Jumat, 09 Agustus 2019

Kemunafikan (5)


Lalu Murai berkata kepada Bunglon, "Silahkan lanjutkan, saudaraku!" Bunglon melanjutkan seraya berkata, "Ketahuilah saudara-saudariku, orang-orang munafik selalu mencemooh, mengejek, menyalah-nyalahkan dan mengolok-olok seseorang. Berseloroh atau mengejek umat Islam, adalah pekerjaan orang-orang munafik. Orang-orang munafik melakukan itu, bahkan di masa Baginda Nabi. (ﷺ), berkali-kali. Selama Perang Tabuk, umat Islam sangat membutuhkan bantuan finansial. Ketika Rasulullah memerintahkan berinfak, Abu Bakar membawa segala yang dimilikinya, Umar memberikan barang-barang miliknya dan Utsman menyumbangkan ratusan unta yang telah diperlengkapi untuk tujuan Allah. Rasulullah (ﷺ) menyebutkan bahwa jika Utsman tak melakukan apa-apa, maka satu perbuatan itu saja darinya, sudahlah cukup. Ada juga sahabat yang bekerja sebagai buruh, menyumbangkan upahnya. Alih-alih membelanjakan untuk tujuan ini, orang-orang munafik mengolok-olok umat Islam. Abu Mas'ud berkata, "Ketika kami diperintahkan mengeluarkan sedekah, kami bekerja sebagai buruh. Abu Aqil datang dengan setengah sa' kurma dan yang lain (Abdurrahman bin Auf), membawa lebih dari itu, orang-orang munafik berseru, 'Sesungguhnya Allah tak membutuhkan infak ini, dan orang ini tak melakukannya kecuali hanya pamer.' Maka, turunlah ayat ini,
اَلَّذِیۡنَ یَلۡمِزُوۡنَ الۡمُطَّوِّعِیۡنَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ فِی الصَّدَقٰتِ وَ الَّذِیۡنَ لَا یَجِدُوۡنَ اِلَّا جُہۡدَہُمۡ فَیَسۡخَرُوۡنَ مِنۡہُمۡ ؕ سَخِرَ اللّٰہُ مِنۡہُمۡ ۫ وَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ
"(Orang munafik) yaitu mereka yang mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dan yang (mencela) orang-orang yang hanya memperoleh (untuk disedekahkan) sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka, dan mereka akan mendapat azab yang pedih." - (QS.9:79)
Sekarang ini, ada orang-orang yang mengolok-olok umat Islam yang berpegang teguh pada perintah syariah dan mengeluarkan amal-jariyah, takut kepada Allah, menegakkan shalat, berpakaian menurut syariah, membiarkan janggutnya tumbuh atau turut serta dalam jihad. Jika ada seorang wanita mengenakan jilbab, mereka mengejeknya dan mengatakan bahwa itu, cara kuno. Mereka menganggap diri mereka modern. Sebaliknya, mereka tak berkomentar apapun terhadap orang-orang kafir, yang merupakan idola mereka. Umat Islam hendaknya berhati-hati terhadap orang-orang ini. Besarnya kerugian umat Islam yang disebabkan orang-orang kafir tak sebanyak yang diakibatkan oleh orang-orang ini.

Orang-orang munafik, selalu mempermainkan Al-Qur'an dan Sunnah. Dengan meningkatnya kemunafikan dalam dirinya, orang munafik merasa bahwa aturan-aturan dan ajaran-ajaran Islam, menjadi beban atas dirinya, dan ia mulai meninggalkannya. Ia mulai mengolok-oloknya. Ia tak peduli pada Al-Qur'an atau Sunnah, orang-orang shalih atau Akhirat. Banyak sekali dalih yang dibuat-buatnya.

