Jumat, 16 Agustus 2019

Firqah

Kenari berkata, "Wahai saudara-saudariku, kita telah mendengar tentang orang-orang munafik yang disampaikan oleh bunglon. Kita tahu bahwa kemunafikan itu, suatu penyakit, dan aku ingin tahu, masih adakah penyakit lain yang mendera umat ini? Atau adakah golongan sesat yang merongrong umat ini? Adakah di antara kita yang mau berbagi tentang hal-hal ini? "
Sesaat, para unggas terdiam, hingga kemudian, sang elang, salah seorang tetua Kampung Bayan, tampil ke depan. Setelah menyapa dengan salam, ia berkata, "Segala puji hanya untuk Allah, Dialah Yang mengatur keseimbangan jagad-raya ini di tangan orang-orang yang merenungkannya, dan mengutus para Nabi yang membawa berita gembira berupa pahala yang baik, dan juga peringatan akan adzab-Nya. Dia mewahyukan kepada mereka, kitab-kitab, untuk menjelaskan sejelas-jelasnya, yang mana kema'rufan dan yang mana keingkaran. Dan Dia menjadikan syari'at itu sempurna, tanpa cacat atau sesat.
Aku bersyukur pada-Nya, rasa-syukur dari seseorang yang tahu bahwa Dialah Yang memulai segala sesuatu, dan aku bersaksi atas Keesaan-Nya, kesaksian yang tulus dan tanpa keraguan, dan aku juga bersaksi, bahwa Muhammad (ﷺ) itu, hamba dan rasul Allah. Dia mengutus beliau (ﷺ), di saat kekafiran menyungkupi wajah iman. Maka beliau (ﷺ), atas kehendak Allah, melenyapkan kegelapan dengan cahaya kebenaran, dan membuka tabir gelap, dan membimbing manusia kepada apa yang diwahyukan kepada mereka, dan juga menjelaskan ketaksaan Kitab-kitab yang pernah diwahyukan, mensucikannya kembali dimana tiada lagi celah atau khayal. Selawat dan salam selalu menyertai beliau (ﷺ), keluarga beserta para sahabat, dan semoga rahmat-Nya berada di atas para pengikut beliau hingga Akhir Zaman dan di Hari Pengadilan kelak.

Amma ba'du,
Sesungguhnya, anugerah teragung bagi umat manusia adalah intelek atau kecerdasan, itulah satu-satunya sarana, yang dengannya, Allah Subhanahu waTa'ala, dikenal, dan satu-satunya cara, yang dengannya, keyakinan terhadap para nabi diwujudkan. Namun karena intelek itu tak dapat bertanggung jawab atas segala yang dibutuhkan manusia, maka diutuslah para nabi dan diwahyukan pula kitab-kitab suci. Karenanya, hukum ilahi itu, bagaikan sang mentari, dan intelek itu, laksana mata yang melihat sang mentari, dengan syarat jika mata itu terbuka dan sehat. Saat risalah sejati para nabi diterima oleh intelek setelah terpapar dengan bukti-bukti yang menakjubkan, ia tunduk kepada para nabi dan patuh pada mereka agar dapat memahami hal-hal yang ghaib.
Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah merahmati umat manusia dengan intelek, Dia menjadikan ayah mereka, Adam, 'alaihissalam, seorang Nabi. Ia, alaihissalam, mengajarkan wahyu Allah agar umat manusia dituntun ke jalan yang lurus; hingga akhirnya, Qabil memutuskan menuruti hasratnya dan membunuh saudaranya sendiri. Maka mulailah hasrat manusia itu menjalar, merekapun berserakan di padang pasir kebathilan; terjebak ke dalam penyembahan berhala. Mereka terjerat dalam kebimbangan iman, amal, menentang para nabi, dan karenanya, melawan intelek mereka sendiri. Mereka mengikuti hawa-nafsu, berayun ke arah adat-kebiasaan dan meniru para nenek-moyang mereka. Harapan Iblispun menjadi nyata, mereka mengikutinya, kecuali mereka yang kokoh imannya.

