Selasa, 20 Agustus 2019

Talbis dan Ghurur

Sang kenari, dengan suaranya yang merdu, bermadah,

Tersebutlah Lily, sang anak-dara
Risau 'kan dunia lawah
Ia tumbuh dibalik tembok puri
Seringkali, ia berusaha melarikan-diri
Dan kemudian, saat melingsirnya mentari
Ia bergegas masuk kedalam jenggala
Gamang, sendiri saja
Mereka mengingatkan, "Jangan ke sana!
Ada makhluk yang bersembunyi dalam gelita"
Lalu ada sesuatu yang melata
Seraya berkata, "Jangan kau jeri!
Ikut saja kemana kupergi!
Ke puncak gunung atau lereng jabal
'Kan kuberi s'gala yang kau khayal
Biarkan kumasuk!
Segala hasratmu 'kan menjadi cerita asyik yang pernah kau dengar
Dan kaukan aman dibawah kekangku
Biarkan kumasuk! *)

Lalu ia berkata, "Wahai elang, lanjutkanlah!" Sang elang berkata, "Wahai saudara-saudariku, ketahuilah bahwa qalbu itu, ibarat benteng berpagar yang dijaga ketat oleh para malaikat. Pagar itu memiliki pintu dan bercelah-celah. Akal-budi kita, berada didalam benteng itu. Di sebelah benteng, ada sebuah lumbung yang berisi hawa-nafsu, dan para setan berada dalam lumbung itu. Terjadilah perang antara penduduk benteng dengan mereka yang berada di dalam lumbung. Para setan mengintai benteng, berharap agar para penjaganya lalai, atau mereka bisa masuk melalui celah-celah pagar. Karenanya, para penjaga hendaknya tak boleh lalai atas semua pintu benteng tempatnya bertugas, dan juga tetap memperhatikan celah-celah pagar. Mereka tak boleh mengendurkan penjagaannya walaupun sesaat, karena musuh takkan pernah melemah.
Iblis mempengaruhi manusia sebanyak mungkin. Pengaruhnya tergantung pada seberapa waspada, lalai, tingkat kebodohan dan ilmu mereka. Pengaruh ini dapat berupa perangkap atau talbis, yakni menghadirkan kebohongan dalam citra kebenaran. Dan juga dapat berupa penyesatan atau ghurur, yakni suatu bentuk ketidaktahuan yang membuatmu yakin bahwa kebohongan itu, benar, dan keburukan itu, baik. Hal ini disebabkan oleh adanya waswas atau keragu-raguan.
Seseorang bertanya kepada al-Hasan, "Pernahkah Iblis tidur?" Ia menjawab, 'Jika ia pernah melakukannya, maka kita dapat beristirahat.'

Benteng itu, dinyalakan dengan mengingat Allah dan iman. Di dalamnya, ada cermin mengkilap yang memantulkan citra dari segala sesuatu yang lewat. Paling tidak, yang dilakukan iblis, membuat asap untuk menghitamkan dinding benteng dan cerminnya menjadi berkarat. Namun angin dzikrullah, mengusir asap itu, dan pemoles dzikrullah, melunturkan karat dari cermin.
Para musuh, beroperasi melawan penduduk benteng. Terkadang, mereka berusaha memasuki benteng, namun para penjaga menyerangnya, memaksanya mundur. Di lain waktu, saat mereka dapat memasuki benteng, menyebabkan kerusakan, atau berada di sekitarnya, karena para penjaganya lalai. Terkadang, angin yang mengusir asap, tak muncul, sehingga tembokpun menghitam dan cerminnya berkarat. Maka, iblispun lewat tanpa disadari. Terkadang para penjaga meninggalkan posnya karena kelalaian dan tertangkap oleh musuh.
Salah seorang Salaf berkata, "Aku bertemu setan, ia berkata kepadaku, 'Aku dulu bertemu seseorang untuk mengajarkan mereka kejahatan, namun sekarang, aku menemui seseorang agar dapat belajar dari mereka." Setan menyerang orang yang waspada dengan membawa calon pengantin wanita. Orang yang waspada itu disibukkan menatap sang pengantin dan tertawan. Rantai terkuat dimana tawanan dirantai adalah ketidaktahuan atau kebodohan. Rantai untuk kekuatan menengah adalah hawa-nafsu. Dan yang terlemah adalah kelalaian. Dan selama orang mukmin mengenakan perisai iman, maka panah musuh takkan pernah mengenai titik lemahnya.
Al-Hasan bin Salih berkata, 'Iblis membuka sembilan puluh sembilan pintu kebaikan di hadapan orang mukmin agar dapat membuka satu pintu kejahatan.'"
Al-A'masy berkata, "Orang yang biasa berinteraksi dengan Jin mengatakan kepadaku, 'Tak ada yang sulit kami hadapi kecuali mereka berpegang-teguh pada Sunnah. Adapun bagi mereka yang mengikuti hasratnya, kami permainkan mereka dengan mudah."

