Jumat, 11 Mei 2018

Manusia dan Semesta (1)

Kemudian sang Pematri berkata, "Wahai anak muda, ketahuilah bahwa dasar dari semua jenis kebaikan didasari oleh ilmu bahwa apa yang Allah kehendaki, terjadi, dan apa yang tak Dia kehendaki, takkan pernah terjadi. Ilmu ini hendaknya membuatmu yakin bahwa apapun amal-shalih yang dikerjakan, dapat terlaksana karena rahmat-Nya, sehingga engkau bersyukur pada-Nya dan memohon pada-Nya agar tak menghentikan rahmat-Nya darimu. Ilmu ini juga harus mengarahkanmu agar merasa yakin bahwa perbuatan dosa terjadi karena Allah takkan menolong mereka yang melakukannya, dan engkau seyogyanya memohon kepada-Nya, agar mencegahmu berbuat dosa dan tak pernah meninggalkanmu bergantung pada dirimu sendiri untuk mengerjakan amal-shalih dan meninggalkan perbuatan dosa, melainkan dengan karunia-Nya, menolongmu agar menaati-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.

Sekarang, mari kita berbicara tentang ia yang pertama kali diberi kewenangan dan dipertunjukkan kebaikan oleh Allah, namun tak mensyukurinya. Setelah menolak Keagungan Allah, ia berbangga-diri dan sombong terhadap Rabb-nya dan karenanya, Allah mencabut karunia-Nya dan mempermalukan serta menghinakannya.
Allah, Subhanahu wa Ta'ala, telah menciptakan Iblis yang indah. Dia telah memuliakan dan menghargainya dan, diriwayatkan, menjadikannya penguasa atas langit dan bumi. Selain itu, Allah Ta'ala juga menjadikannya salah satu penjaga Surga. Akan tetapi, ia menjadi sombong terhadap Tuhannya dan mengklaim keilahian bagi dirinya sendiri dan mengajak mereka yang di bawah kendalinya, agar menyembah dirinya. Oleh karena itu, Allah mengubahnya menjadi Setan yang dirajam. Dia, Subhanahu wa Ta'ala, mencelanya dan mencabut nikmat yang telah Dia berikan kepadanya. Dia mengutuknya dan mengeluarkannya dari surga-Nya, masuk ke dunia ini yang singkat, dan kemudian memberikan kepadanya dan para pengikutnya serta mereka yang memihaknya, Api Neraka sebagai tempat tinggal mereka di dunia berikutnya, kelak. Kita berlindung kepada Allah terhadap murka-Nya dan terhadap tindakan apapun yang membawa seseorang mendekat kepada murka-Nya dan mendapat kesulitan.

Menurut Ibnu Jarir at-Tabari, dari riwayat para Sahabat, radhiyallahu 'anhum, bahwa Iblis adalah penjaga surga. Namanya al-Harit, dalam riwayat lain, Iblis bernama 'Azazil. Allah menciptakan para malaikat pada hari Rabu. Dia menciptakan bangsa Jin pada hari Kamis, dan Dia menciptakan Nabi Adam, alaihissalam, pada hari Jumat. Iblis diberi kewenangan menguasai langit yang terendah dan juga bumi. Seluruh malaikat diciptakan dari cahaya. Jin, disebutkan dalam Al-Qur'an diciptakan "dari api yang terang (marij) - marij bermakna lidah api yang menyala. Dan Allah menciptakan manusia dari tanah liat. Yang pertama menghuni bumi adalah bangsa Jin. Dua ribu tahun sebelum penciptaan Nabi Adam, Jin telah menumpahkan darah. Mereka menyebabkan kerusakan di bumi dan saling membunuh. Allah mengutus Iblis bersama pasukannya. Iblis dan pasukannya menyebabkan pertumpahan darah di antara mereka dan akhirnya mengusir mereka ke pulau-pulau di lautan dan gunung-gunung. Kesuksesannya menjadikannya merasa bangga, dan ia berkata, "Aku telah melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan siapapun sebelumnya." Allah mengetahui apa yang ada didalam benak Iblis, namun para malaikat yang bersamanya, tak mengetahuinya.

