Jumat, 21 April 2023

Sang Tamu

"Setiap hari dalam hidup kita, terdapat peluang menjalani pengalaman baru,” berkata Rembulan di saat muncul, usai mengucapkan Basmalah dan menyapa dengan Salam.
"Walau tak terduga, kadang tak tertahankan, dan membuat kita frustasi, entitas semacam ini, adalah misteri yang membawa binar dan buram yang setara. Setiap misteri ini, menuntut perhatian. Masing-masing merupakan kesadaran baru. Masing-masing merupakan wujud yang baru.

Maulana Jalaluddin Rumi menuangkannya ke dalam sebuah syair,

Menjadi makhluk manusia itu, laksana sebuah pasanggrahan
Setiap pagi, ada tamu yang bertandang

Kenikmatan, dukacita, kecendalaan,
ada sedikit kesadaran yang datang,
sebagai tamu yang tak diundang.

Sambut dan hiburlah semua!
Kendati mereka semua, kelimun nestapa,
yang dengan beringas, melibas rumahmu,
mengosongkan perabotannya, namun,
perlakukanlah setiap tamu, dengan hormat.
Ia boleh jadi, membersihkan rumahmu
dengan sukacita yang segar.

Benak yang suram, penghinaan, dendam,
temui mereka seraya tertawa
dan persilahkan mereka masuk.

Berterimakasihlah terhadap siapapun yang bersambang,
lantaran masing-masing di utus,
sebagai petunjuk dari kejauhan sana.

Tiliklah selalu keadaan batinmu
bersama sang majikan qalbumu.

Tembaga takkan mengenal tembaga,
hingga ia berubah jadi emas.

Kecintaanmu takkan mengenal keluhuran-budi
sampai ia tahu, ketakberdayaannya.

"Ingatlah akar terdalam dari keberadaanmu, kehadirat Rabbmu. Serahkan dirimu kepada Dia Pemilik napas dan momen-momenmu. Ada satu hal di dunia ini yang tak boleh engkau lupakan. Jika engkau lupa yang lain dan bukan yang ini, tak perlu khawatir, namun jika engkau ingat yang lain dan melupakan yang ini, maka engkau takkan melakukan apa-apa dalam hidupmu. Laksana seorang raja yang telah mengutusmu ke sebuah negeri guna menunaikan suatu tugas, dan engkau melaksanakan ratusan layanan lainnya, namun bukan tugas sesungguhnya, yang untuk apa ia mengutusmu. Maka, manusia datang ke dunia ini, untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Pekerjaan itulah tujuannya, dan setiap pekerjaan itu, spesifik bagi masing-masing orang. Janganlah menyia-nyiakan dan melupakan martabat dan tujuanmu itu."

"Selamat Idul Fitri saudara-saudariku! Semoga engkau beroleh Idul Fitri yang bahagia dan damai, yang dipenuhi dengan cinta dan kebahagiaan. Semoga Allah memberkahi hidupmu dengan sukacita dan kemakmuran. Semoga cinta Allah menyinarimu dan orang yang engkau cintai di hari istimewa ini. Taqabbalallaahu minna wa minkum taqabbal yaa Kariim, wa ja’alanallaahu wa iyyaakum minal ‘aidin wal faaiziin wal maqbuulin kullu ‘aamin wa antum bi khair."

Saatnya sang candra berganti, Rembulan undur-diri dan bersenandung,

Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara adzan
Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan ruku'
Hamba sujud tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau sepenuhnya *)

Kutipan & Rujukan:
- Coleman Barks, Rumi: The Book of Love, Harper Collins
*) "Sajadah Panjang" karya Taufiq Ismail & Djaka Purnama H.k

Kamis, 20 April 2023

Khusyuk

"Orang yang khusyuk karena Allah, adalah seorang hamba, yang di dadanya telah mereda api hawa nafsunya, dan kemudian asapnya, terhalau oleh pancaran sinarnya," berkata Rembulan di saat cahayanya telah muncul pada malam itu, usai mengucapkan Basmalah dan Salam.
"Ibnu Rajab, rahimahullah, berkata bahwa makna dasar khusyuk ialah kelembutan-qalbu, yakni kelemah-lembutannya, ketenangannya, ketertundukannya, penyerahan-dirinya, dan kerinduannya. Kekasih kita (ﷺ) bersabda,
الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِيِنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى، يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ‏.‏ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلاَ إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ‏.‏ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
''Yang halal sudah jelas dan yang haram telah jelas pula. Namun diantara keduanya, ada perkara syubhat (samar) yang tak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhkan diri dari yang syubhat, berarti telah memelihara agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh (mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, sungguh ia laksana seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang yang dikhawatirkan akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap raja punya hima [batasan], dan hima Allah di bumi-Nya ialah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah pada setiap jasad, ada segumpal darah yang apabila baik, maka baiklah jasad itu; dan apabila rusak, maka rusaklah jasad itu. Dan itulah, qalbu.' [Shahih Al-Bukhari]
Ketika qalbu khusyuk, maka demikian pula pendengaran, penglihatan, kepala, dan wajah; sesungguhnya seluruh anggota tubuh dan perbuatannya ditundukkan, bahkan perkataan. Itulah mengapa Rasulullah (ﷺ) mengucapkan dalam rukuknya, 'Pendengaran, penglihatan, tulang, dan sumsumku, khusyuk pada-Mu.' [Shahih Muslim]. Dalam riwayat lain terdapat pula, 'dan apapun yang dibawa kakiku.' [HR Imam Ahmad; Shahih oleh Ibnu Khuzaimah]
Ali, radhiyallahu 'anhu, berkata, 'Khusyuk merujuk pada kerendahan-hati dan tak menengok ke kiri dan ke kanan.'
Mujahid, radhiyallahu 'anhu, berkata, 'Fondasi khusyuk ada pada qalbu dan ketenangan dalam shalat.'
Dalam riwayat lain, Mujahid berkata, “Bagian darinya ialah menundukkan anggota tubuh dan menundukkan pandangan. Ketika seorang Muslim hendak menegakkan shalat, rasa-takut akan Rabb-nya akan mencegahnya menengok ke kiri dan ke kanan.'
'Ata' al-Khurasani mengatakan, 'Khusyuk mengacu pada kerendahan-hati dan kepatuhan anggota tubuh.'
Qatadah berkata, 'Kekhusyukan qalbu mengacu pada rasa-takut dan menundukkan pandangan dalam shalat.'
Allah, Azza wa Jalla, telah berfirman bahwa 'suara' mempunyai khusyuk, dalam firman-Nya,
وَخَشَعَتِ الْاَصْوَاتُ لِلرَّحْمٰنِ فَلَا تَسْمَعُ اِلَّا هَمْسًا
'... Dan semua suara tunduk merendah kepada Yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik.' [QS. Taha (20):108]
Sumber khusyuk yang terjadi di dalam qalbu merupakan pengetahuan akan rahasia spiritual tentang kebesaran, keagungan, dan kesempurnaan Allah. Semakin banyak pengenalan spiritual seseorang tentang Allah, semakin banyak khusyuk yang dimilikinya.Qalbu beragam dalam khusyuknya, sesuai dengan pengenalan spiritual yang mereka miliki tentang Dia Yang telah mereka tunduk pada-Nya, dan sesuai dengan qalbu yang menyaksikan Sifat-sifat yang mengarah kepada ketertundukan. Ada qalbu yang khusyuk oleh kekuatannya memaknai kedekatan-Nya dengan hamba-hamba-Nya dan Dia melihat rahasia terdalam mereka yang menyebabkan rasa-malu kepada-Nya, dan terus-menerus mengingat-Nya dalam setiap gerak atau keheningan. Ada qalbu yang khusyuk melalui persepsi mereka tentang kemegahan Allah, keagungan-Nya, dan kemuliaann-Nya yang mengarah pada kekaguman kepada-Nya dan mengagungkan-Nya. Ada qalbu yang khusyuk dengan memahami kesempurnaan dan keindahan-Nya yang menyebabkan tenggelam dalam cinta-Nya dan keinginan bertemu dan memandang-Nya. Ada qalbu yang khusyuk dengan melihat kedahsyatan perampasan, pembalasan, dan hukuman-Nya yang mengarah pada rasa-takut kepada-Nya.

Dia, Subhanahu wa Ta'ala, merupakan penawar-hati yang telah pasrah karena-Nya. Dia mendekati qalbu yang dipenuhi dengan kekhusyukan kepada-Nya dengan cara yang sama seperti Dia mendekati orang yang berdiri dalam shalatnya, berbicara dengan-Nya secara pribadi. Al-Hakim mencatat dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Dikala salah seorang dari kalian berdiri untuk sholat, ia sedang berbicara dengan Rabbnya, maka perhatikanlah bagaimana ia berbicara kepada-Nya.' [Sahih oleh Al-Hakim, disepakati oleh Dzahabi dan Albani]
Dan sebagaimana Dia mendekati orang yang membasuh mukanya dengan debu ketika sujud. Muslim mencatat dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Yang paling dekat seorang hamba dengan Rabbnya ialah di saat ia bersujud.'
Dan dengan cara yang sama Dia mendekati kerumunan orang yang mengunjungi Rumah-Nya berdiri dengan khusyuk di 'Arafah, mendekat dan membanggakan tentang mereka kepada para malaikat. Ibnu Hibban mencatat dari Jabir bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Tiada hari lain yang lebih baik bagi Allah selain sepuluh hari pertama Dzulhijjah.'
Sang perawi berkata, 'Seorang lelaki bertanya,' Duhai Rasulullah! Apakah hari-hari ini lebih baik atau sama banyaknya dengan hari-hari perjuangan di jalan Allah?' Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Hari-hari ini lebih baik daripada jumlah hari yang sama untuk berjuang karena Allah. Tiada hari lain yang lebih baik di sisi Allah daripada hari 'Arafah ketika Dia turun ke langit terendah dan membanggakan penduduk bumi kepada penduduk surga, dengan berfirman, 'Lihatlah hamba-hamba-Ku yang datang dengan rambut tumbuh, tertutup debu, terkena sinar matahari, untuk menunaikan ibadah haji. Mereka telah datang melalui setiap jalur yang jauh, mengharapkan rahmat-Ku kendati mereka belum pernah melihat hukuman-Ku.' Jadi tiada hari lain selain hari 'Arafah dimana lebih banyak orang dibebaskan dari api-neraka.”
Muslim mencatat dari 'A'isyah bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Tiada hari dimana Allah melepaskan lebih banyak hamba dari Neraka daripada Hari 'Arafah. Dia mendekat dan membangggakan kepada para malaikat seraya berfirman, 'Apa yang mereka inginkan?'"
Dan dengan cara yang sama, Dia mendekati hamba-hamba-Nya kala mereka memohon kepada-Nya, meminta kepada-Nya, dan memohon ampunan-Nya di pagi hari, dan Dia menjawab permohonan mereka dan mengabulkan permintaan mereka. Al-Bukhari dan Muslim mencatat dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Setiap malam, ketika sepertiga malam terakhir tersisa, Rabb kita, turun ke langit terendah dan berfirman, 'Adakah orang yang menyeru-Ku agar Aku menjawabnya? Adakah orang yang meminta kepada-Ku agar Aku memberikannya kepadanya? Adakah orang yang memohon ampunan-Ku agar Aku mengampuninya?”

