Jumat, 22 Januari 2021

Nasehat Sang Singa (2)

Sang singa melanjutkan, "Wahai saudara-saudariku, dengarkan kisah ini, yang dituturkan para salaf,
'Tersebutlah seseorang yang rutin mengunjungi seorang raja. Ia duduk di samping sang raja dan berkata, 'Perlakukan orang yang berbuat baik dengan kebaikan dan jangan perlakukan pelaku kejahatan dengan kejahatan, karena telah cukuplah baginya, kejahatannya itu.'
Ada hasid, yang merasa iri dengan kedudukan dan ucapan baik sahabat sang raja. Sang hasid pun mengunjungi sang raja dan melaporkan, 'Orang yang duduk di sebelah baginda itu, menyebar cerita bahwa mulut baginda, beraroma tak sedap.' Sang raja bertanya, 'Bagaimana aku bisa meyakininya?' Sang hasid menjawab, 'Panggillah sahabat baginda itu. Pastilah ia akan meletakkan tangannya di hidung saat mendekat dengan baginda.' Sang raja berkata, 'Pergilah, akan kuperhatikan!'
Sang hasid berlalu meninggalkan sang raja, dan kemudian mengundang sahabat sang raja untuk makan, namun sebelumnya, ia telah menaruh banyak bawang putih di dalam makanannya. Sahabat sang raja memakannya, lalu, seperti biasa, pergi menemui sang raja dan berkata, 'Perlakukan orang yang berbuat baik dengan kebaikan, dan jangan perlakukan pelaku kejahatan dengan kejahatan, karena telah cukuplah baginya, kejahatannya itu.' Sang raja berkata, 'Mendekatlah!' Sahabat sang raja mendekat sambil menutup mulut dan hidungnya dengan tangan agar sang raja tak mencium aroma bawang putih dari nafasnya. Dalam benak sang raja terlintas, 'Orang yang melapor itu, benar!.'
Sang raja kemudian menulis surat dengan tulisan-tangan dan memberikannya kepada sahabat sang raja. Biasanya, sang raja tak pernah menulis surat, kecuali jika ia hendak memberikan hadiah. Surat yang ditujukan kepada mangkubumi kerajaan itu, berisi pesan berikut, 'Saat pembawa surat ini datang kepadamu, bunuh dan kulitilah ia. Lalu selimutilah kulitnya itu, dengan jerami dan sampaikan kepadaku.'
Setelah itu, di tengah jalan, sang hasid berjumpa dengan sahabat sang raja dan bertanya, 'Surat apa itu?' Sang sahabat menjawab, 'Sri baginda memberiku hadiah.' Sang hasid meminta, 'Maukah engkau menyerahkannya padaku.' Sang sahabat berkata, 'Ambillah!'
Sang hasid mengambil surat itu dan bergegas menemui mangkubumi raja. Sang mangkubumi berkata, 'Surat ini berisi titah baginda untuk membunuh dan mengulitimu.' Sang hasid berdalih, 'Surat ini bukan milikku. Kumohon, demi Allah, tanyakanlah dahulu kepada sri baginda sebelum engkau melakukannya.' Sang mangkubumi berkata bahwa takkan ada perubahan pada apa yang telah tertulis dalam surat itu. Tak lama kemudian, sang mangkubumi pun membunuh sang hasid, mengulitinya, dan menyelimuti kulitnya dengan jerami, dan mengirimkannya kembali kepada sang raja.
Sementara itu, sahabat sang raja kembali menghadap, seperti biasa. Sang raja terkejut dan bertanya, 'Apa yang terjadi dengan surat itu?' Sang sahabat berkata, 'Fulan bertemu denganku dan meminta surat itu, akhirnya kuserahkan kepadanya.' Sang raja penasaran, 'Bukankah engkau telah mengatakan bahwa nafasku berbau tak sedap?' Sang sahabat membantah, 'Tidak baginda!' Sang raja bertanya, 'Lalu mengapa engkau menutup mulutmu saat mendekat kepadaku?' Sang sahabat menjawab, 'Fulan memberiku makanan yang mengandung banyak bawang putih dan aku tak ingin baginda mencium aromanya.' Sang raja pun bertitah, 'Engkau benar. Kejahatan sang pelaku, telah cukuplah baginya."'
Tiada kejahatan yang lebih berbahaya dibanding hasad. Hasid akan menerima lima adzab, bahkan sebelum orang yang didengkinya itu tersakiti. Yang pertama, penderitaan yang tiada henti. Yang kedua, cobaan yang tak berpahala. Yang ketiga, kecaman. Yang keempat, murka dari Sang Rabb. Dan yang kelima, gerbang pertolongan dan bantuan akan tertutup untuknya."

