Jumat, 23 Agustus 2019

Al-Jahiliyah

Sang elang melanjutkan, "Segala bentuk jeratan Iblis disebabkan oleh penolakan intelektual dan hanya mengandalkan indera. Melalui cara ini, Iblis membujuk banyak manusia agar menyembah berhala dan menjadikan intelek mereka benar-benar tercela. Ia meyakinkan bahwa berhala-berhala itu, adalah tuhan itu sendiri. Ada juga yang lain - dengan menggunakan inteleknya - menolak pendapat ini, namun iblis menipu mereka dengan membuat mereka beranggapan bahwa dengan menyembah berhala-berhala itu, dapat membuat mereka lebih dekat kepada Sang Pencipta. Allah berfirman,
اَلَا لِلّٰہِ الدِّیۡنُ الۡخَالِصُ ؕ وَ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اَوۡلِیَآءَ ۘ مَا نَعۡبُدُہُمۡ اِلَّا لِیُقَرِّبُوۡنَاۤ اِلَی اللّٰہِ زُلۡفٰی ؕ اِنَّ اللّٰہَ یَحۡکُمُ بَیۡنَہُمۡ فِیۡ مَا ہُمۡ فِیۡہِ یَخۡتَلِفُوۡنَ ۬ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یَہۡدِیۡ مَنۡ ہُوَ کٰذِبٌ کَفَّارٌ
"Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar." - [QS.39:3]
Kenari bertanya, "Kapankah dimulainya muslihat Iblis atas penyembahan berhala itu?" Elang berkata, "Muhammad bin al-Sa'ib al-Kalbi berkata, 'Berhala pertama kali disembah ketika Nabi Adam, alaihissalam, wafat, putra-putra Nabi Syith bin Adam meletakkan jazadnya di dalam gua di gunung "Buth" dimana Nabi Adam pertama kali turun. Gunung itu, gunung yang paling subur di bumi." Ibnu Abbas, radhiyallahu 'anhu, berkata,' Anak-anak Syith pernah mengunjungi jasad Nabi Adam di gua untuk memuliakan dan memohon rahmat Allah kepadanya. Seorang putra dari Qabil berkata, 'Wahai putra-putra Qabil! Putra-putra Syith memiliki sesuatu yang mereka muliakan dan kitari, sementara kalian tak punya hal sedemikian itu.' Maka Setan mengukirkan patung untuk mereka puja. Merekalah yang pertama kali melakukan perbuatan ini."

Muhammad bin al-Sa'ib al-Kalbi berkata, 'Wadd, Suwa, Yaghuth, Ya'uq dan Nasr, adalah orang-orang shalih. Mereka semua wafat dalam waktu satu bulan sehingga kerabat mereka meratapi mereka. Salah seorang anak Qabil berkata, 'Wahai manusia! Aku dapat membuat lima patung agar terlihat seperti orang yang telah meninggal, kecuali bahwa aku takkan dapat meniupkan ruh ke dalamnya. Mereka setuju, maka iapun memahat lima patung untuk mereka, dan kerabat masing-masing dari lima orang itu, memuliakan dan mengitarinya. Generasi yang datang selanjutnya, lebih mengagung-agungkan patung-patung itu. Kemudian anggota generasi ketiga berkata, 'Para pendahulu kami mengagungkan patung-patung ini karena mereka berharap agar dapat bersyafaat dengan Allah,' maka generasi ketiga inipun menyembah patung-patung itu, dan hal ini makin menjadi-jadi dan kekufuranpun semakin menggila. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus Nabi Idris, alaihissalam, untuk menyeru mereka kembali ke jalan-Nya, namun mereka menyebutnya sebagai pembohong, maka Allah kemudian mengangkat Nabi Idris ke tempat yang tinggi. Kekufuran semakin bertambah parah hingga Allah mengutus Nabi Nuh, alaihissalam, sebagai seorang Rasul pada usia empat ratus delapan puluh tahun. Ia menyeru mereka kembali ke jalan Allah selama seratus dua puluh tahun, namun mereka tak mau menaatinya dan menggelarinya pembohong. Allah memerintahkan Nabi Nuh agar membuat Bahtera. Ia berusia enam ratus tahun ketika ia naik ke atasnya dan banyak orang yang tenggelam. Nabi Nuh tetap hidup selama tiga ratus lima puluh tahun setelah itu. Total waktu antara Nabi Adam dan Nabi Nuh adalah dua ribu dua ratus tahun. Air-bah membawa berhala-berhala itu ke tanah Yuddah dan ketika air surut, angin membawa pasir yang menutupi berhala-berhala itu.'

