Jumat, 02 Februari 2018

Dzun Nun (1)


Assalamualaikum!" burung Camar menyapa. "Aku sedang lewat dan mendengar pembicaraan kalian. Bolehkah aku turut bergabung?" berkata sang camar. Nuri menyambut, "Silahkan tampil ke depan, saudaraku!" Setelah tampil di depan, Camar berkata, "Aku ingin berbagi tentang kisah Zhun-Nun atau Sahibul Hut, yaitu, "Sahabat ikan besar.!" Para unggas berkata, "Sampaikanlah kepada kami!" Camar berkata, "Menurut Ibnu Jarir at-Tabari : Pada masa-masa pangeran lokal, tersebutlah kisah Nabi Yunus, putra Matta. Disebutkan bahwa ia berasal dari sebuah kota di wilayah Mosul, yang disebut Niniwe. Kaumnya menyembah berhala, maka Allah, Subhanahu Wa Ta'ala mengutus Nabi Yunus, alaihissalam, kepada mereka dengan perintah menentang pemujaan ini, dan perintah bertobat, agar kembali ke jalan Allah dari kekufuran mereka, dan agar beriman hanya kepada satu Tuhan.
Nabi Yunus, alaihissalam, adalah satu dari dua nabi yang diberi nama dari ibunya, yang lainnya adalah Nabi Isa, alaihissalam. Nabi Yunus diutus kepada kaumnya sebagai seorang Nabi untuk menyeru mereka agar hanya menyembah Allah, mengajak kaumnya meninggalkan jalan dosa mereka. Ia, alaihissalam, menghabiskan tiga puluh tiga tahun hidupnya melaksanakan perutusan ini dan sepanjang masa ini, hanya segelintir orang yang beriman. Akhirnya, dalam keputusasaan, Nabi Yunus, alaihissalam, memohon kepada Tuhannya agar azab-Nya  ditimpakan ke atas kaumnya. Ia diperintahkan agar berdakwah kepada kaumnya selama kira-kira empat puluh hari, saat tiga hari lagi azab akan menimpa kaumnya, ia memberitakan bahwa azab akan menimpa mereka dalam tiga hari dan ia pun pergi.

Kaumnya berkumpul dan sepakat di antara mereka bahwa Nabi Yunus adalah orang yang diketahui tak pernah berbohong, dan ketika mereka melihat bahwa Nabi Yunus telah benar-benar pergi, mereka menjadi yakin bahwa azab itu akan segera terjadi, dan mereka pun bertobat, maka Allah mengasihi dan mengampuni mereka.
Sementara itu, Nabi Yunus menunggu kabar tentang apa yang telah terjadi pada kaumnya, dan pertama-tama seorang musafir melewatinya, memberitahukan kepadanya bahwa kaumnya telah kembali beriman dan azab tak diturunkan. Khawatir akan aib dan disebut pembohong, Nabi Yunus memutuskan takkan kembali, dan naik ke sebuah kapal yang penuhpenumpang, menuju Tarsis, namun tak lama kemudian kapal itu menghadapi cuaca buruk. Para awak kapal sepakat bahwa mereka harus meringankan beban mereka dengan melemparkan beberapa penumpang ke laut, mereka menarik undian dan nama Nabi Yunus muncul, namun mereka enggan melemparkannya ke laut, melihat ia orang yang shalih, lalu mengulanginya sebanyak tiga kali. Nama Nabi Yunus selalu muncul.
Saat dilempar ke laut, Nabi Yunus ditelan oleh ikan lodan dan dalam keputusasannya, Allah memperkenankannya tinggal di perut ikan. Menurut Syahr bin Hausyab : Ikan lodan (al-hut) datang mengibas-ngibaskan ekornya. Sang Ilahi menyampaikan kepadanya, "Hut, wahai hut! Kami takkan menjadikan Yunus sebagai rezekimu. Sebaliknya Kami menjadikanmu tempat pengasingan, sebuah tempat perlindungan baginya." Ikan lodan itu menelan Nabi Yunus, dan melanjutkan perjalanannya dari tempat itu ke Ubullah. Dari sana ia melanjutkan perjalanan ke Tigris, sampai menyerahkan Nabi Yunus ke Niniwe.