Orang-orang munafik yang hidup di masa Baginda Nabi (ﷺ), biasa shalat bersama beliau (ﷺ) dan juga berpuasa, berhaji, membayar zakat dan bahkan melakukan jihad bersama beliau (ﷺ). Ketika mereka melakukan sesuatu yang keliru, Allah menggolongkan kejahatan mereka dengan kekufuran. Allah berfirman,

وَ لَئِنۡ سَاَلۡتَہُمۡ لَیَقُوۡلُنَّ اِنَّمَا کُنَّا نَخُوۡضُ وَ نَلۡعَبُ ؕ قُلۡ اَ بِاللّٰہِ وَ اٰیٰتِہٖ وَ رَسُوۡلِہٖ کُنۡتُمۡ تَسۡتَہۡزِءُوۡنَ
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, 'Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja.' Katakanlah, 'Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?'” - (QS.9:65)
لَا تَعۡتَذِرُوۡا قَدۡ کَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ ؕ اِنۡ نَّعۡفُ عَنۡ طَآئِفَۃٍ مِّنۡکُمۡ نُعَذِّبۡ طَآئِفَۃًۢ بِاَنَّہُمۡ کَانُوۡا مُجۡرِمِیۡنَ
"Tak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (selalu) berbuat dosa." - (QS.9:66)
Ayat ini diturunkan sewaktu Perang Tabuk tentang orang-orang munafik. Abdullah bin Umar, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan, "Seorang lelaki yang turut serta dalam Perang Tabuk berkata kepada sebuah kelompok orang, 'Aku belum pernah melihat orang yang membaca Al-Qur'an lebih berbohong dengan lidah mereka, lebih pengecut di hadapan musuh.' Yang lain memanas, "Kamu bohong. Sebaliknya, kamulah yang munafik. Sungguh, aku akan melaporkan kepada Rasulullah (ﷺ) (tentang hal itu)." Maka, kejadian itu disampaikan kepada Rasulullah (ﷺ) dan wahyupun turun."
Abdullah bin Umar melanjutkan, "Aku melihatnya bergantung di tali unta betina Rasulullah (ﷺ), bebatuan melukai kakinya dan ia memohon 'Wahai Rasulullah, kami hanya bercanda dan bergurau." Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Allah dan ayat-ayat-Nya serta Utusan-Nyakah yang kamu hina? Jangan berdalih. Kamu menjadi kafir setelah mengaku beriman. Jika kami memaafkan beberapa dari kalian, kami akan menghukum yang lain, karena mereka bersalah."
Ada lagi insiden kedua. Qatadah berkata tentang ayat 65 Surah at-Taubah, "Ketika Rasulullah (ﷺ) sibuk dalam Perang Tabuk dan segelombolan orang-orang munafik di depannya, mereka berkata, 'Ia menyangka ia dapat menaklukkan kastil-kastil orang Rum dan bentengnya. Menjauh, menjauh!" Allah membiarkan Nabi-Nya (ﷺ) mengetahui apa yang mereka katakan. Maka, beliau (ﷺ) bersabda, 'Adalah kewajibanku membuat perhitungan dengan orang-orang ini," dan beliau (ﷺ) memanggil mereka dan menyampaikan apa yang telah mereka katakan. Mereka bersumpah, 'Kami hanya bercanda dan bergurau.'"
Kita hendaknya selalu mengingat bahwa mempermainkan apapun tentang agama, adalah tanda kemunafikan, baik itu jilbab, jenggot, pakaian atau jihad. Orang yang mengolok-olok seorang lelaki atau wanita Muslim, karena sikap negatif mereka terhadap syari'ah, adalah orang yang kufur.

Orang-orang munafik selalu mempermainkan dan merugikan kehormatan seorang muslim. Mereka selalu berusaha mencederai kehormatan seorang Muslim. Mereka menggunjing umat Islam meskipun seorang Muslim yang baik adalah orang yang tangan dan lidahnya aman bagi orang lain. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Ada tujuh puluh tiga gerbang bagi transaksi riba. Yang paling rendah seperti seorang lelaki yang berzina dengan ibunya. Dan yang paling berat adalah merusak kehormatan seorang Muslim."
Bagaimana mungkin orang yang merusak kehormatan seorang Muslim menjadi seorang Muslim sejati? Ia seorang munafik, hanya orang munafik yang akan melakukannya, sama seperti ucapan yang menghina selama Perang Tabuk itu. Ia telah memfitnah para Sahabat dan mencemooh mereka.

