Almond berkata, "Wahai saudara-saudariku, Allah memberikan perumpamaan penyembah berhala dan orang yang beriman dalam Surah Az-Zumar [39]: 29, Allah berfirman, 'Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (hamba sahaya) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan, dan seorang hamba sahaya yang menjadi milik penuh dari seorang (saja). Adakah kedua hamba sahaya itu sama keadaannya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tak mengetahui.'
Penyembah berhala diibaratkan sebagai hamba sahaya yang dimiliki oleh sekelompok orang, yang harus ia layani, namun ia tak dapat menyenangkan mereka semua, sedangkan orang beriman, yang menyembah dan meyakini Satu Illah, diibaratkan dengan hamba sahaya yang dimiliki oleh seorang saja, dan ia tahu sarana apa yang dapat menyenangkan hati majikannya. Ia tahu apa yang majikannya inginkan, dan karenanya, ia aman dari perdebatan sesama kolega, bila seandainya ia dimiliki oleh sebuah kelompok. Oleh karenanya, ia tetap fokus melayani majikannya, dan majikannya itu, akan memperlakukannya dengan kemurahan-hati dan kasih-sayang. Jadi, Allah bertanya kepada kita, bagaimanakah hamba-hamba ini bisa disamakan dalam segala hal? Sesungguhnya, saat seorang hamba berkhakti kepada seorang majikan saja, ia akan menerima banyak kebaikan, kemurahan-hati dan pertolongan, dibanding dengan orang yang dimiliki oleh para kolega yang selalu saja berdebat. Mahasuci Allah karena sebagian besar dari mereka, gagal memahami.
Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, Maryam putri Imran, ibu Nabi Isa, alaihissalam, yang memelihara kehormatannya. Dan istri Fir‘aun, ketika ia berkata, “Wahai Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim,”
Gelatik bertanya, "Siapakah istri Firaun itu? "Almond berkata,"Ia adalah Asiyah binti Muzahim. Imam Ahmad mencatat, Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Yang terbaik di antara para wanita Surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti 'Imran dan Asiyah binti Muzahim, istri Firaun."
Gelatik berkata, "Wahai Almond, sampaikanlah kepada kami tentang kisah Firaun!" Almond berkata, "Menurut Ibnu Katsir dan Ibnu Jarir at-Tabari, para ahli kitab menyebutkan bahwa, dimulai dari Nabi Ibrahim, alaihissalam, Hajar melahirkan Nabi Ismail, alaihissalam, dan Sarah memberinya Nabi Ishak, alaihissalam. Dari Rifqa, Al-'Aish dan Nabi Yakub, alaihissalam, dilahirkan untuk Nabi Ishak. Disebutkan bahwa Ar-Rum, orang-orang Romawi, juga orang yang berkulit kuning, adalah keturunan Al-'Aish. Nabi Yakub juga disebut Israil. Nabi Yakub memiliki dua istri, Layya dan Rahil, dan dua selir, Zulfa dan Balhah. Layya memberinya lima putra, Rubail, Syam'un, Lawa, Yahudza, Yashhar, Zabilun dan seorang putri, Dinah. Zulfa melahirkan, Daan dan Naftaliy. Balhah melahirkan, Jaad dan Asyir. Rahil melahirkan Nabi Yusuf, alaihissalam, dan Bunyamin yang disebut Syaddad dalam bahasa Arab. Rahil meninggal saat melahirkan Bunyamin. Nabi Yakub memiliki dua belas putera. Mereka dan keturunan mereka, disebut Bani Israil.
