Senin, 12 Agustus 2019

Kemunafikan (6)

"Alih-alih menunjukkan cinta kepada umat Islam, orang munafik berkawan dengan kaum kafir." Bunglon melanjutkan. Lalu ia berkata, "Allah berfirman,
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ثُمَّ کَفَرُوۡا ثُمَّ اٰمَنُوۡا ثُمَّ کَفَرُوۡا ثُمَّ ازۡدَادُوۡا کُفۡرًا لَّمۡ یَکُنِ اللّٰہُ لِیَغۡفِرَ لَہُمۡ وَ لَا لِیَہۡدِیَہُمۡ سَبِیۡلً
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman lalu kafir, kemudian beriman (lagi), kemudian kafir lagi, lalu bertambah kekafirannya, maka Allah takkan mengampuni mereka, dan tidak (pula) menunjukkan kepada mereka jalan (yang lurus)." ― (QS. 4:137)
بَشِّرِ الۡمُنٰفِقِیۡنَ بِاَنَّ لَہُمۡ عَذَابًا اَلِیۡمَۨا
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih," ― (QS. 4:138)
Allah juga berfirman,
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡا بِطَانَۃً مِّنۡ دُوۡنِکُمۡ لَا یَاۡلُوۡنَکُمۡ خَبَالًا ؕ وَدُّوۡا مَا عَنِتُّمۡ ۚ قَدۡ بَدَتِ الۡبَغۡضَآءُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ۚۖ وَ مَا تُخۡفِیۡ صُدُوۡرُہُمۡ اَکۡبَرُ ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ
"Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tak henti-hentinya menyusahkanmu. Mereka mengharap kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi dalam hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti." ― (QS. 3:118)
ہٰۤاَنۡتُمۡ اُولَآءِ تُحِبُّوۡنَہُمۡ وَ لَا یُحِبُّوۡنَکُمۡ وَ تُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡکِتٰبِ کُلِّہٖ ۚ وَ اِذَا لَقُوۡکُمۡ قَالُوۡۤا اٰمَنَّا ۚ٭ۖ وَ اِذَا خَلَوۡا عَضُّوۡا عَلَیۡکُمُ الۡاَنَامِلَ مِنَ الۡغَیۡظِ ؕ قُلۡ مُوۡتُوۡا بِغَیۡظِکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌۢ بِذَاتِ الصُّدُوۡرِ
"Beginilah kamu! Kamu menyukai mereka, padahal mereka tak menyukaimu, dan kamu beriman kepada semua kitab. Apabila mereka berjumpa kamu, mereka berkata, 'Kami beriman,' dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena marah dan benci kepadamu. Katakanlah, 'Matilah kamu karena kemarahanmu itu!' Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati.'" ― (QS. 3:119)
Ayat-ayat ini menunjukkan bagaimana seorang munafik berperilaku. Ia lebih cenderung memihak orang kafir. Sebaliknya, seorang Muslim memandang Islam dan imanlah yang menjamin kesuksesan di dunia dan di akhirat dibanding keuntungan sementara yang merupakan cara hidup yang dianjurkan Dunia Barat.
Muslim itu bersaudara. Mereka ibarat tubuh, dan mereka saling menyayangi, dan mereka hidup sesuai budaya Islam. Allah berfirman,

وَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتُ بَعۡضُہُمۡ اَوۡلِیَآءُ بَعۡضٍ ۘ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ وَ یُطِیۡعُوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ ؕ اُولٰٓئِکَ سَیَرۡحَمُہُمُ اللّٰہُ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan dirahmati Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana." ― (QS. 9:71)
Diriwayatkan An-Nu`man bin Basyir bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
ترى المؤمنين في تراحمهم وتوادهم وتعاطفهم كمثل الجسد إذا اشتكى عضوا تداعى له سائر جسده بالسهر والحمى
"Lihatlah orang-orang beriman sebagai mereka yang berbelas kasih di antara mereka dan menunjukkan cinta di antara mereka dan bersikap ramah, menyerupai satu tubuh, sehingga, jika ada bagian tubuh yang tak sehat, maka seluruh tubuh tak dapat tidur dan merasakan demam karenanya." [Sahih al-Bukhari, 6011]
Jika ada yang membantu menggalakkan kekufuran, maka perilakunya kemunafikan dan kekufuran. Jika orang-orang kafir menyakiti umat Islam karena bantuan seseorang, maka hukumannya hukuman mati. Allah berfirman,
وَدُّوۡا لَوۡ تَکۡفُرُوۡنَ کَمَا کَفَرُوۡا فَتَکُوۡنُوۡنَ سَوَآءً فَلَا تَتَّخِذُوۡا مِنۡہُمۡ اَوۡلِیَآءَ حَتّٰی یُہَاجِرُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَخُذُوۡہُمۡ وَ اقۡتُلُوۡہُمۡ حَیۡثُ وَجَدۡتُّمُوۡہُمۡ ۪ وَ لَا تَتَّخِذُوۡا مِنۡہُمۡ وَلِیًّا وَّ لَا نَصِیۡرًا
"Mereka menginginkan agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di manapun mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorangpun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong," ― (QS. 4:89)
Barangsiapa yang tak menaati Allah dan menolong mereka, akan dianggap sebagai golongan mereka dan ia akan mati sebagai orang yang tak beriman. Diriwayatkan Muhammad bin 'Abdur-Rahman Abu Al-Aswad,
قُطِعَ عَلَى أَهْلِ الْمَدِينَةِ بَعْثٌ فَاكْتُتِبْتُ فِيهِ، فَلَقِيتُ عِكْرِمَةَ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ فَأَخْبَرْتُهُ، فَنَهَانِي عَنْ ذَلِكَ أَشَدَّ النَّهْىِ، ثُمَّ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ نَاسًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ كَانُوا مَعَ الْمُشْرِكِينَ يُكَثِّرُونَ سَوَادَ الْمُشْرِكِينَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَأْتِي السَّهْمُ فَيُرْمَى بِهِ، فَيُصِيبُ أَحَدَهُمْ فَيَقْتُلُهُ أَوْ يُضْرَبُ فَيُقْتَلُ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ ‏{‏إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ‏}‏ الآيَةَ‏
"Orang-orang Madinah terpaksa menyiapkan pasukan (untuk memerangi orang-orang Syam selama kekhalifahan 'Abdullah bin Az-Zubair di Mekah), dan aku terdaftar di dalamnya; Kemudian aku bertemu `Ikrima, budak yang dibebaskan Ibnu 'Abbas, dan menyampaikan padanya (tentang hal itu), dan ia melarangku melakukannya (yaitu turut mendaftar dalam pasukan itu), dan kemudian berkata," Ibnu Abbas memberitahuku bahwa ada orang Muslim yang bersama para penyembah berhala sehingga menambah jumlah mereka yang melawan Rasulullah (ﷺ). Anak panah digunakan untuk memanah mereka, yang akan mengenai salah seorang dari mereka (kaum Muslim di tengah-tengah para penyembah berhala) dan membunuhnya, atau ia akan dipukul dan dibunuh (dengan pedang). Kemudian Allah mewahyukan, "Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzhalimi sendiri..." (4.97)
