya, baik itu pekerja, petani, karyawan, maupun majikan. "
Merpati bertanya, "Apa tugas kawula-muda?" Elang berkata, "Tugas berat diletakkan di atas pundak kawula-muda untuk membhaktikan-diri pada negara dan masyarakat. Mereka hendaknya memenuhi tugas besar ini tanpa rasa-malas atau ketertinggalan. Kawula-muda takkan memenuhi kewajiban ini sepenuhnya kecuali mereka meyakininya, menyadarinya, dan diarahkan kepadanya dengan keyakinan dan kepuasan, tak boleh ada paksaan atau kekerasan.
Jika ia didorong oleh keyakinannya yang kuat, keyakinan yang terjaga, rasa kebangsaan dan kerakyatannya, maka ia akan bekerja siang dan malam. Ia akan berusaha dalam setiap lapisan masyarakat, berbhakti kepada bangsa dan negaranya. Kawula-muda akan selalu berusaha bekerja dengan tekun dalam tujuan memajukan bangsanya dan naik menuju ke tangga peradaban.
Seorang manusia tak hanya melakukan tugasnya ketika ia terpikat atau merasa takut. Namun ia dapat melakukannya dengan cara yang terbaik saat ia memiliki iman yang tak diragukan. Dengan demikian, kita bisa yakin bahwa buah tugasnya akan dituai. Kawula-muda dalam setiap lapisan masyarakat adalah benih kemajuan, perkembangan, dan prestise. Mereka juga pangkal jatuhnya masyarakat ke dalam jurang. Sebab mereka membentuk kelompok kerja esensial dari setiap lingkup intelektual, sosial, politik, atau moral."

Merpati bertanya, "Apa hak-hak kawula-muda?" Elang berkata, "Karena peran pentingnya, kawula-muda berperan dalam mengangkat martabat bangsa, kita mungkin bertanya-tanya apa yang ditawarkan kepada setiap segmen masyarakat? Apa yang hendaknya mereka berikan agar menjamin produktivitas dan tekad mereka agar terus berlanjut, dalam melakukan tugas sepenuhnya tanpa penyimpangan ?
Karena mereka diminta memenuhi tugas mereka, sebagai imbalannya mereka punya hak-hak. Mereka hendaknya tak disalahkan jika meminta hak tersebut. Kawula-muda yang telah dewasa, ibarat bunga yang penuh kehidupan, ambisi, dan kehendak yang tak diam atau bersantai. Ia selalu membutuhkan perawatan, serta pelayanan atas kebutuhan dan masalah pribadinya. Ia membutuhkan seseorang untuk memegang tangannya dan menawarkan kepadanya, apa yang dibutuhkan dalam kehidupan ini agar ia dapat memimpin masyarakat dan negaranya, mencapai kemajuan dan tujuan yang diinginkan. Hak-hak ini bervariasi dengan waktu dan lingkungan, dan hendaknya ditangani secara hati-hati dan dibimbing untuk memenuhi kebutuhan waktu.