Karena kedengkian saudara-saudaranya, Nabi Yusuf, alaihissalam, putra Nabi Yakub dari Rahil, terasingkan ke Mesir. Beberapa Ahli Kitab, menyebutkan bahwa Nabi Yusuf memasuki Mesir pada usia tujuh belas tahun dan menetap di rumah Potifar, atau al-Azis, selama tiga belas tahun. Ketika ia mencapai usia tiga puluh tahun, Firaun, raja Mesir, yang bernama al-Rayyan bin al-Walid bin Tzarwan bin Arasyah bin Qaran bin 'Amr bin' Imlak bin Lud bin Sam bin Nuh, menjadikannya Mangkubumi kerajaan Mesir. Raja ini, beriman kepada Allah dan wafat. Kemudian, ia digantikan oleh Qabus bin Mus'ab bin Mu'awiyah bin Numair bin al-Silwa bin Qaran bin `Amr bin 'Imlak bin Lud bin Sam bin Nuh, yang kafir. Istrinya adalah Asiyah binti Muzahim bin `Ubaid bin al-Rayyan bin al-Walid. Nabi Yusuf berdakwah kepada Qabus bin Mus'ab agar beriman kepada Allah, namun ia tak menanggapi. Kemudian Nabi Yusuf menjadikan saudaranya, Yahudza sebagai pewarisnya, dan wafat pada usia seratus dua puluh tahun.
Ia berpisah dengan Nabi Yakub selama dua puluh dua tahun. Nabi Yakub tinggal bersama Nabi Yusuf di Mesir setelah Allah mempertemukan mereka kembali, selama tujuh belas tahun. Ketika ajal Nabi Ibrahim telah dekat, ia menjadikan Nabi Yusuf sebagai ahli warisnya. Nabi Yakub datang ke Mesir dengan tujuh puluh orang keluarganya, dan ketika ia sekarat, ia meminta Nabi Yusuf berjanji agar membawa jasadnya pulang untuk dimakamkan di sebelah ayahnya, Nabi Ishak. Nabi Yusuf melaksanakannya, membawa jasadnya untuk dimakamkan di Suriah, dan kemudian ia kembali ke Mesir. Nabi Yusuf memerintahkan agar jasadnya sendiri, dimakamkan bersama pendahulunya. Namun ketika Nabi Yusuf wafat, ia belum sempat dibawa pulang ke Syria. Jasadnya diletakkan didalam sebuah peti marmer di sungai Nil. Ketika Nabi Musa, alaihissalam, meninggalkan Mesir, ia membawa peti mati berisi jasad Nabi Yusuf, alaihissalam.
Setelah Qabus bin Mus'ab wafat, ia digantikan oleh saudaranya, al-Walid bin Mus'ab. Disebutkan bahwa al-Walid menikahi Asiyah binti Muzahim, mengikuti saudaranya. Ia lebih biadab dibanding Qabus, lebih kufur, dan lebih angkuh. Dintara para Firaun, tak ada yang lebih kejam, lebih keras-hati, atau lebih jahat terhadap Bani Israel daripada dirinya. Ia menyiksa mereka dan menjadikan mereka budak dan hamba sahaya, mengelompokkan mereka menurut tugasnya: ada kelompok yang tugasnya membangun, kelompok lain untuk membajak, dan ada kelompok yang dipekerjakan untuk menabur benih. Mereka sibuk bekerja, dan siapapun di antara mereka yang tak mau bekerja untuknya, harus membayar pajak. Al-Walid menyiksa Bani Israil, yang tetap memelihara apa yang masih tersisa pada agama mereka, yang tak ingin mereka tinggalkan. Al-Walid dikaruniai kehidupan yang panjang selagi ia memerintah Bani Israil, dan sebagai imbalannya, ia menimpakan mereka siksaan yang mengerikan. Ketika Allah berkehendak melepaskan Bani Israil dari kesengsaraan, dan saat Nabi Musa telah mencapai kedewasaan, Allah memberinya Risalah.
At-Tabari menyebutkan dari Ibnu Ishaq, Lawa bin Yakub menikahi Nibitah, dan ia melahirkan Gerson, Merari, dan Qahits. Qahits menikahi Fihi, dan ia melahirkan 'Azhir. 'Azhir menikahi Syamith, dan ia melahirkan Amram dan Korah. Kita telah tahu bahwa Korah adalah Qarun yang angkuh dengan hartanya yang berlimpah. Amram menikahi Ayarikha, dan ia melahirkan Nabi Harun dan Musa, alaihimussalam.
