Selasa, 14 Mei 2019

Kisah Penyembahan Anak Sapi (3)

Enggang melanjutkan, "Disebutkan bahwa As-Samiri berkata kepada Bani Israil, 'Jika kalian menyerahkan padaku perhiasan yang kalian bawa dari orang-orang Koptik itu dan karena takkan bisa lagi mengembalikannya kepada mereka saat meninggalkan Mesir, maka akan kutunjukkan kepada kalian sesuatu yang lebih bermanfaat.'
Maka Bani Israil pun menyerahkan seluruh perhiasan itu kepadanya. Ia meleburkan barang-barang itu dan dari hasil leburan itu, ia menjadikannya berbentuk anak sapi. Kemudian ia juga menambahkan segenggam debu yang diambilnya dari jejak-jejak kuda Jibril, ke dalamnya dan mulailah tampak tanda kehidupan muncul dari dalamnya dan mulai mengeluarkan suara. Lalu ia berkata kepada Bani Israil, "Musa telah melakukan kesalahan. Inilah ilah kalian." Dengan penunjukkan ini, Bani Israilpun mulai menyembah anak sapi.

Kemudian Allah menyampaikan kepada Nabi Musa bahwa orang-orang yang dengan sekuat tenaga telah ia tuntun, dan begitu banyak tenaga dan pikiran telah dikerahkan atas mereka, telah tersesat. Mendengar ini, Nabi Musa sangat sedih dan kembali kepada kaumnya dengan kemarahan dan kesedihan. Menghadapi mereka, ia berkata, "Apa yang telah kalian lakukan? Begitu lamakah aku meninggalkan kalian sehingga kalian harus berbuat hal yang akan membawa bencana ini?"
Pada saat itu, ia sangat marah, dan karena marahnya, lauh-lauh itu jatuh dari tangannya. Bani Israil menjawab, "Ini bukan kesalahan kami. Inilah perhiasan-perhiasan orang Mesir yang kami bawa. As-Samiri memintanya dari kami, yang darinya ia membentuk seperti itu dan menyesatkan kami."

Syirik, menyekutukan sesuatu dengan Allah, kejahatan seperti ini, tak dapat ditolerir. Nabi Musa sangat marah. Ia meraih leher saudaranya, Nabi Harun dan menarik janggutnya. Nabi Harun berseru, "Wahai saudaraku, itu bukan salahku. Aku sudah lelah berusaha keras melarang mereka, namun mereka tak mengindahkan. Mereka berkata bahwa selama Musa tak kembali, kami takkan mendengarkanmu.
Mereka memandang lemah padaku, bahkan mereka berencana membunuhku. Melihat kenyataan ini, aku berpikir bahwa jika aku harus berperang melawan mereka, dan pertempuran harus terjadi antara orang beriman dan mereka, maka segala tuduhan akan dibebankan padaku, bahwa aku telah menyebabkan perpecahan di antara Bani Israil. Karenanya, aku lebih memilih diam sambil menunggumu pulang. Saudaraku yang terkasih, janganlah memegang kepala atau janggutku agar orang lain tak menemukan kesempatan menertawakan kita."

Mendengar penjelasan Nabi Harun ini, kemarahan Nabi Musa mereda, dan ia menoleh ke arah As-Samiri, "Samiri, omong-kosong apa yang telah kamu perbuat ini?" Ia menjawab, "Aku telah melihat sesuatu yang tak dilihat oleh orang-orang Israil ini. Aku melihat Jibril di atas kuda di antara pasukan Firaun dan Bani Israil. Aku memperhatikan bahwa di dalam debu di bawah kuku kuda utusan itu, ada tanda-tanda kehidupan dan muncul api dari tanah hijau yang kering itu. Jadi aku mengambil sedikit debu dari bawah kuku kuda itu. Lalu kulemparkan ke dalam patung anak sapi itu, tanda-tanda kehidupan tercipta di dalamnya dan ada suara keluar dari dalamnya."
Nabi Musa, alaihissalam, berkata, "Sekarang untukmu di dunia, inilah yang akan menjadi hukumanmu, "engkau akan berkelana di dunia laksana orang gila. Saat seseorang mendekatimu, engkau akan menghindar darinya dan berkata," Jangan sentuh aku! "Inilah yang akan menjadi hukumanmu di dunia ini, dan pada Hari Kiamat kelak, akan ada hukuman teristimewa, yang pasti akan terpenuhi karena perbuatanmu.
Wahai Samiri, anak-sapi yang telah menjadi berhala itu, akan kami campakkan ke dalam api untuk dibakar menjadi debu, agar orang-orang bodoh itu tahu bahwa berhala itu tak memiliki kekuatan atau kekuasaan, bahkan tak dapat membawa manfaat ataupun bahaya sekalipun kepada siapapun, dan ia juga tak bisa menyelamatkan dirinya-sendiri dari kehancuran."

