Jumat, 09 Februari 2018

Do'a

Camar melanjutkan, "Sesungguhnya, manusia telah diciptakan untuk tujuan yang mulia dan agung, hanya untuk menyembah Allah, tanpa sekutu apapun. Dan bentuk ibadah terbesar dan paling mulia adalah doa." Pipit bertanya, "Apa itu doa?" Camar berkata, "Doa adalah inti ibadah. Doa adalah bentuk ibadah spiritual yang mulia dan yang memungkinkan para ciptaan agar menghargai Keagungan dan Kemuliaan Sang Pencipta. Inilah salah satu ibadah teragung, dan salah satu cara terbaik mendekatkan para pelaksana ibadah kepada Allah.
Kata doa adalah kata benda verbal (masdar) dari kata kerja da'a yang berarti menyeru, memanggil. Al-Khattabi berkata: "Makna doa adalah para hamba memohon pertolongan Allah, dan meminta agar selalu mendapat petunjuk-Nya. Intinya adalah bahwa seseorang menunjukkan kebutuhannya kepada Allah, dan membebaskan dirinya dari kekuatan atau kemampuan untuk berubah dalam hal apapun oleh dirinya sendiri. Karakteristik inilah tanda penghambaan, dan di dalamnya adalah perasaan tunduk manusia. Doa juga membawa pengertian memuji Allah, dan mensifatkan-Nya dengan Kedermawanan dan Karunia."

Ibnu al-Qayyim mendefinisikannya sebagai, "Meminta apa yang bermanfaat bagi orang tersebut, dan meminta penghilangan apa yang merugikannya, atau (meminta) penolakan (sebelum hal itu menimpanya)".
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman: "Sesungguhnya, Rabb-mu telah berfirman: "Serulah Aku dan Aku akan menjawabmu!" Mereka yang sombong menyembah Allah akan masuk neraka, dihinakan!" "
Allah memerintahkan kita meminta pada-Nya dan mengajukan permohonan kepada-Nya, serta menganggap diantara orang-orang yang tak meminta kepada-Nya, terlalu sombong menyembah Allah. Dari sini, dipahami bahwa doa adalah salah satu tindakan penyembahan, dan makna ini secara eksplisit dinyatakan oleh Rasulullah (ﷺ). Nu'man ibnu Basyir meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda: "Do'a adalah ibadah".

Ketika seseorang berdoa kepada Allah, ia secara implisit mengakui keberadaan Allah, dan bahwa Dia adalah Tuhan Yang sejati. Orang yang melakukannya menyatakan dengan tindakannya bahwa Allah mengendalikan segala hal, karena hanya Allah-lah Yang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menjawab doanya. Ia mengakui bahwa Allah adalah Yang Memelihara, Yang Menopang, Yang Menciptakan dan Tuhan dari seluruh ciptaan, dan semua inilah inti dari Tauhid al-Rububiyyah. Doa juga mensyaratkan bahwa hanya Allah-lah yang pantas disembah (Tauhid al-Uluhiyyah), karena jika hanya Allah Yang memiliki kendali penuh atas ciptaan, dan jika hanya Dia Yang dapat menjawab seruan seseorang yang dalam kesusahan, maka hanya Dia yang berhak menerima penyerahan-diri dan ibadah kita. Doa juga mewajibkan bahwa Allah memiliki Nama dan Atribut yang Paling Sempurna (Tauhid al-Asma wa al-Sifat). Karena hanya Dia Yang bisa mendengar keluhan seorang hamba, tak peduli di manapun hamba itu berada, dan hanya Dia Yang dapat memahami keadaan dimana hamba itu berada. Ilmu-Nya jauh lebih lengkap daripada ilmu hamba itu sendiri tentang penderitaan yang ia alami. Demikian pula, hanya Allah Yang memiliki kekuatan dan kewenangan tertinggi dalam memberikan apa yang dimohonkan hamba-Nya. Jadi, doa adalah pratanda Tauhid yang kuat dalam ketiga aspeknya.