Ketahuilah, wahai saudara-saudariku, bahwa para Nabi membawa keterangan yang cukup, membungkam penyakit dengan obat penyembuhan, dan direstui dengan suatu doktrin yang konsisten. Maka, para setan-Iblis tampil ke depan, membaurkan kebenaran dengan keraguan, dan mencampurkan obat-obatan dengan racun, serta membelokkan jalan yang lurus dengan kebathilan dan kewaswasahan. Ia terus mengacaukan pikiran manusia hingga ia dapat menghancurkan mereka dengan kebodohan, menuntun mereka ke arah jalur kebebalan dan bid'ah yang mengerikan. Akhirnya, merekapun menyembah berhala di Tanah Suci, dan merekapun membuat bahirah, sa'ibah, washilah, dan ham, yang tak pernah disyari'atkan. Allah berfirman,

مَا جَعَلَ اللّٰہُ مِنۡۢ بَحِیۡرَۃٍ وَّ لَا سَآئِبَۃٍ وَّ لَا وَصِیۡلَۃٍ وَّ لَا حَامٍ ۙ وَّ لٰکِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یَفۡتَرُوۡنَ عَلَی اللّٰہِ الۡکَذِبَ ؕ وَ اَکۡثَرُہُمۡ لَا یَعۡقِلُوۡنَ
"Allah tak pernah mensyariatkan adanya Bahirah, Sa'ibah, Washilah dan Ham. Tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tak mengerti." - [QS.5:103]
Mereka menganut paham mengubur anak perempuannya hidup-hidup, dan melarang mereka berbagi warisan. Selain itu, mereka berbuat bid'ah dengan banyak kebathilan, yang diajarkan Iblis kepada mereka.
Kemudian, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus Rasulullah (ﷺ) agar menghapus segala hal yang mengerikan itu, dan memerintahkan membawa segala hal yang bermanfaat. Para sahabat menyertai beliau dan setelah beliau wafat, mereka berjalan melalui pancaran cahayanya, terbebas dari musuh mereka (Iblis) dan muslihatnya.
Namun, ketika cahaya kehadiran Rasulullah (ﷺ) berpudar setelah kepergian mereka, kabut-gelappun tiba, dan hawa-nafsupun mulai menghasilkan bid'ah dan membuat jalan yang selalu lebar menjadi sempit. Sebagian besar selalu memperdebatkan tentang millah dan terjadilah firqah yang berbeda, dan Iblispun bergerak aktif. Ia menipu dan berkamuflase, dan ia mengumpulkan dan memecah-belah. Ia hanya bisa melakukan itu dengan merayap dalam gulita kebodohan. Jika fajar ilmu mulai terbit, maka ia akan tepergok."

Kenari bertanya, "Engkau memuji Sunnah dan mengutuk bid'ah, sampaikanlah apa itu Sunnah dan bid'ah?" Sang elang berkata, "Menurut Ibnu Al-Jauzi, makna linguistik dari Sunnah adalah 'tapak jalan'. Tak diragukan bahwa mereka yang mengkhususkan diri dalam menyusun Sirah dan para Salaf serta mereka yang berpegang-erat pada Sunnah-sunnah Rasulullah (ﷺ), adalah Ahlussunnah wal Jama'ah. Ini karena mereka mematuhi doktrin yang terbebas dari hal-hal yang dibuat-buat, dan bid'ah itu baru populer setelah Rasulullah (ﷺ) dan para sahabat, wafat.
Bid'ah, di sisi lain, dikenal sebagai praktik yang awalnya tak ada di sana, tetapi kemudian dibuat-buat, tak ada tuntunannya dalam syari'ah. Bid'ah, sebagian besar bertentangan dengan syari'ah karena bid'ah itu meninggalkan kesan bahwa syari'ah itu cacat atau memiliki kekurangan sehingga butuh penambahan atau pengurangan. Walaupun suatu bid'ah itu tak bertentangan dengan syari'ah, dan tak menyiratkan kekurangannya, sebagian besar para Salafpun tak menyukainya. Mereka berusaha menghindari bid'ah walaupun itu termasuk yang diperbolehkan. Semua itu mereka lakukan agar dapat memastikan kepatuhan mereka terhadap aturan kepatuhan Sunnah dan bukan untuk masalah-masalah bid'ah. Para Salaf, biasanya menghindari segala macam bid'ah, bahkanpun jika bid'ah itu tak berbahaya, dalam rangka mewujudkan kepatuhan terhadap Sunnah. Namun, para Salaf juga tak melihat ada salahnya mempraktikkan beberapa bid'ah yang tak bertentangan dengan Syariah, dan tak menyiratkan kekurangannya.