Kemudian Allah menciptakan Nabi Adam, alaihissalam, dan episode ketidaktaatan Iblis kepada Rabbnya pun terjadi. Salah satu peristiwa yang terjadi pada saat-saat Iblis memegang kewenangannya, adalah penciptaan Nabi Adam, Bapak umat manusia. Runtunannya sebagai berikut: Karena para malaikat tak menyadari tentang kesombongan Iblis, Allah berkehendak menyadarkan mereka dan menunjukkan kepada mereka, ada yang salah dengan Iblis, inilah saat dimana kewenangan dan pemerintahan Iblis akan dicabut. Dalam hubungan ini, Allah berfirman kepada para malaikat, "Aku akan menempatkan di bumi, seorang khalifah." Mereka menjawab, "Akankah Engkau menempatkan orang yang akan menyebabkan kerusakan dan pertumpahan darah diatasnya?" Seperti yang diriwayatkan atas otoritas Ibnu 'Abbas, radhiyallahu 'anhu, bahwa para malaikat mengatakan persis seperti itu, teringat akan apa yang jin, yang penghuni bumi sebelumnya, lakukan. Ketika Rabb mereka berfirman, "Aku akan menempatkan di bumi seorang khalifah," mereka bertanya, "Akankah Engkau menempatkan di atasnya orang yang akan berperilaku seperti jin yang, ketika di bumi, menumpahkan darah di sana dan menyebabkan kerusakan dan tak menaati Engkau, sedangkan kami memuji dan memuliakan-Mu?" Rabb mereka berkata, "Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Menurut At-Tabari, yang dimaksudkan firman Allah tersebut, "Aku mengetahui tentang keterlibatan Iblis dengan kesungguhan yang tidak Engkau ketahui. Aku tahu bahwa ia bermaksud menentang perintah-Ku dan bahwa ia telah melakukan kesalahan dan menipu diri sendiri yang sia-sia. Aku akan menunjukkan kepada kalian, sikapnya ini, sehingga kalian bisa melihatnya dengan mata kepala sendiri." Namun, menurut Ibn Katsir, yang dimaksud ayat tersebut, Allah Ta'ala ingin menciptakan keturunan Nabi Adam yang datang silih-berganti. Allah Ta'ala menyampaikan hal ini kepada para Malaikat sebagai bentuk pemuliaan ciptaan Nabi Adam dan keturunannya, serta perkara yang agung sebelum penciptaannya.

Allah lalu mengutus malaikat Jibril, alaihissalam, ke bumi untuk mengambil tanah liat. Bumi berkata, 'Aku berlindung kepada Allah terhadap engkau, karena mengambil sesuatu dariku dan merusakku.' Maka Jibril kembali tanpa mengambil sedikitpun tanah liat dan berkata, 'Wahai Rabbku, bumi berlindung kepada-Mu, dan aku mengabulkan keinginannya.' Allah lalu mengutus Mikail, alaihissalam, dan hal yang persis sama terjadi. Kemudian Dia mengutus Malaikat-maut. Ketika bumi berlindung kepada Allah terhadapnya, ia berkata, 'Aku berlindung kepada Allah dari kembali tanpa melaksanakan perintah-Nya.' Maka Malaikat-maut pun mengambil tanah dari muka bumi dan membuat campuran. Ia tak mengambil tanah dari satu tempat, akan tetapi mengambil tanah merah, putih, dan hitam. Oleh karenanya, anak-anak Adam terlahir berbeda-beda. Ia memulai dari tanah, lalu membasahinya sehingga menjadi "tanah liat yang lengket" - lazib, yang bermakna sesuatu yang melekat pada sesuatu yang lain. Kemudian tanah yang basah itu, dibiarkan berubah dan menjadi lumpur hitam yang berbangar.

