Sang landak tersenyum, lalu melanjutkan, “Ada beberapa perilaku dan bentuk pernyataan, yang dilontarkan oleh seseorang dan kita tak menganggapnya sebagai Kadzib. Antara lain, memanggil seorang anak agar pulang, dan bila ia pulang akan dijanjikan sesuatu, namun yang memanggil tak punya apa yang dijanjikannya.'Abdullah bin' Amr bin Al-'As رضي الله عنه berkata, "Rasulullah (ﷺ) datang ke rumah kami saat aku masih kecil. Aku pergi bermain. Ibuku memanggil, 'Wahai Abdullah! Pulanglah, kuingin memberikan sesuatu untukmu.' Rasulullah (ﷺ) bertanya, 'Apa yang ingin engkau berikan padanya?' Ibuku menjawab, 'Kurma.' Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Jika engkau tak memberikannya, akan dicatat sebagai sebuah kebohongan.' [Abu Dawud dan Ahmad]Semoga para ayah dan ibu waspada terhadap perilaku keliru ini. Mereka mungkin mengira bahwa kebohongan seperti itu, dapat membebaskan mereka dari tangisan atau gangguan sang anak, namun sebenarnya tidak demikian. Kita hendaknya membesarkan anak-anak kita berdasarkan akhlak Islami. Kita hendaknya menanamkan dalam diri mereka bahwa kejujuran itu, di atas segalanya. Kita tak seyogyanya berbohong kepada mereka, karena dusta itu, contoh yang buruk dan mendorong mereka menjadi pendusta. Anak-anak menyimpan pengalaman itu, mengingatnya, dan menirunya, entah seberapa kecil atau tak pentingnya pengalaman itu bagi kita. Hal ini terbukti oleh Abdulah bin 'Amr رضي الله عنه, yang masih ingat dan meriwayatkan Hadis tentang ibunya sewaktu ia masih kecil.
Contoh bentuk pernyataan, yang mungkin diterima orang dan tak dianggap sebagai Kadzib, yakni menceritakan segala apa yang didengar. Abu Hurairah رضي الله عنه meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,"Cukuplah seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan semua apa yang ia dengar." [HR Muslim dan Abu Dawud]Terkadang, ada orang yang menerima begitu saja perkataan orang lain tanpa menelusuri kebenarannya, dan berkata, "Inilah yang kudengar dan kutakkan sampaikan selain yang kudengar." Namun, bagaimana bila yang di dengarnya itu, pergunjungan atau menuduh orang berzina? Akankah orang itu terus melontarkan tuduhan seperti itu? Adakah diantara kita yang ingin melihat orang menggunjingkan sesama dengan tuduhan seperti itu?
Contoh lainnya, berbohong agar membuat orang tertawa. Mu'awiyah bin Abu Sufyan رضي الله عنه berkata bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda,Sayangnya, banyak yang mempraktikkan perilaku seperti ini, menjadi populer dan kaya. Seperti para buzzer dan influencer, terutama yang membalikkan kebenaran dan berdalih bahwa merekalah para pembawa kemajuan dan suka-cita dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat pun memperhatikan mereka dan menerima apa yang mereka lihat, bardalih bahwa itulah sarana hiburan, untuk bersantai dan melepaskan-diri dari tekanan hidup. Pembenaran ini muncul karena sesuai dengan hasrat dan ketidaksesuaian yang sia-sia.وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ بِالْحَدِيثِ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ فَيَكْذِبُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ"Celakalah orang yang berbicara kemudian ia berdusta tentang sesuatu yang membuat orang-orang tertawa. Celakalah ia! Celakalah ia!" [Jami 'At-Tirmidzi; Hasan]
Wahai saudara-saudariku, Kadzib juga merupakan wujud kufur besar. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata, "Kufur besar terdiri dari lima jenis, ingkar atau tak percaya; sombong dan angkuh dalam menolak ketaatan; berpaling dari kebenaran; meragukan risalah; dan kemunafikan."