Diriwayatkan dari sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan, radhiyallahu ‘anhu, ia menceritakan,

أَلَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِينَا فَقَالَ: أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
“Ketahuilah, ketika sedang bersama kami, Rasulullah (ﷺ) bersabda, “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlu kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan masuk neraka dan satu golongan masuk surga, yaitu al-jama’ah.” (HR. Abu Dawud no. 4597, hasan oleh Al-Albani)
Kenari bertanya, "Diketahuikah firqah atau golongan-golongan ini?" Sang elang berkata, "Kami tak tahu nama semua firqah ini dan doktrin mereka, namun kami tahu bahwa beberapa akar dari sekte ini adalah al-Haruriyah; al-Qadariyah; al-Jahmiyah; al-Murji'ah; al-Rafidah; dan al-Jabriyah. Beberapa ahli mengatakan bahwa akar dari firqah yang menyimpang ini, ada enam golongan. Setiap firqah terpecah menjadi dua belas firqah. Totalnya menjadi tujuh puluh dua golongan. Sedang yang satu golongan lagi, yang ke tujuh puluh tiga, Ahlussunnah wal Jama'ah, inilah golongan yang selamat menurut para 'ulama.

Al-Haruriyah terbagi menjadi dua belas golongan. Al-Azraqiyah mengklaim bahwa tak ada seorangpun (selain pengikut mereka) yang beriman, dan mereka menyatakan semua pengikut Islam sebagai orang yang tak beriman. Al-lbadiyah mengklaim bahwa siapapun yang menganut keyakinan mereka adalah seorang mukmin, dan siapapun yang tak mengikuti, orang munafik. Al-Tza'labiyah mengklaim bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tak menetapkan takdir. Al-Hazimiyah mengklaim bahwa mereka tak memahami iman, dan semua manusia dimaafkan karena tak beriman. Al-Khalafiyah mengklaim bahwa siapapun yang tidak melaksanakan jihad, baik lelaki atau perempuan, orang yang tak beriman. Al-Kuziyah mengklaim bahwa tak ada yang boleh menyentuh orang lain karena tak ada cara untuk mengetahui seseorang itu suci (thaahir) dari orang yang tak suci (najis). Ia tak boleh makan bersamanya sampai ia berwudhu dan bertobat.
Al-Kinziyah mengklaim bahwa tak ada yang boleh bersedekah kepada orang lain, karena tak dapat diketahui cara pasti bahwa penerimanya pantas mendapatkannya. Sebaliknya, ia harus menyimpan uangnya sampai orang-orang yang benar-benar pantas menerimananya. muncul. Al-Syimrakiyah mengatakan bahwa diperbolehkan menyentuh perempuan bukan mahram karena mereka itu, bak setangkai bunga!
Al-Akhnasiyah mengklaim bahwa orang yang meninggal tak bertanggung jawab atas kebaikan atau kejahatannya. Al-Hakamiyah mengklaim bahwa siapapun yang mencari penilaian dari manusia lain, orang yang tak beriman. Al-Mu'tazila yang berasal dari al-Haruriyah, mencampuradukkan tentang fitnah Ali dan Mu'awiyah, sehingga mereka menyatakan diri mereka berlepas-diri dari kedua belah pihak. Al-Maimuniyah mengklaim bahwa seorang pemimpin, takkan ditunjuk tanpa persetujuan dari orang-orang yang mereka sukai.