Pipit bertanya, "Adakah tipe-tipe doa itu?" Camar berkata, "Doa dapat dikategorikan dalam berbagai cara, tergantung pada perspektif yang digunakan seseorang. Ketika seseorang memeriksa teks al-Qur'an dan sunnah, ia akan menemukan bahwa ada dua jenis doa. Tipe pertama, yang merupakan bahasa yang paling dikenal orang, dikenal sebagai doa al-mas'alah, atau doa permononan. Ini saat seseorang memohon diberi sesuatu yang bermanfaat baginya, atau meminta agar dihindarkan dari marabahaya. Hamba tersebut memohon kepada Allah agar memenuhi suatu kebutuhannya, misalnya, ia berkata, "Ya Allah! Berikan aku kebaikan di dunia ini, dan kebaikan di akhirat! " Ini contoh doa al-mas'alah.
Tipe kedua dikenal sebagai doa al-ibadah. Konsep ini sangat luas, karena setiap tindakan ibadah termasuk ke dalam jenis doa ini. Setiap pujian yang diucapkan seseorang, setiap doa yang ia mohonkan, dilakukan dengan permohonan dan jeritan dari dalam qalbu setiap orang beriman: "Ya Allah, aku melaksanakan ibadah ini karena Engkau Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa! Engkaulah Satu-satunya yang pantas bagi segala pujian! Ya Allah! Terimalah ini dariku! " Oleh karena itu, ketika seseorang mengucapkan, 'Alhamdulillah' atau 'Subhanallah', ini dapat dijadikan contoh doa al-ibadah. Ketika seseorang shalat, atau memberi zakat, atau puasa, semua ini contoh doa al-ibadah.
Kedua jenis doa ini secara inheren saling terkait satu sama lain. Setiap doa al-masalah secara intrinsik mengandung doa al-ibadah, dan setiap doa al-ibadah memerlukan sebuah doa al-masalah.

Ketika seorang Muslim berdoa, "Ya Allah! Berkahilah aku dengan keturunan orang-orang yang shaleh", maka ini adalah contoh nyata dari sebuah doa al-mas 'alah, karena ia meminta beberapa keuntungan. Namun, doa sederhana ini menyiratkan, tanpa ia mengatakanpun, bahwa Allahlah yang mendengar doanya, dan menjawabnya, dan Dialah Yang memberi rezeki, dan memberkahi keturunannya. Ini menyiratkan bahwa Allah adalah Yang Maha Hidup, Pemberi kehidupan, Yang Maha Penyayang, Yang menjawab doa hamba-hamba-Nya. Doa sederhana ini mengisyaratkan orang tersebut menjadikan atribut kepada Allah, sifat yang indah dan sempurna. Jadi, pada saat bersamaa, doa al-masalah ini secara intrinsik mengandung doa al-ibadah.
Ketika seseorang mengucapkan, 'La haula wa la quwwata illa billah', ini adalah doa al-ibadah, karena tak ada yang benar-benar diminta dari Allah. Namun, ucapan ini juga merupakan doa al-mas'alah kepada Allah. Ketika seseorang menegaskan bahwa tak ada kekuatan, juga tak mungkin ada yang dapat mengubah apapun, kecuali dengan kehendak dan perkenan Allah, maka ini secara otomatis bahwa ia meminta kepada Allah, dan hanya kepada Allah, kapanpun ia ingin mencapai sesuatu. Jadi, doa al-ibadah ini juga doa al-mas'alah.
Kapanpun kata doa muncul dalam Al-Qur'an dan Sunnah, ada satu dari tiga kemungkinan: merujuk pada kedua jenis doa itu, atau mengacu pada doa al-mas'alah, atau mengacu pada doa al-ibadah.