Menurut Abu Dawud, dari Sa'id bin Jubair, "Ia bernama Adam sebagaimana ia diciptakan dari kulit bumi (adim)." Menurut Abu Musa al-Asy'ari, dari Rasulullah (ﷺ), "Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi. Dengan demikian, anak-anak Adam terlahir sesuai asalnya dengan bumi, dalam warna merah, hitam, putih, atau warna di antaranya, dan menjadi halus atau kasar, tak menyenangkan atau menyenangkan. Tanah liat darimana Adam dibuat menjadi lembab sampai menjadi "tanah liat lengket", kemudian dibiarkan menjadi lendir lumpur hitam berbangar, dan kemudian salsaal ("tanah liat kering" atau "tanah liat tembikar"), seperti firman Allah, "Kami menciptakan manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam."

Maka Allah menciptakan Nabi Adam sebagai manusia. Ia berbentuk jasad tanah liat selama empat puluh tahun sejak Hari Jumat, dalam riwayat lain, ia tetap tergeletak sebagai jasad selama empat puluh malam (perlu diperhatikan, perhitungan masa di saat penciptaan berbeda dengan perhitungan manusia). Iblis pernah mendatanginya dan menendangnya dengan kakinya, sehingga jasad itu mengeluarkan suara. Kemudian Iblis masuk ke mulut Nabi Adam dan keluar lewat posteriornya, dan ia masuk lagi ke posteriornya dan keluar melalui mulutnya. Kemudian ia berkata, 'Kamu bukan sesuatu yang bersuara. Untuk apakah kamu diciptakan? Jika aku diberikan kewenangan atasmu, aku akan menghancurkanmu, dan jika kamu diberi kewenangan atasku, aku takkan mematuhimu.'

Pada saat itu, Allah berkehendak meniupkan ruh ke tubuh Nabi Adam, Dia berfirman kepada para malaikat, 'Ketika Aku meniupkan ruh-Ku, bersujudlah kalian di hadapannya!' Ketika Allah meniupkan ruh-Nya ke dalam diri Nabi Adam, melalui kepalanya. Saat sesuatu dari ruh itu mulai bergerak didalam tubuh Nabi Adam, mulailah menjadi daging dan darah. Ketika ruh yang ditiup mencapai pusar, ia melihat tubuhnya dan senang melihat keindahannya. Ia berusaha bangun namun tak bisa. Inilah makna dimana Allah berfirman, "Manusia diciptakan dengan tergesa-gesa" yang berarti tertekan, tanpa kesabaran dan juga keberuntungan. Ketika ruh yang ditiup itu benar-benar merasuki tubuhnya, Nabi Adam bersin. Dengan ilham Ilahi, atau dalam riwayat lain, para malaikat berkata, 'Ucapkan, 'Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam,' dan Nabi Adam mengucapkannya. Karena itu Allah berfirman kepadanya, 'Semoga Rabbmu merahmatimu!' Ketika ruh memasuki matanya, ia melihat buah-buahan Firdaus, dan ketika memasuki perutnya, ia menginginkan makanan. Sehingga ia melompat sebelum ruh itu mencapai kakinya, dalam ketergesaannya untuk mendapatkan buah surga.

Akhirnya, seluruh malaikat bersujud, kecuali Iblis. Ia, laknatullah, menolak bersujud. Ia menolak dan sombong, menjadi orang yang kafir. Ketika Allah berfirman kepada Iblis, "Apakah yang menghalangimu sehingga kamu tak bersujud kepada Adam ketika Aku menyuruhmu?" Iblis berkata, 'Aku lebih baik daripada ia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan ia, Engkau ciptakan dari tanah.' Lalu Allah berfirman, 'Turunlah kamu dari surga; karena kamu tak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina." Iblis berkata, "Berilah aku penangguhan waktu, sampai hari mereka dibangkitkan." Allah berfirman, "Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu." Iblis menjawab, "Karena Engkau telah menghukumku tersesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” Allah berfirman, “Keluarlah kamu dari surga dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua.”
Iblis menolak bersujud, Allah "menghinakannya", yaitu, Dia menghilangkan harapan baginya untuk mencapai sesuatu yang baik dan membuatnya menjadi setan yang dirajam sebagai hukuman atas ketidaktaatannya. Para malaikat sadar sepenuhnya apa yang telah tersembunyi kepada mereka tentang Iblis, dan mereka menyadari bahwa di antara mereka ada orang yang tak taat kepada Allah dan menentang perintah-Nya.