Orang-orang munafik juga merasa dengki terhadap para sahabat. Diriwayatkan Al-Bara bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
الأَنْصَارُ لاَ يُحِبُّهُمْ إِلاَّ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يُبْغِضُهُمْ إِلاَّ مُنَافِقٌ، فَمَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُ اللَّهُ
"Tiada yang mencintai kaum Ansar kecuali orang beriman, dan tiada yang membenci mereka selain orang munafik. Maka Allah akan mencintai orang-orang yang mencintai mereka, dan Dia akan membenci orang yang membenci mereka." [HR Al-Bukhari, 3783]
Diriwayatkan Anas bin Malik bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
آيَةُ الإِيمَانِ حُبُّ الأَنْصَارِ، وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأَنْصَارِ
"Tanda keimanan adalah mencintai kaum Ansar, dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Ansar." [HR Al-Bukhari, 3784]
Mencintai seluruh Sahabat adalah tanda keimanan, dan membenci salah satu dari mereka dengan alasan apapun, adalah tanda kemunafikan. Ummul Mukminin, Aisya, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
يَا عُثْمَانُ إِنَّهُ لَعَلَّ اللَّهَ يُقَمِّصُكَ قَمِيصًا فَإِنْ أَرَادُوكَ عَلَى خَلْعِهِ فَلاَ تَخْلَعْهُ لَهُمْ
"Wahai Utsman! Sesungguhnya Allah dapat memberimu selembar pakaian, dan jika mereka berharap kamu melepasnya, janganlah melepaskannya untuk mereka."" [HR Jami' at-Tirmidhi; Sahih]
Orang-orang munafik bersukacita ketika orang-orang Muslim menghadapi kesulitan, namun jika orang-orang Muslim memperoleh sesuatu yang baik, mereka merasa sedih dan cemburu. Mereka berharap rahmat itu dicabut dari umat Islam. Allah berfirman,
اِنۡ تَمۡسَسۡکُمۡ حَسَنَۃٌ تَسُؤۡہُمۡ ۫ وَ اِنۡ تُصِبۡکُمۡ سَیِّئَۃٌ یَّفۡرَحُوۡا بِہَا ؕ وَ اِنۡ تَصۡبِرُوۡا وَ تَتَّقُوۡا لَا یَضُرُّکُمۡ کَیۡدُہُمۡ شَیۡـًٔا ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِمَا یَعۡمَلُوۡنَ مُحِیۡطٌ
"Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka takkan menyusahkanmu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan.." ― (QS. 3:120)
Seorang Muslim seyogyanya bersimpati terhadap saudara seimannya ketika ia dalam kesukaran atau kesulitan. Ia menasihatinya agar bersabar. Setiap kali, saat Rasulullah (ﷺ) mengunjungi seseorang untuk menyampaikan belasungkawa dengannya,beliau (ﷺ) akan berdoa,
إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ
"Apapun yang diambil Allah, untuk-Nya, dan apapun yang Dia berikan, untuk-Nya, dan segala sesuatu bersama-Nya memiliki jangka waktu yang terbatas (di dunia ini) dan karena itu, hendaknya ia bersabar dan berharap pahala dari Allah." [HR Al-Bukhari, 1284]
Jika, dalam hikmah-Nya, Allah membebani kaum Muslimin dengan kesulitan dan membiarkan orang-orang munafik, mereka akan berlagak bahwa mereka telah mengetahui urutan kejadian dan telah mempersiapkannya. Mereka akan berpura-pura bersimpati, namun akan bersenang dalam hati. Merekalah orang-orang munafik.