Doa pada hakikatnya, menyeru atau meminta kepada makhluk lain. Oleh karena itu, doa dapat dikategorikan sesuai dengan apa yang diminta, karena mungkin saja apa yang diminta itu ditujukan kepada Allah, dan mungkin saja, kepada yang selain Allah. Mungkin juga orang yang menggabungkan du'a al-mas'alah dan doa al-ibadah ke tuhan yang sama setiap saat, atau ia membedakannya. Jadi ini mengarah pada empat kategori manusia. Kategori pertama adalah orang-orang yang menyembah selain Allah, dan menyeru yang lain sepanjang waktu. Orang-orang ini tak mengakui Allah sebagai Tuhan atau Yang patut disembah.
Kategori kedua adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, dan menyembah-Nya, namun tak pernah meminta apapun kepada-Nya. Sebagai gantinya, mendasarkan gagasan mereka pada logika sesat, mereka menggunakan perantara untuk mendekati Allah, dan meminta perantara ini untuk memberkahi mereka dengan apa yang mereka butuhkan.
Kategori ketiga adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan menyembah-Nya, namun hanya mendekat kepada-Nya pada saat-saat kesusahan. Ketika mereka dalam situasi yang sangat putus asa, mereka menggabungkan doa al-ibadah dan doa al-mas'alah kepada Allah, namun pada saat yang lapang, mereka menyeru selain Allah.
Kategori terakhir adalah Muslim sejati, yaitu orang-orang yang selalu menggabungkan doa al-ibadah dan doa al-mas'alah dan mengarahkannya kepada Allah, dan hanya kepada Allah. Jadi mereka mengarahkan ibadah, sholat, dan amal mereka kepada Allah, dan mereka hanya memohon kepada-Nya, untuk segala kebutuhan mereka. 

Do'a adalah perbuatan yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa doa adalah sarana untuk menunjukkan kefakiran dan ketidakmampuan seseorang kepada Allah. Inilah cara menghinakan diri seseorang kepada Allah dan mengakui kekuatan dan kemampuan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ketika seseorang menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak dan kekuatan Allah, maka ia juga menyadari bahwa cara terbaik untuk mencapai tujuan apapun adalah dengan memohon kepada Allah. Bagaimanapun juga, orang bijak adalah orang yang membuat rencana terbaik agar sampai pada tujuannya dan menggunakan cara optimal untuk mencapai tujuannya.
Salah satu doa yang dijamin mendapat jawaban adalah doa yang dibuat seorang Muslim bagi saudara Muslimnya tanpa ketidakhadiran saudaranya itu. Karena doa semacam inilah tanda cinta dan solidaritas yang jelas diantara umat Islam. Fakta bahwa seseorang mengingat Muslim lain dalam ketidakhadirannya, dan mengangkat tangannya kepada Allah untuk melakukan sebuah doa khusus untuknya, jelas membuktikan bahwa ia hanya menginginkan kebaikan baginya. Ini menunjukkan kekhawatiran dan kepedulian yang ia miliki bagi sesama Muslim.

Doa adalah obat bagi segala penyakit. Penyakit terdiri dari dua jenis: fisik dan spiritual. Penyakit fisik adalah penyakit yang dihadapi manusia dari waktu ke waktu, seperti demam dan rasa sakit serta nyeri pada tubuh. Penyakit spiritual, atau penyakit jiwa, juga bisa dibagi menjadi dua kategori: penyakit keraguan dan penyakit hasrat. Semua masalah yang berkaitan dengan jiwa berasal dari dua jenis penyakit ini.
Penyakit hasrat adalah dorongan dan hasrat yang tak diperbolehkan, yang menimpa seseorang sehingga ia tak memiliki kekuatan untuk melawan atau mengatasinya. Jadi orang yang mencuri, melakukannya karena ia sangat lemah mengendalikan keinginannya akan uang, dan tak memiliki keyakinan yang diperlukan untuk membatasi dirinya pada cara menghasilkan uang yang diperbolehkan. Demikian juga, orang yang berzina, melakukannya karena lemahnya iman, yang menyebabkannya meninggalkan cara yang diperkenankan untuk memuaskan keinginannya dan karenanya mengikuti jalan yang tak dapat dibenarkan.