Adapun al-Qadariyah, mereka juga terbagi menjadi dua belas golongan. Al-Ahmadiyah mengklaim bahwa karena syarat Keadilan Allah, Dia memberikan hamba-Nya kontrol penuh atas urusan mereka, dan bahwa Dia mencegah mereka jatuh ke dalam dosa. Al-Tzanawiyah mengklaim bahwa kebaikan berasal dari Allah, dan kejahatan berasal dari lblis. Al-Mu'tazilah mengklaim bahwa Al-Qur'an itu makhluk dan ciptaan Allah, dan membantah melihat Allah di akhirat. Al-Kaisaniyah menyatakan bahwa mereka tak percaya bahwa Allahkah yang menetapkan tindakan (dilakukan oleh manusia) atau oleh manusia, dan bahwa mereka tak tahu, akankah manusia akan diberi ganjaran atau dihukum. Al-Syaitaniyah mengklaim bahwa Allah tak menciptakan iblis. Al-Syirikiyah mengklaim bahwa segala dosa telah ditakdirkan kecuali kekafiran. Al-Wahmiyah mengklaim bahwa tindakan dan ucapan manusia tak punya esensi, dan bahwa perbuatan baik dan buruk tak memiliki esensi.
Al-Rawandiyah mengklaim bahwa diperbolehkan bertindak atas dasar kitab yang diturunkan dari Allah, baik itu kitab yang telah dibatalkan maupun yang tidak. Al-Minbariyah mengklaim bahwa siapapun yang melakukan dosa kemudian bertobat, bahwa pertobatannya takkan diterima. Al-Nakithiyah mengklaim bahwa siapapun yang melanggar perjanjian Allah bukanlah orang berdosa. Al-Qasitiyah lebih suka mengejar dunia ini (menambah harta) daripada menganut kezuhudan (asketisme). Al-Nazamiyah mengikuti Ibrahim lbnu al-Nazam dalam mengklaim bahwa siapapun yang mengatakan bahwa Allah adalah sesuatu maka ia adalah orang kafir.

Al-Jahmiyah juga terpecah menjadi dua belas golongan. Al-Mu'attilah mengklaim bahwa segala sesuatu yang dapat menjadi sifat manusia adalah makhluk ciptaan, dan siapapun yang mengklaim bahwa Allah dapat dilihat adalah orang yang kafir. Al-Mirrisiyah mengklaim bahwa sebagian besar sifat-sifat Alah itu, diciptakan. Al-Multaziqah mengklaim bahwa Sang Pencipta (Yang Maha Perkasa dan Maha Agung) ada dimana-mana. Al-Waridiyah mengklaim bahwa siapapun yang mengenal Rabb-nya, ia takkan pernah masuk Neraka. Dan siapapun yang masuk neraka, takkan pernah meninggalkannya. Al-Zanadiqah mengklaim bahwa tak ada yang bisa mengenal tuhan, karena konfirmasi seperti itu mungkin tak terjadi kecuali melalui panca-indera, dan yang mungkin tak dirasakan bukanlah tuhan, dan yang mungkin tak dirasakan mungkin tidak dapat diketahui. Al-Harqiyah mengklaim bahwa orang yang tak beriman akan sekali dibakar di dalam Neraka, dan kemudian terus dibakar tanpa merasakan panasnya api Neraka. Al-Makhluqiyah mengklaim bahwa Al-Qur'an adalah makhluk. Al-Faniyyah mengklaim bahwa Surga dan Neraka pada akhirnya akan lenyap. Beberapa dari mereka mengklaim bahwa keduanya belum diciptakan. Al-Irriyyah membantah adanya nubuwah, dan mengklaim bahwa para nabi hanyalah para orang bijak. Al-Waqifiyah mengklaim bahwa Al-Qur'an tak dapat diyakini bahwa ia makhlukkah atau bukan. Al-Qabriyah menyangkal adanya 'adzab kubur dan membantah adanya syafa'at. Al-Lafziyyah mengatakan bahwa pelafalan Al-Qur'an diciptakan.