Allah, Subhanahu wa Ta'ala, telah mengatur berbagai jenis ibadah yang memungkinkan khushyuk berkembang dalam tubuh, yang pada gilirannya muncul dari kekhusyukan qalbu, kepatuhan dan penyerahan-dirinya.
Amal-ibadah teragung yang mewujudkan kekhusyukan tubuh kepada Allah ialah shalat. Allah telah menyanjung orang-orang yang khusyuk dalam sha;atnya, dengan firman-Nya,
الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خٰشِعُوْنَ
'(Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya.' [QS. Al-Mu'minun (23):2]
yakni orang-orang yang rendah-hati dan lemah-lembut dalam shalatnya, tak mengetahui siapa yang berdiri di kiri atau kanannya, dan tak melihat ke sana kemari, lantaran kerendahan-hati mereka di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Di antara perbuatan-perbuatan yang membantu kekhusyukan, tunduk dan patuh dalam shalat ialah meletakkan satu tangan di atas tangan yang lain ketika berdiri. Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad, rahimahullah, ditanya tentang tindakan ini dan ia menjawab, 'Itulah ketertundukan di hadapan Yang Mahakuasa.' Ibnu Hajr, dalam Fathul Bari-nya, mengatakan, 'Para ulama mengatakan: pentingnya posisi ini, bahwa yang dilakukan oleh pemohon yang rendah-hati, lebih mungkin mencegah kegelisahan dan lebih kondusif bagi kekhusyukan.'
Para hamba menghadap kepada Allah, Azza wa Jalla, dan tak berpaling kepada yang lain. Qalbunya tak berpaling dari Dia Yang di ajak bicara, dan sepenuhnya berbakti kepada Rabbnya. Ia tak melihat ke kiri dan ke kanan, melainkan membatasi pandangannya ke tempat sujud. Inilah salah satu hasil wajib dari khusyuk di dalam qalbu dan tak berpaling.
Ketertundukan diselesaikan dalam ruku’ melalui penyerahan qalbu kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Dengan demikian sang hamba memenuhi kepatuhan internal dan eksternal kepada Allah.
Khusyuk dalam sujud, terdiri dari manifestasi lahiriah terbesar dari ketertundukan hamba kepada Rabb-nya. Seorang hamba menempatkan anggota tubuhnya yang paling tinggi dan paling mulia pada posisi yang paling rendah; ia meletakkannya di atas tanah. Hal ini menyebabkan kepasrahan qalbu, kelembutannya, dan kerendahan-hatinya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Di antara amalan ibadah yang membantu dalam hal ketertundukan dan kekhusyukan kepada Allah Azza wa Jalla adalah do'a. Khattabi, berkata, 'Yang dimaksud dengan do'a ialah para hamba memohon pertolongan kepada Rabb-Nya dan dukungan yang terus-menerus. Esensinya, bahwa seseorang menunjukkan kebutuhannya kepada Allah dan mengungkapkan ketidakmampuannya mengubah materi apapun sendirian atau tak punya kekuatan dan kemampuan apapun. Hal ini mencirikan tanda pengabdian dan mencontohkannya. Do'a juga mengandung makna memuja Allah dan menghubungkan kemurahan-hati dan rahmat-Nya.'
Allah berfirman,
اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَۚ
'Berdoalah kepada Rabbmu dengan kerendahan-hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Dia tak menyukai orang-orang yang melampaui batas.' [QS. Al-A'raf (7):55]
Salah satu amalan yang memperlihatkan ketertundukan dalam do'a ialah dengan mengangkat dan menengadahkan tangan. Diriwayatkan secara shahih bahwa Rasulullah (ﷺ) mengangkat tangan beliau ketika berdoa dalam banyak kesempatan, yang sangat penting di antaranya, berdoa memohon hujan dimana beliau mengangkat kedua tangannya sampai tampak ketiak putih beliau. Demikian pula beliau (ﷺ) mengangkat tangan setinggi-tingginya pada malam 'Arafah, saat berada di 'Arafah.
Ketertundukan ditunjukkan pula melalui lidah dalam permintaan dan permohonan yang tekun dan sungguh-sungguh. Auza'i, rahimahullah, berkata, 'Dikatakan: Doa terbaik itu, doa dimana seseorang yang dengan tekun dan rendah-hati memohon kepada-Nya.'

Diriwayatkan bahwa Abu Sa'id Al-Khudri berkata, 'Sayangilah orang miskin, karena aku mendengar Rasulullah (ﷺ) mengucapkan dalam doanya,
اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ
'Ya Allah, jadikan aku hidup miskin dan jadikan aku mati miskin, dan kumpulkan aku di antara orang-orang miskin (pada Hari Kebangkitan).' [Tirmidzi dari Anas dan ia berkata hadits tersebut gharib, Ibnu Majah dari Abu Sa'id, dan Tabarani, dari 'Ubadah bin al-Samit, semuanya dengan isnad da'if. Tercatat pula dari Abu Sa'id oleh Al-Hakim yang menyatakannya Shahih dengan disepakati oleh Dzahabi, dinyatakan Shahih oleh Suyuti dan Al-Albani]
Kata 'miskin' dalam hadits ini, dan yang serupa, mengacu pada orang yang qalbunya membutuhkan Allah, tunduk dan rendah-hati kepada-Nya, dan setelahnya menunjukkan hal ini. Keadaan ini, banyak dijumpai pada orang-orang yang miskin harta, karena harta seringkali menyebabkan orang tersebut melampaui batas.

Menurut Ibnu al-Qayyim, ada khusyuk yang benar dan khusyuk yang munafik. Perbedaan antara khusyuk yang sejati, yang ditimbulkan oleh iman, dan khusyuk yang munafik, bahwa khusyuk yang munafik terjadi di dalam qalbu kepada Allah dan dituntun oleh pemujaan, pengagungan, ketenangan, martabat, dan rasa malu. Qalbu yang pasrah karena Allah, menggabungkan ketakutan, rasa-takut, cinta, dan rasa-malu dengan persepsi nikmat Allah dan pelanggaran diri sendiri. Hal ini tentu menimbulkan khusyuk dalam qalbu yang kemudian diikuti dengan khusyuk anggota tubuh.
Sebaliknya, khusyuk yang munafik, muncul di anggota tubuh; kepura-puraan belaka, orang tersebut mempengaruhi sesuatu yang tak ada lantaran qalbu kosong dari khusyuk. Salah seorang Sahabat berkata, 'Aku berlindung kepada Allah dari khusyuk yang munafik. Ketika ditanya apa itu, ia menjawab, 'Bahwa engkau melihat raganya tunduk dan merendahkan-diri, namun tidak pada qalbunya.'"

Rembulan akan beranjak pergi, lalu ia berkata, "Duhai saudara-saudariku, seseorang memperoleh khusyuk, datangnya dari taqwa kepada Allah, dan Ihsan, kesadaran bahwa Dia selalu mengawasi. Maknanya bahwa qalbu seseorang berdiri di hadapan Rabbnya dengan kerendahan-hati dan ketertundukan. Maqam khusyuk itu, ada di dalam qalbu, dan pengaruhnya terwujud dalam tubuh fisik. Wallahu a'lam.”

Saatnya pergi, Rembulan pamit seraya bersenandung,

Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu
Seperti udara yang kuhela
Kau selalu ada *)
Kutipan & Rujukan:
- Abu'l Faraj Ibn Rajab, Humility in Prayer, translated from the original Arabic by Abu Rumaysah, Daar Us-Sunnah
*) "Dealova" karya Opick

Jumat, 14 April 2023

Perumpamaan bagi Dunia ini

"Dunia ini, sebuah peluang, maka ambillah manfaat darinya," berkata Rembulan saat cahayanya semakin terang, usai menyapa dengan Basmalah dan Salam.
“Gak ada salahnya sih, mencintai dunia ini, sebab biar bagaimanapun, ia merupakan sarana kita untuk bertahan hidup dan melanjutkan ibadah. Kata 'Dunia', secara harfiah bermakna 'lebih dekat' atau 'lebih rendah.' Secara umum, dunia fana ini, berbeda dengan alam spiritual abadi di akhirat. Dalam bahasa sehari-hari, dunia merupakan perhatian atau kepemilikan di muka Bumi ini. Kita, manusia, diakui mencintai dunia.
Tatkala kita menjadikan dunia sebagai tujuan, dan bukan lagi sebagai sarana guna mencapai tujuan akhir, nah, inilah persoalannya. Syaikh bin Ahmad bin Ali al-Hakami, rahimahullah, dalam syairnya, Al-Ha'iyyah, melukiskan,
'Apa peduliku dengan Dunia ini, ia bukanlah targetku, atau sasaran akhirku, bukan pula tujuanku. Aku tak condong padanya atau pada tuntunannya, buruk dan busuklah keadaannya.

Itulah tempat menetapnya kekhawatiran, derita dan kesulitan, cepat berlalu, segera berakhir
Kenikmatan di dalamnya, datang bersama kesulitan, dukanya datang bersama sukacita. Keuntungannya datang bersama kerugian, dan isinya penuh dengan ketidaksempurnaan
Jika ia membawa tawa, ia pula membawa serta air-mata. Orang yang bertujuan menimbunnya, bodoh, betapa cepat ia akan berakhir

Duhai engkau yang rajin mengejar dunia hina ini, carilah selainnya, ia tak setia
Berapa banyak yang telah kita lihat dari mereka yang tertarik dan menginginkannya, namun tak berhasil mendapatkannya!

Terdapat di dalam ayat-ayat Surah al-Hadid dan Yunus, serta dalam al-Kahfi, kejelasan dan pengajaran yang menarik perhatian
Dan dalam Surah Ali Imran dan Fatir. Dan dalam Ghafir, disebutkan syarat-syaratnya
Dan di dalam al-Ahqaf, ada peringatan besar bersama dengan berapa banyak riwayat yang membenarkan pengabaiannya

Sebuah kelompok telah merenungkannya dengan visi wawasan, dan tak terpesona oleh pertunjukannya
Merekalah orang-orang yang sungguh dicintai Allah dan merekalah Ahlullah, bagi merekalah Surga al-Firdaus, betapa menakjubkannya itu sebagai warisan

Maka sampaikanlah kepada mereka yang merasakan manisnya, lambat-laun, rasa legitnya, bakalan jadi tuba yang berbahaya
Mereka tentulah terhibur dan terpesona olehnya, sebanyak yang mereka kehendaki, tapi ketika jiwa telah mencapai tenggorokan, tautannya bakal terputus

Pada hari dimana setiap jiwa akan dibalas atas apa yang ia tuai, ia akan rela menawarkan tebusan, baik itu keturunan maupun harta
Engkau akan menerima kitab amalmu di sebelah kanan, jika bagus, atau sebaliknya, di sebelah kiri
Dan bakal terungkap, apa yang disembunyikan dan disingkapkan, serta apa yang dikemukakannya dari ucapan dan perbuatannya

Melalui tangan para malaikat yang mulia, tertuliskan, tak dibantu oleh dalih atau tawar-menawar apapun
Disanalah, engkau bakal mengetahui untung-ruginya, dan mencari tahu, kemanakah engkau bakal pergi dan kemanakah engkau bakal berakhir
Jika engkau berasal dari orang-orang yang bahagia dan shalih, engkau menerima Surga dari amal-shalihmu
memenangkan Surga dan Hur-nya [Hurun 'Ain: bidadari surga yang dijanjikan Allah bagi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya.], menetap dengan bahagia dalam taman-taman dan naungannya
Disediakan dengan apapun yang engkau inginkan dari karunianya dan minum dari Tasnim [minuman terbaik Surga] dan air-murninya.'
Pada kenyataannya, kehidupan duniawi bukanlah untuk dicela dengan sendirinya. Sebaliknya, kehinaan diarahkan pada tindakan seorang hamba dikala berada di dalamnya. Kehidupan dunia hanyalah sebuah gapura dan persimpangan jalan menuju Jannah atau An-Naar. Namun, karena ini merupakan masalah yang teramat mengandung nafsu, dendam, kelalaian dan kebencian dari Allah dan Akhirat, akibatnya menjadi sifat yang luar biasa dari penghuninya, dan ini sangat ditekankan dalam namanya. Nama 'dunia' inilah yang membawa makna tercela ketika disebutkan tak terbatas pada hal lain. Namun ia tetap menjadi dasar dimana seseorang membangun akhiratnya dan tempat menanamnya. Dalam kehidupan duniawi ini, jiwa mengembangkan keimanannya, ilmunya tentang Allah, cintanya kepada-Nya dan ia mengingat-Nya dengan kerinduan memperoleh ridha-Nya. Dan kehidupan terbaik yang bisa dialami seseorang di Surga, semata bisa dicapai melalui usaha yang mereka lakukan di kehidupan duniawi.