Penyakit keraguan adalah penyakit yang terjadi karena kesalahpengertian atau kesalahpahaman. Kesalahpahaman semacam ini bisa disengaja atau tak disengaja. Jadi, misalnya, ketika ada Muslim yang berdoa kepada selain Allah, itu karena mereka belum memahami konsep doa, dan belum menghargai Nama dan Atribut Allah. Oleh karena itu, mereka berdoa kepada yang lain, memberikannya sifat, yang sebenarnya hanya milik Allah.
Doa adalah obat bagi semua penyakit ini. Adapun penyakit-penyakit ragawi, maka jelas bahwa seseorang berdoa kepada Allah agar menyembuhkannya dari penderitaan fisik atau penyakit yang ia derita. Mengenai penyakit hasrat, cara seseorang menghilangkannya adalah dengan memohon kepada Allah, berdoa agar Allah memberikan kepadanya iman yang diperlukan untuk menghindari dosa yang ia lakukan. Dengan menyadari bahwa hanya Allah yang dapat memberinya kebaikan seperti itu, ia secara otomatis menunjukkan keyakinan dan harapannya kepada Allah, dan dalam prosesnya mempertebal imannya. Mengenai penyakit keraguan, cara seseorang menyembuhkannya adalah dengan tulus berdoa kepada Allah agar memberinya petunjuk, dan agar memberkahi dirinya dengan iman dan pemahaman yang benar tentang Al-Qur'an dan Sunnah.

Ketika seseorang berdoa, ia akan menemukan bahwa doa ini, jalan keluar dari masalah yang ia hadapi. Tak peduli seberapa besar masalahnya, ia menyadari bahwa ada jalan keluar dari masalah ini melalui doa. Jadi semangatnya terangkat, dan ia optimis akan keadaannya. Doa memberinya harapan, dan meningkatkan keyakinannya pada rahmat Allah. Ini membuka sebuah pintu yang menunjukkan kepadanya jalan keluar dari kandang masalah yang ia hadapi, dan lampu yang menerangi jalan keluar dari kegelapan.
Orang yang berdoa dengan tulus, membuka 'hubungan' baru dengan Allah, yang tak ada sebelum ia memulai doanya. Ia menyeru Allah, dengan tulus, dengan sepenuh hati, berkonsentrasi pada doanya, yakin bahwa Allah mendengarnya, mengharapkan jawaban Allah, dan takut akan penundaannya. Ia menyeru Allah dengan Nama dan Sifat-Nya yang paling indah, mungkin untuk pertama kalinya mewujudkan arti sebenarnya dan penerapan dari Nama dan Atribut ini. Imannya meningkat, karena harapan dan ketakutan meningkat, dan cintanya kepada Allah juga meningkat. Pada saat yang sama, ia mengingat dosanya, karena dosa ibarat pintu tertutup yang mencegah agar doa tak diijabah, dan ia khawatir, karena dosa-dosa ini, doanya akan ditolak. Maka, ia bertobat kepada Allah, dan mengubah cara hidupnya, berusaha menyenangkan Allah, menyadari bahwa hanya Dia-lah yang bisa mengubah keadaannya, dan dengan demikian, dalam prosesnya, ia mengembangkan sebuah hubungan baru dengan Allah."

Camar berkata, "Wahai saudara-saudariku, sangat diharapkan bahwa seyogyanya kita hanya menggantungkan asa kepada Allah dan tak takut akan penindasan dari-Nya, karena Allah takkan menzhalimi hamba-hamba-Nya walau sedikit pun, malah sebaliknya, merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri. Namun seharusnya mereka takut bahwa Allah akan membalas dosanya. Doa adalah permohonan dari qalbu orang beriman yang ditujukan kepada Allah - Yang Maha Mendengar segala sesuatu, Yang Maha Mengetahui segala yang tersembunyi. Pengakuan yang berasal dari qalbu orang beriman bahwa ia lemah dan tak berdaya, bahwa ia tak dapat mencapai apapun tanpa bantuan dan pertolongan Allah. Inilah penegasan implisit dari setiap Nama dan Sifat Allah, karena hal itu menegaskan bahwa Allah adalah Yang Maha Pencipta, Yang Maha Memimpin, Yang Mengendalikan segala urusan, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Mampu. Wallahu a'lam."
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa bila ia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.." - [QS. 2:186]
Referensi :
- Abu Ammaar Yasir Qadhi, Du'a The Weapon of the Believer, Al-Hidaayah