Iblis telah menipu banyak orang agar meyakini bahwa tak ada tuhan atau pencipta, dan bahwa segala sesuatu terjadi dengan sendirinya tanpa ada penciptanya. Mereka yang menganut paham ini disebut ad-Dzariyah atau kaum Sekularis. Kaum ini, menolak keberadaan Allah karena mereka tak dapat merasakan keberadaan-Nya dengan indera mereka, dan tak berhasil menggunakan kecerdasan mereka untuk mengenali-Nya. Bisakah seseorang dengan pikiran yang sehat meragukan keberadaan Sang Pencipta? Jika seseorang melewati sebidang tanah tanpa bangunan, lalu ia kembali dan menemukan ada tembok yang telah dibangun di sana, ia menyadari bahwa pasti ada yang membangun tembok itu.
Hamparan bumi yang luas ini, atap langit yang sangat tinggi, bangunan-bangunan menakjubkan ini dan hukum yang berlaku ini, menyiratkan hikmah, bukankah semua itu membuktikan keberadaan Sang Pencipta ?! Seorang Badui pernah berkata, "Sungguh, unta menunjukkan keberadaan seekor unta, sehingga bagian atasnya menyenangkan seperti ini, dan pusat yang lebih rendah, padat seperti ini; bukankah semua itu membuktikan al-Lathif (Yang Mahalembut), al-Khabir (Yang Maha Waspada) .Bahkan, jika seseorang hanya merenungkan dirinya sendiri, akan cukup bukti. Manusia itu berisi hikmah yang mungkin tak dapat disusun dalam sebuah buku."

Ia yang merenungkan ketajaman giginya, yang memungkinkannya memotong makanan, kesempurnaan gigi geraham yang menggiling makanan, lidah yang memutar apa yang dikunyah, liver yang mematangkan makanan, bagaimana nutrisi mengalir ke setiap bagian tubuh sesuai kebutuhan, jari-jari yang memiliki buku-buku jari agar dapat menutup dan membuka untuk melakukan pekerjaan; semuanya tak pernah kosong dari pekerjaan, bagaimana beberapa jari lebih panjang dari yang lain, sehingga semua menjadi sama panjang saat ditekuk, dan bagaimana sesuatu yang paling ghaib dari tubuh, adalah apa yang menyatukannya, jiwa, begitu ia pergi tubuh menjadi rusak, dan intelek atau kecerdasan yang mengarahkannya ke arah kesejahteraan sosial, siapapun yang merenungkan semua hal ini, pasti akan berseru, 'Adakah keraguan tentang Allah?'
Ia yang mengingkari Allah akan merasa ragu karena ia mencari Dia melalui indera. Yang lain menyangkali Allah karena mereka tak dapat merasakan-Nya setelah ia membuktikan keberadaan-Nya secara prinsip. Maka, iapun berbalik dan menyangkali prinsip itu sendiri. Jika orang-orang ini menggunakan intelek mereka, mereka akan menyadari bahwa ada hal-hal yang hanya dapat ditentukan secara prinsip, seperti: jiwa dan kecerdasan, yang keberadaannya ditolak oleh siapapun. Apalagi tujuan selain membuktikan keberadaan Allah pada prinsipnya? Dan bagaimana orang bisa bertanya, 'Bagaimana Dia? atau seperti apakah Dia? Ketika Dia tak memiliki "bagaimananya" atau "apanya".
Di antara bukti nyata keberadaan-Nya adalah bahwa dunia ini menjadi sebuah peristiwa bukan karena tak pernah bebas dari sebuah peristiwa. Apapun yang tak pernah bebas dari peristiwa, dengan sendirinya, peristiwa itu sendiri. Pasti ada penyebab akan peristiwa-peristiwa ini, dan penyebabnya adalah Sang Pencipta, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung.
 