Kufur jenis pertama, mengingkari atau tak mempercayai para Nabi. Kufur semacam ini, ada pada sebagian kecil mereka yang tak mempercayai bahwa Allah telah memberikan bukti dan tanda yang cukup melalui para Nabi-Nya untuk menegakkan kebenaran, tak meninggalkan alasan bagi siapapun agar tak mempercayainya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang Firaun dan kaumnya,Dan Allah berfirman kepada Nabi kita tercinta (ﷺ),وَ جَحَدُوۡا بِہَا وَ اسۡتَیۡقَنَتۡہَاۤ اَنۡفُسُہُمۡ ظُلۡمًا وَّ عُلُوًّا"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya...." [QS. An-Naml (27:14)]Ini juga disebut kekufuran lidah.فَاِنَّہُمۡ لَا یُکَذِّبُوۡنَکَ وَ لٰکِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ یَجۡحَدُوۡنَ" ... (janganlah bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." [QS. Al-An'am (6:33)]
Kufur jenis kedua, kufur kesombongan dalam arti penolakan dan sombong untuk berserah diri kepada Allah, seperti kufurnya lblis. lblis tak hanya mengingkari atau menolak Perintah Allah, tetapi juga sombong dan angkuh. Hal ini juga seperti orang-orang yang tahu tentang kebenaran Rasulullah (ﷺ) dan bahwa risalah beliau itu, kebenaran dari Allah, namun mereka dengan angkuhnya, menolak mengikuti kebenaran. Mereka kafir dengan kekufuran semacam ini. Inilah sebagian besar kekufuran dari musuh para nabi. Allah berfirman tentang Firaun dan kaumnya,Kufur jenis ketiga, berpaling dari kebenaran. Orang-orang dengan kekufuran seperti ini, berpaling dari para Nabi dengan hati dan pendengaran mereka. Mereka tak percaya atau menyangkali Rasulullah (ﷺ). Mereka tak mau mengikutinya, bahkan melawannya. Mereka sama sekali tak mau mendengarkannya (ﷺ).فَقَالُوۡۤا اَنُؤۡمِنُ لِبَشَرَیۡنِ مِثۡلِنَا وَ قَوۡمُہُمَا لَنَا عٰبِدُوۡنَ"Maka mereka berkata, 'Pantaskah kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita, padahal kaum mereka itu, orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?”' [QS. Al-Mu'minun (23:47)]
Kufur jenis keempat, kufur karena ragu dan curiga. Seseorang dengan kekufuran seperti ini meragukan bahwa haruskah ia percaya atau tak percaya pada kebenaran risalah itu. Orang seperti ini, takkan ragu jika ia akan merenungkan dan merefleksikan ayat-ayat Allah dan kehidupan Rasulullah (ﷺ). Ayat-ayat ini dan kebenaran Rasulullah (ﷺ) itu, cukuplah sebagai tanda-tanda kebenaran, seperti matahari terbit yang menandai datangnya pagi.
Kufur jenis kelima, kufur munafik. Seseorang dengan Kufur ini, mengaku beriman, namun jauh di lubuk qalbunya, ia mengingkari kebenaran, inilah kemunafikan.
Sekelompok ulama, berkata bahwa Kadzib melawan Allah dan Rasul-Nya (ﷺ), kekufuran yang akan mengeluarkan orang tersebut dari Islam. Tak ada keraguan bahwa Kadzib, yang melawan Allah dan Rasul-Nya (ﷺ), dalam hal menjadikan sesuatu yang halal ke haram atau menjadikan yang haram ke halal, itulah kekufuran yang sesugguhnya. Bila berperilaku kurang dari itu, bisa mungkin atau bisa saja tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.
Wahai saudara-saudariku, Kadzib itu, sumber kejahatan dan perbuatan-buruk. Jalan besar Kadzib itu, dari diri sendiri menuju lidah. Ia merusak lidah dan kemudian menjalar ke seluruh tubuh, merusak jiwa dan amalnya. Kadzib merusak ucapan dan perbuatan, dan menghancurkan orang tersebut, kecuali Allah menolongnya melalui penyembuhan kebenaran, mencabut Kadzib dari jiwanya.
Landasan dari segala perbuatan qalbu itu, kejujuran, dan yang bertentangan dengan kejujuran, semisal kesombongan, kepura-puraan, keangkuhan, kepengecutan, kemalasan, kelemahan dan ketidakpuasan, dll. berasal dari Kadzib. Setiap amal-shalih yang nampak maupun tersembunyi, berasal dari kejujuran. Dan setiap perbuatan buruk, baik yang nampak maupun tersembunyi, berasal dari Kadzib. Allah mengadzab pendusta dengan menghalanginya memperoleh manfaat dan kepentingan yang baik. Allah akan menghargai orang yang jujur dengan menolong dan membantunya dalam mencapai keperluan dan kebutuhannya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Tiada lagi selain kejujuran sebagai sarana untuk mencapai kebaikan dunia dan akhirat, serta tiada lagi selain kadzib dalam mencapai kejahatan dan bahaya di dunia dan akhirat.
Wahai saudara-saudariku, jika engkau ingin melihat betapa tengiknya Kadhib itu, maka lihatlah orang
yang berdusta, dan rasakanllah, betapa benci dan muaknya engkau terhadap mereka. Seorang Muslim hendaknya selalu memohon ampunan Allah setiap kali mereka berbuat dosa. Karenanya, umat Islam seyogyanya berjuang, menggunakan segala cara untuk meninggalkan Kadzib, di antaranya sebagai berikut,- Kenali dan tegaskan-diri setiap saat akan larangan Kadzib dan hukuman berat yang dipersiapkan bagi para pendusta;Wahai saudara-saudariku, Allah telah menjadikan Umat Islam sebagai umat yang suci dalam iman, perbuatan dan ucapan. Kejujuran itu, tanda kebahagiaan umat dan hati-nuraninya yang suci. Kunci kebahagiaan itu, kejujuran dan iman, sedangkan kesengsaraan itu, sangat terkait dengan dusta dan kekufuran.