Malik bin Haritsah berkata bahwa ia melihat patung Wadd. Ia mengatakan bahwa ayahnya dulu mempersembahkan susu untuknya dan berkata kepadanya, "Berikan kepada majikanmu untuk minum." Ia berkata, "Kemudian aku melihat Khalid bin Walid menghancurkannya menjadi serpihan-serpihan kecil." Rasulullah (ﷺ) memerintahkan Khalid bin Walid, radhiyallahu 'anhu, setelah pertempuran Tabuk untuk menghancurkan berhala ini, tetapi anak-anak 'Abdul Wadd dan anak-anak 'Amir berusaha mencegahnya. Ia bertarung dan mengalahkan mereka, kemudian menjatuhkan patung itu dan menghancurkannya.

Al-Kalbi berkata, 'Aku meminta Malik bin Haritsah agar mendeskripsikan patung Wadd untukku secara terperinci seolah-olah aku sedang melihatnya. Ia berkata, "Patung itu sebesar manusia. Ia memiliki dua jubah yang terukir padanya, satu di bagian atas tubuhnya dan yang lain di bagian bawah. Ia memiliki pedang di sisinya, busur di bahunya dan tombak dengan panji yang melekat padanya. Ia juga membawa kantongan dengan panahnya. " Kata Wadd bermakna cinta.
Suku Muqar bin Nizar menerima ajakan 'Amr bin Luhay, maka 'Amr memberikan patung Suwaa' kepada al-Harits bin Tamim. Ia meletakkannya di tanah Ruhat, sehingga para anggota Muqar menyembah patung itu.
Dan suku Mitshij juga menerima ajakan 'Amr, maka ia memberikan Yaghuth kepada An'am bin' Amr al-Muradi. Ia meletakannya di Akamah, Yaman, agar disembah oleh para anggota suku Mutshij dan sekutunya. Dan suku Hamdan juga menerima ajakan 'Amr, maka ia memberikan Ya'uq kepada Malik bin Marthad bin Jasym. Ia menempatkannya di sebuah desa bernama Jaiwan, agar disembah oleh para anggota suku Hamdan dan sekutunya dari Yaman. Dan suku Himyar juga menerima anjuran 'Amr, maka ia memberikan Nasr ke Ma'di Karib. Ia mengaturnya sebagai tempat yang disebut Balkha 'dari tanah Saba', agar disembah oleh para anggota suku Himyar dan sekutunya. Mereka terus menyembahnya sampai Dzul-Nuwas menjadikan mereka orang Yahudi. Semua berhala ini terus disembah sampai Allah mengutus Rasulullah (ﷺ) dan beliau (ﷺ) memerintahkan agar berhala-berhala itu dihancurkan."

Kenari bertanya, "Siapakah Amr bin Luhayy ini?" Elang berkata, "Muhammad Al-Kalbi berkata, 'Ketika Nabi Ismail, alaihissalam, menetap di Mekah, ia dianugerahi banyak keturunan sehingga mereka mengisi Mekah dan mengusir para rasaksa darinya. Jumlah mereka begitu banyak sehingga perang dan perpecahan terjadi di antara mereka, ada yang meninggalkan Mekah untuk mencari rezeki dan biasanya membawa serta batu-batu dari Mekah dengan cinta dan rasa hormat, dan sebagai suvenir, mereka biasa mengitari batu-batu ini seperti yang mereka lakukan pada Ka'bah. Mereka tak menyembah batu-batu itu, dan terus mengunjungi Mekah untuk berhaji dan umrah, sebagaimana warisan nenek moyang mereka, Nabi Ibrahim dan Ismail, alaihimassalam, dan dengan berjalannya waktu, mereka mulai menyembah batu-batu itu hingga menjadi agama yang keluar dari millah Nabi Ibrahim dan Ismail.