Ketika zaman Nabi Musa telah mendekat, Fir’aun bermimpi seolah-olah ada api meluncur dari arah Baitul Maqdis. Api tersebut membakar rumah-rumah kota Mesir dan orang-orang Qibthiy, namun tak menimpa Bani Israil. Ketika bangun, Fir’aun merasa cemas, lalu ia mengumpulkan seluruh tukang ramal, paranormal dan tukang sihir. Ia bertanya kepada mereka tentang takwil mimpi tersebut. Mereka menjawab, “Akan datang dari negeri Bani Israil, seorang anak yang akan menjadi sebab-sebab kehancuran penduduk Mesir melalui tangannya.” Karenanya, ia memerintahkan setiap bayi lelaki Bani Israil yang lahir, dibunuh, dan setiap bayi perempuan yang dilahirkan, dibiarkan tetap hidup. Ia kemudian berkata kepada orang-orang Qibthiy, "Awasi budak-budakmu yang bekerja di luar rumah dan suruh mereka masuk. Pekerjakan Bani Israil itu untuk pekerjaan-pekerjaan rumah di tempat yang menjijikkan."
Kemudian salah seorang pembesar Qibthiy menemui Firaun dan berbicara kepadanya, "Sesungguhnya, kematian telah menimpa orang-orang ini, dan pekerjaan-pekerjaan mereka akan dikerjakan oleh kalangan kita sendiri. Kita membunuh anak-anak mereka, dan kemudian anak-anak kecil tak tumbuh dewasa, dan yang lama mati. Biarkanlah beberapa bayi lelaki mereka, tetap hidup." Maka Firaun memerintahkan agar membunuh bayi lelaki dalam rentang waktu setahun, dan tak membunuh mereka dalam rentang waktu setahun.
Tahun dimana mereka tak membantai, Nabi Harun, alaihissalam, dilahirkan dan tetap hidup. Namun selama tahun pembantaian, ibu Nabi Musa hamil. Ketika ia akan melahirkan, ia sangat sedih. Allah memberinya ilham, Allah berfirman, "Susuilah ia, dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah ia ke sungai Nil. Dan janganlah engkau takut dan jangan pula bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.” Ketika ia melahirkan dan telah menyusuinya, ia memanggil seorang tukang kayu yang membuatkan kotak kayu untuk bayi Nabi Musa, menempatkan kuncinya dibagian dalam. Ia meletakkan bayi Nabi Musa di dalamnya, menaruhnya ke sungai. Dan ia berkata kepada saudara perempuan Nabi Musa, “Ikutilah!” Maka tampak olehnya bayi Nabi Musa dari kejauhan, sedang orang-orang tak menyadari bahwa ia adalah saudara perempuannya. Gelombang membawa kotak kayu itu, naik-turun mengikuti aliran sungai, hingga sebuah gelombang membawa kotak itu tersangkut ke pohon di kediaman Firaun.
Dayang-dayang Asiyah, istri Firaun, keluar hendak mandi dan menemukan peti itu. Mereka membawanya ke hadapan Asiyah, mengira ada barang berharga di dalamnya. Asiyah membuka peti tersebut, ia melihat wajah bayi Nabi Musa berbinar-binar yang menunjukkan tanda-tanda kenabian dan keagungan. Saat Asiyah menatapnya, timbul rasa ibanya, dan iapun menyayanginya. Ketika ia menyampaikan Firaun tentang bayi itu, Firaun hendak membunuhnya, namun, Asiyah terus membujuk sampai Firaun menyerahkan bayi itu kepadanya.Referensi :
Mereka mencari inang penyusu untuknya, namun jabang bayi tak mau menyusu dari mereka. Para wanita, sementara itu, berlomba-lomba mengajukan diri sebagai inang penyusu, sehingga mereka bisa tinggal bersama Firaun selama masa menyusui. Tetapi sang jabang bayi tetap menolak menyusu. Maka, saudari perempuannya berkata, “Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya?” Mereka membawanya dan berkata, “Engkau pasti mengenal anak ini, bawalah kami ke keluarganya.” Ia berkata, "Aku tak mengenalnya. Aku hanya mengatakan bahwa mereka akan menunjukkan niat baik kepada Firaun." Ketika ibunya datang, ia mengeluarkan payudaranya, dan ia hampir saja berkata, "Ini anakku," tetapi Allah menahannya. Maka Allah mengembalikan Nabi Musa kepada ibunya, agar senang hatinya dan tak bersedih hati, dan agar ia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar.