Menurut al-Rab': Aku mendengar dari seorang lelaki yang memahami Al-Qur'an dengan hati di masa Umar bin al-Khattab. Ia berkisah tentang kaum Nabi Yunus dan bagaimana Nabi Yunus memperingatkan umatnya dan tak dipercayai, (menurutnya) Nabi Yunus mengatakan bahwa azab akan dijutuhkan ke atas mereka, lalu ia meninggalkan mereka. Ketika mereka melihatnya dan (mengetahui) bahwa azab menyelimuti mereka, mereka meninggalkan tempat tinggal mereka dan naik ke tempat yang tinggi. Mereka berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, menyeru kepada-Nya dengan permohonan yang tulus, agar Dia menangguhkan azab itu dari mereka dan mengembalikan nabi mereka. Itulah sebabnya disebutkan, "Mengapa tak pernah ada kota yang beriman, dan diuntungkan dari keimanannya itu, kecuali kaum Yunus, saat mereka beriman? Kami menangguhkan dari mereka azab penghancuran dalam kehidupan sekarang ini, dan Kami berikan kepada mereka kenikmatan untuk sementara waktu." Tak ada kota yang akan dijatuhkan azab dengan pencabutan azab itu, kecuali kaum Nabi Yunus. Namun, Nabi Yunus tak melihat kejadiannya seperti itu; ia menyimpan dendam dan pergi dengan marah. Nabi Yunus naik ke sebuah kapal. Orang-orang di kapal tersambar hujan badai yang menyapu dan berkata, "Ini karena salah seorang dari kita telah berbuat zhalim." Nabi Yunus, yang menyadari bahwa itu kesalahannya, berkata, "Ini karena kesalahanku, buanglah aku ke laut." Mereka menolak, sampai setelah mereka membuat undian, dan Nabi Yunus menarik undian itu dan tertimpa padanya." Ia berkata kepada mereka, "Aku telah sampaikan kepada kalian bahwa ini kesalahanku." Tapi mereka menolak melemparkannya ke laut sampai mereka menarik undian yang ketiga kalinya. Nabi Yunus tertimpa lagi. Ketika ia melihatnya, ia melemparkan dirinya ke laut, di malam hari.

Ikan lodan menelannya, "Lalu ia berseru dalam kegelapan [menyadari kesalahannya]: 'Tak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, aku termasuk diantara orang-orang yang zhalim.'" Sebelumnya, ia telah mengerjakan amal-shaleh, dan Allah mewahyukan tentang hal itu, "Sekarang, seandainya ia bukan orang yang memuliakan Allah, ia pasti akan tinggal di perut itu sampai hari dimana mereka akan dibangkitkan." Intinya adalah bahwa amal-shaleh akan mengangkat manusia saat ia tersandung. (Seperti yang telah tertuliskan) "Dan Kami melemparkannya ke dalam belantara dan ia sakit." Yunus dilontarkan ke tepi pantai, dan Allah menjadikan sebatang pohon labu tumbuh. Disebutkan bahwa pohon labu itu, labu yang meneteskan susu sampai Nabi Yunus sehat kembali. Kemudian, suatu hari ia kembali ke pohon itu, dan menemukan bahwa pohon itu telah mengering. Ia merasa sedih dan menangis. Namun ia ditegur dan disampaikan kepadanya, "Engkau bersedih hati dan menangis atas sebatang pohon, tetapi engkau tak berduka atas seratus ribu atau lebih dari apa yang telah engkau jalani."

Kemudian Allah membebaskannya dari kesalahan, dan menjadikannya orang yang shaleh. Nabi Yunus diperintahkan agar kembali ke kaumnya dan menyampaikan bahwa Allah telah mengampuni mereka. Dalam perjalanan menuju ke kaumnya, ia bertemu dengan seorang gembala, ia bertanya tentang keadaan kaumnya. Sang gembala menjawab bahwa mereka dalam keadaan baik, dan berharap agar nabi mereka dikembalikan lagi. Nabi Yunus kemudian berkata kepadanya, "Sampaikanlah kepada mereka, 'Aku telah bertemu dengan Yunus.'" Sang gembala menjawab, "Aku tak dapat melakukannya tanpa saksi," kemudian Nabi Yunus menunjuk seekor domba dari kawanan domba gembala itu, dan berkata, "Yang ini akan bersaksi bahwa engkau telah bertemu dengan Yunus." Mendengar ini, sang gembala bertanya, "Apa lagi?" Nabi Yunus menjawab, "Dan tempat dimana engkau akan bersaksi bahwa engkau telah bertemu dengan Yunus." Sang gembala bertanya lagi, "Apa lagi?" Yunus menjawab, "Dan pohon ini akan bersaksi bahwa engkau telah bertemu dengan Yunus," dan sang gembala pun kembali kepada kaumnya.