Allah berfirman,
اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
'Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya.' [QS. Al-Hadid (57):20]
Ayat tersebut, mengungkapkan perumpamaan yang dimulakan Allah dengan, 'I'lamuu,' yang merupakan diksi yang digunakan untuk memicu kewaspadaan bahwa kita diberitahukan tentang sesuatu yang sangat penting, agar seseorang tersadar dan memahaminya dengan baik.
'Permainan', keadaan kehidupan duniawi merupakan kehidupan yang memenuhi tubuh dan waktu manusia, yang akibatnya membuang-buang waktu dan membebani tubuh mereka.
'Kelengahan', merupakan gangguan bagi qalbu dan mengalihkannya dari tujuan penciptaannya.
'Perhiasan', dalam berpakaian, atau moda transportasi atau akomodasi. Ia berisi hal-hal tertentu yang menjebak seseorang dan menyebabkan tertutupnya qalbu, sehingga menjadi perhatian dan tujuan utama seseorang dalam mengumpulkannya.
'Saling bermegah-megahan di antara kamu,' maknanya, ketika seseorang memperoleh sebagian dari perhiasan kehidupan duniawi, ia memperlihatkan rasa-bangganya dalam melakukannya dan kesombongannya terhadap orang lain sambil menunjukkan bahwa ia memperoleh lebih banyak kemewahan dan lebih baik dibanding yang lain.
'Berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan,' menjadikan perhatian utamanya agar mendahului orang lain dalam menimbun harta, keturunan dan sebagainya.

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, rahimahullah, berkata, 'Ketahuilah—semoga Allah merahmatimu—bahwa dunia inilah ladang yang panennya ialah Dunia berikutnya, pasar tempat diperolehnya, dan tempat dhasilkannya rezeki dan barang-barang yang menguntungkan. Di dalamnya muncul para pelopor, yang bertaqwa menang, yang benar sukses, yang bekerja menuai keuntungan, dan para pemalsu, bakalan kalah. Tempat tinggal inilah, tempat harapan, baik para calon penghuni surga maupun calon penghuni neraka.'
Kemudian ia, rahimahullah, menyajikan metafora yang menggambarkan dunia ini dan masyarakatnya. Ia berkata, 'Terpikir olehku bahwa metafora terbaik dan paling tepat bagi dunia ini ialah orang-orang di atas kapal yang tertiup oleh angin ke sebuah pulau, di samudera dimana terdapat tambang dari segala jenis permata: rubi, zamrud, permata-hijau, koral dan mutiara, dan banyak lagi, hingga akik dan apsintus. Setelah itu, ada bebatuan halus, dan bebatuan tak berharga. Ada pula sungai dan taman, dan di pulau itu, ada tanah milik raja yang dijaga, yang berisi hartanya, dan budak perempuan dan budak muda. Ada batas-batasnya dan dikelilingi oleh tembok.
Orang-orang kapal yang mendarat di pulau itu, diberitahu, 'Kalian boleh tinggal di sini selama sehari semalam, maka manfaatkanlah waktumu yang singkat, dan ambillah sebanyak mungkin permata yang melimpah ini.'

Mereka yang bertekad kuat, seketika mengambil beberapa dari permata itu dan membawanya ke gudang di kapal. Mereka serius dan bekerja keras. Disaat mereka lelah, mereka mengingat nilai dan nilai yang besar dari permata-permata itu dan kurangnya waktu mereka di pulau itu, serta kepergian mereka yang sudah dekat, yang akan mencegah mereka mengambil bekal lagi. Maka mereka menolak beristirahat dan melupakannya, bukannya mengabdikan diri berusaha dan berjuang keras. Ketika mereka merasa mengantuk, mereka mengingatnya, dan kesenangan tidur dan kantuk, meninggalkan mereka, mengingat bahwa 'di pagi hari orang menghargai perjalanan di malam hari.'

Yang lain mengambil beberapa permata dan berehat dalam periode istirahat dan terlelap pada waktu tidur.

Kelompok lain, sama sekali tak mendekati permata dan lebih suka tidur, istirahat, dan menghibur diri sebagai berikut:
Ada dari orang-orang ini, beralih membangun keluarga, kastil, dan rumah.
Ada yang beralih mengumpulkan bebatuan halus, kulit kerang, bebatuan lain, dan pecahan tembikar.
Ada yang beralih ke permainan dan hal-hal yang sia-sia, serta menyibukkan diri dengan hiburan dan mendengarkan cerita yang mengalihkan perhatian, mengatakan, 'Sedikit debu emas di tangan, lebih baik dibanding mutiara yang dijanjikan.'

Kelompok ketiga ini, mendekati tanah milik raja dan mengitarinya, namun tak menemukan pintunya, maka mereka membuka celah di tanah itu dan mereka menerobosnya. Mereka membuka harta raja, mendobrak pintunya dan menjarahnya, serta mengalihkan perhatian mereka dengan budak perempuan dan budak raja, lalu berkata, 'Kami tak punya rumah selain rumah ini.' Mereka tetap seperti itu, sampai masa tinggal mereka berakhir dan waktu keberangkatan diumumkan, kemudian mereka dipanggil agar bergerak cepat.

Kelompok pertama yang memperoleh permata, melakukan perjalanan dan puas dengan barang-barang mereka, serta tak menyesali persinggahan itu, kecuali mereka berharap bisa tinggal lebih lama.

Kelompok kedua sangat tertekan, lantaran mereka tak berhasil mengumpulkan barang dan lalai, sehingga mereka sekarang kekurangan bekal. Mereka meninggalkan apa yang menguntungkan mereka dan bepergian dalam keadaan merugi.

Adapun kelompok ketiga, mereka lebih ketakutan dan mengalami musibah yang lebih besar. Mereka diberitahu, 'Kami takkan melepaskan kalian sampai kalian membawa apa yang telah kalian ambil dari harta raja, dengan meletakkannya di tengkuk dan di punggung.'

Maka, mereka, ketiga kelompok ini, melakukan perjalanan dengan keadaan masing-masing, sampai mereka mencapai kota sang raja agung, dan panggilan terdengar di seluruh kota bahwa ada beberapa orang yang berada di tambang permata telah datang. Masyarakat di kota dan raja serta pasukannya menemui mereka, dan mereka memintanya agar turun dan diperintahkan, 'Perlihatkan barang-barangmu kepada raja.'

Barang-barang dari orang-orang yang mengumpulkan permata, dipersembahkan, dan sang raja menyanjung mereka dan berkata. 'Kalianlah para elitku dan orang-orang yang duduk bersamaku, serta orang-orang yang kucintai. Kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan dari kemurahan-hatiku.' Sang raja agung menjadikan mereka raja-raja kecil dan mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan. Jika meminta, mereka diberi. Jika mereka bersyafaat, syafaat mereka dikabulkan. Jika mereka menginginkan sesuatu, bakalan terwujud. Akan disampaikan kepada mereka, 'Ambillah apa yang kalian inginkan dan nilailah seperti yang kalian inginkan.' Mereka mengambil istana, rumah, bidadari, taman, kota, dan desa. Mereka mengendarai kapal, dan budak serta tentara berjalan di depan dan di sekeliling mereka. Mereka menjadi raja yang bercahaya di hadapan sang Raja agung dan duduk bersamanya dan memandangnya. Mereka mengunjunginya dan bersyafaat dengannya tentang siapa pun yang mereka inginkan. Jika mereka meminta sesuatu kepadanya, ia mengabulkannya. Jika mereka tak meminta, ia yang terlebih dahulu memberikan kepada mereka.

Kelompok kedua ditanya, 'Dimana barang-barang kalian?' dan mereka menjawab, 'Kami tak punya sebarangpun!' Mereka diberitahu, 'Celakalah kalian! Tidakkah kalian berada di tambang permata? Bukankah kalian berada di tempat yang sama dengan mereka yang telah menjadi raja?' Mereka menjawab, 'Ya, tapi kami lebih suka hiburan dan tidur.' Ada di antara mereka yang berkata, 'Kami sibuk membangun rumah dan tempat tinggal.' Yang lain akan berkata, 'Kami sibuk mengumpulkan bebatuan kecil dan pecahan tembikar.'
Mereka akan diberitahu, 'Kehancuran bagimu! Tidakkah kalian tahu, betapa singkatnya masa tinggal kalian dan betapa berharganya permata yang kalian miliki? Tidakkah kalian tahu bahwa itu bukanlah tempat tinggal abadi atau tempat untuk tidur? Tak adakah orang yang membangunkan kalian? Tak adakah orang-orang yang menegurmu?' Mereka akan menjawab, 'Ya, demi Allah. Kami tahu, tapi kami mengabaikannya. Kami dibangunkan, tapi kami terus saja tidur, dan kami mendengar dan menutup telinga.' Mereka akan diberi tahu, 'Kehancuran bagimu sampai akhir zaman.'
Merekapun gigit-jari dalam penyesalan dan menangisi kelalaian mereka. Kemudian mereka tetap sedih dan bingung, serta berdiri meminta sedekah dari mereka yang telah menjadi raja, seperti syafaat atau ucapan mereka kepada raja atas nama mereka.

Kelompok ketiga datang memikul beban di punggung mereka, penuh keputusasaan dan dalam keraguan dan kebingungan. Kaki mereka tersandung, penyesalan menguasai mereka, dan mereka merasakan sakit. Mereka dipermalukan di hadapan masyarakat, dan raja menjauhkan mereka dari rumahnya dan mengusir mereka dari hadapannya, serta memerintahkan agar mereka dipenjarakan. Maka mereka diseret ke sana, dengan azab dan celaan yang pasti: 'Jika mereka bersabar (atas azab neraka), nerakalah tempat tinggal mereka dan jika mereka meminta belas kasihan, maka mereka bukanlah orang yang pantas dikasihani.' [QS. Fussilat (41):24]

Lihatlah perbedaan antara dua maqam dan perbedaan antara kedua kelompok dalam ketabahan mereka selama periode singkat dimana mereka tinggal di pulau itu! Ia serupa dengan perumpamaan dunia ini dan orang-orang yang menaati Allah di dalamnya, dan orang-orang yang melewatinya dengan lalai dan mubazir. Berusahalah menjadi bagian dari kelompok pertama, yang mengisi waktu dengan kegiatan ketaatan dan tak menyia-nyiakan barang semenit pun."