Al-Murji'ah terbagi menjadi dua belas golongan. Al-Tarikiyah mengklaim bahwa satu-satunya kewajiban yang Allah berikan pada makhluk-Nya adalah beriman kepada-Nya. Jadi siapapun yang telah beriman kepada-Nya, dapat melakukan apapun yang diinginkannya. Al-Sa'ibiyyah mengklaim bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membiarkan ciptaan-Nya agar bertindak sesuka hati. Al-Rajiyah menyatakan bahwa kita tak boleh menggambarkan seseorang sebagai orang yang taat atau tidak taat karena kita tak pernah bisa mengatakan kondisi yang sebenarnya (sebagaimana Allah tahu). Al-Syakiyah mengklaim bahwa melakukan tindakan kepatuhan bukanlah bagian dari iman. Al-Baihasiyah mengklaim bahwa kepercayaan iman itu, tak lebih dari ilmu, dan siapa yang tak tahu membedakan kebenaran dari kebathilan; dan apa yang dibolehkan (halal) dari apa yang tak diperkenankan (haram) adalah orang kafir. Al-Amaliyah mengklaim bahwa iman adalah tindakan. Al-Manqusiyah mengklaim bahwa iman tak bertambah atau berkurang. Al-Mustatzniyah menyangkal diperbolehkannya mengucapkan, "Saya seorang mukmin, Insya Allah". "
Al-Musyabbihah mengklaim bahwa Penglihatan Allah sama seperti penglihatan kita, dan bahwa tangan-Nya sama seperti tangan kita. Al-Hasyawiyah mengklaim bahwa setiap amal-ibadah individu adalah iman secara keseluruhan. Bagi mereka, orang yang tak melakukan amalan sunnah, sama seperti mereka yang tak melakukan ibadah wajib. Az-Zahiriyah membantah bolehnya qiyas (analogi deduksi). Al-Bid'iyah adalah yang firqah pertama yang membuat bid'ah dalam Islam.

Al-Rafidah terpecah menjadi dua belas golongan. Al-'Alawiyah mengklaim bahwa Risalah Islam seharusnya diwahyukan kepada 'Ali, radhiyaallahu' anhu, dan bahwa Malaikat Jibril, 'alaihissalam, keliru dalam menyampaikan pesan kepada Nabi Muhammad (ﷺ). Al-Amriyah mengklaim bahwa 'Ali,radhiyaallahu' anhu, adalah mitra Nabi Muhammad (ﷺ) dalam urusan kenabian. Al-Syi'iyah mengklaim bahwa 'Ali, radhiyaallahu' anhu, wakil dari Utusan Allah, dan bahwa umat Islam yang berbai'at kepada selain Ali, dianggap kafir. Al-Ishaqiyah mengklaim bahwa nubuwah akan berlanjut sampai Hari Akhirat. Setiap orang yang memperoleh ilmu tentang Keluarga Nabi (Ahlul-Bait) adalah seorang Nabi. Al-Nawusiyah mengklaim bahwa 'Ali, radhiyaallahu' anhu, adalah manusia terbaik dalam umat ini, dan jika seseorang lebih menyukai orang lain daripada 'Ali, maka ia kafir. Al-lmamiyyah mengklaim bahwa dunia akan selalu memiliki seorang imam (pemimpin yang diikuti) dari keturunan al-Husain, radhiyallahu 'anhu. Dan bahwa Jibril, 'alayhissalam, akan mengajar Imam sampai kematiannya. Setelah itu, seorang imam baru akan menggantikannya. Al-Zaidiyyah mengklaim bahwa setiap lelaki keturunan al-Husain, semuanya akan menjadi pemimpin dalam shalat (Imam). Jika salah seorang dari mereka ada, maka tak diperbolehkan shalat di belakang orang lain, beriman atau tidak. Al-Abbasiyah mengklaim bahwa al-'Abbas, radhiyallahu 'anhu, paling pantas menjadi Khalifah. Al-Mutanasikhah percaya pada reinkarnasi. Jiwa orang beriman akan keluar dari tubuhnya (setelah mati) dan memasuki tubuh yang menikmati hidup enak. Dan roh orang yang tak beriman, memasuki tubuh yang di dalamnya ia menderita. Al-La'inah mengutuk 'Utsman, Talhah, Zubair, Mu'awiyah, Abi Musa,' A'isyah, dan para sahabat lainnya, radhiyallahu 'anhum. Al-Mutarabbisah mengenakan pakaian sufi dan menunjuk seorang pemimpin di setiap periode waktu mengklaim bahwa ia adalah Mahdi bangsa ini. Jika ia mati, mereka menunjuk pemimpin lain.