Nabi Adam duduk, Rabb-Nya berkata kepadanya, "Pergilah ke kumpulan malaikat itu dan ucapkan kepada mereka, 'Salam sejahtera untukmu!' Nabi Adam bangkit dan berkata kepada mereka, 'Salam sejahtera untukmu!' dan para malaikat menjawab, 'Dan salam sejahtera serta rahmat Allah untukmu!' Nabi Adam kemudian kembali kepada Rabbnya Yang berfirman kepadanya, 'Itulah ucapan salammu dan ucapan salam bagi keturunanmu untuk digunakan di antara mereka.'
Dan Allah mengajarkan Nabi Adam nama-nama segala sesuatu, sedikit dan sedikit, nama-nama semua yang telah diciptakan Allah. Allah mengajarkan kepadanya nama segalanya, inilah kuda, inilah begal, dan unta, jin, binatang buas. Dan Nabi Adam mulai menyebut semuanya dengan namanya. Dia mengajarkan kepada Nabi Adam semua nama, 'Ini gunung, ini dan itu, dan itu seperti ini dan itu.'

Ketika Allah mengajari Nabi Adam semua nama, Allah memberikan nama-nama itu kepada para malaikat dan berfirman kepada mereka, "Katakan pada-Ku nama-nama ini, jika kamu mengatakan yang sebenarnya." Seperti disebutkan, Allah menyampaikan ini kepada para malaikat hanya karena, ketika Dia berfirman kepada mereka, "Aku akan menempatkan di bumi seorang khalifah," kata mereka "Akankah Engkau menempatkan orang yang akan menyebabkan kerusakan dan menumpahkan darah diatasnya, sedangkan kami memuji dan memuliakan-Mu?" Jadi, setelah menciptakan Adam dan telah meniupkan roh ke dalam dirinya dan setelah mengajarinya nama-nama segala sesuatu yang telah Dia ciptakan, Dia memberikannya kepada para malaikat dan berkata kepada mereka, "Katakan pada-Ku nama-nama ini, jika kamu mengatakan kebenaran," yang bermakna bahwa jika Aku menempatkan salah satu dari kamu sebagai khalifah-Ku di bumi, kamu akan mematuhi, memuji, dan memuliakan Aku dan tak menjadi orang ingkar. Jika Aku menempatkan seseorang yang bukan milikmu sebagai khalifah-Ku di atas bumi, ia akan menyebabkan kerusakan dan menumpahkan darah. Sekarang, jika kamu tak tahu nama mereka, meskipun kamu dapat mengamati dan melihatnya dengan matamu sendiri, kemungkinan besar kamu tidak akan tahu apa yang akan terjadi denganmu, jika Aku menempatkan salah satu darimu sebagai khalifah-Ku di bumi, atau dengan yang lain, jika Aku menempatkan salah satu dari mereka sebagai khalifah-Ku di bumi, ketika mereka keluar dari pandanganmu dan kamu tak melihat mereka dengan mata kepalamu sendiri, dan kamu belum diberitahu apa yang kamu atau mereka akan lakukan. Inilah apa yang dikatakan para Salaf, sebagaimana diriwayatkan atas otoritas mereka.