"Duhai saudara-saudariku, renungkanlah selalu nikmat Allah didalam qalbumu, yang seyogyanya engkau syukuri, atas kekeliruanmu sehingga engkau memohon ampun, atas kelalaianmu sehingga engkau bertaubat, atas ciptaan Allah dan Hikmah-Nya. sehingga engkau mengenali keagungan-Nya dan Hikmah-Nya, pada apa yang ada di hadapanmu sehingga engkau berusaha mempersiapkannya, atau pada penilaian menghormati sesuatu yang perlu engkau pelajari.
Basahi lidahmu, terus-menerus, dengan mengingat Allah, berdoa kepada-Nya, memohon ampunan-Nya, membaca Al-Qur'an, mentadabburi atau mengajarkan ilmunya, beramar ma'ruf nahi mungkar, atau menegakkan keadilan di antara para manusia.
Sibukkan anggota tubuhmu dengan tindakan ketaatan—dan biarkan yang paling penting darinya melakukan shalat wajib dalam waktunya, dalam bentuk yang paling lengkap—dan kemudian dalam apa yang bermanfaat bagi masyarakat. Yang terbaik dari mereka adalah yang paling bermanfaat bagi dien mereka, seperti mengajarkan agama kepada para manusia dan menuntun mereka ke Jalan yang Lurus. Wallahu a'lam.”

Saatnya sahur, Rembulan undur-diri diiringi senandung,

Wahai Tuhan! Jauh sudah, lelah kaki melangkah
Aku hilang tanpa arah, rindu hati sinar-Mu

Wahai Tuhan! Aku lemah, hina terlumur noda
Hapuskanlah, terangilah jiwa, dihitam jalanku

Ampunkanlah aku, t'rimalah taubatku
Sesungguhnya Engkau, Sang Maha Pengampun dosa *)
Kutipan & Rujukan:
- Al-Shaykh Hafiz al-Hakami, The Ode of al-Ha'iyyah, translated by Osman Hamid, 2020, Hikmah Publications
- Muwaffaq Ad-Din Ibn Qudamah al-Maqdisi, Al-Waṣiyya, translated by Aisha Bewley, 2008, Turath Publishing
*) "Taubat" karya Opick

Rabu, 12 April 2023

Respect Your Limits

"Seekor anjing penjaga pergi ke kantor telegram buat ngirim telegram.
'Guk,' tulisnya. 'Guk. Guk.
Guk. Guk. Guk. Guk. Guk. Guk.'
Sang petugas memeriksa pesannya dan berkata, 'Cuma ada sembilan kata di sini. Loe boleh nambahin sekali 'Guk' lagi, dengan harga yang sama.'
'Tapi,' kata sang gukguk, 'ntar artinya, bakalan gak masuk akal sama sekali.'
Sebelum sang petugas menjawab dalam tawar-menawar itu, pintu kantor telegram dibuka, dan seorang bocah masuk. Ia melihat sang gukguk, dan mengenalnya, lalu bertanya, 'Ngapain loe di sini guk, kan mestinya loe ngerjain tugas ellu?'
Panik, sang gukguk menjawab, 'Gak ngapa-ngapain kok, cuman ngirim pesan ke klien gue, soalnya, ponsel gue lagi di hacked.'"

“Dalam banyak fabel Aesop,” Rembulan memulai pembicaraannya, kala ia datang usai menyapa dengan Basmalah dan Salam, “umumnya, ada hal-hal yang berkaitan dengan perjuangan meraih kesuksesan dan kelangsungan hidup, yang menunjukkan adanya batasan-batasan tertentu pada medan aksi sang protagonis [tokoh utama dalam cerita]. Tema bahwa tindakan, terutama oleh yang lemah, dibatasi oleh kapasitas alami sang tokoh utama atau sang pelakon dan oleh kemampuan lawannya yang pantas. Batasan tersebut, menurut Christos A. Zafiropoulos, dapat dikelompokkan dalam tiga kategori: kualitas dan kemampuan pembeda pribadi, keadaan di bawah tindakan mana yang terjadi, dan bidang tindakan alami sang protagonis. Semua ini, terangkum dalam tiga kata 'Hormati Batas-batas Anda.'

Berkenaan dengan kualitas dan kemampuan kodrati sang pelakon, pesan umumnya bahwa ia tak semestinya mencoba tindakan yang tak diperkenankan oleh kodratnya. Terkadang, seekor satwa membayar harga mahal bila menuntut lebih dari yang diperbolehkan alam kodratinya sendiri. Tema batas alam terkait dengan konflik dan bertahan hidup, sebab dengan menghormati batasan-batasannya, merupakan cara lain agar dapat bertahan hidup. Zafiropoulos memberi kita sebuah contoh,

Seekor elang terbang dari sebuah tebing yang tinggi, menukik dan menangkap seekor domba. Seekor gagak melihatnya dan, didorong oleh rasa iri, hendak menirunya. Maka, seketika ia terbang ke bawah dan mencoba mengangkat seekor domba jantan. Namun, cakarnya terjerat oleh bulu sang domba, dan ia terus-menrus mengepakkan sayapnya lantaran gak kunjung terbang, hingga sang penggembala, yang memperhatikan apa yang terjadi, datang dan menangkapnya. Dan usai sang penggembala memotong sayap sang gagak yang kuat, saat malam tiba, ia membawanya pulang [sebagai hadiah] bagi anak-anaknya. Tatkala mereka bertanya jenis burung apa itu, ia menjawab, 'Pastilah itu burung gagak, cuumaan, doi pingin baangeeet jadi burung elang!'

Dalam fabel istimewa ini, sang gagak memberikan contoh peringatan tentang konsekuensi yang mengikuti tatkala seseorang melampaui bidang tindakan dan kemampuan kodratinya. Latarbelakang penangkapan dan keterhinaan sang gagak, terletak pada hasratnya, didorong oleh rasa iri, hendak meniru keterampilan berburu sang elang, dengan kata lain, masuk dan memainkan peran (pemburu) yang tak wajar baginya. Usahanya pasti gagal, sebab sang gagak tak punya kemampuan alami dan pengetahuan tentang teknik burung pemangsa. Sang penggembala, menekankan penipuan diri sang gagak dan penolakan peran alaminya: ia tahu bahwa sang unggas itu, burung gagak, kendati sang unggas berpura-pura jadi burung elang. Ada pula aspek tragis-komik dalam penggambaran usaha berburu sang gagak: unggas berukuran kecil yang berputar-putar dengan suara mendesis dan berusaha mengangkat satwa yang lebih besar secara tak proporsional dengan cakar mungilnya. Ia bahkan berusaha mengalahkan modelnya dengan mimikri: sang elang mengangkat seekor domba, gagak hendak mengangkat seekor domba jantan. Fabel tersebut cukup realistis dalam penggambarannya tentang keterampilan berburu sang elang, yang dicerminkan melalui peniruannya oleh sang gagak. Sang elang menyerang dengan suara mendesis dari tebing yang tinggi, mencengkam kulit korbannya dengan cakarnya, lalu mengangkatnya.

Sang pelakon perlu menghormati kualitas dan kemampuannya yang khas dan efek bencana dari setiap upaya untuk meniru atau mengadaptasi kualitas yang lain. Samuel Croxall dan Thomas Bewick, secara terpisah menceritakan fabel yang, lebih-kurang sama,

Seekor Tikus, berambisi menikah dengan keluarga bangsawan, memberikan alamatnya kepada seorang Singa betina muda, dan akhirnya, berhasil membuat perjanjian nikah dengannya. Dikala hari yang ditentukan tiba, sang mempelai pria, berangkat dengan gembira guna bertemu dengan sang mempelai wanita tercinta; dan saat mendatangi Nona Singa, dengan penuh semangat, Tuan Tikus menjatuhkan dirinya ke kaki sang nona; namun Nona Singa, tampaknya berjalan agak sembrono, tak memperhatikan bagaimana ia berjalan, secara tak sengaja menginjak pasangan kecilnya, maka, remuklah tubuh sang Tuan Tikus.

Croxall mengomentari fabel ini, bahwa fabel ini, tampaknya dimaksudkan guna menunjukkan kepada kita, betapa menyedihkannya, ada orang yang memilihkan buat dirinya sendiri, pilihan yang keliru, tatkala segala hal baik di dunia ini, terpampang di hadapannya untuk dipilih. Singkatnya, jika salah satu dari banyak pertimbangan dibutuhkan, itu bukanlah kekuatan raja teragung di muka bumi ini, atau senyum keberuntungan yang berulang agar membuat kita bahagia. Semata tuntutan penilaian yang baiklah, yang seringkali menjadikan sang pangeran menjadi orang celaka, dan sebaliknya, sang pemikir yang miskin, sungguh dimudahkan. Sekarang, tingkat penilaian pertama dan utama ialah mengenali diri-sendiri; agar dapat membuat perkiraan kapasitas-diri, yang dapat ditoleransi.

Bewick mengomentari fabel ini: Namun, Alam-semesta dengan tangan kuatnya, menunjukkan jalan yang harus ditempuh, dan hanya beberapa aturan kehati-hatian, yang diperlukan agar menjaga kita, tetap di dalamnya.

Beberapa fabel, kata Zafiropoulos, menunjukkan betapa sia-sianya melawan seteru yang lebih kuat atau lebih terampil. Keduanya mewakili kategori kedua dari batasan, yang merujuk pada kondisi dimana tindakan terjadi. Kategori ketiga dari batasan alam kodrati ialah batasan yang ditentukan oleh kerabat protagonis atau oleh lingkungan alami tempat ia hendaknya berdaya-guna.
Pesan bahwa setiap orang hendaknya menghormati batasannya sendiri, sering diartikulasikan melalui fabel yang mengakibatkan hukuman bagi mereka yang tak menaati aturan ini dalam ketiga versinya. Sering ditekankan bahwa hasrat sang protagonis sendirilah, pilihan pribadinya, agar meninggalkan kodratnya. Atau tindakannya digambarkan sebagai hasil dari keangkaraannya, yang memaksanya berusaha mencapai kualitas atau kemampuan alami tertentu yang dipunyai orang lain. Secara umum, keliru dan berbahaya bila iri pada seseorang atas kemampuan atau kualitas yang tak diberikan oleh semesta dan mencoba mencapainya melalui peniruan. Hukuman terhadap pelanggaran batas bagi tindakan seseorang tersebut, boleh jadi, bakalan menimpa fisik atau secara verbal (berupa teguran terhadap sang pelakon). Maka, 'Respect Your Limits.' Wallahu a'lam."

