Selasa, 28 Mei 2019

Ketika Kesewenangan Meminta Korban (2)

Burung Nasar melanjutkan, "Halaman-halaman sejarah dipenuhi dengan kisah beratnya kesukaran yang dihadapi oleh orang-orang mukmin. Tak hanya kaum lelaki, namun juga kaum wanita, yang mengalami kesengsaraan yang tak terkira, dapat memperlihatkan kesabaran yang luar biasa, yang membuat manusia terpana. Istri Firaun, Aasiyah binti Muzaahim, salah seorang wanita yang berkemauan keras. Ia menunjukkan pengendalian-diri yang istimewa karena Allah dan menanggung penganiayaan suaminya, demi mempertahankan imannya. Ia gigih dan bersyukur kepada Allah. Aku akan menyampaikan kisah bagaimana Allah membantunya.
Abu Ya'la meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, berkata, "Sesungguhnya Fir'aun menancapkan patok sebanyak empat buah pada kedua tangan dan kedua kaki istrinya. Jika para penjaga Fir'aun berpencar darinya, maka para Malaikat menaunginya. Ia berkata, 'Wahai Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim,”. Maka Allah menampakkan untuknya rumahnya di Surga."
[As-Suyuthi menyebutkannya dalam Ad-Darrul Mantsur (6/245) secara mauquf. Ia berkata, 'Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dan Baihaqi dari Abu Hurairah dengan sanad yang shahih'.
Hafizh Ibnu Hajar dalam Al-Matholibul Aliyah (3/390) berkata, 'Hadis shahih mauquf.'
Diriwayatkan oleh Thabari dalam Tafsir-nya (28/110). Al-Hakim (2/496) berkata, 'Hadis shahih di atas syarat Syaikhain.' Dan disetujui oleh Dzahabi dan hadis ini seperti apa yang mereka berdua katakan.']
Orang-orang yang tak mematuhi perintah-perintah Allah, memberontak terhadap-Nya dan tak takut akan adzab yang ditimpakan-Nya, akan dipermalukan di dunia ini, dalam lingkungan mereka sendiri. Sebagai contoh, saat Firaun tetap dalam ketidakpatuhan dan ketidaktaatan serta menyatakan keilahian dirinya seraya berkata "Akulah rabb-mu, yang tertinggi!", Allah menyebabkan dirinya terhinakan sebelum dijerembabkan ke dalam adzab yang terus-menerus. Allah menjadikannya pelajaran bagi setiap manusia hingga akhir zaman. Terlepas dari kekuasaan, kemampuan dan kemegahan serta pasukan yang besar, ia telah melihat kekalahan dan aib dalam setiap langkahnya.
Ia telah melihat sendiri lahirnya seorang anak Bani Isra'il yang ditakdirkan untuk menghancurkannya, padahal ia telah membunuh ribuan bayi laki-laki yang baru lahir. Namun, anak itu dibesarkan di rumahnya sendiri, sementara ia tak menyadari semua itulah rencana Allah. Dengan demikian, ia menjadi pengasuh 'musuh besarnya' sendiri.
Orang-orang di lingkungannya sendiri, menolak pernyataan keilahiannya. Karena itu, Allah merahmati perias dan penyisir putrinya dengan iman dan keyakinan. Istrinya sendiri menolak mengakuinya sebagai ilah dan menjadi orang yang beriman kepada Allah, Yang Maha Esa, Yang tiada sekutu bagi-Nya. Hadits yang telah kusebutkan tadi, menggambarkan keimanan wanita ini dan derajat yang diberikan kepadanya atas keistiqamahannya yang teguh melawan penganiayaan.

Allah telah memberikan turutan dari empat wanita. Dia berfirman,

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَامْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ
"Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksaan) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), 'Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).'" - (QS. 66:10)
Cerminan pertama, terdiri dari dua wanita, istri dari dua nabi, alaihimassalam. Mereka, dalam masalah agama, menentang suami mereka dan diam-diam memihak orang-orang kafir dan penyembah berhala. Akibatnya, mereka berakhir dalam jurang Neraka, dan hubungan pernikahan mereka dengan para nabi tersebut, tak dapat menyelamatkan mereka dari adzab. Nama istri Nuh, alaihissalam, disebut sebagai Waaghilah, sedangkan nama istri Luth, alaihissalam, disebut sebagai Waalihah. Nama-nama ini menurut Imam Al-Qurtubi, namun beberapa ulama menyebutkan nama lain.
Al-'Aufi meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, "Mereka mengkhianati mereka (para nabi) dengan tak mengikuti agama mereka. Istri Nabi Nuh, sering membocorkan rahasia, menyampaikan kepada orang-orang yang zhalim itu setiap kali ada orang yang memeluk agama Nabi Nuh. Adapun istri Nabi Lut, ia sering menyampaikan berita kepada penduduk kota (Sodom), yang melakukan perbuatan yang menjijikkan (sodomi), saat ada tamu yang dijamu oleh suaminya. "Ad-Dahhak meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas mengatakan , “Tak ada istri seorang nabi pun yang pernah berzinah dan berselingkuh. Sebaliknya, mereka mengkhianati para nabi dengan menolak mengikuti agama mereka."