Murai bertanya kepada sang singa, "Apa latarbelakang terjadinya hasad?" Sang singa berkata," Ada banyak penyebab yang mengarah pada Hasad. Saat seseorang merasa tersiksa oleh orang lain karena alasan apapun atau yang bertentangan dengan kepentingannya, maka ia merasa benci padanya dan timbullah dengki di dalam hatinya. Kebencian memunculkan dorongan dendam-kesumat. Sebaliknya, bila ia melihat orang lain menderita kesusahan, ia menikmatinya, dan selanjutnya mengira bahwa Allah telah menurunkan adzab. Kapanpun orang lain memperoleh karunia Allah, ia merasa kecewa. Jadi, Hasad melahirkan permusuhan dan kebencian. Saat kita membenci seseorang, tak mungkin kita akan peduli, walau ia bahagia ataupun tidak.

Keangkuhan dan kesombongan juga menjadi penyebab Hasad. Contohnya, dikala seseorang memperoleh kekayaan atau kedudukan yang baik, orang lain pun akan membencinya, dan takut bahwa orang tersebut akan mengungguli atau akan memiliki gelar yang melebihi mereka. Maka, mereka iri padanya dan terlalu angkuh melihat orang lain setara atau lebih tinggi darinya.

Cinta akan jabatan dan kemenangan juga dapat mendatangkan Hasad. Ini bagaikan seseorang yang ingin berada di puncak dalam bidang tertentu karena ia diliputi rasa-cinta akan pujian. Karena pujian yang diterimanya, ia mengira bahwa dirinyalah yang terbaik dalam hal apa yang telah ia lakukan. Ketika ia mengetahui tentang seseorang yang mirip dengannya, walau berada di belahan dunia lain, ia merasa terganggu dan berharap orang itu mati atau kehilangan karunia yang setara dengannya, baik itu ilmu, keberanian, kekayaan, profesi atau bahkan amal-ibadah.

Keegoisan dan penderitaan, juga merupakan pendukung Hasad. Ada orang-orang yang mungkin tak bersikap angkuh dan juga tak mencari kekuasaan, namun saat mereka mendengar tentang hal-hal baik yang terjadi pada orang lain, mereka kecewa dan sedih. Dan ketika mereka tahu orang lain menderita, mereka bersuka-ria. Mereka selalu senang melihat orang lain dalam keadaan terpuruk seolah-olah orang mengambil pusaka atau karunia dari harta atau kekayaannya."

Parkit bertanya, "Bagaimana sikap seorang Muslim menghadapi Hasid?" Sang singa menjawab, "Al-Qur'an telah menggambarkan secara rinci, sikap umat Islam terhadap Hasid. Allah berfirman,
وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
" ... dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan" [QS. 'Ali 'Imran (3):134]
Para ulama mengatakan bahwa ada tiga tingkatan mereka yang berbuat kebajikan. Kelompok pertama, termasuk orang yang, ketika teraniaya, ia memendam amarahnya dan tak menyerukan balas-dendam. Ini peringkat terendah. Kelompok kedua, terdiri dari orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan orang lain. Yang ini, lebih baik karena qalbu yang bersih dan niat yang baik, apalagi jika dilakukan dengan mengharap ridha Allah. Kelompok ketiga, mereka yang menekan amarah, memaafkan orang-lain dan beramal-shalih. Orang dari kelompok ini, juga akan berbuat kebajikan terhadap orang lain, seperti berkunjung dan memberi bingkisan.