Saatnya pergi, Rembulan pamit seraya berdendang,

I thought that I heard you laughing
[Kurasa bahwa kudengar engkau tertawa]
I thought that I heard you sing
[Kurasa bahwa kudengar engkau bernyanyi]
I think I thought I saw you try
[Kukira kurasa kusaksikan engkau berupaya]
But that was just a dream
[Tapi itu hanya sebuah impian]
That was just a dream *)
[Yang itu cuma sebuah impian]
Kutipan & Rujukan:
- Christos A. Zafiropoulos, Ethics in Aesop's fables : the Augustana Collection, Brill
- Thomas Bewick, Bewick's Select Fables, Bickers & Sons
- Samuel Croxall, D.D., Fables of Aesop and Others, Simon Probasco
*) "Loosing My Religion" karya Peter Lawrence Buck, Michael E. Mills, William Berry & Michael J. Stipe

Kamis, 06 April 2023

Sang Badut dan sang Udik

"Tersebutlah seorang warga negara terkemuka, yang kaya, yang hendak mensponsori acara hiburan rakyat," Rembulan mulai bercerita di saat kemunculannya, usai menyapa dengan Basmalah dan Salam.
"Ia mengundang siapa saja yang punya sesuatu yang baru, guna ditampilkan, dan berjanji membayarnya. Para penampil profesional datang bersaing untuk mendapatkan pengakuan publik, dan di antara mereka, ada seorang badut yang terkenal karena selera humornya yang canggih. Iapun koar-koar bahwa ia punya sejenis tontonan yang belum pernah ditampilkan di panggung manapun. Desas-desus menyebar ke seluruh kota, memicu minat publik. Kursi panggung yang akhir-akhir ini kosong, sekarang tak cukup menampung kerumunan para penonton. Setelah sang badut tampil di panggung, tanpa peralatan dan tanpa asisten, membungkam para penonton dengan keheningan. Lalu sang badut menundukkan kepala ke arah dadanya dan meniru suara babi kecil. Saking persisnya suara itu dengan suara babi, para penonton menyangka bahwa pastilah ada babi kecil sungguhan yang disembunyikan di balik jubahnya, dan mereka mendesak agar sang badut menyibakkan jubahnya.
Akan tetapi, ketika jubahnya disibakkan, ternyata jubah itu kosong, maka merekapun mengelu-elukan sang badut dan bertepuk-tangan riuh hingga sang badut meninggalkan panggung. Seorang udik, melihat apa yang terjadi, lalu berkata, 'Ooaalaaah, yang kek gitu sih, gue juga bisa!' Iapun berkata bahwa ia bakalan melakukan hal yang sama, tapi jauh lebih baik. Keesokan harinya, kerumunan penonton semakin bertambah dan favoritisme telah mempengaruhi persepsi mereka; boleh dikata bahwa mereka datang bukan untuk menonton pertunjukan, melainkan hanya untuk mengolok-oloknya. Kedua lelaki naik ke atas panggung. Sang badut menguik seperti yang ia lakukan sehari sebelumnya, memancing tepuk-tangan penonton dan siutan riuh tanda dukungan. Sekarang giliran sang udik, yang berpura seolah menyembunyikan babi kecil di balik pakaiannya—dan kali ini, benar-benar ada babi yang tersembunyi, meski tentu saja, para penonton tak menemukan apapun di balik jubah sang badut pada pertunjukan sebelumnya. Sang udik lalu menarik telinga babi yang asli, yang tersembunyi di balik pakaiannya, menghasilkan kuikan babi yang bener-bener asli. Tapi sayang, para penonton berteriak bahwa sang badut-lah, yang telah berpenampilan jauh lebih realistis dan mereka mulai mengusir sang udik dari panggung. Tapi kemudian, sang udit menarik babi yang sebenarnya dari dalam jubahnya dan menunjukkannya kepada para penonton, lalu balik mencela kekeliruan mereka dengan bukti yang tak terbantahkan. 'Lihat nih!' katanya. 'Babi kecil enni, ngebuktiin, wasit macam apa, loe pada!' Cerita ini, sangat dikenal sebagai 'Parmeno’s pig’.
Phaedrus, yang menuturkan cerita ini, berkomentar, 'Di setiap zaman, di setiap profesi, manusia sering melakukan kekeliruan oleh purbasangka, namun ketika hal itu ditunjukkan dengan jelas, terasa cukup menyesakkan dan disadari sepenuhnya, kita seketika memuja apa yang kita cemooh, dan rasa-sesal jadi kebanggaan.'

Dalam favoritisme mereka yang tak berdasar, para manusia acapkali berbuat keliru; mereka mendukung keputusan yang salah, dan bila fakta sebenarnya dari masalah tersebut muncul, akan memaksa mereka, menyesali pilihannya.
Sosiolog William Sumner dalam karyanya 'Folkways' (1906) mengemukakan bahwa manusia merupakan spesies yang bergabung bersama dalam kelompok berdasarkan sifatnya (in-group favoritism). Etnosentrisme adalah nama teknis terhadap pandangan tentang hal-hal dimana kelompoknya sendiri dipandang sebagai pusat dari segalanya, dan semua yang lain, diskalakan dan diberi peringkat dengan mengacu padanya. Cerita rakyat yang sesuai dengannya, mencakup baik hubungan dalam dan luar. Setiap kelompok memupuk kebanggaan dan kesombongannya sendiri, menyombongkan dirinya lebih unggul, mengagungkan keilahiannya sendiri, dan memandang rendah orang luar.
Setiap kelompok menganggap tradisinya sendiri sebagai satu-satunya yang benar, dan jika mengamati bahwa kelompok lain punya tradisi lain, bakalan menimbulkan cemoohan. Julukan yang tak menyenangkan, berasal dari pembedaan-pembedaan ini.
Sumner mengajukan beberapa ilustrasi. Orang Yahudi membagi seluruh umat manusia menjadi Yahudi dan gentiles (bukan Yahudi). Merekalah 'orang-orang pilihan.' Orang Yunani dan Romawi menyebut semua orang luar sebagai 'barbar'. Dalam tragedi Euripides tentang Iphigenza di Aulis Iphigenia berbunyi, bahwa sudah sepantasnya orang Yunani memerintah orang barbar, bukan sebaliknya, karena orang Yunani bebas, dan orang barbar itu, budak.
Pada tahun 1896, menteri pendidikan China dan para penasihatnya, mengedit sebuah manual dimana pernyataan ini muncul, 'Betapa agung dan mulianya Kekaisaran Tiongkok, kekaisaran tengah! Ia yang terbesar dan terkaya di dunia. Orang-orang terhebat di dunia semuanya berasal dari kekaisaran tengah.'
Dalam seluruh literatur dari semua negara, pernyataan yang setara terjadi, meskipun tak diungkapkan secara lugas. Dalam buku-buku dan surat-kabar Rusia, misi peradaban Rusia diperbincangkan, seperti halnya, dalam buku-buku dan jurnal-jurnal Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat, misi peradaban negara-negara tersebut diasumsikan dan disebut-sebut, dipahami dengan baik. Setiap negara, sekarang menganggap dirinya sebagai pemimpin peradaban, yang terbaik, paling bebas, dan paling bijak, dan yang lain, lebih rendah. Dalam beberapa tahun, kaum kita sendiri di tepi jalan, telah belajar menggolongkan semua orang asing dari bangsa Latin sebagai 'dagos', dan 'dago' telah menjadi julukan penghinaan. Semua inilah, kasus etnosentrisme.
Patriotisme, kata Sumner, merupakan sentimen yang dimiliki oleh negara-negara modern. Ia bertentangan dengan gagasan abad pertengahan tentang sifat universal. Patriotisme itu, kesetiaan kepada kelompok sipil yang menjadi miliknya karena kelahiran atau ikatan kelompok lain. Perasaan persekutuan dan kerja sama dalam segala bentuk harapan, pekerjaan, dan penderitaan kelompok. Katolik abad pertengahan, menjadikan semua orang Kristen, berkelompok dan membuat mereka memusuhi semua orang Mohammedan [maksudnya Umat Islam, diksi ini terbukti kurang tepat dalam banyak literatur ulama Islam] dan non-Kristen lainnya.
Bagi manusia modern, menurut Sumner, patriotisme telah menjadi salah satu tugas utama dan salah satu sentimen yang paling mulia. Itulah apa yang ia berutang kepada negara, terhadap apa yang negara lakukan untuknya, dan negara itu, bagi manusia modern, sekelompok institusi sipil tempat ia mendapatkan keamanan dan kondisi kesejahteraan. Masyarakat selalu patriotik. Bagi mereka, kecemburuan etnosentris lama, kesombongan, kekerasan, dan ambisi merupakan elemen terkuat dalam patriotisme. Sentimen seperti ini, mudah terbangun di tengah hiruk-pikuk. Pastilah akan populer. Ilmu yang lebih luas, selalu membuktikan bahwa pandangan-pandangan seperti itu, tak didasarkan pada fakta. Bahwa hanya kita sendirilah yang baik dan orang lain buruk, tidaklah benar.
Patriotisme itu, kata Sumner, dapat merosot menjadi sifat buruk, yang ditunjukkan dengan penemuan nama bagi sifat buruknya: chauvinisme. Nama ini, diperuntukkan bagi pernyataan diri kelompok yang pongah dan garang. Ia mengesampingkan penilaian dan karakter pribadi, dan menempatkan belas-kasihan seluruh kelompok yang berkuasa saat ini terhadap kelompok kecil. Ia menghasilkan dominasi, semboyan dan frasa, yang menggantikan akal-sehat dan hati-nurani dalam menentukan perilaku. Bias patriotik merupakan penyimpangan pemikiran dan penilaian yang diakui, yang hendaknya dijaga oleh pendidikan kita,

Favoritisme yang lebih luas disebutkan oleh Judy Nadler dan Miriam Schulman, bahwa bisa jadi, dilema terbesar yang dihadirkan oleh favoritisme ialah, dengan berbagai nama lain, hanya sedikit orang yang melihatnya sebagai masalah. Koneksi, jaringan, keluarga—hampir semua orang memanfaatkan sumber-sumber dukungan ini, dalam mencari pekerjaan di ranah pribadi. Pada dasarnya, favoritisme itu, tampak seperti yang terdengar; menguntungkan seseorang bukan karena ia melakukan pekerjaan terbaik, melainkan oleh beberapa fitur-keanggotaan yang tak ada hubungnnya dalam grup yang disukai, personal likes and dislikes, dll. Favoritisme dapat ditunjukkan dalam mempekerjakan, menghormati, atau memberikan kontrak. Ide yang terkait ialah patronase, pemberian pekerjaan pelayanan publik kepada mereka yang, boleh jadi, telah membantu seseorang dalam pemilihan menjadi orang yang punya kewenangan menunjuk.
Favoritisme selalu menjadi keluhan dalam pelayanan pemerintah. Nadler dan Schulman memberi contoh, pada tahun 2002, survei dari Kantor Manajemen Personalia pemerintah federal menemukan bahwa hanya 36,1 persen pekerja federal menganggap promosi di unit kerja mereka didasarkan pada merit atau prestasi. (Majalah Eksekutif Pemerintah, 'Playing Favorites,' oleh Brian Friel, Oktober 2004). Mereka percaya bahwa koneksi, keberpihakan, dan faktor lain, berperan.

Lebih lanjut, Nadler dan Schulman menyampaikan bahwa Kronisme, merupakan bentuk favoritisme yang lebih spesifik, mengacu pada keberpihakan terhadap kawan dan rekan. Seperti kata pepatah lama, 'Bukan apa yang engkau kenali,, tetapi siapa yang engkau kenal,' Kronisme terjadi dalam jaringan orang dalam—the 'good old boys,' yang saling memberi bantuan.

Sarah Smierciak dalam studinya Cronyism and Elite Capture in Egypt (2022), mengatakan bahwa menurut Amr Adly (2011), kronisme adalah penyalahgunaan kekuasaan negara dalam mengeluarkan undang-undang, keputusan, dan peraturan yang akan mengalokasikan aset publik atau memastikan posisi pasar yang disukai, kepada segelintir orang yang dipilih secara politik. Adly berpendapat bahwa jaringan kronisme dan korupsi, yang erat berkembang di sekitar akuisisi aset publik, secara khusus merujuk ke lahan, sumber daya alam, dan perusahaan milik negara agar diprivatisasi.