Orang-orang munafik selalu berusaha menghalangi jalan keshalihan dan mengajak berbuat jahat. Kewajiban tugas-tugas keagamaan adalah mengajak ke jalan keshalihan dan mencegah kejahatan. Jika ada yang mengabaikan tugas ini, ia berdosa. Hudhaifah meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Demi Dia yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaknya kalian mengajak pada jalan kebaikan dan mencegah kejahatan atau Allah akan mengirimkan kepada kalian adzab dari-Nya, lalu kalian berdoa kepada-Nya tetapi Dia tak mengabulkannya."
Ketika Bani Israil melalaikan tugas ini, mereka dilaknat oleh Nabi Daud dan 'Isa bin Maryam, alaihimassalam. Allah berfirman,

لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ
"Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas." - (QS.5:78)
Jika adzab dijatuhkan karena mengabaikan suatu tugas, maka bayangkan apa yang akan terjadi jika melakukan yang sebaliknya, yakni memerintahkan atau mengajak berbuat jahat dan mencegah atau melarang berbuat kebaikan. Jika ada yang tak mengakui kejahatan seperti itu, maka qalbunya tak memiliki iman. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Di antara kalian yang melihat kejahatan (sedang dilakukan) hendaknya mencegahnya dengan tangannya. Jika ia tak dapat melakukannya, maka hendaknya ia (mencegah) dengan lidahnya. Jika ia tak mampu melakukannya, maka ia hendaknya (menganggapnya sebagai kejahatan) di dalam hatinya, dan itulah selemah-lemah iman."

Jika qalbu tak memiliki iman, maka kekufuran atau kemunafikan berada di dalamnya. Karena itu, Allah menggambarkannya sebagai sifat orang munafik,

اَلۡمُنٰفِقُوۡنَ وَ الۡمُنٰفِقٰتُ بَعۡضُہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ ۘ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمُنۡکَرِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَقۡبِضُوۡنَ اَیۡدِیَہُمۡ ؕ نَسُوا اللّٰہَ فَنَسِیَہُمۡ ؕ اِنَّ الۡمُنٰفِقِیۡنَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ
"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik." - (QS.9:67)
Mencegah jalan keshalihan dapat mengambil berbagai bentuk. Seseorang yang sedang mengerjakan shalat diolok-olok, seorang pelayan tak diperbolehkan shalat, melarang seseorang turut serta dalam jihad dan menentangnya, tak berpuasa dan mengejek mereka yang melakukannya, dan meremehkan orang lain yang membangun masjid atau Madrasah. Mengajak berbuat jahat juga memiliki berbagai bentuk. Seseorang mengajak orang lain menonton film atau televisi, menggoda wanita, mendorong kebiasaan orang yang berbuat jahat, menganjurkan kehidupan sosial yang buruk, melarang orang memakai jilbab seraya mengatakan walau tubuhnya tak berjilbab tetapi hati atau matanya berjilbab, menjual minuman yang memabukkan, mengedarkan majalah porno, menyebarkan gambar pamer-aurat melalui media cetak, dll.

Wahai saudara-saudariku, orang-orang munafik selalu menggalakkan keasusilaan, menghabiskan waktu mendengarkan musik, dan menggoda anak gadis dan wanita. Orang-orang yang berusaha menggalakkan dan menyebarkan keasusilaan di kalangan umat Islam, adalah orang-orang munafik. Meskipun ada Ulama membolehkan musik, kita hendaknya berhati-hati dan selalu mengingat nasihat Ibnu Mas'ud, "Menyukai musik menumbuhkan kemunafikan didalam qalbu laksana rerumputan tumbuh didalam air." Orang-orang munafik selalu menghabiskan waktu mereka memasyarakatkan nonton televisi, sehingga para gipsi dan penari ditemukan di setiap rumah, dan dengan melakukan hal ini, ketidakpatutanpun menyebar, semua inilah perbuatan orang munafik. Allah berfirman,

اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحِبُّوۡنَ اَنۡ تَشِیۡعَ الۡفَاحِشَۃُ فِی الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ۙ فِی الدُّنۡیَا وَ الۡاٰخِرَۃِ ؕ وَ اللّٰہُ یَعۡلَمُ وَ اَنۡتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ
"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tak mengetahui." - (QS.24:19)
Siapa pun yang terlibat di dalamnya, mengundang dirinya sendiri adzab Ilahi. Allah berfirman,
وَ مِنَ النَّاسِ مَنۡ یَّشۡتَرِیۡ لَہۡوَ الۡحَدِیۡثِ لِیُضِلَّ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ بِغَیۡرِ عِلۡمٍ ٭ۖ وَّ یَتَّخِذَہَا ہُزُوًا ؕ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ مُّہِیۡنٌ
"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan percakapan kosong untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan." - (QS.31:6)
Lagi-lagi, orang munafiklah yang menggoda anak gadis dan wanita, yang ia temui di jalan. Pada masa Rasulullah (ﷺ), ada lelaki yang berdiri di sudut-sudut jalan dan menggoda wanita yang lewat. Ketika mereka ditegur, mereka berdalih bahwa mereka tak tahu apakah wanita itu budak atau wanita terhormat. Maka Allah memerintahkan berjilbab,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, 'Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." - (QS.33:59)
Dan Allah memperingatkan orang-orang munafik,
لَئِنۡ لَّمۡ یَنۡتَہِ الۡمُنٰفِقُوۡنَ وَ الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡمُرۡجِفُوۡنَ فِی الۡمَدِیۡنَۃِ لَنُغۡرِیَنَّکَ بِہِمۡ ثُمَّ لَا یُجَاوِرُوۡنَکَ فِیۡہَاۤ اِلَّا قَلِیۡلً
"Sungguh, jika orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah tak berhenti (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan engkau (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tak lagi menjadi tetanggamu (di Madinah) kecuali sebentar." - (QS.33:60)
Pemimpin para Munafiqun, Ibnu Ubayy, menghasilkan uang dengan memaksa budak wanitanya, melacur. Allah mengungkap perbuatan kotornya dan melarang orang mukmin melakukan kejahatan seperti itu.
وَ لَا تُکۡرِہُوۡا فَتَیٰتِکُمۡ عَلَی الۡبِغَآءِ اِنۡ اَرَدۡنَ تَحَصُّنًا لِّتَبۡتَغُوۡا عَرَضَ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ؕ وَ مَنۡ یُّکۡرِہۡہُّنَّ فَاِنَّ اللّٰہَ مِنۡۢ بَعۡدِ اِکۡرَاہِہِنَّ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ
"...Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa." (QS.24:33)
Jelas, Muslim sejati lebih memilih hidup yang suci dan hanya orang-orang munafik yang menggalakkan hidup yang penuh noda. Banyak orang mencari alasan agar menjadikan perzinahan menjadi hal yang biasa dalam masyarakat. Sifat mereka menyerupai sifat orang-orang munafik. Wahai saudara-saudariku, orang munafik, suka berbuat asusila dan tak punya rasa malu. Mereka tak memiliki kesantunan. Rasulullah (ﷺ) bersabda,
الْحَيَاءُ وَالْعِيُّ شُعْبَتَانِ مِنَ الإِيمَانِ وَالْبَذَاءُ وَالْبَيَانُ شُعْبَتَانِ مِنَ النِّفَاقِ
"Al-Haya' (rasa malu) and al-'Iyy (sedikit bicara) adalah cabang-cabang iman, sedangkan al-Badza (kata-kata keji) and al-Bayan (banyak bicara) adalah cabang-cabang kemunafikan."
Kesantunan dan kesusilaan adalah berkah yang menjauhkan seseorang dari kejahatan. Saat kesantunan dan kesusilaan itu tak ada dalam dirinya, ia bersedia berbuat jahat. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Sesungguhnya di antara ungkapan yang dikenal manusia dari ucapan kenabian terdahulu ialah, 'Jika engkau tak malu, berbuatlah sesukamu.'"
Orang-orang beriman, punya kesantunan. Sa'd bin Ubadah meriwayatkan bahwa jika ia melihat orang asing bersama istrinya, ia akan memukulnya dengan bilah pedangnya. Ini disampaikan kepada Bainda Nabi (ﷺ) dan beliau (ﷺ) bertanya, "Terkejutkah kalian dengan rasa kesantunan Sa'd? Aku memiliki perasaan yang lebih besar daripada dirinya dan Allah punya yang lebih besar daripada diriku."