Al-Jabriyah terbagi menjadi dua belas golongan. Al-Mudtariyah mengklaim bahwa manusia tak melakukan apa-apa, dan bahwa Allahlah yang melakukan segalanya. Al-Af'aliyah mengklaim bahwa segala tindakan manusia, tak dikendalikan oleh manusia dan sebagai gantinya, kita didorong untuk melakukan hal-hal seperti sapi yang digerakkan oleh tali yang mengikat mereka. Al-Mafrighiyah mengklaim bahwa semua hal telah dibuat dan tidak ada yang diciptakan. Al-Najjariyyah mengklaim bahwa Allah menghukum manusia untuk apa yang Dia lakukan; bukan karena apa yang mereka lakukan. Al-Mannaniyah mengatakan bahwa fokuslah pada apa yang melintasi dalam benakmu, dan bertindaklah atas apa yang engkau rasakan paling tepat untuk melaksanakannya. Al-Kasliyah mengklaim bahwa ibadah tak memperoleh pahala atau ganjaran. Al-Sabiqiyah mengklaim bahwa siapapun yang ingin melakukan sesuatu, maka biarkanlah ia melakukannya, dan siapapun yang tak ingin melakukan sesuatu, maka biarkanlah ia tak melakukannya. Orang yang beruntung takkan dirugikan oleh dosa-dosanya, dan orang yang malang takkan memperoleh manfaat dari perbuatan baiknya. Al-Hibbiyah mengatakan siapapun yang minum dari gelas Cinta Allah, maka ia tak diwajibkan mengerjakan ibadah. Al-Khaufiyah mengatakan siapapun yang mencintai Allah, maka ia tak perlu takut kepada-Nya, karena seorang kekasih tak boleh takut pada orang yang dicintainya. Al-Fikriyah mengklaim bahwa siapapun yang menambah ilmunya dalam jumlah tertentu, maka ia boleh tak mengerjakan sejumlah ibadah tertentu. Al-Hisbiyah mengklaim bahwa manusia semua sama dalam segala hal. Mereka masing-masing mewarisi hal yang sama dari ayah mereka, Adam. Al-Ma'iyah mengklaim bahwa manusia bertindak, dan memiliki kendali atas tindakan mereka.

Ketahuilah, wahai saudara-saudariku, bahwa hasrat dan dorongan itu, dibangun dalam diri manusia agar ia mencari hal-hal yang bermanfaat. Amarah terinstall dalam diri manusia agar ia dapat menggunakannya untuk menghalau mara-bahaya. Dan kecerdasannya, membuatnya jinak dan menertibkan drinya agar berlaku adil dalam hal apa yang ia cari dan hindari.
Iblis membujuk manusia agar berlebih-lebihan dalam segala cara. Maka, orang yang bijak hendaknya berhati-hati terhadap musuh yang telah jelas menyatakan permusuhannya sejak zaman Nabi Adam, alaihissalam, dan telah mengabdikan hidupnya untuk membinasakan anak-anak Adam. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memperingatkan tentang tujuan iblis ini. Dia berfirman,

یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ کُلُوۡا مِمَّا فِی الۡاَرۡضِ حَلٰلًا طَیِّبًا ۫ۖ وَّ لَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّیۡطٰنِ ؕ اِنَّہٗ لَکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ
"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." - [QS.2:168]
اِنَّمَا یَاۡمُرُکُمۡ بِالسُّوۡٓءِ وَ الۡفَحۡشَآءِ وَ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ
"Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruhmu agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tak kamu ketahui tentang Allah." - [QS.2:168]
Bersambung ke :
[Talbis dan Ghurur]