Patrick Newman, kala memaparkan tentang Kronisme (2021), berkata bahwa Kronisme itu, terjadi tatkala pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menguntungkan politisi, birokrat, bisnis, dan kelompok lain, dengan mengorbankan masyarakat umum. Contohnya termasuk ekspansi kredit selektif bank sentral, pajak dan peraturan diskriminatif, subsidi bisnis, akuisisi teritorial dan manuver kebijakan luar negeri lainnya, dan konstitusi baru. Imbalan kronisme mengambil bentuk keuntungan moneter, khususnya peningkatan pendapatan dan keuntungan bagi individu dan bisnis, atau keuntungan psikis dari kekuasaan dan otoritas yang lebih besar. Klaim pemerintah bahwa mereka mengesahkan undang-undang untuk meningkatkan kesejahteraan publik hanyalah lapisan tipis terhadap hak istimewa dan redistribusi.
Perundang-undangan minat khusus melekat pada sifat dasar pemerintahan. Di pasar bebas, jaringan pertukaran sukarela, semua aktivitas didasarkan pada kebebasan individu dan menghasilkan hasil yang saling menguntungkan. Mekanisme untung dan rugi yang kompetitif, memberi insentif kepada individu guna menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan konsumen. Namun, pemerintah, memonopoli kekuasaan yang sah, tak punya mekanisme ini dan menghasilkan hasil yang merugikan masyarakat. Struktur insentifnya berbeda: tak seperti Invisible Hand di pasar, individu yang mengendalikan Invisible Hand yang koersif didorong mengesahkan undang-undang yang menguntungkan mereka dengan mengorbankan orang lain. Semakin kuat pemerintah, semakin menguntungkan hadiahnya. Mengendalikan mesin pemerintah, berarti mengendalikan pengungkit Kronisme.

Peter Schweizer dalam 'Throw Them All Out' (2011) bilang begini, 'Dalam 'Audacity of Hope' Barack Obama bercerita tentang saat-saat mengunjungi Los Angeles pada tahun 2000: Kartu kreditnya ditolak oleh perusahaan persewaan mobil. Itulah "masa yang sangat kering" bagi firma hukumnya, dan ia mencurahkan sebagian besar energinya bagi pekerjaannya sebagai senator negara bagian. Lalu tiba-tiba seorang donor politik yang kaya bernama Robert Blackwell, setuju membayarnya $112.000 sebagai punggawa resmi selama periode empat belas bulan.
Tapi inilah yang tak pernah dicatat Obama dalam bukunya, dan yang baru terungkap kemudian, berkat laporan investigasi: Senator Negara Bagian Obama kemudian membantu perusahaan tenis meja Blackwell menerima $320.000 dalam bentuk hibah pariwisata Illinois untuk mensubsidi turnamen Ping-Pong negara bagian.
Memberikan akses dan manfaat khusus kepada mereka yang membantumu terpilih (atau menjadi kaya melalui investasi) merupakan tradisi Amerika yang telah teruji oleh waktu. Engkau dapat membuat bisnis layanan pemerintah dengan menolong rekan yang pernah membantumu. Politisi selalu berusaha memberikan bantuan dalam bentuk keringanan pajak, pembebasan peraturan, dan layanan konstituen kepada sekelompok rekan keuangan terpilih. Politisi secara teratur mendapatkan ketentuan khusus yang dimasukkan ke dalam kode pajak agar membantu kawan-kawannya, di industri tertentu. Atau mereka berusaha memberinya akses ke birokrat yang sangat kuat. Tapi apa bentuk pembayaran dan perlindungan terbaik terhadap teman dan pendukungmu yang sudah kaya? Beri mereka miliaran dolar uang tunai pembayaran pajak.
Ketika William 'Boss' Tweed menjalankan mesin politik Tammany Hall di New York City pada abad ke-19, ia memaksa kandidat potensial agar memberikan uang tunai guna memenangkan nominasi (dan kemudian pemilihan tertentu) untuk memperoleh jabatan. Begitu para terpilih menang, mereka akan memperkaya diri mereka sendiri, tetapi mereka juga menyalurkan uang kembali ke Tammany Hall. Itu lebih dari sekedar kapitalisme kroni; itu juga merupakan sistem pemilihan yang curang. Namun, yang menjatuhkan Tweed adalah kronisme klasik. Ia mulai membangun gedung pengadilan di Manhattan bagian bawah pada tahun 1861, menyedot beberapa kali nilainya dalam kontrak pemerintah. Akhirnya, sebuah seri investigasi New York Times menunjukkan sangat banyak korupsi yang mencolok—satu kroni Tweed dibayar sangat tinggi hanya untuk dua hari kerja sehingga ia dikenal sebagai 'the Prince of Plasterers'—sehingga tuduhan diajukan, dan Tweed dipenjara usai memerah gedung pengadilan selama satu dekade (pembangunan tak selesai sampai tahun 1880).
Dibutuhkan tim besar reporter investigasi, kata Schweizer, guna mengurai setiap sampel kronisme. Kapitalisme kroni ini, baik bagi mereka yang ada di dalam. Tapi itu buruk bagi orang lain. Memang haul tersebut menyediakan kendaraan bertenaga hibrida bagi penopang basis besar kontributor kampanye orang kaya dengan uang pembayaran pajak. 
Bayangkan sejenak bahwa engkau seorang eksekutif perusahaan dan mulai menggunakan aset perusahaanmu 'berinvestasi' dalam proyek-proyek yang, pada gilirannya, menguntungkanmu secara langsung. Apa yang akan terjadi? Engkau bakal mempertaruhkan kemungkinan tuntutan pidana atas penyalahgunaan aset tersebut. Tapi bagaimana jika itu uang pembayaran pajak? Tiba-tiba menjadi sah. Bahkan dapat diterima. Dan bagi miliarder yang ingin mendapatkan keuntungan besar atas investasinya, ada beberapa keuntungan yang bisa lebih tinggi daripada yang dihasilkan dari kontribusi kampanye. Lagi pula, bagaimana lagi engkau bisa mengubah setengah juta dolar dari dirimu dan rekanmu, menjadi ratusan juta dolar usai sekali pemilihan? Tak mengherankan, banyak dari mereka, kembali mengumpulkan uang. Sebagai program pekerjaan—tujuan yang telah dicanangkan—miliaran hibah dan pinjaman ini menjadi sebuah kegagalan. Akan tetapi, sebagai metode mentransfer dana pembayaran pajak miliaran kepada kawan dan teman, kroni, dan pendukung, mereka bekerja dengan sempurna.
Para politisi terus memperkaya diri sendiri, keluarga, teman, dan pendukungnya melalui praktik kronisme. Montesquieu menulis dalam The Spirit of the Laws, 'Perdagangan itu, profesi yang setara.' Tetapi tidak di era kapitalisme kroni, dimana para politisi semakin sering mengambil keputusan dan dimana akses yang lebih baik, seringkali lebih penting ketimbang gagasan atau rencana bisnis yang lebih baik. Bisnis sering menyerupai meritokrasi: pengusaha dengan ide terbaik, produk terbaik, strategi bisnis terbaik, menang. Orang memilih dengan pembelian mereka guna memilih pemenang dan pecundang. Dan investor yang hendak membantu perusahaan pemula, akan melakukan evaluasi berdasarkan manfaatnya. Kronisme itu, antitesis dari meritokrasi.'
Seperti yang telah kita lihat, imbuh Schweizer, persyaratan pengungkapan tak cukup untuk menghentikan Kronisme. Bagaimana dengan lembaga Trust? Banyak anggota Kongres menempatkan aset mereka dalam apa yang disebut Blind Trust, dan dengan demikian, tampaknya tak dicurigai. Namun lembaga Trust seperti itu, juga tak berhasil. Terlepas dari namanya, Blind Trust, seringkali Not Blind. Dan mereka juga tidak bodoh. Mereka menetapkan pula kebijakan yang melindungi dari kasus Kronisme.

Kembali ke Nadler dan Schulman, mereka mengatakan bahwa bentuk favoritisme kronis adalah nepotisme. Nepotisme merupakan bentuk favoritisme yang bahkan lebih sempit. Berasal dari kata Italia yang bermakna keponakan, mencakup favoritisme kepada anggota keluarga. Baik nepotisme maupun kronisme, sering terjadi ketika partai politik merekrut kandidat untuk jabatan publik.
Editor Robert G. Jones dalam Nepotism in Organizations (2012), mendefinisikan nepotisme (beragam) sebagai serangkaian proses psikologis dan sosial yang terkait dengan fenomena yang diamati sehubungan dengan keanggotaan keluarga (didefinisikan secara luas) di dalam dan di sekitar organisasi. Nepotisme dapat didefinisikan dari segi fenomena yang diamati dan potensi yang mendasari proses sosial dan psikologis. The Oxford English Dictionary (2011) mencantumkan empat definisi untuk istilah tersebut, yang semuanya berasal dari kata nepos dan praktik pemberian status oleh para uskup Kristen awal kepada keponakan mereka. Definisi pertama adalah: 'a. Menunjukkan bantuan khusus atau preferensi yang tak adil kepada kerabat dalam memberikan posisi, pekerjaan, hak istimewa, dll.; spek. bantuan atau preferensi seperti itu, ditunjukkan kepada anak haram oleh seorang paus atau gerejawi berpangkat tinggi lainnya.' Definisi 'usang' di bawah judul ini adalah 'b. Dalam penggunaan yang lebih lama: preferensi yang tak wajar atau pilih kasih yang diperlihatkan kepada teman, anak didik, atau orang lain dalam lingkup pengaruh seseorang. Pula (kadang-kadang), eksploitasi demi keuntungan pribadi dari status seseorang yang berpengaruh.' Ironisnya, definisi yang terakhir ini, yang dianggap sudah usang, nampak menjadi penggunaan umum istilah tersebut, setidaknya dengan mengacu pada kebijakan anti-nepotisme yang menangani lebih dari sekadar hubungan antara manajer dan keponakan mereka.
Ada beberapa definisi umum nepotisme lainnya. Definisi yang dianggap tradisional adalah 'pemberian patronase dengan alasan hubungan terlepas dari jasa'. Definisi awal nepotisme Bellow (2003) adalah 'favoritisme berdasarkan kekerabatan'. Tapi ia juga mendefinisikan 'nepotisme baru', yang melibatkan pilihan pekerjaan yang disengaja oleh keturunannya. Jones dan rekan melangkah lebih jauh, menyarankan bahwa nepotisme didefinisikan dengan membedakan 'nepotisme sebagai keputusan perekrutan hanya berdasarkan ikatan keluarga (kekerabatan)' versus pilihan karier 'yang mengarah pada perekrutan berdasarkan prestasi.' Stout, Levesque, dan Jones (2007) mencakup baik pilihan karir yang disengaja ini, maupun perekrutan anggota keluarga yang berjasa, tetapi selanjutnya memperluas definisi dalam hal paksaan keluarga. Kesimpulan yang jelas di sini adalah bahwa definisi umum nepotisme berdasarkan persepsi pengamat tentang favoritisme sebenarnya memungkiri beberapa proses yang mendasarinya.
Arthur Gutman menyebutkan bahwa kebijakan Anti-nepotisme di Amerika, Code of Federal Regulations mendefinisikan kerabat sebagai berikut, 'Kerabat berarti ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, saudara laki-laki, saudara perempuan, paman, bibi, sepupu pertama, keponakan laki-laki, keponakan perempuan, suami, istri , ayah mertua, ibu mertua, menantu laki-laki, menantu perempuan, ipar laki-laki, ipar perempuan, ayah tiri, ibu tiri, anak tiri, putri tiri, saudara tiri laki-laki, saudara tiri perempuan, saudara angkat laki-laki, atau saudara angkat perempuan.' Selain itu, beberapa pemberi kerja memperluas definisi ini ke orang lain yang tak terkait dari karyawan yang ada.