Sang gembala mengumumkan kepada kaumnya bahwa ia telah bertemu dengan Nabi Yunus, namun mereka tak percaya dan akan melakukan kejahatan terhadapnya. Ia berseru, "Jangan menyakitiku hingga pagi hari." Ketika ia terbangun keesokan harinya, ia membawa mereka ke tempat dimana dia bertemu Nabi Yunus. Sang gembala meminta kepada tempat dimana ia bersaksi, dan tempat itu menyatakan bahwa sang gembala telah bertemu dengan Nabi Yunus. Ia bertanya kepada dombanya, dan domba itu menyatakan bahwa sang gembala telah bertemu dengan Nabi Yunus. Mereka beralih ke sebuah pohon, dan pohon itu menyatakan bahwa sang gembala telah bertemu dengan Nabi Yunus. Kemudian, Nabi Yunus mendekati mereka. Disebutkan, "Kemudian Kami utus ia sampai seratus ribu atau lebih, dan mereka beriman, jadi Kami beri mereka kenikmatan untuk sementara waktu."

Menurut Ibnu Mas'ud, radhiyallahu 'anhu, Nabi Yunus mengancam kaumnya dengan azab Ilahi, dan berkata kepada mereka bahwa azab itu akan menimpa mereka dalam tiga hari. Mereka memisahkan setiap ibu dari anak-anaknya, lalu pergi. Kaum Nabi Yunus kembali kepada Allah dan memohon ampunan-Nya, lalu Allah menangguhkan azab bagi mereka. Nabi Yunus pergi lebih awal dengan harapan azab itu dijatuhkan, namun tak melihat apa-apa. Seorang pembohong tanpa bukti biasanya dihukum mati. Yunus pergi dalam keadaan marah "dan berteriak dalam kegelapan." Ini mengacu pada kegelapan perut ikan lodan, kegelapan malam, dan kegelapan laut.

Menurut Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Saat Allah menghendaki Yunus ditahan dalam perut ikan, Allah memerintahkan (awha) ikan itu, 'Telanlah ia, namun jangan menyentuh dagingnya dan jangan menghancurkan tulang belulangnya.' Ikan besar menyambar Yunus dan menyelam sampai ke sarangnya di kedalaman laut. Ketika di dasar laut, Yunus mendengar sebuah suara. Ia berkata pada dirinya sendiri, 'Apa itu?' Kemudian saat Yunus berada dalam perut ikan, Allah mewahyukan kepadanya, 'Itulah fauna laut yang memuliakan Allah.'"

Kemudian Nabi Yunus, dalam perut ikan, memuliakan Allah. Malaikat mendengarnya, dan berseru, "Wahai Rabb, kami mendengar suara samar dari sebuah negeri asing." Allah berfirman, "Itulah hamba-Ku Yunus, Dia tak menaati-Ku, maka aku menahannya dalam perut ikan lodan di laut." Mereka berseru, "Hamba yang shalih dari siapa setiap hari dan malam amal-shaleh naik kepada-Mu?" Allah menjawab, "Ya." Mendengar ini, mereka berdoa bagi Yunus. Oleh karena itu, ikan itu diperintahkan melontarkannya ke pantai. Seperti firman Allah, "Dan ia sakit." Penyakitnya, yang dijelaskan di dalam Al-Qur'an, sama seperti bayi yang baru lahir. Ketika ikan lodan melemparkannya ke pantai, daging dan belulangnya kosong.

Menurut Ibnu Abbas, radhiyallahu 'anhu, "Keluarlah ikan lodan (bersama Nabi Yunus), sampai ia mengeluarkan Nabi Yunus ke pantai, dan melemparkannya seolah-olah ia anak yang baru lahir."

Menurut Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, "Ia terlontar dalam keadaan telanjang, dan Allah menjadikan tumbuh-tumbuhan (yaqtinah) berkembang di sekelilingnya. Tumbuhan itu sayur labu. Allah menyiapkan sejenis rusa betina dan binatang lainnya, yang memakan rerumputan. Mereka berkeliaran di sekitarnya dan memuaskan dahaganya dengan susu mereka, setiap pagi dan petang, hingga ia pulih kembali."
Menurut Ibnu Katsir, rahimahullah, secara bertahap, Nabi Yunus memperoleh kembali kekuatannya dan menemukan jalan ke kampung halamannya, Niniwe. Ia terkejut melihat perubahan yang terjadi di sana. Seluruh penduduk ternyata menyambutnya. Mereka menyampaikan kepada Nabi Yunus bahwa mereka telah kembali beriman kepada Allah. Bersama-sama mereka melakukan doa syukur kepada Allah Yang Maha Pemurah.
Ibnu Abbas, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan, "Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Tak sepantasnya seorang hamba berkata bahwa aku lebih baik daripada Yunus bin Matta'."
[Bagian 2]
Referensi :
- The History of at-Tabari, Volume IV, The Ancient Kingdoms, translated and annotated by Moshe Perlmann, SUNY Press.
- Ibn Kathiir, Stories of The Prophets, Darussalam