Wahai saudara-saudariku, orang munafik mengerjakan perbuatan baik hanya agar dilihat oleh orang lain, ketika ia sendirian, ia tak takut dan melakukan dosa karena ia tak memiliki keyakinan akan Akhirat. Inilah tanda orang-orang munafik yang terlihat banyak beribadah, namun dalam kesendiriannya, mereka melakukan banyak dosa. Seorang munafik tak senang dengan keshalihan dan tak takut akan adzab.
Ketika Umar bin Khattab pergi ke Syam (Suriah dan daerah sekitarnya pada waktu itu), ia berbicara kepada masyarakat. Ia memuja Allah dan memuliakan-Nya, dan berkata, "Sesungguhnya, Rasulullah (ﷺ) telah berdiri di antara kami untuk berkhotbah sebagaimana aku berdiri di antara kalian hari ini, dan beliau (ﷺ) bersabda, 'tanda kemunafikan adalah bahwa kejahatan tak menyakitinya dan keshalihan tak menyenangkannya. Jika ia melakukan perbuatan baik, ia tak berharap menerima pahala dari Allah atas perbuatan baik itu. Dan jika ia melakukan perbuatan buruk, ia tak takut akan hukuman dari Allah atas perbuatan buruk itu. "
Bilal bin Sa'd berkata, "Jangan menjadi sahabat Allah secara terang-terangan, tetapi musuh-Nya secara sembunyi-sembunyi."
Abu Sya'tha berkata, “Ada orang dari Irak, datang menemui Abdullah bin Umar dan mengomel tentang Yazid bin Mu'awiyah. Mereka berbicara tentang keburukannya, Ibnu Umar bertanya kepada mereka, apakah mereka berbicara hal yang sama di hadapannya. Mereka mengaku, 'Tidak, sebaliknya kami menyanjungnya di hadapannya.' Ibnu Umar mengatakan kepada mereka bahwa mereka menganggap perilaku ini sebagai kemunafikan. Seorang imam (dengan sebuah doa) dan ia memberikan keputusan yang buruk. Maka kami berkata kepadanya, 'Semoga Allah memampukanmu (agar dapat berlaku adil),' Tapi, kami amati salah seorang dari kami menyanjung-nyanjungnya." Ibnu Umar berkata, "Kami termasuk para Sahabat Rasulullah (ﷺ). Kami menganggap perilaku ini sebagai kemunafikan. Tapi, aku tak dapat mengatakan bagaimana kalian menggolongkannya."

Wahai saudara-saudariku, seorang beriman tak pernah kikir. Orang-orang munafiklah yang bersifat bakhil. Allah berfirman,

وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ عٰہَدَ اللّٰہَ لَئِنۡ اٰتٰىنَا مِنۡ فَضۡلِہٖ لَنَصَّدَّقَنَّ وَ لَنَکُوۡنَنَّ مِنَ الصّٰلِحِیۡنَ
"Dan di antara mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, 'Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang shalih.'" - (QS.9:75)
فَلَمَّاۤ اٰتٰہُمۡ مِّنۡ فَضۡلِہٖ بَخِلُوۡا بِہٖ وَ تَوَلَّوۡا وَّ ہُمۡ مُّعۡرِضُوۡنَ
"Ketika Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling, dan selalu menentang (kebenaran)." - (QS.9:76)
Tidaklah pantas memaksa siapapun membelanjakan hartanya di jalan Allah. Namun juga keliru bila tak meminta seseorang menambah pengeluarannya di jalan Allah. Allah telah memerintahkan kita agar membelanjakan harta kita di jalan-Nya dan mendorong kita agar rutin menunaikannya. Kita akan melihat banyak keteladanan para sahabat tentang membelanjakan harta di jalan Allah. Allah berfirman,
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." - (QS.2:195)
Wahai saudara-saudariku, tanda lain dari kemunafikan adalah menakuti-nakuti orang dengan menyebarkan kabar-angin. Bukanlah kelakuan seorang Muslim sejati menyebarkan desas-desus dan membuat orang panik. Ini sebenarnya pertanda kemunafikan. Ketika orang-orang munafik pergi kemana saja dengan umat Islam, baik itu pertempuran atau tujuan lain, perilaku mereka digambarkan dalam ayat ini,
لَوۡ خَرَجُوۡا فِیۡکُمۡ مَّا زَادُوۡکُمۡ اِلَّا خَبَالًا وَّ لَا۠اَوۡضَعُوۡا خِلٰلَکُمۡ یَبۡغُوۡنَکُمُ الۡفِتۡنَۃَ ۚ وَ فِیۡکُمۡ سَمّٰعُوۡنَ لَہُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ عَلِیۡمٌۢ بِالظّٰلِمِیۡنَ
"Jika (mereka berangkat bersamamu), niscaya mereka takkan menambah (kekuatan)mu, malah hanya akan membuat kekacauan, dan mereka tentu bergegas maju ke depan di celah-celah barisanmu untuk mengadakan kekacauan (di barisanmu); sedang di antara kamu ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan (perkataan) mereka. Allah mengetahui orang-orang yang zhalim." - (QS.9:47)
'Kekacauan' di sini termasuk 'kegegeran' dan slentingan-slentingan terhadap umat Islam, menyebabkan keretakan di antara mereka. Mereka juga sering memberi nasehat yang keliru. Seorang munafik menyebarkan isu-isu yang menyebabkan umat Islam kehilangan keberanian dan merasa patah semangat. Orang munafik menyebarkan khabar-bohong dengan membesar-besarkan jumlah korban mereka dan menunjukkan kekuatan musuh yang sangat besar. Namun, seyogyanya manusia hendaknya selalu mengingat bahwa kekuatan itu, ada di tangan Allah, dan tiada yang kuasa mengalahkan siapa yang Allah bantu.

Wahai saudara-saudariku, orang-orang munafik itu, pengecut, dan mereka takut akan perubahan waktu. Mereka juga menakuti orang-orang dari hal ini dan melihat setiap kesulitan menimpa mereka. Allah berfirman,

وَ اِذَا رَاَیۡتَہُمۡ تُعۡجِبُکَ اَجۡسَامُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡا تَسۡمَعۡ لِقَوۡلِہِمۡ ؕ کَاَنَّہُمۡ خُشُبٌ مُّسَنَّدَۃٌ ؕ یَحۡسَبُوۡنَ کُلَّ صَیۡحَۃٍ عَلَیۡہِمۡ ؕ ہُمُ الۡعَدُوُّ فَاحۡذَرۡہُمۡ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ
"Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur-katanya. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?" - (QS.63:4)
Muslim sejati takkan pernah menunjukkan sifat pengecut. Itulah sebabnya mengapa Allah berfirman bahwa mereka yang lari dari peperangan akan mendapatkan hukuman yang berat. "
Abu Umamah Bahili menggambarkan seorang munafik sebagai orang yang berdusta saat ia berbicara, melanggar janji yang ia buat sendiri, mengkhianati amanah, menyelewengkan barang-barang rampasan, tak patuh ketika ia diperintah, penakut saat bertemu musuh.
Oleh karena itu, orang yang memiliki sifat-sifat ini, termasuk orang munafik dan jika banyak sifat ini ada didalam dirinya maka ia memiliki banyak kemunafikan dalam dirinya. Allah berfirman,