Thomas J. Gradel dan dan Dick Simpson dalam 'Corrupt Illionis: Patronage, Cronyism, and Criminality (2015), menyebutkan tentang beberapa aspek mesin politik di Chicago dan Illinois. Semuanya dibangun di atas kesetiaan dan di seputar patronase [yakni bagian dari favoritisme] para pekerja, memberikan suara yang diperlukan agar kandidat partai terpilih. Kandidat yang menang, kemudian mengontrol pemerintahan dan mendistribusikan rampasan pekerjaan patronase dan kontrak kota, serta membagikan layanan kota sebagai bantuan politik kepada pemilih yang memilih daftar kandidat partai.
Mesin politik, menurut Gradel dan Simpson, dengan patronase, favoritisme, nepotisme, kronisme, dan kontrak yang digelembungkan, memicu budaya korupsi yang terus berlanjut.
Gradel dan Simpson menyajikan tiga klasifikasi korupsi dari karya Rasma Karklins (2005) tentang korupsi di negara-negara bekas Soviet, yang memunculkan tipologi umum korupsi: pertama, interaksi sehari-hari antara pejabat dan warga negara (seperti suap penerbitan lisensi, perizinan, perubahan zonasi, dan kelulusan inspeksi). Kedua, interaksi dalam institusi publik (seperti patronase, nepotisme, dan favoritisme). Ketiga, pengaruh atas institusi politik (seperti kepemilikan pribadi, pengaruh, jaringan kekuasaan rahasia, dan penyalahgunaan kekuasaan).
Mesin politik telah berkembang selama satu setengah abad terakhir. Patronase, nepotisme, kronisme, penyalahgunaan kekuasaan, dan aktivitas kriminal berkembang, terkadang selama beberapa dekade, di banyak balai kota, kantor polisi, dan lembaga pemerintah dengan tujuan khusus, di sub-urban.

Lantas, apa hubungannya antara Favoritisme, Kronisme, dan Nepotisme? Yaa, hubungan di antara mereka sih, fine-fine aja, cuman, seperti kata Nadler dan Schulman, favoritisme, kronisme, dan nepotisme, semuanya mengusik rasa-keadilan kita, lantaran memberikan keuntungan yang tak layak kepada seseorang, yang tak pantas memperoleh perlakuan itu. Salah satu tema yang paling mendasar dalam etika adalah keadilan, dinyatakan dengan cara ini oleh Artistoteles, 'Kesetaraan seyogyanya diperlakukan sama dan ketidaksetaraan hendaknya diperlakukan tidak-sama.'
Di ruang publik, favoritisme, kronisme, dan nepotisme juga merusak kebaikan bersama. Tatkala seseorang diberi posisi karena koneksi ketimbang karena ia punya mandat dan pengalaman terbaik, layanan yang diberikan orang tersebut kepada publik, besar kemungkinan, sangatlah cetek.
Phaedrus menganalogikannya dalam sebuah puisi,

Mons parturibat, gemitus immanes ciens,
[Gunung sedang melahirkan, mengeluarkan erangan yang sangat kuat,]
eratque in terris maxima expectatio.
[dan di bumi, ada harapan yang sangat besar.]
At ille murem peperit. Hoc scriptum est tibi,
[Dan yang terlahir cuma seekor cindhil. Inilah yang tertulis untukmu,]
qui, magna cum minaris, extricas nihil.
[yang, kendati engkau tantang dengan hal-hal besar, takkan hasilkan apa-apa.]

Juga, lantaran favoritisme, seringkali terselubung (beberapa pejabat terpilih cukup bodoh bila menunjukkan keberpihakan secara terbuka kepada kawan dan kerabatnya), praktik ini mengurangi transparansi yang seharusnya menjadi bagian dari proses perekrutan dan kontrak pemerintah.

Trus, apa persoalannya? Isu pertama, menurut Nadler dan Schulman, adalah kompetensi. Bagi posisi tingkat kabinet, seorang eksekutif mungkin akan tertarik pada kandidat yang berpengalaman dan berkualitas, tetapi secara historis, semakin rendah tangganya, semakin besar kemungkinan saudara ipar seseorang diselipkan ke pekerjaan yang tak memenuhi syarat. Selain itu, munculnya favoritisme, melemahkan moral dalam pelayanan pemerintah, belum lagi kepercayaan publik terhadap integritas pemerintah.
Orang yang berakal sehat akan berbeda pendapat tentang pengangkatan kawan dan kerabat dalam jabatan tingkat tinggi, tetapi pejabat publik hendaknya menyadari bahwa pilihan seperti itu, dapat menimbulkan kesan tidak adil.
Pejabat publik seyogyanya mencatat pula, bahwa dilema yang melibatkan favoritisme melampaui praktik perekrutan dan kontrak ke masalah pengaruh yang lebih umum. Rekan golf, orang-orang yang datang makan malam di malam Minggu, anggota jemaat yang sama, semuanya cenderung memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap seorang pejabat daripada orang asing. Anggota dewan, walikota, dan legislator, hendaklah melakukan upaya khusus, guna memastikan bahwa mereka mendengar semua sisi dari suatu isu, daripada semata mengandalkan pandangan orang yang mereka kenal. Selain itu, banyak pembuat undang-undang yang berhati-hati telah menemukan bahwa mereka mesti mengubah pola sosialisasi mereka, ketika pekerjaan mereka melibatkan banyak keputusan yang mempengaruhi kawan dan rekan. Paling tidak, mereka dapat memilih mengundurkan diri dari pemungutan suara dimana hubungan sosial dapat memberikan pengaruh yang tak semestinya.'"
"Wallahu a'lam."

Saatnya berangkat, Rembulan pamit seraya bersenandung,

So close, no matter how far
[Sangat dekat, entah seberapapun jauhnya]
Couldn't be much more from the heart
[Takkan mungkin lebih banyak dari hati]
Forever, trusting who we are
[Selamanya, percayailah siapa kita]
And nothing else matters
[Maka yang lain, gak penting]

Never opened myself this way
[Tak pernah membuka diriku seperti ini]
Life is ours, we live it our way
[Hidup milik kita, kita jalani dengan cara kita]
All these words, I don't just say
[Seluruh kata-kata ini, tak semata kuucapkan]
And nothing else matters *)
[Maka yang lain, gak penting]
Kutipan & Rujukan:
- Gaius Julius Phaedrus, The Fables, fl. 1st century AD, Delphi Classics
- William Graham Sumner, Folkways, 1906, Ginn and Company
- Thomas J. Gradel and and Dick Simpson, Corrupt Illionis: Patronage, Cronyism, and Criminality, 2015, University of Illionis Press
- Sarah Smierciak, Cronyism and Elite Capture in Egypt, 2022, Routledge
- Peter Schweizer, Throw Them All Out, 2011, Houghton Mifflin Harcourt
- Patrick Newman, Cronyism, 2021, Mises Institute
- Robert G. Jones [ed.], Nepotism in Organizations, 2012, Routledge
- Judy Nadler and Miriam Schulman, Favoritism, Cronyism, and Nepotism, 2015, Markkula Center
*) "Nothing Else Matters" karya James Alan Hetfield & Lars Ulrich

Senin, 03 April 2023

Taqwa : Manfaatnya di Dunia dan Akhirat (3)

"Seorang bajak-laut, ditangkap oleh seorang Kaisar, yang menginterogasinya dengan bertanya, 'Berani-beraninya ente, menganiaya laut!'
Sang bajak-laut balik nanya, 'Berani-beraninya ente, menganiaya seluruh dunia? Cuma karena ane ngelakuinnya pake kapal kecil aja, ente sebut Perompak; lha ente sendiri, yang ngelakuinnya pake Angkatan Laut hebat, disebut Kaisar?'" [Noam Chomsky dalam Pirates and Emperors]

"Berikut," sambung Rembulan, "beberapa manfaat nyata, yang merupakan hasil dari Taqwa kepada Allah, kelak di akhirat.

Pertama, taqwa menyebabkan seorang mukmin menjadi mulia di sisi Allah.
Allah berfirman,
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
'... Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa ....' [QS. Al-Hujurat (49):13]

Kedua, Taqwa menyebabkan orang beriman menjadi sukses.
Allah berfirman,
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَخْشَ اللّٰهَ وَيَتَّقْهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ
'Dan siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan..' [QS. An-Nur (24):52]
Ketiga, Taqwa menyebabkan seorang mukmin diselamatkan dari adzab Allah Azza wa Jalla, pada Hari Penghakiman.
Allah berfirman,
وَسَيُجَنَّبُهَا الْاَتْقَ
'Akan dijauhkan darinya (neraka), orang yang paling bertaqwa,' [QS. Al-Lail (92):17]

Keempat, Taqwa menyebabkan diterimanya amal-shalih seorang mukmin.
Allah berfirman,
اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ
'... Sesungguhnya, Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertaqwa.' [QS. Al-Ma'idah (5):27]

Kelima, Taqwa menyebabkan seorang mukmin mewarisi surga.
Allah berfirman,
تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِيْ نُوْرِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا
'Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertaqwa. [QS. Maryam (19):63]
Keenam, Taqwa menyebabkan seorang mukmin berkamar-kamar di surga, yaitu, kamar-kamar yang ditinggikan, tempat tinggal atau istana, satu di atas yang lain.
Allah berfirman,
لٰكِنِ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ غُرَفٌ مِّنْ فَوْقِهَا غُرَفٌ مَّبْنِيَّةٌ ۙتَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ەۗ وَعْدَ اللّٰهِ ۗ لَا يُخْلِفُ اللّٰهُ الْمِيْعَادَ
'Akan tetapi, orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya, bagi mereka kamar-kamar (di surga), di atasnya terdapat kamar-kamar yang dibangun (bertingkat-tingkat), dan mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Itulah) janji Allah. Allah takkan mengingkari janji. [QS. Az-Zumar (39):20]

