Rujukan :Gelatik berkata, "Wahai Nasar, saudaraku, sampaikan kepada kami tentang bayi yang dapat berbicara." Burung Nasar menjawab, "Baiklah, saudariku! Akan kusampaikan pada kalian. Duduk dan dengarkanlah!" Nasar melanjutkan, "Jika seorang anak yang baru lahir berbicara, itulah penampakan kekuasaan Allah yang sangat mencengangkan. Peristiwa yang membingungkan otak ini, terjadi tiga kali dalam sejarah umat manusia, bahwa seorang anak yang baru lahir, berbicara dari buaian, bukan perkataan semata, melainkan kalimat yang cerdas. Rasulullah (ﷺ) menyampaikan kepada kita bahwa bayi-bayi yang dapat berbicara, yakni Isa bin Maryam, alaihissalam, bayi yang berbicara mendukung Juraij al-Abid, dan anak yang akan kukisahkan kepada kalian dalam Hadis berikut.
Diriwayatkan Al-Bukhari bahwa Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda,
Dalam Sahih Muslim, berbunyi sebagai berikut,بَيْنَمَا امْرَأَةٌ تُرْضِعُ ابْنَهَا إِذْ مَرَّ بِهَا رَاكِبٌ وَهْىَ تُرْضِعُهُ، فَقَالَتِ اللَّهُمَّ لاَ تُمِتِ ابْنِي حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ هَذَا. فَقَالَ اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ. ثُمَّ رَجَعَ فِي الثَّدْىِ، وَمُرَّ بِامْرَأَةٍ تُجَرَّرُ وَيُلْعَبُ بِهَا فَقَالَتِ اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهَا. فَقَالَ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا. فَقَالَ أَمَّا الرَّاكِبُ فَإِنَّهُ كَافِرٌ، وَأَمَّا الْمَرْأَةُ فَإِنَّهُمْ يَقُولُونَ لَهَا تَزْنِي. وَتَقُولُ حَسْبِي اللَّهُ. وَيَقُولُونَ تَسْرِقُ. وَتَقُولُ حَسْبِي اللَّهُ"Di kalangan Bani Israil, ada seorang Ibu yang menyusui putranya. Lalu seorang lelaki yang berkendara dan berpenampilan menawan melewatinya. Sang ibu berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang ini!' Anak yang disusuinya itu, meninggalkan susuannya dan menatap sang lelaki dan berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan daku seperti dirinya!' Kemudian iapun meneruskan mengisap susuannya."
(Abu Hurairah berkata, "Seolah-olah aku melihat Nabi mengisap jarinya.")
Selanjutnya seorang budak-wanita melewatinya. Sang Ibu berkata, "Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dirinya." Anak itu meninggalkan susuannya dan berkata, "Ya Allah, jadikanlah daku seperti dirinya." Sang Ibu bertanya, "Mengapa begitu?" Ia menjawab, "Sang pengendara, orang yang angkuh, sedangkan budak wanita itu, dituduh berzina dan mencuri, (padahal ia tak melakukannya) dan ia hanya berucap, "Hasbiyallah!" [Al-Bukhari 3466]
Sesungguhnya, bukanlah hal biasa bagi anak yang baru lahir mengucapkan kata-kata cerdas dan juga sangat mengejutkan. Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan cara yang berbeda. Jelas dari kisah ini, bahwa sang ibu telah melihat seorang yang bahagia, dan ia berdoa kepada Allah agar putranya menjadi sepertinya, namun sang bayi langsung menolak permohonan itu. Ia anak yang baru lahir. Hal pertama, bahwa anak-anak seusia itu, tak berbicara lancar, apalagi mengucapkan kalimat-kalimat yang cerdas. Kemudian, apa yang ia ucapkan sangat bertentangan dengan apa yang tampak, namun persis sesuai dengan fakta yang tak diketahui ibunya.وَبَيْنَا صَبِيٌّ يَرْضَعُ مِنْ أُمِّهِ فَمَرَّ رَجُلٌ رَاكِبٌ عَلَى دَابَّةٍ فَارِهَةٍ وَشَارَةٍ حَسَنَةٍ فَقَالَتْ أُمُّهُ اللَّهُمَّ اجْعَلِ ابْنِي مِثْلَ هَذَا . فَتَرَكَ الثَّدْىَ وَأَقْبَلَ إِلَيْهِ فَنَظَرَ إِلَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ . ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى ثَدْيِهِ فَجَعَلَ يَرْتَضِعُ . قَالَ فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَحْكِي ارْتِضَاعَهُ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ فِي فَمِهِ فَجَعَلَ يَمُصُّهَا . قَالَ وَمَرُّوا بِجَارِيَةٍ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا وَيَقُولُونَ زَنَيْتِ سَرَقْتِ . وَهِيَ تَقُولُ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ . فَقَالَتْ أُمُّهُ اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهَا . فَتَرَكَ الرَّضَاعَ وَنَظَرَ إِلَيْهَا فَقَالَ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا . فَهُنَاكَ تَرَاجَعَا الْحَدِيثَ فَقَالَتْ حَلْقَى مَرَّ رَجُلٌ حَسَنُ الْهَيْئَةِ فَقُلْتُ اللَّهُمَّ اجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهُ . فَقُلْتَ اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ . وَمَرُّوا بِهَذِهِ الأَمَةِ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا وَيَقُولُونَ زَنَيْتِ سَرَقْتِ . فَقُلْتُ اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهَا . فَقُلْتَ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا قَالَ إِنَّ ذَاكَ الرَّجُلَ كَانَ جَبَّارًا فَقُلْتُ اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ . وَإِنَّ هَذِهِ يَقُولُونَ لَهَا زَنَيْتِ . وَلَمْ تَزْنِ وَسَرَقْتِ وَلَمْ تَسْرِقْ فَقُلْتُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا"Tatkala seorang bayi sedang menyusu dari ibunya, seorang pengendara dengan penampilan menarik lewat dengan kendaraannya yang mewah. Sang Ibu berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang ini.' Lalu sang bayi meninggalkan puting susu ibunya, menatap lelaki pengendara itu, dan berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan diriku seperti dirinya.'
Kemudian iapun kembali ke buaian ibunya dan meneruskan menyusu." Abu Hurairah berkata, "Seolah-olah aku melihat Rasulullah (ﷺ) sementara beliau (ﷺ) menceritakan bagaimana anak itu menyusu dengan jari telunjuknya di mulutnya, maka beliau (ﷺ) mengisapnya." Nabi (ﷺ) bersabda, "Lalu mereka melewati seorang budak yang dipukuli oleh khalayak-ramai. Mereka berkata kepadanya, 'Kamu telah berzina dan mencuri.' Sementara sang budak menjawab, 'Cukuplah Allah sebagai Penolongku dan Dia-lah sebaik-baik Pelindung.' Sang Ibu berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dirinya.' Lalu sang bayi meninggalkan susuannya dan menoleh kepada budak itu, dan berkata, 'Ya Allah, jadikan daku seperti dirinya."
Pada saat itulah terjadi perbincangan antara sang Ibu dengan sang bayi yang disusuinya. Sang Ibu berkata, "Semoga lehermu sakit. Telah lewat seorang lelaki dengan penampilan menarik dan aku berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku sepertinya,' tapi kamu berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan diriku seperti dirinya.' Lalu lewatlah seorang budak wanita yang dipukuli dan mereka berkata kepadanya, 'Kamu telah berzina dan mencuri.' Lalu aku berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dirinya.' Dan kamu berkata, 'Ya Allah, jadikan daku seperti dirinya." Sang bayi menjawab, "Lelaki itu, orang yang angkuh, maka aku berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan daku seperti dirinya'. Dan sesungguhnya wanita yang mereka tuduh berzinah dan mencuri, sebenarnya, tak berzina dan mencuri. Maka aku berkata, 'Ya Allah, jadikanlah daku seperti dirinya." [Muslim 2550]
Kejadian ini, membuat sangat jelas bahwa Allah tak memilih hanya orang dewasa, atau orang pandai, untuk menggambarkan kekuasaan sempurna-Nya, melainkan terkadang, Dia, Subhanahu wa Ta'ala, menunjukkannya melalui bayi yang baru lahir.