Allah berfirman,

وَ اِنَّ مِنۡکُمۡ لَمَنۡ لَّیُبَطِّئَنَّ ۚ فَاِنۡ اَصَابَتۡکُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ قَالَ قَدۡ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیَّ اِذۡ لَمۡ اَکُنۡ مَّعَہُمۡ شَہِیۡدًا
"Dan sesungguhnya, di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan (ke medan pertempuran). Lalu jika kamu ditimpa musibah, ia berkata, 'Sungguh, Allah telah memberikan nikmat kepadaku karena aku tak ikut berperang bersama mereka.'” ― (QS. 4:72)
وَ لَئِنۡ اَصَابَکُمۡ فَضۡلٌ مِّنَ اللّٰہِ لَیَقُوۡلَنَّ کَاَنۡ لَّمۡ تَکُنۡۢ بَیۡنَکُمۡ وَ بَیۡنَہٗ مَوَدَّۃٌ یّٰلَیۡتَنِیۡ کُنۡتُ مَعَہُمۡ فَاَفُوۡزَ فَوۡزًا عَظِیۡمً
"Dan sungguh, jika kamu mendapat karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah ia mengatakan seakan-akan belum pernah ada hubungan kasih-sayang antara kamu dengannya, 'Duhai, sekiranya aku bersama mereka, tentu aku akan memperoleh kemenangan yang agung (pula).'” ― (QS. 4:73)
Jika ada yang menghadapi kesulitan karena taat pada ajaran Islam maka orang-orang munafik menganggap itu sebagai hukuman Allah. Padahal, inilah cobaan dan penyaring mana yang asli dan mana yang palsu. Allah berfirman,
وَ مِنَ النَّاسِ مَنۡ یَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ فَاِذَاۤ اُوۡذِیَ فِی اللّٰہِ جَعَلَ فِتۡنَۃَ النَّاسِ کَعَذَابِ اللّٰہِ ؕ وَ لَئِنۡ جَآءَ نَصۡرٌ مِّنۡ رَّبِّکَ لَیَقُوۡلُنَّ اِنَّا کُنَّا مَعَکُمۡ ؕ اَوَ لَیۡسَ اللّٰہُ بِاَعۡلَمَ بِمَا فِیۡ صُدُوۡرِ الۡعٰلَمِیۡنَ
"Dan di antara manusia ada sebagian yang berkata, 'Kami beriman kepada Allah,' tetapi apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap cobaan manusia itu sebagai siksaan Allah. Dan jika datang pertolongan dari Rabb-mu, niscaya mereka akan berkata, 'Sesungguhnya kami bersamamu.' Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam dada semua manusia?" ― (QS. 29:10)
وَ لَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ الۡمُنٰفِقِیۡنَ
"Dan Allah pasti mengetahui orang-orang yang beriman dan Dia pasti mengetahui orang-orang yang munafik." ― (QS. 29:11)
Yang juga merupakan karakteristik orang-orang munafik, bahwa mereka akan dengan cepat bergabung dengan kaum Muslim agar memperoleh bagian harta rampasan yang diperoleh kaum Muslimin.
سَیَقُوۡلُ الۡمُخَلَّفُوۡنَ اِذَا انۡطَلَقۡتُمۡ اِلٰی مَغَانِمَ لِتَاۡخُذُوۡہَا ذَرُوۡنَا نَتَّبِعۡکُمۡ ۚ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّبَدِّلُوۡا کَلٰمَ اللّٰہِ ؕ قُلۡ لَّنۡ تَتَّبِعُوۡنَا کَذٰلِکُمۡ قَالَ اللّٰہُ مِنۡ قَبۡلُ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ بَلۡ تَحۡسُدُوۡنَنَا ؕ بَلۡ کَانُوۡا لَا یَفۡقَہُوۡنَ اِلَّا قَلِیۡلً
"Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, 'Biarkanlah kami mengikutimu.' Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, 'Kamu sekali-kali tak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.' Maka mereka akan berkata, 'Sebenarnya kamu dengki kepada kami.' Padahal mereka tak mengerti melainkan sedikit sekali." ― (QS. 48:15)
Seorang munafik akan mudah berpindah sisi antara Muslim dan non-Muslim, mana yang menguntungkan baginya, dan sisi mana yang menyulitkannya. Wahai saudara-saudariku, seorang munafik tak memiliki ilmu dan pemahaman agama meskipun ia mungkin telah menguasai ilmu duniawi. Allah berfirman,
یَعۡلَمُوۡنَ ظَاہِرًا مِّنَ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚۖ وَ ہُمۡ عَنِ الۡاٰخِرَۃِ ہُمۡ غٰفِلُوۡنَ
"Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai." ― (QS. 30:7)
Pemahaman tentang agama adalah berkah besar dari Allah. Muawiyah meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي، وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ
"Jika Allah berkehendak kebaikan pada seseorang, Dia membuatnya memahami agama. Aku hanyalah yang membagi dan Allah-lah Yang memberi. (Dan ingatlah) bahwa umat ini akan terus menegakkan perintah Allah dan orang-orang yang menyelisihi mereka tak bisa memudharatkan mereka hingga ditetapkannya keputusan Allah (Hari Pengadilan). " [HR Al-Bukhari, 71]
Seorang munafik tak memahami ilmu agama. Ia mungkin pandai dalam ilmu-ilmu duniawi dan bahkan mungkin berusaha mendapatkannya, namun ia tak punya kecakapan dalam ilmu-ilmu agama. Orang-orang munafik mengutip Hadis yang berbunyi bahwa 'setiap muslim hendaknya menuntut ilmu' hanya untuk mendapatkan ilmu-ilmu duniawi, dengan mudah mengabaikan maknanya yakni untuk memperoleh ketakwaan, ilmu tentang Alquran dan Sunnah. Meskipun tak ada larangan untuk mendapatkan ilmu-ilmu duniawi, namun tanpa ilmu agama, ilmu-ilmu itu tiada artinya. Ilmu agama adalah sarana kesuksesan di akhirat. Oleh karena itu, hendaknya dituntut terlebih dahulu.