Iblis diusir dari surga ketika ia dikutuk, dan Nabi Adam menetap di surga. Nabi Adam biasa pergi sendirian, tak memiliki pasangan yang menemaninya. Ia tertidur, dan ketika bangun, ia menemukan duduk di dekat kepalanya seorang wanita yang telah diciptakan oleh Allah dari tulang rusuknya. Nabi Adam bertanya siapa ia, dan ia menjawab, "Wanita". Ia bertanya, untuk tujuan apa ia diciptakan, dan ia menjawab, "Bagimu, untuk menemaniku." Para malaikat, yang mencari tahu sejauh mana ilmu Adam, menanyakan namanya. ia menjawab, "Hawa". Ketika para malaikat bertanya mengapa ia dipanggil Hawa, ia menjawab, "Karena ia diciptakan dari makhluk hidup."
Allah berfirman, "Wahai Adam! Tinggallah engkau bersama istrimu dalam surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tetapi janganlah kamu berdua dekati pohon yang satu ini. Apabila didekati, kamu berdua termasuk orang-orang yang zhalim."

Sekarang kita akan membahas bagaimana Allah menguji ketaatan ayah kita, Nabi Adam, alaihissalam, dan merundungnya karena gagal dalam ujian, bagaimana Nabi Adam tak taat kepada Rabbnya setelah Allah memberinya kehormatan dan kedudukan yang tinggi dan menikmati Surga Allah, dan bagaimana ia kehilangan semua itu dan turun dari kemewahan dan cara hidup yang menyenangkan serta berlimpah di Surga, kepada cara hidup yang menyedihkan dari penghuni bumi, merawat, mencangkul, dan membajak tanah.
Ketika Allah menetapkan Nabi Adam dan istrinya di Firdaus-Nya, Dia memperkenankan mereka memakan buah apa saja yang mereka inginkan, kecuali buah dari satu pohon. Inilah cobaan mereka dan penilaian Allah atas mereka serta keturunan mereka, sedang terjadi. Ketika Nabi Adam memasuki Surga dan melihat banyak kenikmatan di sana dan bagian itu diberikan kepadanya oleh Allah, ia berkata, "Bisakah kita hidup kekal!" Ketika Setan mendengarnya, ia yakin, itulah titik lemah Adam, dan iapun menggodanya dengan kehidupan kekal.

Iblis ingin menemui mereka di Firdaus, namun para penjaga Surga mencegahnya masuk. Iapun menemui ular, seekor binatang dengan empat kaki laksana seekor unta — sepertinya itulah salah satu hewan yang paling indah. Iblis berbicara dengannya, berusaha membujuknya agar membiarkannya masuk ke mulutnya, dan membawanya menemui Nabi Adam. Sang ular membiarkan Iblis melakukannya, melewati para penjaga, dan masuk tanpa sepengetahuan mereka, karena itulah rencana Allah. Sekarang, Iblis berbicara dengan Nabi Adam dari mulut sang ular, namun Nabi Adam tak memperhatikan apa yang ia ucapkan. Maka Iblis pun keluar dan berkata, "Adam, bolehkah aku menuntunmu ke pohon kekekalan dan kekuasaan yang tak pernah lekang? Akulah salah satu dari mereka yang memberimu nasihat yang baik."
Dari apa yang ia ketahui dari para malaikat, ia tahu, apa yang Nabi Adam tak ketahui, bahwa mereka memiliki bagian-bagian rahasia. Pakaian mereka adalah al-zufr. Adam menolak makan dari pohon, tetapi Hawa maju dan makan. Lalu Hawa berkata, "Makanlah, Adam! Karena aku sudah memakannya, dan tak menyakitiku." Namun saat Nabi Adam memakannya, bagian rahasia mereka terlihat jelas bagi mereka, dan mereka mulai menutupi diri dengan daun surga yang dilekatkan ke tubuh mereka."