Jeratan iblis lainnya adalah tipu-daya tentang Filsafat yang beragam. Abu Mulammad al-Nibakhti berkata, "Sekelompok orang dungu mengklaim bahwa sesuatu itu, tak ada kesejatian bagi mereka. Sebaliknya, sesuatu itu memiliki banyak kesejatian sesuai persepsi yang muncul dalam masyarakat. Misalnya, madu manis bagi kebanyakan orang, tetapi pahit bagi mereka yang menderita suatu penyakit. Demikian pula, bila mereka mengatakan bahwa dunia ini sudah ada sejak dahulu, maka akan selalu ada bagi mereka yang mempercayainya seperti itu, sudah ada dari dulu, dan terjadi secara kebetulan bagi orang lain yang meyakininya seperti itu. Warna itu, adalah fisik sebuah makhluk, bagi mereka yang meyakininya, kualitas, hanya sebuah sifat, bagi mereka yang meyakininya seperti itu."
Menurut hemat kami, 'Benarkah yang mereka yakini itu?' Mereka pasti akan menjawab, 'Itu benar bagi kami, salah bagi mereka yang tak setuju dengan kami.' Jawaban kita adalah, 'Pernyataan bahwa pendapatmu saja yang benar, dengan sendirinya tak benar,' Dan pengakuanmu bahwa pendapatmu salah bagi lawanmu adalah bukti yang menentangmu. Dan siapapun yang mengukuhkan bahwa pendapatnya itu salah bagi lawan-lawannya, maka ia telah menyelamatkan lawan-lawannya dengan upaya membuktikan kesalahan pendapatnya.
lblis mampu menjerat para filsuf dengan membuat mereka punya pendapat dan intelek yang terpisah dari ajaran para nabi. Mereka berbicara berdasarkan asumsi. Ada dari mereka menganut pendapat kaum sekularis: bahwa dunia ini tak punya pencipta. Hal ini diutarakan oleh al-Nubakhti.
Di zaman Yunani Kuno, para filsuf atau al-falasafah, berusaha menyembunyikan keyakinan mereka dengan menganjurkan bahwa Allah adalah Pencipta dunia ini. Mereka hanya mengatakan demikian dalam pengertian metaforis, bukan dalam kenyataan. Seorang aktor harus punya kemauan agar bertindak, tetapi bagi mereka, alam semesta sudah ada dari dulunya, bukan karena Allah telah melakukannya secara aktif. Mereka juga percaya bahwa dunia akan selalu ada, pokoknya akan terus ada. Pembenaran mereka atas keyakinan ini adalah bahwa keberadaan dunia adalah karena sebab pra-kekekalan. Jadi, ia akan terus dikaitkan dengan penyebabnya. Seandainya keberadaan dunia hanya mungkin, tidak wajib, maka itu tidak mungkin ada sebelumnya, atau dikaitkan dengan suatu sebab.

Para filsuf yang menyangkal keberadaan Sang Pencipta, punya pendapat yang berbeda, ada yang menyatakan bahwa setelah Pencipta menyempurnakan dunia ini, Dia menyukainya, dan takut bahwa jika Dia menambahkan atau menghapus sesuatu di dalamnya, maka dunia ini mungkin akan menjadi rusak. Maka, Dia menghancurkan diri-Nya, dan dunia menjadi kosong dari-Nya, meskipun ciptaan-Nya terus berjalan sebagaimana Dia telah merencanakannya.
Kelompok kedua menyatakan bahwa alam semesta muncul bersama Sang Pencipta dan terus mengambil kekuatan dan cahaya-Nya sampai segala kekuatan dan cahaya dipindahkan ke alam semesta. Sang Pencipta disusutkan sampai Dia menjadi seukuran kucing! Mereka mengklaim bahwa suatu hari, Sang Pencipta akan mendapatkan kembali cahaya-Nya dari dunia ini sampai Dia kembali seperti sedia kala. Dan karena kelemahan-Nya, Dia mengabaikan manusia, sehingga menyebarlah kezhaliman.
Kelompok ketiga mengatakan bahwa setelah Sang Pencipta menyempurnakan dunia, Dia menebarkan diri-Nya di dalamnya, sehingga setiap bentuk kekuatan yang ada di dunia, dihasilkan dari penyebaran ini.

