Jumat, 03 Mei 2019

Setelah Menyeberangi Laut Merah

Burung enggang tampil ke depan, ia sedikit ragu, atau, mungkin gugup, tapi sesaat kemudian, ia kembali tenang, mengucapkan salam, lalu berkata, "Abu Waqid Al-Laithi meriwayatkan bahwa saat Rasulullah (ﷺ) pergi ke Hunain, ia melewati pohon lotte hijau besar yang oleh para penyembah berhala disebut "dzat anwat", dimana mereka menggantung senjata mereka. Mereka (para sahabat) berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ
"Wahai Rasulullah! Buatlah untuk kami dzat anwat sebagaimana mereka mempunyai dzat anwat. '
Nabi (ﷺ) bersabda,

سبحان الله هذا كما قال قوم موسى: (اجعل لنا إلها كما لهم آلهة) والذي نفسي بيده لتركبن سنة من كان قبلكم
"Subhanallah! Ini seperti yang diucapkan kaum Musa,"Buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala). Demi Dia yang jiwaku ada dalam Genggaman-Nya! Engkau akan mengikuti jalan para kaum sebelummu."
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi (2181) dan Ahmad dalam Al-Musnad (5/218), dan At-Tirmidzi menilainya hasan shahih.
Wahai saudara-saudariku, Abu Waqid, yang nama sebenarnya Al-Harits Ibnu 'Auf, seorang Sahabi, mengutarakan kisah tentang peristiwa menarik yang terjadi segera sebelum Pertempuran Hunain. Hunain adalah sebuah lembah yang terletak sepuluh mil di sebelah Timur Mekkah, tempat Rasulullah (ﷺ) memerangi suku Hawazin. Ada beberapa Muslim yang baru saja memeluk Islam, dan dengan demikian mereka belum mengetahui perbuatan syirik. Saat mereka menyaksikan orang-orang musyrik memohon berkah dari sebuah pohon, mereka meminta Rasulullah (ﷺ) agar membuatkan sebuah pohon bagi mereka untuk meminta berkah darinya. Rasulullah (ﷺ) sangat kaget dan terguncang oleh permintaan mereka. Beliau (ﷺ) tak menyetujui permohonan mereka yang keliru dan membandingkannya dengan kasus Bani Israil yang meminta Nabi Musa, alaihissalam, agar menunjuk sebuah berhala bagi mereka untuk disembah. Hadits ini membuktikan bahwa meminta berkah pada sebuah pohon atau benda lain semisal, adalah perbuatan syirik. Rasulullah (ﷺ) menyampaikan bahwa umat Islam akan meniru langkah-langkah orang Yahudi dan Nasrani. Beliau (ﷺ) mengutuknya."

Burung camar bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi pada Bani Israil setelah mereka menyeberangi Laut Merah? Sampaikan kepada kami kisahnya, saudaraku!"
Enggang berkata, "Setelah Bani Israil menyeberangi Laut Merah, mereka mengambil jalan melalui gurun tandus ke arah Sinai. Di sana, mereka melihat penduduk menyembah berhala di kuil-kuil. Melihat ini, mereka mendatangi Nabi Musa, alaihissalam, dan menuntut, seperti firman Allah,

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَىٰ قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَىٰ أَصْنَامٍ لَهُمْ ۚ قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَٰهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ ۚ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
"Dan Kami selamatkan Bani Israil menyeberangi laut itu (bagian utara dari Laut Merah). Ketika mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka (Bani Israil) berkata, 'Wahai Musa! Buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala).” (Musa) menjawab, “Sungguh, kamu orang-orang yang bodoh.'" - (QS.7:138)
Bani Israil telah dengan aman menyeberangi lautan, namun masih berpegang pada penyembahan berhala. Allah menyebutkan kata-kata yang diucapkan oleh Bani Israil kepada Nabi Musa setelah mereka menyeberangi lautan dan menyaksikan tanda-tanda kekuasaan dan kagungan Allah. Beberapa ulama Tafsir mengatakan bahwa orang-orang yang mengucapkan kata-kata itu berasal dari Kanaan, atau dari suku Lakhm. Ibnu Jarir at-Tabari berkomentar, "Mereka menyembah berhala yang mereka buat dalam bentuk sapi, dan ini akan mempengaruhi Bani Israil kemudian, ketika mereka menyembah anak sapi."
Nabi Musa menjawab, "Kalian tak tahu tentang kekuasaan dan keagungan Allah dan kesucian-Nya dari setiap sekutu atau apapun yang menyerupai-Nya." Lalu ia berkata,