Dalam riwayat lain, dinyatakan bahwa Iblis, musuh Allah, meminta kepada hewan-hewan di bumi untuk membawanya ke surga, sehingga ia dapat berbicara dengan Adam dan isterinya, namun semuanya menolak. Akhirnya, ia berbicara kepada ular dan berkata, "Jika kamu membawaku ke surga, aku akan melindungimu dari keturunan Adam, dan kamu akan berada di bawah perlindunganku." Ular itu menempatkannya di antara dua taringnya dan membawanya masuk. Iblis berbicara dengan Adam dan istrinya dari mulut ular. Ular itu berpakaian dan berjalan dengan empat kaki, tetapi Allah kemudian menanggalkannya dan menjadikannya berjalan di atas perutnya.
Ketika Adam dan Hawa berbuat dosa, makan dari pohon terlarang, Allah mengeluarkan mereka dari Firdaus dan mencabut kemewahan dan keberlimpahan yang telah mereka nikmati. Dia melemparkan mereka, Iblis musuh mereka, dan sang ular turun ke bumi. Allah berfirman kepada mereka, "Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan."

Sang musafir muda bertanya, "Dimana tempat Adam dan Hawa berada ketika mereka dikeluarkan?" Sang pematri berkata, "Banyak pendapat tentang ini. Ada yang mengatakan, sebelum matahari terbenam, sejak hari Jumat dimana Allah telah menciptakan Nabi Adam. Perlu dicatat bahwa perhitungan waktu dimana Allah menyebutkan masa penciptaan berbeda dari perhitungan kita. Misalnya, menurut Ibnu Jarir at-Tabari, bahwa Nabi Adam diciptakan pada jam terakhir dari hari ke enam dari hari-hari yang masing-masing setara dengan seribu tahun perhitungan kita. Kesimpulannya adalah bahwa satu jam dari jam hari itu, adalah delapan puluh tiga tahun perhitungan kita. Durasi tinggal Nabi Adam dan Hawa di Firdaus adalah lima jam pada hari itu. Ada juga yang mengatakan, tiga jam. Beberapa mengatakan bahwa Adam diusir dari Firdaus pada jam ke sembilan atau jam kesepuluh. Jadi, engkau bisa menggandakannya sesuai pendapat Ibn Jarir agar dapat melihat perbedaannya.
Sekarang Allah menurunkan Nabi Adam dari surga bersama isterinya. Menurut para Salaf, Allah menurunkannya di India, beberapa yang mengatakan bahwa Nabi Adam diturunkan di atas gunung di India yang disebut Nudh. Yang lain berkata, "Sebaliknya, Adam diturunkan di Sarandib (Ceylon) di atas sebuah gunung yang disebut Nudh, Hawa di Juddah dari tanah Mekkah, Iblis di Maisan, dan ular di Isbahan. Juga ada yang mengatakan bahwa ular itu dibuang di padang pasir (al-barriyyah), dan Iblis di pantai laut al-Ubullah.

Menurut Ata' bin Abi Rabah, ketika Allah menurunkan Nabi Adam dari Surga, Nabi Adam merindukan puja dan puji yang telah ia dengar dari para malaikat dan merasa sangat kesepian, sehingga ia akhirnya mengeluhkan tentang hal itu kepada Allah dalam sholatnya. Karenanya, ia diperintahkan ke Mekah. Dalam perjalanan, setiap tempat dimana ia menginjakkan kaki, menjadi sebuah desa, dan jarak antara langkahnya menjadi padang pasir, sampai ia mencapai Mekah. Allah menurunkan permata atau yaqut atau batu rubi dari Surga dimana Rumah itu berada hari ini. Adam terus mengitarinya, sampai Allah menurunkan Air Bah. Permata itu terangkat, sampai Allah mengutus Nabi Ibraham, Al-Khalil, untuk membangun kembali Rumah itu dalam bentuknya yang terakhir.
Menurut Qatadah, "Ukuran tubuh Nabi Adam berkurang menjadi enam puluh hasta (30 meter). Nabi Adam sedih karena ia merindukan suara-suara dan pujian dari para malaikat, ia mengeluhkan tentang hal itu kepada Allah, dan Allah berfirman, "Adam, Aku telah mengasingkan sebuah rumah bagimu untuk berthawaf, seperti mereka yang berthawaf di Arasy-Ku, dan untuk shalat seperti mereka yang shalat di Arasy-Ku." Nabi Adam pun pergi dan langkahnya diperpanjang, dan selang waktu antara dua langkah menjadi gurun. Gurun ini terus ada. Nabi Adam tiba di Rumah itu, dan ia dan para nabi yang datang setelahnya, juga mengelilinginya.