Setelah kemarahan Musa mereda, ia mengambil lauh-lauh Taurat itu, dan kembali bermunajat kepada Rabb-nya, bertanya amalan apa yang akan dapat membawa ampunan bagi Bani Israil, yang telah bersalah atas perbuatan yang sebenarnya merupakan kemurtadan. Jawabannya datang, mereka yang bersalah karena kezhaliman mereka, harus bunuh diri.
Menurut Ibnu Jarir, dari Al-Suddi, "Setelah itu, Nabi Musa menangkap anak sapi itu dan membunuhnya, kemudian leburannya dikumpulkan lalu ditebarkan ke laut. Semuanya masuk ke dalam aliran laut. Lalu Nabi Musa berkata kepada mereka, “Minumlah air itu.” Merekapun meminumnya, dan bagi siapapun yang meminumnya, warna emas di dalam air itu akan menampakkan diri kepada mereka yang mencintai anak sapi itu. Allah Ta'ala berfirman,

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُوا قَالُوا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيمَانُكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), 'Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!' Mereka menjawab, 'Kami dengar, tapi kami tak taat.' Dan diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekafiran mereka. Katakanlah, 'Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh kepercayaanmu kepadamu jika kamu orang-orang beriman!'" - (QS. 2:93)
Allah menolak taubat Bani Israil, kecuali untuk keadaan yang mereka tak suka memerangi di antara mereka sendiri ketika mereka menyembah anak sapi. Allah berfirman,
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Kamu benar-benar telah menzhalimi dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sesembahan), karena itu bertobatlah kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu. Itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu. Dia akan menerima tobatmu. Sungguh, Dialah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." - (QS. 2:54)
Nabi Musa berkata kepada mereka, "Wahai kaumku! Kalian telah berbuat zhalim karena kalian telah menjadikan anak-sapi itu sesembahan, maka bertobatlah kepada Penciptamu, dan bunuhlah dirimu yang bersalah itu."
Imam An-Nasa'i, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim mencatat Ibnu ‘Abbas berkata,“ Allah menyampaikan kepada Bani Israil bahwa mereka bertaubat dengan cara membunuh dengan pedang setiap orang yang mereka temui, ayah ataupun anak. Mereka tak perlu peduli siapa yang mereka bunuh. Mereka yang bersalah, yang Nabi Musa dan Harun, alaihimussalam, tak tahu mana yang salah, harus mengakui dosa-dosa mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan. Jadi, Allah mengampuni yang membunuh dan yang dibunuh. "
Allah memerintahkan Nabi Musa agar memerintahkan kaumnya melaksanakan apa yang harus mereka lakukan. Dia memerintahkan mereka, yang menyembah anak sapi, duduk, dan mereka yang tak menyembah anak sapi, berdiri memegang pedang di tangan mereka. Saat yang berdiri mulai membunuh, kemuraman yang hebat tiba-tiba menyelubungi mereka. Setelah kemuraman itu berlalu, mereka telah membunuh tujuh puluh ribu orang dari mereka. Mereka yang terbunuh, diampuni, dan mereka yang hidup, juga diampuni."

Kemudian enggang berkata, "Wahai saudara-saudariku, Allah Ta'ala mengisahkan kepada Nabi kita tercinta (ﷺ), penjelasan tentang masa lalu, sesuai dengan apa yang terjadi, tanpa ditambahkan atau dikurangi. Allah juga mengingatkan beliau (ﷺ). Al-Qur'an yang perkasa, tak ada kebohongan yang datang sebelum atau dibaliknya. Inilah wahyu dari Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Terpuji. Tak ada Nabi yang diberi kitab sepertinya atau lebih lengkap darinya, sejak zaman Nabi-nabi sebelumnya yang diutus, sampai ditutup oleh kedatangan Nabi tercinta kita (ﷺ). Tak ada Nabi yang diberi kitab yang berisi keterangan sebanyak Al-Qur'an, tentang apa yang telah lalu dan apa yang akan terjadi. Hukum-hukum di antara umat manusia diambil darinya. Bagi siapapun yang telah terjangkau oleh Al Qur'an, baik orang-orang Arab, orang-orang bukan-Arab, Ahli Kitab dan yang lainnya, menyangkalnya dan berpaling dari mengikuti perintah dan aturannya, seraya mencari petunjuk selainnya, maka Allah akan menghukumnya tersesat dan mengirimnya ke jalan menuju Neraka.
Al-Qur'an adalah peringatan terakhir bagi semua orang yang telah dijangkaunya. Siapapun yang mengikutinya, maka ia akan terbimbing dengan baik, dan siapapun yang menentangnya dan berpaling darinya, maka ia akan salah arah. Ia akan celaka dalam kehidupan ini, dan ia dijanjikan bahwa pada Hari Kiamat, tempat tinggalnya adalah Jahannam. Allahu a'lam."

كَذَلِكَ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ مَا قَدْ سَبَقَ وَقَدْ آتَيْنَاكَ مِنْ لَدُنَّا ذِكْرًا
"Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah (umat) yang telah lalu, dan sungguh, telah Kami berikan kepadamu suatu peringatan (Al-Qur'an) dari sisi Kami." - (QS. 20:99)
مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وِزْرًا
"Barangsiapa berpaling darinya (Al-Qur'an), maka sesungguhnya ia akan memikul beban yang berat (dosa) pada hari Kiamat," - (QS. 20:100)
خَالِدِينَ فِيهِ وَسَاءَ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِمْلا
"mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan sungguh buruk beban dosa itu bagi mereka pada hari Kiamat" - (QS. 20:101)
Rujukan :
- Shaikh Shafiurrahman Al-Mubarakpury, Tafsir Ibn Katheer, Abridged Volume 2, 4 and 6, Darussalam
- William M. Brinner, The History of At-Tabari Volume III : The Children of Israel, SUNY
- Maulana Hifzur Rahman Soeharwy, Qasasul Ambiyaa, Translated by Maulana Yusuf Karaan, Idara Impex 


[Bagian 2]
[Bagian 1]