Sikap seorang Muslim bila menghadapi Hasad dan Hasid, mengharuskannya, pertama, bertaubat kepada Allah dengan menyesali segala dosanya, dari apa yang mungkin telah menyentuhnya melalui musuh-musuhnya dan karena dosa-dosanya yang lain. Sikap kedua terhadap Hasad dan Hasid, berasal dari ketergantungan dan kepasrahan-diri kepada Allah. Cukuplah Allah baginya dan ia bertawakkal kepada-Nya. Inilah salah satu cara terkuat menyingkirkan bahaya dan ketidakadilan orang lain yang tak mampu ia singkirkan sendiri. Sikap ketiga, memohon perlindungan Allah, isti'adzah, dan membaca Al-Qur'an serta ibadah lain yang wajib maupun sunnah. Allah telah memerintahkan Rasul-Nya (ﷺ) agar berlindung dari para hasid dikala mereka hasad. Keempat, berdoa, bermohon kepada Allah agar menolong dan melindunginya dari kejahatan hasid dan hasad. Yang kelima, berlaku adil terhadap sang hasid dan tak membalas kejahatan dengan kejahatan serupa. Keenam, bersikap baik terhadap sang hasid. Jika sang hasid menambah kerusakan dan pelanggarannya, umat Islam diperintahkan agar bersikap lebih baik lagi, memberi nasihat dan menunjukkan kasih-sayang. Ketujuh, santun terhadap hasid dan memperlakukannya dengan ramah, sehingga Allah memberi petunjuk kepada sang hasid dan melindungi dari kejahatannya.

Baraubarau bertanya, "Apa sarana bertobat dari Hasad?" Sang singa berkata, "Qalbu yang sehat itu, qalbu yang bebas dari kesyirikan, kedengkian, kebencian, hasad, kekikiran, keangkuhan, cinta dunia, dan cinta jabatan. Qalbu inilah, yang bersih dari keburukan apapun, yang akan menghindarkan seseorang menjauh dari Allah, terbebas dari kecurigaan tentang Kitab Suci-Nya, dan terbebas dari syahwat apapun yang akan menghalanginya menaati perintah Allah. Kesucian qalbu dan hidup-rukun, merupakan syarat terciptanya kebajikan.

Syarat pertama untuk bertaubat dari hasad, adalah keihklasan. Rasulullah (ﷺ) bersabda,
ثَلاَثٌ لاَ يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُؤْمِنٍ إِخْلاَصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَالنَّصِيحَةُ لِوُلاَةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ دَعْوَتَهُمْ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
"Ada tiga hal dimana qalbu orang beriman tak khianat, amal yang ikhlas karena Allah, nasehat yang tulus kepada para pemimpin umat Islam, dan berpegang pada Jama'ah. Doa mereka terjawab (yaitu mencakup setiap kebaikan, dan semua orang). " [Sunan Ibny Majah; Hasan]
Syarat kedua, hendaknya seorang hamba merasa cukup dengan Rabb-nya dan beriman penuh kepada-Nya. Ibnu Al-Qayyim berkata, "Itu (Merasa cukup) membuka pintu perdamaian dan keamanan bagi seorang hamba." Inilah yang membuat qalbunya bersih dari kebencian, kejahatan dan kedengkian. Tiada yang akan selamat dari adzab Allah kecuali mereka yang datang kepada-Nya dengan qalbu yang bersih. Tidaklah mungkin memiliki qalbu yang bersih, bila dipenuhi dengan ketidakcukupan dan kekecewaan. Semakin puas orang tersebut, semakin bersih qalbunya. Kebersihan, keshalihan dan ketulusan qalbu itu, pendamping kecukupan. Hasad itu, hasil dari kekecewaan, sedangkan kebersihan qalbu itu, hasil dari kecukupan.

Syarat ketiga, membaca Al-Qur'an dan memahaminya. Al-Qur'an itu, obat bagi setiap penyakit. Orang yang tercabut rahmatnya itu, yang tak mau menyembuhkan dirinya dengan Kitabullah. Al-Qur'an itu, obat dan penyembuh yang lengkap dari segala jenis penyakit fisik dan qalbu, di dunia dan akhirat.