Allah menunjukkan dua fakta penting melalui kejadian ini. Pertama, bahwa sang lelaki, yang secara lahiriah, tampak sangat bahagia, berkepribadian menarik dan hidup mewah, pada hakikatnya, seorang tiran, yang menindas orang lain. Jelas, ia bukanlah orang yang patut diteladani.
Fakta kedua, bahwa budak perempuan yang tertindas, yang tampak sangat miskin, dan menjadi subyek kritikan, ternyata, seorang wanita yang shalihah dan berakhlaq mulia. Allah memberikan bukti Kemahakuasaan-Nya dengan mengungkapkan dua fakta ini, melalui anak yang baru lahir."
Nasar terdiam sesaat, lalu berkata, "Wahai saudara-saudariku, ada ibrah yang kita dapatkan dari kisah ini, pertama, pesan utama dari kisah ini, bahwa kekuasaan Allah, Rabbul Alamin, tak tunduk pada suatu hak pilihan. Dia juga tak bergantung pada metode atau kebiasaan umum pada masa itu. Dia bisa, jika Dia berkehendak, mengambil kekuatan bicara dari orang dewasa yang cerdas. dan atau memberikannya kepada yang baru lahir kemudian membuatnya berbicara dengan cerdas. Dia menunjukkan kekuasaan-Nya dengan cara yang berbeda.
Kita juga belajar dari Hadis ini bahwa, ada dua aspek dari segalanya, yang tampak dan yang tak-nampak. Manusia hendaknya terlebih dahulu mempedulikan dirinya dengan hal-hal yang tak terlihat, baru kemudian dengan yang terlihat. Ia seyogyanya tak memilih segalanya hanya karena penampilan luarnya, melainkan, sebaiknya mengamati kualitas internal dan memilihnya karena kepatutan yang tak terlihat.
Ibu sang bayi, terpesona oleh penampilan luar dan sifat lelaki yang mengaduk-aduk sedemikian rupa hingga sang Ibu berharap agar anaknya tumbuh seperti sang lelaki. Faktanya tak seperti itu. Ciri-khas lelaki yang mengagumkan ini, ternyata, merupakan hasil dari kekejamannya, dan jika semua ini berkembang dari kezhaliman, bukanlah kualitas yang terpuji. Kualitas seperti itu, malah akan mengundang murka Allah atas sang pemilik kualitas. Allah tak hanya meletakkan hal-hal ini ke dalam qalbu sang bayi, tetapi Dia juga membuatnya berbicara tentang fakta-fakta ini. Ia menolak doa ibunya dan berkata bahwa ia tak ingin seperti sang lelaki.
Demikian pula, sang ibu melihat secara lahiriah tuduhan terhadap sang gadis budak belian melakukan perbuatan yang zhalim dan ia berdoa agar anaknya tak menjadi seperti gadis budak itu. Allah kembali menempatkan ke dalam qalbu sang bayi, posisi yang sebenarnya tentang gadis budak yang tak berdosa-walau para penuduhnya berteriak-teriak-bahwa sebenarnya ia tetap tak bersalah dan shalihah. Sang bayi berdoa bahwa ia ingin menjadi seperti gadis itu.