Sang pemikir berkata, "Wahai anak muda, kehidupan ini, dimana anak-anak Adam tinggal, punya kekayaan dan kelezatan yang tampak jelas, seperti pakaian, makanan, minuman, dll. Seluruh aspek ini memberikan bekal dan nafkah yang diperlukan guna perjalanan seseorang kembali ke Allah. Manusia membutuhkan bekal ini, tetapi, hanya dalam batas yang pantas dan dengan cara yang halal; yang seperti itulah orang-orang mukmin terpuji mengambil semua ini dengan cara yang baik dan benar. Mereka yang mengambil lebih dari apa yang diperlukan, dengan keserakahan, akan mendapat teguran. Sesungguhnya, walau dengan keserakahan dapat menumpuk kekayaan, pada gilirannya, apa yang bermanfaat itu akan berubah menjadi suatu petaka yang pada hakekatnya membuat seseorang sibuk hanya mencari keuntungan dan manfaat saja. Perlu kita tegaskan bahwa seseorang diperintahkan mengambil sesuatu dari kehidupan dunia, hanya yang diperlukan guna keberlangsungan hidupnya; yang diperlukan bagi tubuh dan sarana penghidupannya untuk menopang hidupnya. Jalan yang wajar adalah cara teraman, mengumpulkan bekal yang diperlukan seseorang untuk melanjutkan perjalanan melalui kehidupan ini. Jika apa yang diambil dari kehidupan ini adalah bagian dari apa yang ia inginkan dengan cara dan dari sumber yang halal, lalu memberikan qalbu apa yang diinginkannya, dalam hal ini membantu memenuhi kebutuhan hidupnya dan menebus haknya.

Bolehlah mengumpulkan kekayaan dari sumber yang bersih dan halal, serta membelanjakannya dengan cara yang baik dan tak berlebih-lebihan; inilah suatu ibadah yang mendekatkan seorang Muslim dengan Allah. Jika seseorang mengumpulkan kekayaan dalam kehidupan ini dari sumber yang haram dan menghabiskannya dijalan yang tak benar, maka itulah bekal terburuk yang akan menyertainya ke neraka. Sesungguhnya, kehidupan dunia ini singkat, Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Apa yang harus kulakukan dengan hidup ini? Perumpamaan diriku dengan kehidupan ini, ibarat seorang penunggang kuda yang beristirahat di bawah naungan sebuah pohon, dan kemudian pergi." Dalam Surah Ghafir [40]: 39, kehidupan ini digambarkan sebagai, "...Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." Mereka yang menyukai kehidupan ini, dengan kenikmatannya yang hanya sebentar, dan bekerja keras untuk mengumpulkan harta, akan merasa terlalu sibuk bila akan beribadah dan menaati Allah untuk mengemban tugas dan kewajiban mereka secara sempurna dan tepat waktu. Wallahu a'lam."

Sang musafir muda berkata, "Ketika engkau mengisahkan tentang Kaum Tsamud, engkau menyebutkan tentang Kaum 'Ad. Mohon, sampaikan padaku tentang mereka!" Sebelum sang Pematri menjawab, tiba-tiba, seorang lelaki berkata, "Aku tahu kisahnya! Jika kalian mau, aku bisa menyampaikannya." Sang musafir dan Pematri berbalik, ternyata, sang Penjahit telah terjaga.
[Bagian 2]