Suatu ketika Rasulullah (ﷺ) bersabda,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَغُرَفًا يُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا
'Sesungguhnya di surga ada kamar-kamar yang bagian luarnya terlihat dari dalamnya, dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.'
Seorang Badui berdiri dan berkata, 'Untuk siapa itu semua wahai Rasulullah (ﷺ)?'
Rasulullah (ﷺ) bersabda,
هِيَ لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
"Ia yang mengucapkan kata-kata yang menyenangkan, memberi makan yang membutuhkan, dan menunaikan shalat malam, selagi yang lain sedang tidur.' [Jami' at-Tirmidzi; Hasan]
Ketujuh, Taqwa menyebabkan orang-orang beriman berkedudukan yang tinggi di atas orang-orang kafir pada hari kiamat, dan mereka akan menempati bagian surga yang paling tinggi.
Allah berfirman,
زُيِّنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُوْنَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۘ وَالَّذِيْنَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kufur dan mereka (terus) menghina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu, berada di atas mereka pada hari Kiamat. Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.' [QS. AL-Baqarah (2):212]
Kedelapan, Taqwa menyebabkan mereka masuk surga, dan itu lantaran surga telah disediakan bagi mereka yang bertaqwa.
Allah berfirman,
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
'Bersegeralah menuju ampunan dari Rabbmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.' [QS. Ali 'Imran (3):133]
Kesembilan, Taqwa menyebabkan penghapusan perbuatan buruk dan ampunan atas kekeliruan yang mungkin telah dilakukan oleh seorang mukmin.
Allah berfirman,
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّاٰتِهٖ وَيُعْظِمْ لَهٗٓ اَجْرًا
'... Siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan memperbesar pahala baginya.' [QS. At-Talaq (65):5]
Kesepuluh, Taqwa menyebabkan orang beriman memiliki apa yang diinginkan hatinya, dan apa yang menyenangkan matanya.
Allah berfirman,
وَمَا ذَرَاَ لَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُخْتَلِفًا اَلْوَانُهٗ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّذَّكَّرُوْنَ
'(yaitu) surga-surga ‘Adn yang mereka masuki. Sungai-sungai mengalir di bawahnya. Di dalam (surga) itu mereka mendapat segala yang mereka inginkan. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertaqwa.' [QS. An-Nahl (16):31]
Kesebelas, Taqwa menjadikan orang beriman tak takut atau bersedih-hati, dan tiada kemalangan yang menyentuh mereka pada Hari Pengadilan.
Allah berfirman,
وَيُنَجِّى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْۖ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوْۤءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
'Allah menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa karena kemenangannya sehingga mereka tak disentuh oleh azab dan tak bersedih.' [QS. Az-Zumar (39):61]
Keduabelas, mereka akan dikumpulkan pada hari kiamat, wafdan (seperti seorang utusan yang dihadirkan di hadapan seorang raja yang terhormat) dan makna dari wafdan, bahwa mereka akan datang kepada Allah Azza wa Jalla dengan berkendara.
Allah berfirman,
يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِيْنَ اِلَى الرَّحْمٰنِ وَفْدًا
'(Ingatlah) suatu hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang bertaqwa (menghadap) kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai rombongan yang terhormat.' [QS. Maryam (19):85]
Ibnu Katsir, rahimahullah, mengatakan, mengutip sebuah hadits dari Nu' maan bin Sa'id, ia berkata demikian ketika mereka sedang duduk. dengan 'Ali, radhiyallahu ,'anhu, tatkala ia membacakan ayat tersebut, Ali berkata, 'Tidak, demi Allah, mereka takkan dikumpulkan dengan berdiri dengan kaki mereka. Para utusan itu, takkan dikumpulkan berjalan kaki, melainkan dengan mengendarai unta betina, yang belum pernah dilihat oleh manusia sebelumnya, pelananya terbuat dari emas, mereka akan menungganginya, sampai mereka mengetuk pintu gerbang surga.'
Ibnu Abi Hatim mengatakan bahwa mereka akan mengendarai amal-shalihnya. Sedangkan Ali bin Abi Thalhah mengatakan bahwa mereka berkendara.

Ketigabelas, Surga akan didekatkan kepada mereka, karena mereka bertaqwa.
Allah berfirman,
وَاُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِيْنَ
'Surga didekatkan kepada orang-orang yang bertaqwa.' [QS. Asy-Syu'ara (26):90]
Keempatbelas, Taqwa menyebabkan orang beriman, tak berada pada derajat yang sama dengan para fujjar (para pendurhaka seperti para orang jahat, kriminal dll) atau para orang kafir.
Allah berfirman,
اَمْ نَجْعَلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَالْمُفْسِدِيْنَ فِى الْاَرْضِۖ اَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِيْنَ كَالْفُجَّارِ
'Pantaskah Kami menjadikan orang-orang yang beriman dan beramal-shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Pantaskah Kami menjadikan orang-orang yang bertaqwa sama dengan para fujjar?' [QS. Sad (38):28]
Kelimabelas, setiap persahabatan atau pertemanan yang dilakukan selain karena Allah, pada hari Kiamat akan berubah menjadi permusuhan, kecuali persahabatan bagi orang-orang yang bertaqwa.
Allah berfirman,
اَلْاَخِلَّاۤءُ يَوْمَىِٕذٍۢ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ
'Teman-teman akrab pada hari itu, saling bermusuhan, kecuali orang-orang yang bertaqwa.' [QS. Az-Zukruf (43):67]
Keenam belas, mereka akan berada di tempat yang aman, di antara taman-taman dan mata-air.
Allah berfirman,
اِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِيْ مَقَامٍ اَمِيْنٍۙ فِيْ جَنّٰتٍ وَّعُيُوْنٍ ۙ يَّلْبَسُوْنَ مِنْ سُنْدُسٍ وَّاِسْتَبْرَقٍ مُّتَقٰبِلِيْنَۚ كَذٰلِكَۗ وَزَوَّجْنٰهُمْ بِحُوْرٍ عِيْنٍۗ يَدْعُوْنَ فِيْهَا بِكُلِّ فَاكِهَةٍ اٰمِنِيْنَۙ لَا يَذُوْقُوْنَ فِيْهَا الْمَوْتَ اِلَّا الْمَوْتَةَ الْاُوْلٰىۚ وَوَقٰىهُمْ عَذَابَ الْجَحِيْمِۙ
'Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-mata air. Mereka memakai sutra yang halus dan sutra yang tebal seraya (duduk) berhadapan. Demikianlah (keadaan penghuni surga) dan Kami menjadikan mereka berpasangan dengan bidadari yang bermata elok. Di dalamnya mereka dapat meminta segala macam buah-buahan dengan aman dan tenteram [tanpa khawatir akan kehabisan, sakit, dan kemudaratan lainnya], Mereka takkan merasakan mati di dalamnya selain kematian pertama (di dunia). Allah melindungi mereka dari azab (neraka) Jahim.' [QS. Ad-Dukhan (44):51]
Ketujuhbelas, mereka akan memiliki kursi kebenaran (yakni surga), di dekat Raja Yang Mahakuasa, Allah Azza wa Jalla.
Allah berfirman,
فِيْ مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُّقْتَدِرٍ
'Dalam sebuah kursi kemuliaan di dekat Malikin Muqtadirin [Dia Yang Mahaberdaulat, Mahasempurna dalam Kemampuan, Yang menyelesaikan apapun yang Dia kehendaki, kapanpun Dia kehendaki].' [QS. Al-Qamar (54):55]
Kedelapan belas, Taqwa merupakan penyebab adanya sungai-sungai yang berbeda di Surga, yang pertama air yang manis, yang lain susu, yang rasanya tak pernah berubah, dan yang lainnya lagi, sungai madu, nikmat bagi yang meminumnya.
Allah berfirman,
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَ ۗفِيْهَآ اَنْهٰرٌ مِّنْ مَّاۤءٍ غَيْرِ اٰسِنٍۚ وَاَنْهٰرٌ مِّنْ لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهٗ ۚوَاَنْهٰرٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشّٰرِبِيْنَ ەۚ وَاَنْهٰرٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى ۗوَلَهُمْ فِيْهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ ۗ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِى النَّارِ وَسُقُوْا مَاۤءً حَمِيْمًا فَقَطَّعَ اَمْعَاۤءَهُمْ
'Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa (bahwa) di dalamnya ada sungai-sungai yang airnya tak payau, sungai-sungai air susu yang rasanya tak berubah, sungai-sungai khamar yang lezat bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah dan ampunan dari Rabb mereka. (Samakah orang yang memperoleh kenikmatan surga) dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga usus mereka terpotong-potong?' [QS. Muhammad (47}:15]
Kesembilanbelas, Taqwa menyebabkan orang beriman punya kemampuan bepergian di bawah naungan pepohonan surga, dan mendapatkan kenyamanan dari naungannya.
Allah berfirman,
اِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِيْ ظِلٰلٍ وَّعُيُوْنٍۙ وَّفَوَاكِهَ مِمَّا يَشْتَهُوْنَۗ كُلُوْا وَاشْرَبُوْا هَنِيْۤـًٔا ۢبِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
'Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam naungan (pepohonan surga yang teduh) dan (ada di sekitar) mata air, serta buah-buahan yang mereka sukai. (Dikatakan kepada mereka,) 'Makan dan minumlah dengan nikmat karena apa yang selalu kamu kerjakan.' [QS. Al-Mursalat (77):41]
Keduapuluh, bagi muttaqun, pada hari Kiamat akan menjadi berita gembira; kejutan besar (pada hari Kiamat) takkan mendukakan mereka, dan para malaikat akan menyambut mereka.
Allah berfirman,
اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ لَهُمُ الْبُشْرٰى فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۗ لَا تَبْدِيْلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۗ
'Ketahuilah bahwa sesungguhnya (bagi) para wali Allah itu, tiada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tak bersedih. (Merekalah) orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Bagi mereka, berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tiada perubahan bagi kalimat-kalimat (ketetapan dan janji) Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung.' [QS. Yunus (10):62-64]
Dan Allah berfirman,
لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْاَكْبَرُ وَتَتَلَقّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُۗ هٰذَا يَوْمُكُمُ الَّذِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
'Kejutan yang dahsyat (hari Kiamat) tak membuat mereka sedih dan para malaikat akan menyambut mereka (dengan ucapan), 'Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.'' [QS. Al-Anbiya (21):103]
Keduapuluh satu, muttaqun, akan memiliki rumah yang lebih baik di akhirat.
Allah berfirman,
ۗ
وَلَدَارُ الْاٰخِرَةِ خَيْرٌ ۗوَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِيْنَۙ
'... Sungguh, negeri akhirat pasti lebih baik. Itulah sebaik-baik tempat (bagi) orang-orang yang bertaqwa.' [QS. An-Nahl (16):30]
Keduapuluh dua, orang yang bertaqwa akan mendapatkan pahala mereka, dan perbuatan baik mereka berlipat ganda, sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَاٰمِنُوْا بِرَسُوْلِهٖ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَّحْمَتِهٖ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ نُوْرًا تَمْشُوْنَ بِهٖ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌۙ
'Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah menganugerahkan kepadamu dua bagian dari rahmat-Nya dan menjadikan cahaya untukmu, yang dengan cahaya itu, kamu berjalan, serta Dia mengampunimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' [QS. Al-Hadid (57):28]
Rembulan menutup dengan, “Demikianlah manfaat Taqwa di dunia dan di akhirat. Maka berjihadlah duhai saudara-saudariku yang mulia, dalam bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla, karena Dia, Subhanahu wa Ta'ala, berhak ditakuti, diagungkan dan dimuliakan didalam hatimu. Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar menjadikan kita diantara hamba-hamba-Nya yang bertaqwa dan bersyukur. Segala puji bagi Allah, Rabb Semesta Alam; dan semoga selawat dan salam dilimpahkan kepada Rasulullah (ﷺ), atas keluarga dan seluruh sahabat beliau (ﷺ). Allahumma Amin.”

Saatnya sahur, lalu Rembulan pergi dengan melantunkan,

Obat hati ada lima perkaranya
Yang pertama, baca Qur'an dan maknanya
Yang kedua, sholat malam dirikanlah
Yang ketiga, berkumpullah dengan orang sholeh
Yang keempat, perbanyaklah berpuasa
Yang kelima, dzikir malam perpanjanglah
Salah satunya siapa bisa menjalani
Moga-moga Gusti Allah mencukupi *)
Kutipan & Rujukan:
- Sheikh Dr. Saleh Ibn Fawzaan Ibn Abdullah Al-Fawzaan, The Obligation of Verifying News, DuSunnah
- Imam Muhammad Salih al-Uthaymin, The Benefits of Fearing Allah, Dar as-Sunnah
*) "Tombo Ati" dibawakan oleh Opick
[Sesi 1]