وَ یَحۡلِفُوۡنَ بِاللّٰہِ اِنَّہُمۡ لَمِنۡکُمۡ ؕ وَ مَا ہُمۡ مِّنۡکُمۡ وَ لٰکِنَّہُمۡ قَوۡمٌ یَّفۡرَقُوۡنَ
"Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; namun mereka bukanlah dari golonganmu, tetapi mereka orang-orang yang sangat takut (kepadamu)." ― (QS. 9:56)
لَوۡ یَجِدُوۡنَ مَلۡجَاً اَوۡ مَغٰرٰتٍ اَوۡ مُدَّخَلًا لَّوَلَّوۡا اِلَیۡہِ وَ ہُمۡ یَجۡمَحُوۡنَ
"Sekiranya mereka memperoleh tempat perlindungan, gua-gua atau lubang-lubang (dalam tanah), niscaya mereka pergi (lari) ke sana dengan secepat-cepatnya." ― (QS. 9:57)
Ketika takut, orang munafik melihat kematian melayang-layang di atas tubuhnya, namun ketika ketakutan itu mulai surut, ia tak bosan-bosannya mengumbar tentang keberaniannya. Allah berfirman,
اَشِحَّۃً عَلَیۡکُمۡ ۚۖ فَاِذَا جَآءَ الۡخَوۡفُ رَاَیۡتَہُمۡ یَنۡظُرُوۡنَ اِلَیۡکَ تَدُوۡرُ اَعۡیُنُہُمۡ کَالَّذِیۡ یُغۡشٰی عَلَیۡہِ مِنَ الۡمَوۡتِ ۚ فَاِذَا ذَہَبَ الۡخَوۡفُ سَلَقُوۡکُمۡ بِاَلۡسِنَۃٍ حِدَادٍ اَشِحَّۃً عَلَی الۡخَیۡرِ ؕ اُولٰٓئِکَ لَمۡ یُؤۡمِنُوۡا فَاَحۡبَطَ اللّٰہُ اَعۡمَالَہُمۡ ؕ وَ کَانَ ذٰلِکَ عَلَی اللّٰہِ یَسِیۡرًا
"Mereka kikir terhadapmu. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencacimu dengan lidah yang tajam, sedang mereka kikir berbuat kebaikan. Mereka itu tak beriman, maka Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah." ― (QS. 33:19)
Abu Talhah meriwayatkan, "Pada hari Uhud, rasa kantuk menguasai kami saat berada di barisan tempur. Pedangku jatuh dari tanganku. Aku mengambilnya dan jatuh lagi, dan aku mengambilnya lagi. Dan di kelompok lain - para munafiqun! Mereka seakan acuh di medan perang, namun mata mereka, sangat takut melihat medan pertempuran, mereka paling penakut dan pembelot paling buruk. Mereka pendusta, dan mereka ragu dalam urusan Allah.

Wahai saudara-saudariku, orang munafik selalu berharap agar orang Muslim itu mendertita. Tetapi, ketika orang-orang Muslim mendapatkan kemenangan, ia meyakinkan mereka bahwa ia termasuk dalam barisan mereka. Allah berfirman,