Wahai saudara-saudariku, bagian dari iman adalah percaya pada takdir, yang baik maupun yang buruk. Ketika Jibril, alaihissalam, mengunjungi Rasulullah (ﷺ) dalam bentuk manusia dan mengajukan beberapa pertanyaan, ia juga bertanya, "Sekarang, sampaikan tentang iman." Beliau (ﷺ) bersabda, "Bahwa englau beriman pada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab--Nya, Utusan-utusan-Nya dan Hari Akhir, dan bahwa engkau beriman pada takdir yang baik dan buruk." Ia berkata, "Engkau berkata benar."
Rasulullah (ﷺ) juga bersabda, "Seseorang takkan beriman hingga ia (juga) beriman pada takdir yang baik dan buruk sampai ia yakin bahwa apa yang menimpanya takkan dapat dihindari dan apa yang telah dilewatinya tak dapat dihindari. telah menimpanya."

مَاۤ اَصَابَ مِنۡ مُّصِیۡبَۃٍ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا فِیۡۤ اَنۡفُسِکُمۡ اِلَّا فِیۡ کِتٰبٍ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ نَّبۡرَاَہَا ؕ اِنَّ ذٰلِکَ عَلَی اللّٰہِ یَسِیۡرٌ
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah." ― (QS. 57:22)
Allah mencoba setiap Muslim dengan cara yang berbeda untuk membedakan mana yang patuh dan mana yang mengabaikan takdir. Dia berfirman,
وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ ؕ وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ
"Dan Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," ― (QS. 2:155)
الَّذِیۡنَ اِذَاۤ اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).'" ― (QS. 2:156)
اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ
"Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabb-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." ― (QS. 2:157)
Dengan demikian, bagian dari iman itu, mengimani takdir yang baik maupun yang buruk. Jika seseorang tak beriman pada hal itu, maka ia bukanlah seorang Muslim.
Seorang munafik tak menyukai keputusan tersebut. Inilah yang dikatakan oleh orang-orang munafik setelah Pertempuran Uhud ketika tujuh puluh Sahabat syahid. Allah berfirman tentang mereka,

یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ کُلُوۡا مِمَّا فِی الۡاَرۡضِ حَلٰلًا طَیِّبًا ۫ۖ وَّ لَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّیۡطٰنِ ؕ اِنَّہٗ لَکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ
"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." ― (QS. 2:168)
Apa yang telah ditetapkan tak dapat dihindari. Ada yang meratap ketika ditimpa musibah, sedangkan yang patuh tetap tenang.

