Selasa, 27 Februari 2018

Paradigma (2)

Murai melanjutkan, "Sekarang, mari kita renungkan tentang hikmah Yang Maha Lembut, Yang Mahatahu, saat Dia memberi manusia ilmu yang dibutuhkannya dalam mengoptimalkan kehidupannya di dunia ini dan di akhirat kelak, sementara itu, Dia menahan ilmu yang tak dibutuhkan manusia, dan yang tak ada ruginya bila hilang. Dia memfasilitasi sarana untuk memperoleh ilmu yang dibutuhkan, semakin banyak yang dibutuhkan, semakin banyak Dia memfasilitasi perolehannya. Dia memberkahi ilmu dan pengakuan manusia atas Penciptanya, Allah Yang Maha Kuasa - jalan menuju ilmu seperti ini, akan sangat diperlancar.

Tak ada dalam cabang-cabang ilmu yang dapat menandingi hal yang penting ini, juga dengan kejernihan pikiran dan sifat bawaannya; Tak ada cabang ilmu yang memiliki banyak cara dan bukti seperti ilmu ini, tak ada yang sama dalam kejelasan dan kejernihannya - segala yang dilihat mata, semua yang didengar telinga, seluruh apa yang dipikirkan benakmu, semua apa yang terjadi padamu, dan semua yang diterima inderamu, adalah bukti dari Allah. Cara untuk mengenal Sang Pencipta itu, bawaan, dan terbukti dengan sendirinya, sehingga tak ada satupun cabang ilmu yang nyata seperti ilmu ini. Bukti yang paling menarik tak sesuai dengan fakta yang coba dibuktikannya. Itulah alasan mengapa para nabi Allah umumnya berkata kepada umat mereka, "Adakah keraguan tentang Allah?" Mereka berbicara dengan nada yang berarti tak meragukan lagi keberadaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia menetapkan bukti tentang eksistensi-Nya. Keesaan, sifat-kesempurnaan-Nya dari keberlimpahan sedemikian rupa, sehingga tak seorangpun kecuali Allah yang bisa mencantumkan segala keberagaman atau kuantitasnya; Kemudian, Dia menanamkannya di alam bawaan, dan secara umum mendarah daging di dalam benak; kemudian Dia mengirim para nabi-Nya untuk mengingatkan menusia tentang Dia.

Para nabi juga menguraikan sifat bawaan dan pikiran yang sebenarnya secara umum telah diketahui benar. Lihatlah bagaimana alam bawaan telah mendarah daging di dalamnya, menegaskan keberadaan Allah. Keesaan, atribut kesempurnaan, keutuhan, dan hikmah-Nya yang terkandung dalam ciptaan dan firman-firman-Nya, yang menegaskan kebenaran pesan utusan-Nya, dan kompensasi bagi orang-orang mukmin dengan menjadi pahala, dan hukuman yang pantas bagi orang yang bersalah. Jika alam bawaan dipelihara dalam keadaan aslinya sesuai saat penciptaannya, jika tak terkena pengaruh yang mencemari dan merusaknya, serta mengalihkannya dari apa yang dibuatnya, ia akan memastikan Keesaan Allah, kebutuhan bersyukur kepada-Nya dan menaati-Nya, atribut dan hikmah-Nya sebagaimana terkandung dalam tindakan-Nya, dan kepercayaan akan pahala dan siksa. Tapi karena sudah rusak dan dialihkan dari cara pembuatannya, ia mengingkari dan menolak segala sesuatunya.

Inilah sebabnya mengapa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus utusan-Nya sebagai pengingat yang menarik bagi mereka yang memiliki sifat bawaan yang belum rusak dan belum terdistorsi. Orang-orang ini menjawab para nabi dengan sukarela, atas kemauan mereka sendiri, dengan penuh semangat dan sepenuh hati, memperhatikan bukti yang mereka temukan di dalam qalbu mereka: bahkan ada yang tak perlu meminta mukjizat dan bukti supranatural; Mereka lebih merasakan kebenaran panggilan itu dibanding isinya; ini saja sudah cukup memastikan bagi mereka menjadi panggilan yang masuk akal; menjadi bukti dalam dirinya sendiri. Utusan tersebut juga menunjukkan kejujuran mereka dan menolak gugatan orang-orang yang memiliki sifat bawaan yang telah rusak, sehingga yang terakhir tak boleh mengeluh kepada Allah bahwa Dia tak mengirimkan petunjuk dan cahaya kepada mereka. Yang belakangan ini telah diperingatkan, dan bukti kesalahan mereka telah ditetapkan, sehingga ketika Allah mengadzab dan menghukum mereka. Dia takkan bersikap tak adil terhadap mereka.