Mereka menyembah berhala dan mencontoh cara-cara kaum sebelumnya. Mereka menggali berhala yang telah disembah oleh kaum Nabi Nuh, tetapi juga tetap mempraktikkan beberapa ajaran Nabi Ibrahim dan Ismail, seperti menghormati Ka'bah, mengitarinya, melaksanakan Haji dan Umroh, diam di 'Arafah, dan menginap Muzdalifah, berqurban dan membaca talbiyah. Yang pertama mengubah millah Ismail dan mendirikan patung-patung itu adalah 'Amr bin Luhayy, pemimpin Khuza'ah. Ia menguasai Ka'bah dengan paksa. Suatu hari, ia jatuh sakit dan disarankan agar mengunjungi air mancur air panas di Syam. Ia pergi ke sana, mandi di dalamnya dan sehat kembali. Ia memperhatikan bahwa penduduk Syam menyembah berhala. Ia bertanya, "Apa ini?" Mereka menjawab, "Kami menggunakan patung-patung ini untuk berdoa agar turun hujan dan menang atas musuh." Ia meminta agar mereka memberinya beberapa berhala, merekapun memberinya. Ia membawa berhala-berhala itu pulang ke Mekah dan menempatkannya di sekitar Ka'bah. Beginilah cara orang Arab mulai mempraktikkan penyembahan berhala. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Neraka dinaikkan untukku (untuk melihatnya). Di dalamnya, aku melihat 'Amr bin Luhayy, lelaki berkulit kemerahan yang pendek. Ia menyeret ususnya. Aku bertanya, 'Ini siapa? ' Aku diberi tahu, 'Inilah' Amr bin Luhayy, yang pertama kali mendirikan Bahirah, Wasilah, Sa'ibah, dan Ham. 'Dia mengubah millah Ismail dan mengajak bangsa Arab menyembah berhala."
 
Berhala yang paling kuno adalah Manat. Berhala ini diberdirikan di pantai Laut Merah antara Mekah dan Madinah. Orang-orang Arab biasa memuliakannya, dan suku-suku Al-Aus, Al-Khazraj dan siapapun yang dulu tinggal di Madinah atau Mekah dan sekitarnya, mereka dulu memuliakan, mempersembahkan qurban, dan memberikan persembahan untuknya. Tak ada suku yang memuliakannya lebih dari Al-Aus dan Al-Khazraj. Kedua suku ini biasa melakukan semua ritual haji seperti yang dilakukan orang lain, kecuali bahwa mereka tak mencukur rambut sampai mereka tiba di patung Manat. Kemudian mereka singgah di sana untuk sementara waktu, percaya bahwa haji mereka takkan lengkap jika tak melakukannya. Manat milik suku Hudzail dan Khuza'ah. Rasulullah (ﷺ) memerintahkan 'Ali, radhiyallahu' anhu, menghancurkannya di tahun ke 8 setelah penaklukan Mekkah.

Orang-orang Arab juga menjadikan al-Lat sebagai dewi. Al-Lat terletak di Ta'if dan lebih baru dibanding Manat. Patung batu ini berbentuk kubus dan para penyembahnya berasal dari suku Thaqif. Mereka membangun sebuah rumah di sekitarnya. Suku Quraisy dan semua orang Arab terus memuliakannya sampai orang-orang Thaqif memeluk Islam. Rasulullah (ﷺ) memerintahkan al-Mughirah bin Syu'bah, radhiyallahu 'anhu, menghancurkan dan membakarnya.