Wanita ketiga, istri Firaun, dapat dikatakan bahwa ia orang kafir yang tak bisa jadi kafir dan penuntut ketuhanan, namun ia beriman pada Musa, alaihissalam. Ia diberi peringkat tinggi oleh Allah sehingga ditunjukkan padanya, rumahnya di Jannah, saat ia masih berada di dunia ini, dan kemusyrikan suaminya tak terbukti menjadi penghalang dalam mencapai peringkat tinggi ini.
Wanita keempat, Maryam. Ia bukanlah istri sesiapapun, melainkan iman dan amal-shalihnya menghasilkan gelar yang begitu tinggi sehingga ia disetarakan dengan kesempurnaan para nabi, meskipun ia bukanlah seorang nabi, menurut mayoritas ulama.

Dari beberapa wanita shalihah yang berperingkat tinggi, Allah telah sebutkan dalam Al-Qur'an, Aasiyah binti Muzaahim, istri Firaun. Allah tak hanya merahmatinya dengan derajat yang tinggi, namun Dia juga menjadikannya suri-teladan bagi orang-orang mukmin. Dia berfirman,

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا لِلَّذِينَ آمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
"Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir‘aun, ketika ia berkata, 'Wahai Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.'” - (QS. 66:11)
Qatadah berkata, “Firaun adalah orang yang paling kejam di antara penduduk bumi dan yang paling kafir. Demi Allah! Istrinya tak terpengaruh oleh kekufuran suaminya, karena ia mematuhi Rabb-nya. Karena itu, ketahuilah bahwa Allah adalah Hakim Yang Seadil-adilnya, Yang takkan menghukum siapapun kecuali dosa mereka sendiri." Menurut beberapa riwayat, tangan dan kakinya ditancapkan dengan paku ke tanah dan sebuah batu besar diletakkan di atas dadanya, sehingga ia tak dapat bergerak sama-sekali. Dalam keadaan ini, ia bermohon kepada Allah, 'Wahai Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.'
Ibnu Jarir mencatat bahwa Sulaiman berkata, “Istri Firaun disiksa di bawah terik-matahari dan ketika Firaun akan menyelesaikan penyiksaannya, para malaikat menaunginya dengan sayap mereka. Ia diperlihatkan rumahnya di Jannah. ”
Ibnu Jarir mengatakan bahwa Al-Qasim bin Abi Bazzah berkata, "Istri Firaun dulu bertanya, 'siapa yang menang?' Saat diberi tahu, 'Musa dan Harun menang', ia berkata, 'aku beriman pada Ilah Musa dan Harun.' Firaun mengutus para pengawal untuk menangkapnya dan berkata kepada mereka, 'Ambillah batu yang paling besar. Jika ia bersikukuh mempertahankan imannya, lemparkan batu itu padanya, jangan pedulikan bahwa ia adalah istriku.' Saat para pengawal menangkapnya, ia menatap ke langit dan bisa melihat rumahnya di Jannah. Ia tetap mempertahankan imannya, dan kemudian ruhnya pun dicabut. Ia sudah tak bernyawa saat batu itu dihempaskan ke tubuhnya.”

Rasulullah (ﷺ) mengatakan bahwa ia sempurna. Diriwayatkan bahwa Abu Musa al-Ash'ari berkata, "Rasulullah (ﷺ) bersabda,

كَمَلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ غَيْرُ مَرْيَمَ بِنْتِ عِمْرَانَ وَآسِيَةَ امْرَأَةِ فِرْعَوْنَ وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
"Lelaki yang sempurna jumlahnya banyak. Dan tiada wanita yang sempurna melainkan ‎Maryam binti Imran dan Asiyah istri Firaun. Dan keutamaan A’isyah dibandingkan ‎wanita lainnya, sebagaimana keutamaan ats-Tsarid dibandingkan makanan lainnya.” ‎‎(HR. Al-Bukhari, 5418, dan Muslim, 2431).
Tampaknya, 'kesempurnaan' dalam konteks ini, merujuk pada 'karakteristik kenabian'. Meskipun mereka wanita, mereka telah mencapainya. Allahu a'lam!
Aasiyah binti Muzaahim, ia sangat jujur, wanita suci, taat kepada Allah. Suaminya, di sisi lain, pemberontak terbesar melawan Allah dan paling tidak taat. Ia merawat Nabi Musa, alaihissalam, dan menolongnya dalam istana kerajaan. Firaun kemudian mengetahui bahwa ia telah menjadi seorang wanita yang beriman dan telah mengakui Keesaan Allah. Ia memperlakukannya dengan keras dan membelenggunya dengan empat belenggu besi. Seorang penjaga ditempatkan di atasnya. Dalam kesedihannya, ia berdoa kepada Allah, 'Wahai Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.'
Pemilik istana kerajaan, Ratu Mesir, istri seorang penguasa besar pada zamannya, menjadi sasaran siksaan yang kejam dan ia menanggungnya hanya demi satu pengakuan, Keesaan Allah. Bagian yang sangat disayangkan adalah, ia menerima perlakuan buruk di tangan suaminya sndiri. Karena merasa sedih, ia berdoa kepada Allah dan pertolongan-Nya pun datang untuknya. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, memperlihatkan istananya di Jannah, tempat dimana ia akan tinggal, sehingga beban siksaan itupun ia rasakan sangat ringan.
Pada akhirnya, Firaun membunuhnya dan iapun syahid. Syuhada di jalan Allah, dimuliakan dengan disebutkan dalam Kitab Allah yang terakhir dan akan diingat sampai Hari Kiamat. Pengorbanannya akan terus disimak oleh orang-orang mukmin sebagai suri-teladan.