Orang munafik mencari kesalahan seorang Muslim dan ia selalu mengintainya. Kejahatan mengintai seorang Muslim ini sangat umum. Seyogyanya orang menyadari bahwa hal sepertilah pekerjaan orang-orang munafik. Allah melarang kita melakukannya dan kita harus menghindarinya agar kita tak melakukan dosa besar tanpa menyadari bahwa perbuatan baik kita terhapus karenanya. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Jika ada orang yang menguping pembicaraan orang lain, sementara mereka tak suka ia melakukannya, atau mereka menjauh darinya, maka mendengar akan dituangkan ke telinganya pada hari Kiamat."
Seorang Muslim dilarang mengintai Muslim lain. Mengintai orang lain adalah dosa besar. Allah berfirman,

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اجۡتَنِبُوۡا کَثِیۡرًا مِّنَ الظَّنِّ ۫ اِنَّ بَعۡضَ الظَّنِّ اِثۡمٌ وَّ لَا تَجَسَّسُوۡا وَ لَا یَغۡتَبۡ بَّعۡضُکُمۡ بَعۡضًا ؕ اَیُحِبُّ اَحَدُکُمۡ اَنۡ یَّاۡکُلَ لَحۡمَ اَخِیۡہِ مَیۡتًا فَکَرِہۡتُمُوۡہُ ؕ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ تَوَّابٌ رَّحِیۡمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." ― (QS. 49:12)
Bara' bin Aazib meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) berbicara kepada mereka sehingga para wanita juga mendengarnya dibalik hijab mereka. Beliau (ﷺ) berseru dengan suara yang nyaring, "Wahai orang-orang yang telah beriman dengan lidah mereka, namun imannya belum dibangun dengan tulus di dalam qalbunya, jangan mengguncang umat Islam dan tak mencari kesalahan mereka, karena, yang mencari-cari kesalahan saudaranya, Allah akan mencari kesalahannya. Dan barangsiapa kesalahannya dicari oleh Allah, Dia akan mengungkapnya (bahkan) di bagian terdalam dari rumahnya."

Orang munafik mengabaikan hukum Syariah dan menaati hukum taghut. Allah berfirman tentang mereka,

اَلَمۡ تَرَ اِلَی الَّذِیۡنَ یَزۡعُمُوۡنَ اَنَّہُمۡ اٰمَنُوۡا بِمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡکَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلِکَ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یَّتَحَاکَمُوۡۤا اِلَی الطَّاغُوۡتِ وَ قَدۡ اُمِرُوۡۤا اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِہٖ ؕ وَ یُرِیۡدُ الشَّیۡطٰنُ اَنۡ یُّضِلَّہُمۡ ضَلٰلًۢا بَعِیۡدًا
"Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Tagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya." ― (QS. 4:60)
وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ تَعَالَوۡا اِلٰی مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ وَ اِلَی الرَّسُوۡلِ رَاَیۡتَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡکَ صُدُوۡدًا
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul,' (niscaya) engkau (Muhammad) melihat orang munafik menghalangi dengan keras darimu." ― (QS. 4:61)
Orang-orang yang berpaling dari pengadilan syariah dan hukum Islam demi hukum yang mereka kehendaki sendiri hendaknya bertanya pada diri sendiri. dimanakah mereka berpihak, Muslim atau orang-orang munafikkah? Mereka yang tak merujuk pada Al-Quran adalah pendosa, pelanggar dan orang-orang kafir.

Nifaq i'tiqadi, mengarah pada hukuman abadi di kedalaman terendah Neraka; hukuman ini akan menimpa orang yang secara lahiriah menunjukkan keimanan kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya dan hari Kiamat, namun secara bathiniah, seseorang tak memiliki keyakinan seperti itu, bahkan tak mempercayainya. Dia tak percaya bahwa Allah berfirman kepada seseorang di antara manusia yang Dia tunjuk sebagai seorang utusan: membimbing mereka atas kehendak-Nya dan memperingatkan mereka tentang adzab-Nya. Dalam Al-Quran, Allah telah mewahyukan muslihat orang-orang munafik, Dia telah menyingkap keimanan mereka, kualitas mereka, dan menampakkan dengan jelas mereka sehingga orang-orang beriman dapat menyadarinya. Dia membagi umat manusia menjadi tiga kelompok di awal Surah al-Baqarah: orang beriman, orang kafir, dan orang munafik. Dia menyebutkan empat ayat tentang orang-orang beriman, dua ayat tentang orang-orang kafir, dan tiga belas ayat tentang orang-orang munafik karena banyaknya jumlah mereka dan kerusakan besar serta kesengsaraan yang mereka bawa kepada Islam dan kaum Muslimin. Allah berfirman,