- Biasakan memikul tanggung jawab dan mengutarakan kebenaran, meski dalam keadaan sulit dan terusik, karena kebaikan itu, ada dalam kebenaran;
- Lindungi lidah kita dan ingatkan terus;
- Hindari pertemuan dan perkumpulan dimana dusta, pembicaraan sia-sia dan konyol diberi tempat dan gantilah dengan pertemuan dan perkumpulan ilmu agama dan Dzikir (mengingat Allah);
- Ketahui bahwa pembohong memiliki sifat orang-orang munafik;
- Pelajari dan sadarilah fakta bahwa Kadzib itu, jalan menuju kejahatan dan perbuatan-buruk, dan kejujuran menuntun ke Surga;
- Besarkan anak-anak kita sesuai dengan nilai-nilai Islami yang sehat dan latih mereka menjunjung tinggi kejujuran, terutama dengan memberi keteladan;
- Pelajari bahwa orang takkan mau mempercayai para pendusta dan itulah tanda kerugian di dunia ini dan di akhirat kelak;
- Pelajari dan rasakan bahaya besar yang mungkin ditimbulkan oleh para pendusta terhadap umat Islam dan masyarakat akibat dusta mereka.
Allah telah memfirmankan bahwa pada Hari Kiamat, tiada yang 'kan menolong kita kecuali kejujuran. Allah akan menjadikan Kadzib dalam ucapan dan tindakan sebagai bendera yang akan digunakan sebagai pembeda orang munafik. Segala sesuatu yang Allah salahkan pada mereka, berasal dari kebohongan ucapan dan perbuatan mereka. Maka, kebenaran atau kejujuran itu, zirahnya Iman, penuntunnya, penunggangnya, pendorongnya, pemimpinnya, perhiasan dan pakaiannya. Kejujuran itu, qalbu dan jiwa Iman.
Di sisi lain, dusta itu, zirahnya kekufuran dan kemunafikan. Dusta itu, pemandu, penunggang, pendorong, penuntun, perhiasan, pakaian dan qalbu kekufuran dan kemunafikan. Hubungan Kadzib dengan Iman, ibarat Syirik dengan Tauhid. Kadzib dan Iman, tak pernah bisa bersama di tempat yang sama. Jika mereka bertemu, salah satu dari mereka akan menendang yang lain keluar dan menggantikannya.
Allah tak merahmati siapapun dengan berkah yang lebih besar setelah Islam kecuali kejujuran. Kejujuran itu, sesungguhnya kehidupan dan kelangsungan hidup Islam. Dan Allah tak pernah menguji seseorang dengan sesuatu yang lebih buruk dari Kadzib. Kadhib itu, sesugguhnya penyakit yang dapat membusukkan Iman.
Wahai saudara-saudariku, waspadalah terhadap Kadzib. Ia membasikan semua keterangan yang engkau terima dan kemudian mengcaukan penyajianmu. Para pendusta menjadikan yang salah tampak benar dan yang benar tampak salah, yang khayali tampak nyata dan yang nyata menjadi ilusi, dan yang buruk tampak baik dan yang baik tampak buruk. Pendusta itu, membingungkan dirinya sendiri. Dusta, pada kenyataannya, merupakan bentuk hukuman bagi para pembohong. Ia juga membingungkan orang yang dibohonginya. Pendusta berniat jahat di atas lereng kepalsuan. Ia tak mendapat manfaat dari lidahnya. Perbuatannya juga dipengaruhi oleh kebohongannya dan akibatnya, ia juga tak mendapatkan manfaatnya.
Allah telah menjadikan cinta yang tulus di antara umat Islam, berakar kuat melalui ikatan cinta kita kepada Allah. Dia berjanji, akan menaungi di bawah Naungan Arasy-Nya, mereka yang saling mencintai di Jalan Allah. Islam menegaskan makna ini dengan mengamanatkan pelestarian dan perlindungan hak-milik, kehormatan dan darah umat Islam. Tak seorang Muslimpun yang boleh disakiti atau disentuh dengan kejahatan. Namun, ada orang bersikeras berenang didalam kolam air kotor dan memuaskan dahaga mereka dengan balas-dendam, yakni dengki dan iri-hati terhadap orang yang telah Allah anugerahkan karunia-Nya. Sikap seperti itu akan menghasilkan buah yang pahit, di antaranya 'Ghibah (purba-sangka), Namimah (mengadu-domba), berolok-olok, dll. Tak satu masyarakatpun yang 'kan bebas dari orang-orang rendahan seperti ini. Wallahu a'lam. "
- Abdul Malik Al-Qasim, Lying & Envying, Darussalam.