إِنَّ هَؤُلاءِ مُتَبَّرٌ مَا هُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Sesungguhnya mereka akan dihancurkan (oleh kepercayaan) yang dianutnya dan akan sia-sia apa yang telah mereka kerjakan." - (QS.7:139)
قَالَ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِيكُمْ إِلَهًا وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ
"Ia (Musa) berkata, 'Pantaskah aku mencari ilah untukmu selain Allah, padahal Dia yang telah melebihkan kamu atas segala umat (pada masa itu).'" - (QS.7:140)
Nabi Musa mengingatkan Bani Israil tentang nikmat Allah bagi mereka, seperti menyelamatkan mereka dari Fir'aun, tirani dan penghinaan serta aib yang mereka derita. Ia, alaihissalam, mengingatkan mereka tentang kemuliaan dan pembalasan terhadap musuh mereka, saat mereka menyaksikan musuh-musuh mereka menderita dalam kehinaan, dihancurkan dengan ditenggelamkan dan menemui ajal.

Wahai saudara-saudariku, mereka yang berbuat zhalim, takkan pernah bersyukur kepada Allah, mereka beranggapan, apa yang telah mereka peroleh adalah hasil dari kecerdikan mereka. Demikian juga, Bani Israil, tak pernah bersyukur, meskipun begitu banyak berkah dari Allah yang telah dikaruniakan kepada mereka.
Ketika Bani Israel berada di Lembah Sinai, tempat itu sangat panas, dari lokasi dimana mereka berada, sangat jauh, tak ada tanaman hijau dan tak ada air. Lalu mereka berkata, "Hai Musa! Bagaimana kami dapat menemukan air untuk diri kami sendiri di sini? Dimana ada makanan?" Maka Allah menurunkan untuk mereka, manna dan salwa. Lalu mereka berkata, “Ini makanannya, tapi, mana minumannya?” Maka Nabi Musa diperintahkan, dan ia memukul sebongkah batu dengan tongkatnya, dan dari situ, pecahlah dua belas mata air, masing-masing suku minum dari satu mata air. Allah berfirman,

وَقَطَّعْنَاهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ أَسْبَاطًا أُمَمًا وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى إِذِ اسْتَسْقَاهُ قَوْمُهُ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْبَجَسَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ وَظَلَّلْنَا عَلَيْهِمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْهِمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
"Dan Kami membagi mereka menjadi dua belas suku yang masing-masing berjumlah besar, dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah dari (batu) itu dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing. Dan Kami naungi mereka dengan awan dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman), “Makanlah yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu.” Mereka tak menzhalimi Kami, tetapi merekalah yang selalu menzhalimi dirinya sendiri." (QS.7:160)
Allah juga berfirman,
وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ
"Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah daripadanya dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.'" - (QS. 2:60)
Allah berfirman, “Ingatlah rahmat-Ku untukmu saat Aku menjawab permohonan Nabi-mu, Musa, ketika ia memintaku menyediakan air untukmu. Aku menjadikan air tersedia untukmu, membuatnya menyembur keluar dari batu. Dua belas mata air muncul dari batu itu, mata air yang ditunjuk untuk masing-masing sukumu. Kalian makan dari manna dan salwa serta minum dari air yang Aku berikan untukmu, tanpa susah-payah atau berlelah-lelah darimu. Maka sembahlah Dia Yang melakukan ini untukmu. Jangan membalas budi dengan melakukan perbuatan munkar yang menyebabkan tercabutnya nikmat itu.
Ibnu Abbas, tadhiyallahu 'anhu, berkata bahwa Bani Israel, “Punya batu persegi yang diperintahkan Nabi Musa untuk dipukul dengan tongkatnya dan, sebagai hasilnya, dua belas mata air muncul dari batu itu, tiga di setiap sisi. Karena itu, setiap suku punya satu mata air tertentu, dan mereka biasa minum dari mata air mereka. Mereka tak pernah melakukan perjalanan jauh dari lokasi mereka, mereka akan menemukan karunia yang sama dengan cara yang sama mereka peroleh di area pertama."