یَحۡذَرُ الۡمُنٰفِقُوۡنَ اَنۡ تُنَزَّلَ عَلَیۡہِمۡ سُوۡرَۃٌ تُنَبِّئُہُمۡ بِمَا فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ قُلِ اسۡتَہۡزِءُوۡا ۚ اِنَّ اللّٰہَ مُخۡرِجٌ مَّا تَحۡذَرُوۡنَ
"Orang-orang munafik itu takut jika diturunkan suatu surah yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah (kepada mereka), 'Teruskanlah berolok-olok (terhadap Allah dan Rasul-Nya).' Sesungguhnya Allah akan mengungkapkan apa yang kamu takuti itu." - (QS.9:64)
Mudharat yang mereka sebabkan terhadap Islam, sangat parah karena mereka menyatakan diri sebagai Muslim, mereka menyatakan membantu dan mendukung Islam, namun kenyataannya, merekalah musuh-musuhnya, yang berusaha menghancurkannya dari dalam, secara diam-diam menyebarkan kerusakan dan ketidaktahuan mereka sehingga orang yang tak waspada menyangka bahwa apa yang mereka hadapi adalah ilmu dan amal-shalih."

Bunglon terdiam sejenak, lalu berkata, "Wahai saudara-saudariku, ada banyak lagi tanda-tanda kemunafikan yang akan engkau temukan di luar sana, namun hanya ini yang dapat kusampaikan padamu.
Ketahuilah saudara-saudariku, sekarang, janganlah mematuhi orang-orang munafik. Janganlah menyenangkan mereka. Karena mereka tak beriman pada Allah dan Rasul-Nya (ﷺ). Shalat jenazah tak boleh dilaksanakan atas orang-orang kafir dan orang munafik, juga tak boleh melaksanakan Shalat berjamaah dengan salah seorang dari mereka sebagai Imam, juga tak seorang munafikpun yang boleh diangkat menjadi pemimpin, karena mereka kafir. Merekalah musuh terburuk umat Islam.
Kemunafikan adalah penyakit yang akan mengeluarkan iman dari qalbu seseorang. Terkadang, seseorang tak menyadari bahwa kemunafikan telah membuat rumah didalam qalbunya dan ia melakukan perbuatan kemunafikan tanpa sadar. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Sebagian besar orang-orang munafik dalam ummatku akan menjadi penghafal Al-Qur'an." Mereka berusaha menangkal kesalahan dengan menghafal Al-Qur'an dan tujuan mereka adalah menghapusnya. Inilah yang dilakukan oleh orang-orang munafik pada zaman Rasulullah (ﷺ). Banyak orang menghafal Al-Qur'an dan mendapatkan gelar 'Hafiz' yang ditambahkan di depan nama mereka. Mereka tak lagi memastikan bahwa Al-Qur'an akan tersimpan dalam ingatan mereka. Namun gelar 'Hafiz' tetap mereka pakai.
Akhirnya, kemunafikan akan menjadi biasa sebelum terjadinya Hari Akhir. Hari Kiamat takkan datang sampai setiap orang akan dikuasai oleh kemunafikan mereka. Wallahu a'lam."
Rujukan :
- 'Aed Abdullah Al Qarni, The Signs of the Hypocrites, Darul Ishaat Karachi.
- Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Characteristic of the Hypocrites, translated by Abu Rumaysah, Daar Us Sunnah Publishers.


[Bagian 5]
[Bagian 1]