Yang lebih baru dibanding al-Lat adalah patung seorang dewi bernama al-'Uzza. Ibnu Abbas berkata, 'Al-'Uzza adalah setan perempuan yang sering mengunjungi tiga pohon samurah di lembah Nakhlah. Setelah membebaskan Mekah, Rasulullah Allah (ﷺ) memerintahkan Khalid bin al-Walid ke sana. Ketika Khalid mendekati pohon-pohon itu, ia menemukan seorang wanita dengan rambut berantakan yang tangannya di pundaknya. Di belakangnya ada pelayannya Dubayyah al-Sulami.' Khalid berkata (dengan berpuisi), "Kamu lebih pantas disangkali bukan dimuliakan, karena aku telah menyaksikan bahwa Allah telah menghinakanmu." Kemudian ia memukul kepalanya, membunuh pelayannya dan menebang pohonnya. Ketika ia menyampaikan kepada Rasulullah (ﷺ) tentang apa yang telah terjadi, beliau (ﷺ) bersabda, 'Itu al-'Uzza, takan ada lagi' Uzza untuk orang Arab.'

Suku Quraisy juga punya berhala yang terletak di dalam Ka'bah dan sekitarnya. Berhala terbesar bagi mereka adalah Hubal. Berhala ini terbuat dari ruby merah dalam bentuk manusia dengan tangan kirinya rusak. Suku Quraisy kemudian membuat tangan emas untuk melengkapi tangan yang patah. Yang pertama mendudukkannya di dalam Ka'bah adalah Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Muqar. Di depannya ada tujuh cangkir. Di dalam salah satu cangkir tertulis "Tak Bersalah" dan di dalam cangkir yang lain tertulis "Bersalah". Ketika mereka meragukan keabsahan seorang anak, mereka biasanya memberi persembahan kepada Hubal dan mencabut undian di antara kedua cangkir itu. Jika hasilnya "Tak Bersalah", mereka akan menyatukannya dengan ayahnya, dan jika hasilnya "Bersalah", mereka akan menolak anak itu. Mereka biasa melakukan hal serupa saat melakukan upaya yang besar. Selama pertempuran Uhud, Abu Sufyan berkata, "Termuliakanlah Hubal!', Artinya: semoga agamamu tinggi. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Allah Maha Tinggi dan Maha Mulia."

Orang-orang Arab punya dua berhala lagi, Isaf dan Na'ilah. Ibnu 'Abbas berkata, 'lsaf adalah seorang lelaki dari suku Jurhum yang jatuh cinta pada seorang wanita dari suku yang sama, Na'ilah. Mereka berdua datang untuk melakukan haji dan berzinah di dekat Ka'bah. Sebagai hukuman dari Allah, mereka berubah menjadi dua buah patung batu. Kemudian mereka ditempatkan di dekat Ka'bah agar mereka menjadi contoh bagi orang lain. Kemudian orang-orang menyembah mereka bersama dengan berhala lain di sekitar Ka'bah.
Ada lagi berhala lain, Dzul-Kalasah. Patung batu putih besar ini, bermahkota seperti ukiran di atasnya. Berhala ini diletakkan antara Mekah dan Yaman, dimuliakan oleh suku-suku Khath'am dan Bajilah. Rasulullah (ﷺ) memberitahu Jarir, "Maukah engkau membebaskanku dari Dzul-Kalasah?" Maka iapun melawan para penyembahnya, menghancurkan rumah yang dibangun di sekitarnya dan membakarnya.
Suku Daus menyembah berhala bernama Dzul-Kaffain. Setelah mereka memeluk Islam, Rasulullah (ﷺ) memerintahkan al-Tufail bin 'Amr, radhiyallahu' anhu, membakarnya. Bani al-Haritz bin Yasykur menyembah berhala bernama Dzu'l-Syara, dan suku-suku lain memiliki al-Aqyasir, Nuhm, Su'air, dan al-Fals.