Jika kita mengamati para kawula-muda dengan teliti, akan mungkin bagi kita menyimpulkan bahwa kawula-muda umumnya terdiri dari tiga tipe. Tipe pertama adalah Kawula-muda yang telah terbimbing dengan benar. Merekalah kawula-muda yang sangat percaya pada semua implikasi dari Syahadatain. Mereka benar-benar percaya pada Dien mereka. Iman adalah kekasih baginya, serta bahagia dan puas dengan Iman mereka. Mereka menganggap memperoleh Iman sebagai keuntungan, dan kehilangan Iman sebagai kerugian besar. Mereka menyembah Allah dengan tulus. Mereka hanya menyembah Allah Yang tiada sekutu. Mereka mengikuti Rasulullah (ﷺ) secara praktis dalam ucapan dan tindakannya, karena mereka yakin bahwa ia adalah Utusan Allah dan pemimpin para Nabi.
Mereka menegakkan shalat dengan sempurna, sesuai kemampuan mereka, karena mereka percaya akan manfaat dan pahala agama, duniawi dan sosial yang ditemukan dalam shalat, dan konsekuensi buruk dari mengabaikan shalat, baik bagi individu maupun bangsa. Mereka yang menunaikan Zakat secara penuh, kepada mereka yang layak mendapatkannya, karena mereka percaya bahwa Zakat memenuhi kebutuhan Islam dan itulah salah satu dari lima Rukun Islam. Mereka berpuasa selama bulan Ramadan. Mereka menahan diri dari hasrat dan keinginan, baik itu di musim panas atau musim dingin, karena mereka percaya bahwa perbuatan itu untuk ridha Allah. Dengan demikian, mereka lebih mementingkan pada apa yang diridhai Allah melebihi dari yang mereka inginkan.
Mereka melaksanakan kewajiban berhaji ke Baitullah karena mereka mencintai Allah. Jadi, mereka mencintai rumah Allah dan mereka suka pergi ke tempat yang penuh dengan berkah dan ampunan, serta berkolaborasi dengan saudara-saudara Muslimnya, yang datang ke tempat-tempat ini.
Mereka beriman kepada Allah, Pencipta langit dan bumi dan Yang menciptakan mereka, karena mereka melihat diantara tanda-tanda Allah yang tak diragukan lagi walau sekejap saja menjadi bukti keberadaan Allah. Mereka melihat keunikan alam semesta yang luas ini, dalam bentuk dan sistem alam semesta, yang dengan jelas menunjukkan keberadaan penciptanya dan kekuatan total serta hikmahnya yang lengkap, karena tak mungkin alam semesta ini terjadi dengan sendirinya, juga tak mungkin terjadi secara kebetulan. Alasannya, bahwa alam semesta tak ada sebelum ia terwujud, dan ketiadaan, takkan dapat menjadikan sesuatu menjadi ada.
Alam semesta ini tak mungkin muncul secara kebetulan, karena ia memiliki sistem yang tersusun dengan unik, yang tak menyimpang dari mekanisme yang telah ditentukan untuknya. Fakta bahwa alam semesta ini memiliki sistem yang unik dan tertata dengan baik, mencegah keberadaannya secara kebetulan. Apa yang ada secara kebetulan juga akan memiliki sistem yang kebetulan, yang cenderung berubah atau terganggu dalam waktu singkat.

Mereka beriman pada malaikat-mailakat Allah karena Allah telah mewahyukan informasi mengenai para malaikat dalam Kitab-Nya, Al-Qur'an, dan Rasul-Nya (ﷺ) telah memberikan informasinya di dalam Sunnah. Al-Quran dan Sunnah menjelaskan kualitas mereka, ibadah mereka dan tindakan mereka yang dengan tetap patuh demi kebaikan ciptaan. Ini jelas menunjukkan keberadaan para malaikat.
Mereka beriman kepada para nabi dan Rasul Allah, yang Allah utus kepada ciptaannya untuk menyeru mereka ke arah yang baik, dan mengajak mereka dengan baik serta mencegah mereka dari kejahatan, sehingga manusia tak punya bukti melawan Allah setelah diutusnya para nabi. Rasul pertama adalah Nabi Nuh, alaihissalam, dan Rasul terakhir adalah Nabi Muhammad (ﷺ).
Mereka beriman pada Hari Akhir dimana manusia akan dibangkitkan setelah mati, sehingga mereka dapat menyeimbangkan segala perbuatan mereka. Barangsiapa yang berbuat kebaikan seberat atom, akan menuainya, dan barangsiapa yang melakukan kejahatan seberat atom, akan menuainya pula. Inilah konsekuensi dari dunia ini, jika tidak, apa manfaat dari kehidupan dan apa hikmah dari hidup ini jika tak ada kesempatan bagi makhluk ciptaan, dimana pelaku kebaikan akan dibalas atas kebaikannya, dan pelaku kejahatan, dihukum bagi kejahatannya?