Syarat keempat, selalu mengingat Hari Perhitungan dan adzab yang akan diterima bagi mereka yang merugikan umat Islam karena kejahatan diri dan sifat-buruk mereka. Ini termasuk dengki, hasad, ghibah, namimah dan cemoohan dll.

Syarat kelima, doa. Seorang hamba hendaknya berdoa kepada Rabbnya, setiap saat, agar membersihkan qalbunya dari apapun terhadap saudara-saudarinya. Ia hendaknya mendoakan saudara-saudarinya agar mereka melakukan kebajikan dan kebenaran.

Syarat keenam, sedekah. Sedekah itu, membersihkan qalbu dan mensucikan diri. Karena alasan inilah, Allah berfirman kepada Rasul-Nya (ﷺ),
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
"Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya, doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." [QS. At-Tawbah (9):103]
Syarat ketujuh, agar kita selalu ingat bahwa yang kita “semburkan racun dan sambit dengan panah” itu, saudara Muslim kita sendiri. Bagaimana bisa kita menyakiti sesama Muslim?

Syarat kedelapan, menyebarkan salam. Rasulullah (ﷺ) bersabda,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
"Demi Dia yang jiwaku dalam Genggaman-Nya! Engkau takkan masuk surga hingga engkau beriman, dan engkau takkan (benar-benar) beriman hingga engkau saling-menyayangi. Maukah kusampaikan sesuatu yang, jika engkau melakukannya, engkau akan saling-menyayangi? Sebarkanlah salam di antara kalian. " [Sunan Ibnu Majah; Sahih]
Inilah yang membuktikan bahwa salam itu, dapat menghilangkan kebencian dan melahirkan cinta."

Sang singa diam sejenak, lalu berkata, "Sebelum berpamitan, aku berdoa, semoga nasehat ini bermanfaat bagi kalian semua. Bertakwalah kepada Allah dan rujuklah kalian, serta taatilah Allah dan Rasul-Nya (ﷺ) jika kalian sungguh-sungguh beriman. Wahai saudara-saudariku! Ketika Rasulullah (ﷺ) ditanya, siapa manusia terbaik dari seluruh manusia, beliau (ﷺ) bersabda,
لُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ ‏"‏ ‏.‏ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ ‏"‏ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لاَ إِثْمَ فِيهِ وَلاَ بَغْىَ وَلاَ غِلَّ وَلاَ حَسَدَ
"Orang yang qalbunya bersih dan tulus dalam ucapan." Mereka berkata, 'Tulus dalam ucapan, kami tahu apa itu, namun, seperti apakah qalbu yang bersih itu?' Beliau (ﷺ) bersabda, "Qalbu yang sehat dan suci, tanpa adanya dosa, kezhaliman, kesumat atau hasad di dalamnya.'" [Sunan Ibnu Majah; Sahih]
Wallahu a'lam!"

Setelah mengucapkan salam, dengan tenang, sang singa perlahan turun dari podium sambil berucap,
Ia yang bawa pandemi
Sangat dikenal dengan dengki
Bertombak benci membasmi
Selalu diasah dengan radang-hati

Jalani hidup ber-aga
Berjalan congkak bagai dewa
Lupa martabatnya
Siapa yang lebih baik, jadi musuhnya

Pandang-remeh, ia berkacak
Berucap bangga, ia berlagak
Siapa membantah, dijebak dengan tamak
Tanpa peringatan, ia bongkak

Ia bersahabat dengan iri
Yang otaknya lalai
Memiliki panah berapi-api
Mengangkat busurnya dengan tinggi-hati

Ia yang berperisai ketenangan
Hadapi mereka dengan kesabaran
Musnahkan dengan pedang keikhlasan
Bawa keselamatan dengan aman
Rujukan :
- Abdul Malik Al-Qasim, Lying and Enving, Darussalam
- Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Hasad : A Condemnation of Envy and Envious People, translated by Abu Alim Rasheed Salahuddin, Tasdeeq