Hikmah Allah yang tercermin dalam mengutus para nabi ke berbagai bangsa secara konstan, masing-masing menggantikan pendahulunya setelah meninggal; Adalah karena kebutuhan masyarakat akan para utusan dan nabi, karena pikiran mereka lemah; Dan mereka tak menerima pesan utusan sebelumnya dengan sungguh-sungguh. Banyak hal yang berubah saat kenabian Muhammad bin Abdillah, Rasul dan Nabi Allah (ﷺ). Allah mengutusnya untuk menyampaikan pesan kepada intelek yang lebih tercerahkan, kepada pikiran yang lebih tajam dan kaum-kaum yang berpengetahuan lebih baik. Pesan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad (ﷺ) adalah yang paling matang sejak manusia paling awal hingga pada zamannya sendiri. 

Sekarang renungkanlah rahmat Allah dalam memberkahi manusia dengan dua bentuk ekspresi, lisan dan ortografi. Keduanya telah ditekankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam catatan perjalanan mencantumkan rahmat-Nya kepada manusia. Lihatlah bagaimana Allah mengembunkan semua tahap penciptaan; empat tingkat eksistensi. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, memulai dengan penciptaan secara umum, yang merupakan pemberian eksistensi eksternal; karena manusia adalah sasaran perhatian. Dia beralih kepada keunikan penciptaan manusia untuk menunjukkan pentingnya penciptaan, yang Dia tekankan, sungguh menakjubkan. Dengan hanya mengingat penciptaannya, manusia dapat mengamati banyak aspek karunia Allah. Dalam hal ini, teks Al-Quran hanya menyebutkan perkembangan manusia dari gumpalan dari, sementara dalam konteks lain ia menyebutkan tahapan yang mendahuluinya. Hal pertama darimana penciptaan manusia dimulai adalah bumi dan lumpur, atau 'tanah liat'. Di beberapa ayat lain di dalam Al Qur'an, materi penciptaan lainnya ditekankan juga, cairan yang sedikit berharga (yakni air mani). Disini, Al-Quran menyebutkan tahap pertama formasi, gumpalan darah. Sebelumnya, ada setetes air mani, yang langsung mengarah ke segumpal darah.

Dalam konteks kekinian, fase ketiga disebutkan, mengajar dengan kalam, salah satu karunia terbesar yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya, karena inilah sarana untuk melestarikan ilmu pengetahuan, membenarkan hak, mentransmisikan ajaran, merekam saksi, dan menghitung pertamggungjawaban transaksi antar manusia. Dengan tulisan, ilmu tentang leluhur dipelihara untuk keturunan mereka. Tanpa tulisan, peristiwa masa lampau tak dapat diakses pada periode selanjutnya, tradisi akan lenyap, aturan akan membingungkan, dan generasi penerus akan mengabaikan apa yang salah dari nenek moyang mereka; Hambatan utama untuk efisiensi dalam urusan duniawi dan religius akan terlupakan, yang menghapus banyak ilmu dari pikiran mereka.

Menulis adalah kendaraan yang menjaga ilmu agar tak tersesat, dengan cara yang sama ibarat lemari memuat barang-barang agar tak hilang. Di samping Al-Qur'an, menulis adalah salah satu karunia Allah yang paling berharga. Meskipun memperoleh ilmu dengan kalam diwujudkan oleh kecerdasan dan keterampilan, sarana yang memungkinkan hal ini, yaitu dengan menulis, merupakan berkah semata yang diberikan secara bebas oleh Allah, hibah gratis dari-Nya dan karunia tambahan yang meningkatkan kemampuan manusia. Allah-lah Yang mengajar manusia membaca dan menulis, terlepas dari usaha manusia untuk belajar. Tindakan belajar manusia adalah sebagai tanggapan terhadap Guru yang mengajar melalui kalam; Dia mengajar manusia, dan manusia belajar, melainkan dengan cara yang sama seperti Dia mengajarkan manusia bertutur, dan manusia pun berbicara.
Lagi pula, Siapakah yang memberi manusia kekuatan mental yang memungkinkannya melihat pesan masuk, lidah yang mengekspresikan apa yang ingin ia nyatakan, jari-jari yang menggoreskannya di atas kertas? Siapa yang menyediakan pikiran dengan kemampuan untuk memperoleh ilmu, kemampuan yang tak dimiliki oleh satwa? Siapa yang mengaktifkan lidah manusia untuk membuat ungkapan dan jari-jarinya untuk melakukan gerakan terampil? Siapa yang mendukung jari dengan tangan, tangan dengan lengan? Banyak tanda ajaran Allah dengan kalam yang tanpa henti kita lewati!