Setiap rumah tangga di Mekah, punya berhala yang mereka sembah. Ketika diantara mereka memulai sebuah perjalanan, hal terakhir yang akan ia lakukan adalah mengusap patung itu. Dan ketika ia kembali, hal pertama yang akan ia lakukan adalah mengusapnya. Mereka yang tak memiliki rumah, akan mendirikan batu dan berputar-putar di sekelilingnya. Jenis-jenis berhala ini disebut al-Ansab.
Ketika diantara mereka beristirahat di tengah perjalanan, mereka biasanya mengambil empat batu, dan menjadikan yang terbaik sebagai induknya. Tiga lainnya akan digunakan untuk menopangnya. Ketika melanjutkan perjalanan, ia akan meniggalkan keempat batu itu, dan mengambil empat batu baru di tempat istirahat berikutnya.
Ketika Rasulullah (ﷺ) menaklukkan Mekah, beliau menggunakan busurnya menusuk berhala yang mengelilingi Ka'bah, di mata dan wajah mereka; seraya mengucapkan,

وَقُلْ جَآءَ ٱلْحَقُّ وَزَهَقَ ٱلْبَٰطِلُ ۚ إِنَّ ٱلْبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقًا
"Dan katakanlah, 'Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.'" - [QS.17:81]
Kemudian beliau memerintahkan berhala-berhala itu dihempaskan tertelungkup, kemudian dikeluarkan dari Masjid dan dibakar.

lblis memperdaya orang-orang Jahiliyyah dengan sesuatu yang menyangkut penyembahan berhala. Bentuk penipuannya yang terburuk adalah meniru nenek moyang mereka tanpa merenungkan bukti-bukti yang benar. Penipuan Iblis yang lain di masa Jahiliyyah, adalah menjadikan manusia berpaham sekuler. Sebagian dari mereka menyangkal adanya Sang Pencipta dan Hari Kiamat. Sebagian yang lain percaya ada Sang Pencipta, namun tak mempercayai adanya rasul dan hari Kiamat, sedang yang lainnya mengklaim malaikat sebagai anak perempuan Allah. Yang lain terombang-ambing oleh paham Yudaisme dan Zoroastrianisme, seperti suku Tamim.
Orang Arab di masa itu, juga mempercayai syubhat. Mereka percaya bahwa jika mereka mengikat seekor kuda di sebelah makam orang mati sampai kuda itu mati, maka ia akan dibangkitkan menunggang kuda itu. Jika tidak, ia akan dibangkitkan berjalan.
Sebagian besar dari mereka melanjutkan kesyirikan, dan hanya sedikit yang menganut monoteisme dan menolak berhala; diantaranya adalah Quss dan Zayd. Orang-orang Jahilliyyah terus memperkenalkan bid'ah, dalam banyak hal, seperti Al-Nasa', yang membuat bulan-bulan suci tanpa cacat untuk alasan praktis, dan sebaliknya. Sejak zaman Nabi lbrahim, alaihissalam, orang Arab menganggap berdosa bila berperang dalam empat bulan suci. Namun, jika mereka perlu berperang selama masa itu, mereka biasa menyatakan sah-sah saja melakukannya dan menetapkan bulan Safar untuk disakralkan tahun itu sebagai pengganti bulan yang mereka nyatakan tidak sakral.