Mereka beriman pada al-Qadr, yang baik maupun yang buruk. Dengan demikian, mereka percaya bahwa segala sesuatu itu, atas seizin Allah dan telah Dia tetapkan terlebih dahulu. Ini terlepas dari keyakinan pada sebab-akibat, serta baik dan buruk itu hanyalah sarana.
Mereka mematuhi nasihat Allah, utusan-Nya, kitab-Nya, para pemimpin Muslim dan masyarakat umum. Mereka berinteraksi dengan sesama Muslim dengan keterusterangan dan keterbukaan - cara mereka melaksanakan kewajiban atas mereka. Mereka tak menyesatkan, menipu atau menyembunyikan apapun.
Mereka mengajak kembali kepada Allah dengan wawasan yang mendalam, sesuai dengan cara yang telah ditetapkan Allah dalam Kitab-Nya. Mereka mengajak pada kebaikan dan melarang kejahatan, karena mereka percaya bahwa inilah keberhasilan bangsa. Mereka berbicara kebenaran dan menerima kebenaran, karena kebenaran mengarah pada petunjuk kebaikan, dan kebaikan akan membawa ke surga. Seseorang akan terus jujur dan mengejar kebenaran sampai Allah mencatatnya sebagai orang yang jujur.

Tipe kawula-muda seperti inilah kebanggaan suatu bangsa dan simbol kemakmuran dan Dien-nya. Inilah kaum-muda yang akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Merekalah kawula-muda yang kita harapkan, yang Allah, dengan rahmat-Nya, akan pergunakan untuk memperbaiki kerusakan di antara umat Islam, dan menerangi jalan spiritual para pencari kebenaran.

Tipe kedua kawula-muda adalah orang yang rusak keyakinannya, tak bertanggung jawab dalam perilakunya, dirinya disesatkan, diliputi oleh kejahatan; ia tak menerima kebenaran dari siapapun, juga tak menahan diri dari kepalsuan, serta lebih memenitngkan diri sendiri. Ia seorang kawula-muda yang keras kepala. Ia tak mau tunduk pada kebenaran. juga tak mau mmeperbaiki kekeliruannya. Ia tak peduli tentang pengabaiannya atas hak-hak manusia atau hak-hak Allah. Ia, kawula-muda yang bingung kehilangan ketidakberpihakan dalam pemikiran dan perilakunya. Demikian juga, ia tak memiliki keseimbangan dalam segala urusannya.
Ia, orang yang sombong dengan pandangannya sendiri, seolah-olah kebenaran mengalir dari lidahnya. Ia, menurut pendapatnya, bebas dari celaaan, sementara yang lain adalah sumber kesalahan dan ketergelinciran selama mereka bertentangan dengan pilihannya.
Ia telah berpaling dari jalan lurus dalam Dien-nya, dan norma perilaku yang diterima. Kejahatan tingkah-lakunya telah dibuat menarik baginya. Karena itu, ia menganggap dirinya orang yang berbudi. Dengan demikian, ia pecundang terbesar dalam hal perbuatannya. Inilah orang-orang yang usahanya sia-sia dalam kehidupan ini, sementara mereka menganggap bahwa mereka berbuat baik.
Ia pertanda buruk bagi dirinya sendiri dan malapetaka bagi masyarakatnya, orang yang mendorong bangsanya menuju tahapan terendah. Ia penghalang antara bangsanya dan kehormatan, serta kemurahan-hati, pengaruh yang mematikan, sulit diobati - kecuali jika Allah menghendaki. Allah berkuasa atas segalanya.

Tipe ketiga kawula-muda adalah yang bingung dan ragu. Ia mengakui kebenaran dan puas dengannya. Ia hidup dalam lingkungan yang terkungkung, namun pintu-pintu kejahatan, terbuka baginya dari segala arah. Keadaan ini telah menciptakan keraguan dalam imannya, penyimpangan dalam perilakunya, kelemahan dalam tindakannya, terampas dari praktik-praktik biasa dan masuknya berbagai kepalsuan yang beragam. Dengan demikian, ia berada dalam pemikiran yang kekal dan pencarian batin tak habis-hhabisnya. Menentang arus masuk ataukah gerakan kepalsuan, inilah ketidakpastian yang dihadapinya. Ia tak tahu, apakah kebenaran itu terletak pada ideologi yang berlaku atau dari jalan pendahulunya yang shalih dan lingkungannya yang terkungkung. Dengan demikian. ia ragu-ragu - terkadang ia cenderung ke satu sisi, dan terkadang ke sisi yang lain, sesuai dengan kekuatan masuknya pikiran-pikiran ini.
Kawula-muda semacam ini pasif dalam hidupnya. Ia membutuhkan kekuatan yang menarik-hatinya, yang akan membimbingnya menuju benteng kebenaran dan jalan kebaikan.