Sekarang, mari kita bahas sedikit tentang penulisan! Anggaplah dirimu, bagaimana engkau memegang pena, benda mati, menerapkannya pada kertas, benda mati lainnya, dan dari pertemuan kedua benda itu menghasilkan segala macam hikmah dan semua cabang ilmu, berbagai macam korespondensi, khotbah, prosa dan ayat dan risalah tentang isu-isu spesifik. Lalu, siapa, yang membuat gagasan itu muncul, mengalir dalam benakmu, dan mengimpresifkannya pada ingatanmu? Siapa yang menyebabkan ucapan yang mewakili gagasan itu mengalir di lidahmu, lalu ditulis dengan gerakan jarimu? Ini adalah prasasti yang menakjubkan yang muncul di sana, yang menyiratkan keajaiban yang lebih spektakuler daripada bentuknya yang terlihat; Ini memungkinkan engkau memenuhi keinginanmu, mewakili apa yang engkau bayangkan di kedalaman benakmu, dan mentransmisikannya jauh ke daratan dan berbagai wilayah; ini berfungsi di sana sebagai utusanmu, mewakili apa yang engkau katakan; mengumumkan apa yang akan diucapkan lidahmu, memainkan peran utusanmu, seringkali lebih efektif daripada utusan manusia. Siapa lagi selain Dia Yang telah mengajar dengan kalam-Nya, mengajar manusia apa yang tak ia ketahui?

Mengajarkan dengan kalam menyiratkan ketiga tingkat eksistensi: tingkat eksistensi mental, eksistensi verbal dan eksistensi ortografi. Pengajaran dengan menggunakan kalam merupakan indikasi bahwa Yang Maha Kuasa adalah Dzat yang menganugerahkan tingkat tersebut; Allah melimpahkan eksistensi material. Semua tingkat kapak eksistensi dikaitkan dengan Yang Maha Kuasa, dalam penciptaan dan pengajaran. Dalam firman-Nya, Dia menyebutkan dua ciptaan dan dua tindakan mengajar, ciptaan umum dan ciptaan khusus, pengajaran umum dan pengajaran khusus. Dia juga menyebutkan, mengacu pada diri-Nya, atribut 'Akram' (yang paling dermawan, paling mulia, yang paling sempurna) yang menyiratkan semua kebaikan dan kesempurnaan: semua kesempurnaan menjadi milik-Nya sebagai atribut, dan segala hasil yang baik darinya sebagai tindakan; Dia-lah 'Akram' di dalam Dzat-Nya, dalam sifat-sifat-Nya, dan dalam tindakan-Nya. Penciptaan dan pengajaran yang disebutkan di sini, disebabkan oleh kasih-sayang, kebebasan, dan karunia-karunia-Nya; tak berlanjut dari keperluan yang membutuhkannya: Dia-lah Yang Maha Kaya, Yang Maha Mulia.

Maka renungkanlah, bagaimana ilmu tentang Allah, kesaksian akan Keesaan-Nya, penegasan Nama dan Atribut-Nya, pesan dari utusan-utusan-Nya dan Hari Kiamat telah terbukti tertanam dalam alam bawaan, walaupun manusia seringkali tak menyadarinya. Ketika para utusan berseru padanya dan menyampaikan padanya, mereka memungkinkan manusia agar memperhatikan bahwa apa yang mereka sampaikan kepadanya, sebenarnya telah mapan terukir di alam bawaannya, bahwa pikirannya, dan bahkan inderanya, dan seluruh keberadaannya, bersaksi untuk itu. Inilah keyakinan yang bisa dicapai, tingkat kepercayaan yang digambarkan dalam Al-Qur'an sebagai tempat tinggal di qalbu teman-teman dan sahabat-sahabat Allah."

Murai lalu berkata, "Wahai saudara-saudariku, jika engkau perhatikan apa yang Allah perintahkan agar direnungkan, hal itu akan membawamu pada ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta'ala, tentang keesaan-Nya, dan kebesaran-Nya yang agung seperti hikmah, anugerah, keadilan, murka, pahala, dan siksa. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, dengan demikian memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan memerintahkan mereka agar merenungkan firman-firman-Nya. Wallahu a'lam."
"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan." - [QS.6:116]
(Bagian 1)
Referensi :
- Capt. Anas Abdul-Hameed Al-Qoz, Men and The Universe - Reflections of Ibn Al-Qayyem, Darussalam
- Sh. Al-‘Allamah Muhammad Amaan al-Jaami, The Keys to Happiness (Imam Ibn Al-Qayyim), Hikmah Publications
-  Steven R. Covey, 7 Habits of Highly Effective People, Franklin Covey Co.