Kemudian mereka berkata, “Ini makanan dan minumannya, lalu mana tempat berteduhnya?” Maka Allah menaungi mereka dengan awan. Allah berfirman,

وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
"Dan Kami menaungimu dengan awan, dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tak menzhalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzhalimi diri sendiri." - (QS.2:57)
Awan putih memberi naungan bagi Bani Israil, melindungi mereka dari sengatan panas-matahari selama bertahun-tahun berkeliaran. Kedaan itu lebih sejuk dan lebih baik daripada segala jenis naungan yang kita tahu.
Manna diturunkan untuk mereka ke pohon-pohon, dan mereka makan seberapapun yang mereka inginkan. Qatadah berkata, “Manna, yang lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu, pernah dikirimkan untuk Bani Israil, yang turun bagai turunnya salju, dari fajar hingga matahari terbit. Diantara mereka, akan mengumpulkan cukup untuk hari itu, karena jika lebih dari itu, akan membusuk. Pada hari keenam, Jumat, seseorang akan mengumpulkan cukup untuk hari keenam dan ketujuh, yang merupakan hari Sabat, dimana seseorang takkan meninggalkan rumah untuk mencari penghidupannya, atau untuk hal lain. Semua ini terjadi di daerah belantara."

Jenis manna yang kita ketahui, menyediakan makanan yang cukup ketika dimakan sendiri, karena bergizi dan manis. Bila manna dicampur dengan air, akan menjadi minuman manis. Juga mengubah komposisi ketika dicampur dengan jenis makanan lain. Namun, jenis ini bukanlah satu-satunya. Diriwayatkan dari Abu Sa`id dan Jabir bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,

الْكَمْأَةُ مِنَ الْمَنِّ وَمَاؤُهَا شِفَاءٌ لِلْعَيْنِ
"Al Kam'ah adalah sejenis manna, dan cairannya adalah obat untuk mata." (HR Imam Ahmad, At-Tirmidzi menilainya Hasan sahih)
At-Tirmidzi mencatat Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, mengatakan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,

الْعَجْوَةُ مِنَ الْجَنَّةِ وَفِيهَا شِفَاءٌ مِنَ السُّمِّ وَالْكَمْأَةُ مِنَ الْمَنِّ وَمَاؤُهَا شِفَاءٌ لِلْعَيْنِ
"Kurma Ajwah berasal dari surga dan menyembuhkan racun, Al-Kam'ah, sebentuk manna, dan cairannya menyembuhkan mata." Hanya At-Tirmidzi yang merekam Hadis ini.
Adapun salwa (sejenis burung puyuh), Ibnu Abbas berkata, "(Salwa) adalah burung yang menyerupai burung puyuh." Juga, Ikrimah mengatakan bahwa salwa adalah burung di surga seukuran burung gereja. Qatadah berkata, "Salwa adalah seekor burung yang mirip dengan seekor burung gereja. Selama masa itu, seorang Israil dapat menangkap burung puyuh sebanyak yang cukup untuk hari itu, jika tidak, dagingnya akan rusak. Pada hari keenam, Jumat, ia akan kumpulkan apa yang cukup untuk hari keenam dan ketujuh, Sabat, dimana seseorang tak diperbolehkan meninggalkan rumahnya untuk mencari apapun. ”

Allah menurunkan manna dan salwa untuk mereka, makanan yang baik, suci, bermanfaat, dan mudah didapat. Namun, mereka meminta Musa agar menukar jenis makanan ini dengan jenis yang lebih rendah, yang terdiri dari tumbuh-tumbuhan, dan semacamnya. Allah berfirman,

وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نَصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الأرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” Ia (Musa) menjawab, “Memintakah kamu sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas." - (QS. 2:61)
Al-Hasan Al-Basri berkata tentang Bani Israil, “Mereka bosan dan tak sabar dengan jenis makanan yang disediakan. Mereka juga ingat kehidupan yang dulu mereka jalani, ketika makanan mereka terdiri dari lentil, bawang merah, bawang putih dan rempah-rempah. ”
Nabi Musa, alaihissalam menjawab, “Apa yang kalian minta itu mudah, karena tersedia berlimpah di kota manapun yang mungkin kalian masuki. Jadi, karena apa yang kalian minta tersedia di semua desa dan kota, aku takkan meminta Allah agar menyediakannya bagi kalian, selain itu, jenis makanan seperti itulah makanan yang berkualitas lebih rendah.” Karena permintaan mereka adalah hasil dari kebosanan dan kesombongan, dan karena tak perlu memenuhinya, permintaan mereka ditolak. Bani Israil memberontak, tak percaya dan melakukan ketidakadilan terhadap diri mereka sendiri, meskipun mereka melihat tanda-tanda yang jelas, mukjizat dan perisitiwa yang luar biasa."

Kemudian burung enggang berkata, "Wahai saudara-saudariku, disini penting menitikberatkan kebajikan para Sahabat, radhiyallahu 'anhum, bila dibandingkan dengan sahabat para nabi lainnya. Ini termasuk keteguhan dalam agama, kesabaran dan kerendahan-hati. Meskipun para sahabat menemani Rasulullah (ﷺ) dalam perjalanan dan pertempurannya, seperti selama perang Tabuk, dalam panas-terik dan hebatnya kesulitan, mereka tak meminta mukjizat, meskipun ini mudah bagi Rasulullah (ﷺ) atas seizin Allah. Dan ketika para sahabat lapar, mereka hanya meminta Rasulullah (ﷺ) agar memohon kepada Allah untuk menambah jumlah makanan. Mereka mengumpulkan makanan apapun yang mereka miliki dan membawanya ke Rasulullah (ﷺ), dan beliau (ﷺ) memohon berkah Allah, memerintahkan kepada masing-masing mereka agar mengambil makanan, dan mereka mengisi setiap bejana yang mereka miliki. Juga, saat mereka mengharapkan hujan, Rasulullah (ﷺ) memohon kepada Allah agar menurunkan hujan, dan awan-hujan pun datang. Mereka minum, memberi air ke unta mereka dan mengisi kantung-kantung air. Saat mereka melihat sekeliling, tahulah mereka bahwa awan hanya menghujani kawasan tenda-tenda mereka. Inilah teladan terbaik dari mereka yang bersedia menerima keputusan Allah dan mengikuti Rasulullah (ﷺ).
Umat ​​Rasulullah (ﷺ) lebih baik daripada Bani Israil. Allah berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka, orang-orang fasik." - (QS. 3:110)
Umat Rasulullah (ﷺ) adalah umat yang shalih dan bermanfaat bagi umat manusia. Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim mencatat bahwa Hakim bin Mu'awiyah bin Haidah meriwayatkan bahwa ayahnya mengatakan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
أَنْتُمْ تُوَفُّون سَبْعِينَ أُمَّةً، أَنْتُمْ خَيْرُهَا، وَأَنْتُمْ أَكْرَمُ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَل
"Sesungguhnya kalian terbagi menjadi tujuh puluh umat, dan kalianlah yang terbaik (diantara mereka) serta paling mulia di sisi Allah." Hadis yang dinilai At-Tirmidzi, "Hasan."
Umat Rasulullah (ﷺ) mencapai kebajikan ini karena Rasulullah (ﷺ), manusia terbaik dan Rasul yang paling mulia di sisi Allah. Allah mengutus Rasulullah (ﷺ) membawa seperangkat hukum yang sempurna dan lengkap, yang tak pernah diberikan kepada nabi atau rasul sebelumnya. Wallahu a'lam."
Rujukan :
- Shaikh Shafiurrahman Al-Mubarakpury, Tafsir Ibn Katheer, Abridged Volume 2 and 4, Darussalam
- William M. Brinner, The History of At-Tabari Volume III : The Children of Israel, SUNY
- Maulana Hifzur Rahman Soeharwy, Qasasul Ambiyaa, Translated by Maulana Yusuf Karaan, Idara Impex