Sebagian besar filsuf meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala, tak tahu apa-apa selain mengetahui dirinya sendiri. Telah terbukti bahwa suatu makhluk mengenal dirinya sendiri dan juga Penciptanya. Jadi mereka menjadikan ada makhluk yang statusnya lebih tinggi daripada Sang Pencipta, sebuah konsep yang membawa aib untuk didiskusikan. Ini semua jeratan setan terhadap para dungu yang mengaku punya akal yang sempurna.
Para filsuf menyangkal adanya Hari Berbangkit dan akan kembalinya jiwa ke dalam tubuh. Mereka juga percaya bahwa surga dan neraka tak pernah ada, dan bahwa semua itu hanya disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah sebagai metafora yang diberikan kepada orang normal untuk memahami pahala dan ganjaran spiritual. Selain itu, mereka mengklaim bahwa jiwa tetap abadi setelah kematian, entah menikmati kebahagiaan yang tak terlukiskan untuk jiwa yang sempurna, atau menderita kesengsaraan yang tak terperi bagi jiwa yang tercemar. Jumlah rasa sakit bervariasi dari satu jiwa ke jiwa lainnya. Ada jiwa yang bisa menghilangkan hanya sebagian atau semua dari rasa sakit mereka.
lblis telah menjerat kelompok-kelompok kaum Muslimin dengan merasuk kedalam kecerdasan tinggi mereka! Ia menjadikan mereka berpikir bahwa hal yang benar adalah dengan mengikuti para filsuf, karena mereka mengaku sebagai orang bijak yang memiliki ucapan dan tindakan yang menunjukkan kecerdasan tinggi.
Ada kaum Muslim di masa awal diberitahu bahwa para filsuf itu mengingkari adanya Sang Pencipta dan menolak agama, dan mereka mengklaim bahwa itu hanyalah metafora dan tipuan belaka. Maka, orang-orang Muslim ini, mempercayai mereka, sehingga mereka, pada gilirannya, menolak agama, mengabaikan shalat, mengerjakan apa yang dilarang, dan mengabaikan batasan yang ditetapkan oleh agama. Orang-orang Yahudi dan Nasrani punya lebih banyak dalih karena mereka berpegang pada agama-agama yang dibuktikan dengan mukjizat. Para ahli bid'ah juga memiliki alasan yang lebih baik karena mereka menyerukan bukti yang merenungkan. Para pengikut para filsuf di sisi lain, tak memiliki dukungan bagi ketidakyakinan mereka, kecuali bahwa mereka menganggap para filsuf itu sebagai orang bijak. Tidakkah mereka menyadari bahwa para nabi lebih bijak dari para filsuf itu?
Ada kaum Muslimin yang mengulurkan tangannya untuk berpegang pada filosofi, dan yang lain, menganut faham kerahiban. Ada orang dungu yang ketika merenungkan hal-hal tentang iman, cenderung ke arah berfilsafat. Sedangkan yang lain, saat merenungkan tentang kezuhudan, cenderung ke arah faham monastik. Kita memohon kepada Allah agar tetap istiqamah pada iman kita, dan dilindungi dari musuh kita.

Banyak orang mengklaim bahwa setiap entitas spiritual dari benda-benda langit, ada horoskopnya, yang merupakan benda langit yang menghubungkan ke entitas spiritual dengan cara yang sama seperti jiwa kita terhubung ke tubuh kita dan mengendalikannya. Ada benda langit yang bergerak, ada yang tak bergerak.
Mereka mengatakan bahwa tubuh berusaha sekuatnya mendekati entitas spiritual dengan melakukan segala jenis ibadah dan pengorbanan. Yang lain mengklaim bahwa setiap horoskop, ada sesuatu dari dunia bawah yang menyerupainya. Kelompok ini, melukis gambar, dan memahat berhala serta membangun rumah bagi berhala ini.
Yahya bin Bisyr al-Nahawandi mengatakan bahwa ada firqah yang mengklaim bahwa tujuh planet: Saturnus, Yupiter, Mars, Matahari, Venus, Merkurius, dan bulan, adalah pengendali dunia ini yang bertindak atas perintah dari penduduk langit. Mereka mencitrakan setiap planet itu dengan citra hewan dan membuat patung untuknya. Mereka membuat berhala besar untuk Saturnus yang dibangun dari timah.
Mereka mewujudkan planet Saturnus sebagai orang buta yang menerima pengorbanan seekor sapi jantan tua yang dibawa kepadanya ke sebuah rumah dengan lubang di bawahnya. Di atas lubang, ada pagar besi. Sapi jantan itu dipukuli sampai memasuki rumah dan berjalan di atas rel. Kakinya tenggelam ke pagar besi. Di bawah rel, api dinyalakan sampai banteng itu sepenuhnya terbakar. Orang-orang yang memp[ersembahkan kurban itu berkata, "Terpujilah engkau, wahai dewa buta, yang jahat sifatnya dan tak pernah berbuat baik. Kami telah mengorbankan untukmu yang menyerupaimu, terimalah kurban kami, dan jauhkanlah kami dari roh jahat dan kejahatanmu."
Adapun Jupiter, mereka mengorbankan bayi laki-laki. Untuk Mars, mereka mengorbankan seorang lelaki yang berambut pirang dengan bintik-bintik. Lalu mereka mengorbankan ke matahari ibu dari anak yang telah mereka korbankan ke Jupiter sambil menghindari gambar matahari. Dan mereka mengorbankan untuk Venus, seorang pezinah wanita tua. Adapun Merkurius, mereka mengorbankan seorang pemuda berkulit-hitam santun yang tahu tentang sastra dan matematika. Untuk bulan, mereka mengorbankan seorang lelaki kulit hitam dengan wajah yang lebar. Wallahu a'lam.
Bersambung ke
[Al-Jahiliyyah]

*) Terinspirasi dari sebuah lagu berjudul "Lily" karya Alan Olav Walker / Didrik Handlykken / Emelie Hollow / Kenneth Nilsen / Lars Kristian Rosness / Magnus Bertelsen / Oda Evjen Gjovag