Diriwayatkan bahwa Ibnu 'Abbas, radhiyallahu' anhu, berkata, "Rasulullah (ﷺ) menggambar empat garis di tanah, kemudian beliau bersabda, "Tahukah kamu apa ini?" Kami berkata," Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah (ﷺ) bersabda, “Yang terbaik dari para wanita Surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Aasiyah binti Muzaahim, istri Firaun, dan Maryam binti Imran.” [HR Ahmad, 2663. Dinilai sahih oleh al-Albaani dalam Sahih al-Jaami', 1135].  
Al-Haafiz ibnu Hajar berkata, "Di antara kebajikan Aasiyah, istri Firaun, bahwa ia memilih kematian daripada hak istimewa kerajaan dan siksaan di dunia ini daripada kemewahan dimana ia tinggal. Dan wawasannya tentang Musa, alaihissalam, benar saat ia berkata "...(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku..." [QS 28: 9]."
"Wahai saudara-saudariku, ada beberapa pelajaran dan pesan dari hadits ini. Pertama, hidayah bukanlah milik siapapun yang dapat diwariskan, melainkan rahmat dari Allah. Dia memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki. Bila Dia berkehendak, Dia dapat mengubah isteri seorang Nabi menjadi orang yang tak beriman seperti istri-istri Nabi Nuh dan Nabi Lut, alaihimassalam. Dan bila Dia berkehendak, Dia dapat mengubah istri orang-orang kafir menjadi Muslim seperti halnya Aasiyah, istri Firaun. Kita hendaknya selalu bersyukur kepada Allah atas berkah yang telah Dia berikan semata-mata atas kehendak-Nya melalui rahmat-Nya
Kedua, ketika seseorang ikhlas dalam imannya, maka berkah iman itu, meringankan bebannya bila menghadapi penganiayaan. Kemudian, bahkan ketika ia dipaksa berjalan di atas api sekalipun, ia akan berseru "Ahad, Ahad". Atau, saat akan dibantai, ia berkata, "Aku belum menjalankan kewajibanku." Keikhlasan inilah yang membuat sang ratu, Aasiyah, menahan penderitaan dengan sabar dan tabah atas penindasan dan kekejaman; dan akhirnya ia mengorbankan hidupnya.
Ketiga, orang-orang kafir takkan pernah mau bertoleransi terhadap iman seseorang. Bahkan mereka takkan mau berlapang-dada atas iman orang yang punya hubungan darah yang suci dengan mereka. Mereka takkan pernah berhenti menganiaya yang lemah dan berlaku zhalim bagi yang tertindas. Namun, dengan melalui cobaan dan kesengsaraanlah, iman dan hidayah disegarkan, dan Islam dianut dengan semangat yang dihidupkan kembali. Kisah inilah faktanya.
Keempat, orang-orang yang berjalan di jalan kebenaran dan menanggung penganiayaan demi kebenaran, takkan pernah sendirian. Dia, Yang menjadikan mereka melaluinya, tak pernah membiarkan mereka sendirian. Di setiap langkah, Dia memberi mereka kekuatan dan kemauan untuk bertahan, sabar dan istiqamah, dan iman yang kuat. Dia mengirimkan bala-bantuan yang tak terlihat. Aasiyah juga memperoleh pertolongan seperti ini saat para malaikat menaunginya dan memperlihatkannya istana di Jannah.
Akhirnya, iman adalah kekuatan besar. Qalbu yang dirahmati dengan iman, memperoleh kekuatan dan kemampuan, tak peduli seberapa lemahnya jiwa itu. Kita mungkin beranggapan, betapa lemahnya seorang wanita dan, seyogyanya, betapa jauh lebih lemah seorang Ratu - secara alami lemah dan dilemahkan oleh kebiasaan! Namun, saat ia merasakan nikmatnya iman, ia tegak berdiri berhadapan dengan segala jenis ketidakadilan dan kekejaman, dengan kekuatan lelaki. Inilah keistimewaan iman. Inilah sejarah iman! Wallahu a'lam."
Rujukan :
- Maulana Muhammad Zakaria Iqbal, Stories from the Hadith, Darul Isha'at.
- Syaikh Safiurrahman Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume X, Darussalam
- Maulana Mufti Muhammad Shafi, Ma'ariful Quran Volume 8, Maktaba-e-Darul-Uloom


[Bagian 1]