Tipe kawula-muda seperti ini, banyak ditemukan. Mereka mendapatkan sedikit sekali pendidikan Islami, namun memperoleh pengetahuan yang jauh lebih sekuler, yang bertentangan dengan dasar-dasar Dien Islam, baik dalam kenyataan atau dalam anggapan mereka. Dengan demikian, mereka tak berdaya di antara dua budaya. Bagi mereka, masih memungkinkan bebas dari ketidakberdayaan ini dengan membangun diri dalam pendidikan Islam dan memperoleh pendidikan ini dari sumber aslinya - Al-Quran dan Sunnah Rasulullah (ﷺ), di tangan Ulama yang berbhakti - dan ini takkan sulit bagi mereka.

Para kawula-muda punya masalah yang mereka hadapi, antara lain, pertama, kemalasan, penyakit yang membunuh proses berpikir, pikiran dan kekuatan tubuh, karena tubuh selalu membutuhkan gerak dan karya.
Kedua, keterasingan dan sikap acuh tak acuh diantara pemuda dan anggota keluarga yang lanjut usia atau diantara sesama kawula-muda. Kita melihat ada orangtua yang menyaksikan penyimpangan kawula-muda mereka namun ragu-ragu, bingung, tak berdaya memperkuat mereka dan membutuhkan orang lain untuk memperbaiki mereka. Akibatnya, timbul kebencian dari para kawula-muda ini, kerenggangan dan sikap tak peduli terhadap kondisi mereka, tak peduli itu keadaan yang baik atau buruk.
Ketiga, bekerjasama dengan orang-orang yang menyimpang dan bobrok, serta berteman dengan mereka. Hal ini, banyak pengaruhnya terhadap proses berfikir, pemikiran dan cara-cara yang akan ditempuh kawula-muda itu.
Keempat, membaca buku-buku dan majalah-majalah terbitan, yang merusak, yang menciptakan keraguan dalam Dien seseorang dan dalam imannya. Keadaan ini menarik seseorang menuju rusaknya karakter dan manjadikannya kufur dan mungkar.
Kelima, ada kesan dari kawula-muda bahwa Islam membatasi kebebasan dan pengekangan kekuatan. Dengan demikian, mereka berpaling dari Islam karena menganggapnya sebagai kemunduran dan penghalang antara mereka dan kemajuan. Obat untuk masalah ini adalah bahwa tabir realitas Islam diangkat dari para pemuda yang tak mengetahui realitasnya, karena kesalahan kaumnya, ilmu yang tak memadai atau keduanya. Islam tak membatasi kebebasan, namun mengendalikannya, dan sebagai saluran yang benar, sedemikian rupa sehingga kebebasan seseorang tak berbenturan dengan kebebasan orang lain."

Elang terdiam sebentar, lalu berkata, "Wahai kawula-muda, aku tak ingin banyak bicara, aku hanya ingin menyampaikan padamu bahwa engkau sekarang berada di puncak kehidupanmu, dan bahwa engkau hendaknya kembali ke Islam dengan ilmu, tindakan, dan dakwah! Sangat mudah bagimu untuk belajar, untuk bertindak, dan untuk mengajar. Jika engkau tak melakukan ini dalam masa sekarang, engkau telah membiarkan sebuah kesempatan terlewat begitu saja, engkau takkan pernah muncul lagi. Bukankah waktu berharga itu, tak dapat diganti? Engkau mungkin tak pernah lagi mengalami periode dimana engkau memiliki jumlah waktu luang ini, jadi, manfaatkanlah! Waspadalah terhadap angan-angan yang tiada putus-putusnya dan mengikuti hasratmu! Angan-angan yang tiada henti akan membuang-buang waktumu, dan jika mengikuti hasratmu akan merusak qalbumu. Wallahu a'lam."
"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu." - [QS.4:1]
Referensi :
- Syaikh Muhammad Salih al-'Uthaymeen,Youth's Problem, IIPH
- Abdullah Azzam, A Message to Every Youth, At-Tibyaan