Hanya Allah Yang paling tahu bahwa tujuan permohonan sang bayi, bukanlah agar Allah menjadikannya persis seperti sang budak perempuan. Ia tahu bahwa gadis itu jujur namun tertindas, dan ia berharap bahwa ia seyogyanya menjalani kehidupan yang jujur, bahkanpun jika ia harus menderita. Juga, ia memikirkan sang lelaki yang zhalim, yang tampak mempesona dan dikaruniai dengan kenikmatan dan kemewahan, dan ia memohon agar tak seharusnya orang seperti itu diberi karunia jika disertai dengan sifat yang zhalim. Jika berkah dan nikmat diperoleh dengan sah, maka ia menginginkannya. Sebaliknya, ia hendaknya memohon perlindungan Allah dari menindas dan berbuat kekejaman, jika tidak, ia lebih suka kemiskinan dan kesucian.
Permohonan sang bayi itu, bukan berarti bahwa ia menolak kenikmatan duniawi. Ia menolak kenikmatan dunia yang diperoleh melalui tirani dan penindasan. Permohonan kedua, yang ia minta, bukan berarti ia berharap agar khalayak-ramai menuduh dan menghukumnya seperti yang mereka lakukan terhadap gadis budak belian itu. Ia bermohon agar budak perempuan itu akan selalau berada di jalan yang benar dan secara moral, berakhlak baik dan mulia, dan bila tidak, biarlah ia terzhalimi. Jadi, ia ingin menjalani kehidupan yang bersih dan baik, meskipun harus dilalui dulu dengan pengorbanan.
Kita juga belajar bahwa tidaklah patut menjadi penindas, walaupun dengan cara itu kita memperoleh banyak manfaat. Juga benar dan disukai, menjadi orang yang tertindas (bahkan pun jika seseorang harus menghadapi banyak cobaan). Mungkin kedengarannya baik bagi orang-orang di dunia agar bertindak dengan kejam dan menindas orang lain untuk memperoleh harta dan kedudukan duniawi, namun hal tersebut sangat tercela di sisi Allah, dan mengkin saja akan ada adzab dari-Nya.
Pelajaran selanjutnya adalah, kisah ini bermanfaat dalam menjelaskan ayat Al-Qur'an. Allah berfirman,
Manusia, hanya melihat tampilan lahiriah dari segalanya. Ia tergila-gila saat melihat kilau apapun, bahkanpun bila bagian dalamnya buruk dan berbahaya. Ia tak menyukai dan membenci segala sesuatu yang tak menarik dalam penampilan luarnya dan ia mengabaikan keuntungan dan kebaikan intrinsiknya.وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ"...Tetapi boleh jadi kamu tak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tak mengetahui." - (QS. 2:216)
Pendekatan ini keliru. Kita hendaknya mengamati seluruhnya, baik dari aspek eksternal maupun internal. Orang yang cerdas memutuskan hanya setelah melakukan pengamatan seperti ini.
Akhirnya, Hadis ini juga mengajarkan kepada para guru, pembaharu dan pendakwah, bahwa ia hendaknya menggunakan segala cara yang halal untuk menyampaikan pesan-pesan moralnya. Dengan demikian, para pendengar diyakinkan secara efektif. Rasulullah (ﷺ) mendemonstrasikan secara praktis cara bayi yang menghisap susu ibunya dengan meletakkan jarinya di mulut dan menghisapnya. Ini dilakukan agar pendengarnya dapat memahami dengan baik apa yang ia katakan. Kita menemukan contoh yang tak terhitung jumlahnya dari hal seperti ini dalam hadits yang disampaikan oleh Rasulullah (ﷺ). Beliau (ﷺ) sering menunjukkan dengan cara praktis apa yang beliau (ﷺ) jelaskan secara lisan kepada para pendengarnya. Wallahu a'lam."
Gelatik berkata, "Lalu, sampaikanlah tentang kisah Juraij!"
- Maulana Muhammad Zakaria Iqbal, Stories from the Hadith, Darul Isha'at.