Mereka menetapkan bahwa hanya lelaki yang boleh menjadi ahli waris, kaum wanita tidak boleh. Dan setiap kali salah seorang darinya meninggal, kerabat terdekat berhak menikahi istrinya. Mereka juga percaya pada Bahira, jika seekor unta melahirkan lima kali berturut-turut, kali kelima seekor betina, akan diiris dan dibelah telinganya, dan akan melanggar hukum bagi perempuan bila menungganginya. Saibah, unta diperbolehkan bebas, tak ditunggangi atau diperah. Wasilah, seekor domba, yang melahirkan tujuh kali, dan entah yang ketujuh itu jantan atau betina, mereka akan mengatakan: 'ia telah gabung (wasalat) saudaranya' dan takkan disembelih, dan hanya boleh digunakan oleh kaum lelaki dan tak boleh oleh perempuan; namun ketika domba itu mati, baik lelaki maupun perempuan, dibolehkan meminum susunya. Ham, unta jantan yang dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali; setelah itu mereka akan berkata. 'ia telah melindungi (hama) kemaluannya,' dan unta itu akan dilepaskan untuk berhala-berhala mereka, dan tak dipekerjakan membawa beban.
Mereka mengklaim bahwa Allah memerintahkan mereka melakukan semua ini.

Iblis lebih lanjut membujuk mereka agar membunuh anak-anak mereka, sehingga diantara mereka ada yang membunuh putrinya dan memberi makan anjingnya. Dan Iblis juga memperdaya orang-orang Arab agar percaya bahwa: seandainya Allah tak mengizinkan, kita takkan menyekutukannya. Maksudnya adalah: jika Dia tak menyetujui kesyirikan kita, Dia akan mencegah kita darinya. Mereka melekatkan diri pada kehendak Allah dan mengabaikan perintah-Nya. Kehendak Allah meliputi segala makhluk, dan perintah-Nya tak meliputi segala yang Dia kehendaki. Jadi tak ada yang diperbolehkan menggunakan kehendak Allah sebagai alasan saat perintah telah ditetapkan.
Memang banyak doktrin konyol yang mereka ada-adakan. Akan membuang waktu mencatatnya, dan takkan sulit menyanggahnya.

Lihatlah bagaimana Setan memperdaya orang-orang ini. Ia mengambil intelek mereka dan membuat mereka mengukir tuhan-tuhan mereka dengan tangan mereka sendiri. Allah Subhanhu wa Ta'ala, mengutuk berhala mereka dengan cara yang halus,

اَلَہُمۡ اَرۡجُلٌ یَّمۡشُوۡنَ بِہَاۤ ۫ اَمۡ لَہُمۡ اَیۡدٍ یَّبۡطِشُوۡنَ بِہَاۤ ۫ اَمۡ لَہُمۡ اَعۡیُنٌ یُّبۡصِرُوۡنَ بِہَاۤ ۫ اَمۡ لَہُمۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ؕ قُلِ ادۡعُوۡا شُرَکَآءَکُمۡ ثُمَّ کِیۡدُوۡنِ فَلَا تُنۡظِرُوۡنِ
"Punyakah mereka (berhala-berhala) itu, kaki untuk berjalan, atau tangan untuk memegang dengan keras, atau mempunyai mata untuk melihat, atau mempunyai telinga untuk mendengar? Katakanlah (Muhammad), “Panggillah (berhala-berhalamu) yang kamu anggap sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan)ku, dan jangan kamu tunda lagi." - [QS.7:195]
Ini bermakna, seolah-olah Allah menunjuk pada manusia seraya berfirman, kalian semua berjalan, memegang sesuatu, melihat dan mendengar. Namun, berhala-berhala itu, tak dapat melakukannya. Mereka benda mati. Lalu, bagaimana mungkin manusia yang lebih mulia, menyembah benda mati yang lebih rendah darinya?
Andai mereka merenungkan dengan baik, mereka akan sadar bahwa Allah-lah Yang menciptakan, dan Dia tak diciptakan, Dialah yang menggubah, tetapi Dia tak digubah, dan segala sesuatu bergantung hanya kepada-Nya dan Dia tak bergantung pada siapa atau apapun. Seseorang hendaknya menyembah yang menciptakannya, bukan apa yang ia ciptakan. Mereka yang beranggapan bahwa berhala itu mampu menjadi penghubung dengan Allah, tak lain hanyalah mirat yang tak berdasar. Wallahu a'lam.
Bersambung ke
[Para Pemuja Api]