الَّذِیۡنَ یَتَرَبَّصُوۡنَ بِکُمۡ ۚ فَاِنۡ کَانَ لَکُمۡ فَتۡحٌ مِّنَ اللّٰہِ قَالُوۡۤا اَلَمۡ نَکُنۡ مَّعَکُمۡ ۫ۖ وَ اِنۡ کَانَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ نَصِیۡبٌ ۙ قَالُوۡۤا اَلَمۡ نَسۡتَحۡوِذۡ عَلَیۡکُمۡ وَ نَمۡنَعۡکُمۡ مِّنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ؕ فَاللّٰہُ یَحۡکُمُ بَیۡنَکُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ وَ لَنۡ یَّجۡعَلَ اللّٰہُ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ سَبِیۡلً
"(yaitu) orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah mereka berkata, “Bukankah kami (turut berperang) bersamamu?” Dan jika orang kafir mendapat bagian, mereka berkata, “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membelamu dari orang mukmin?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada hari Kiamat. Allah tak akan memberi jalan kepada orang kafir mengalahkan orang-orang beriman." ― (QS. 4:141)
Dan Allah berfirman,
وَ مِنَ الۡاَعۡرَابِ مَنۡ یَّتَّخِذُ مَا یُنۡفِقُ مَغۡرَمًا وَّ یَتَرَبَّصُ بِکُمُ الدَّوَآئِرَ ؕ عَلَیۡہِمۡ دَآئِرَۃُ السَّوۡءِ ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ
"Dan di antara orang-orang Arab Badui itu, ada yang memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai suatu kerugian; ia menanti-nanti marabahaya menimpamu, merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." ― (QS. 9:98)
Muslim sejati selalu mengharapkan kebaikan bagi saudara Muslimnya. Ia tak mengabaikannya atau menyakitinya. Melaknat seseorang atau berharap atas penderitaannya, juga berarti menyakitinya. Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا ‏.‏ الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ ‏.‏ التَّقْوَى هَا هُنَا ‏"‏ ‏.‏ وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ‏"‏ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
"Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi ! Janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu, saudara bagi muslim lainnya, maka ia tak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu disini –beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali-. Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap orang Muslim, haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim lainnya.” [HR Muslim 2564]
Wahai saudara-saudariku, orang-orang munafik itu, pandai bersilat-lidah. Allah berfirman,
وَ اِذَا رَاَیۡتَہُمۡ تُعۡجِبُکَ اَجۡسَامُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡا تَسۡمَعۡ لِقَوۡلِہِمۡ ؕ کَاَنَّہُمۡ خُشُبٌ مُّسَنَّدَۃٌ ؕ یَحۡسَبُوۡنَ کُلَّ صَیۡحَۃٍ عَلَیۡہِمۡ ؕ ہُمُ الۡعَدُوُّ فَاحۡذَرۡہُمۡ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ
"Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur-katanya. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?" ― (QS. 63:4)
Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَىَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ ‏"‏ ‏.‏ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ ‏"‏ الْمُتَكَبِّرُونَ ‏"‏ ‏.‏
"Orang yang paling kucintai dan paling dekat dengan tempatku kelak di Hari Kiamat adalah mereka yang berakhlak mulia. Dan sungguh, orang yang paling kubenci dan tempatnya paling jauh dariku kelak di Hari Kiamat adalah Ats-Tsartsarun (orang yang banyak bicara), Al-Mutasyaddiqun (banyak bicara yang dibuat-buat) dan Al-Muthafaihiqun." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Kami telah paham tentang Ats-Tsartsarun dan Al-Mutasyaddiqun, tapi bagaimana dengan Al-Muthafaiqihun?" Beliau (ﷺ) bersabda, "Al-Mutakabbirun (orang yang sombong)." [HR Jami' at-Tirmidhi, 2018; Hasan]
Allah tak menyukai orang-orang yang sombong. Diriwayatkan oleh 'Abdullah bin Mas'ud, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda,
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال حبة من خردل من كبر ولا يدخل النار من كان في قلبه مثقال خردلة من إيمان
"Takkan masuk surga sesiapa yang didalam qalbunya ada kesombongan seberat biji sesawi. Dan takkan masuk neraka sesiapa yang di dalam qalbunya ada iman seberat biji sesawi." [HR Sunan Abi Daud, 4091; Sahih oleh Al-Albani]
Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah (ﷺ) bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ
"Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Kesombongan itu, selendang-Ku, dan keagungan itu, sarung-Ku, maka barangsiapa mengambil salah satu dari keduanya dari-Ku, niscaya Ku-campakkan ke Neraka.'" [Sunan Abi Daud, 4090; Shahih oleh Al-Albani]
Orang-orang munafik itu, angkuh. Allah berfirman,
وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ تَعَالَوۡا یَسۡتَغۡفِرۡ لَکُمۡ رَسُوۡلُ اللّٰہِ لَوَّوۡا رُءُوۡسَہُمۡ وَ رَاَیۡتَہُمۡ یَصُدُّوۡنَ وَ ہُمۡ مُّسۡتَکۡبِرُوۡنَ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Marilah (beriman), agar Rasulullah memohonkan ampunan bagimu,' mereka membuang muka dan engkau lihat mereka berpaling dengan angkuh." ― (QS. 63:5)
[Bagian 6]