Ketika ia berjalan, ibunya menunjukkannya kepada Asiyah. Selagi ia berayun dan bermain dengannya, ia menawarkan kepada Firaun, berkata, "Bawalah ia, sebagai penyejuk mata hati bagiku dan bagimu!" Firaun berkata, "Penyejuk mata hatimu, bukan mata hatiku."
Firaun berkata, "Aku khawatir anak ini adalah Bani Israel dan ia adalah orang yang di tangannya kehancuran kita akan terjadi." Ketika Firaun menggendongnya, bayi Nabi Musa mencengkeram jenggotnya dan mencabut helai rambut jenggot itu. Firaun berkata, "Panggil algojo! Anak ini orangnya!" Asiyah berkata, "Janganlah membunuhnya. Mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita, atau kita mengangkatnya sebagai anak. Ia hanyalah anak lelaki yang tak mengerti. Ia melakukannya hanya karena kekanak-kanakannya. Engkau tahu bahwa di antara orang-orang Mesir, tak ada wanita yang lebih suka memakai perhiasan dibanding diriku. Aku akan memberinya perhiasan safir dan menempatkan di sampingnya batu arang yang panas. Jika ia mengambil safir, berarti ia mengetahui, maka engkau boleh membunuhnya. Akan tetapi, jika ia mengambil batubara yang menyala itu, ia hanyalah seorang anak kecil."
Asiyah lalu membawakannya safir dan meletakkan di hadapannya baskom berisi arang menyala. Malaikat Jibril, alaihissalam, datang, dan meletakkan arang menyala itu di tangan Nabi Musa, yang ia masukkan ke dalam mulutnya, membakar lidahnya.
Ia disebut Musa hanya karena mereka menemukannya di air dan pohon, dan dalam bahasa Qibthiy, air adalah mu dan pohon adalah sha. Firaun mengambilnya sebagai seorang putra, dan ia disebut "putra Firaun."
Nabi Musa dibesarkan dan setelah ia dewasa dan sempurna akalnya, Allah menganugerahkan kepadanya stamina yang baik, kekuatan, hikmah kenabian dan ilmu. Orang yang lemah dan tertindas, selalu meminta pertolongannya untuk perlindungan dan keadilan. Ia berlayar dengan kapal dan pakaian seperti yang digunakan Firaun, dan ia dikenal hanya sebagai Musa, putra Firaun. Suatu ketika, Firaun berlayar dengan perahu tanpa Nabi Musa. Ketika Nabi Musa tiba, ia diberitahu bahwa Firaun telah berlayar, maka ia berangkat berlayar menyusulnya. Ia mencapai sebuah kota bernama Memphis pada waktu tidur siang. Memasuki tengah hari, ia menemukan pasarnya sudah ditutup, dan tak ada lagi orang di jalan-jalannya.
Dan Nabi Musa masuk ke kota Memphis ketika penduduknya sedang lengah, maka ia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari Bani Israil dan yang seorang lagi, orang Qibthiy. Orang Bani Israil memohon pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang Qibthiy itu, lalu Nabi Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Nabi Musa berkata, “Inilah perbuatan setan. Sungguh, setan itu adalah musuh yang jelas menyesatkan."
Nabi Musa berdoa, “Wahai Rabb-ku, sesungguhnya, aku telah menzhalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku.” Maka Dia mengampuninya. Sungguh, Allah, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Nabi Musa berkata, “Wahai Rabb-ku! Demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, maka aku takkan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa.” Dan pada pagi harinya, Musa ketakutan berada di kota itu sambil menunggu akibat perbuatannya, tiba-tiba orang yang kemarin meminta pertolongan berteriak meminta pertolongan kepadanya. Nabi Musa berkata kepadanya, “Engkau sungguh, orang yang nyata-nyata sesat.” Kemudian Musa mendekat untuk membantunya. Ketika Nabi Musa hendak memukul dengan keras orang yang menjadi musuh mereka berdua, musuhnya berkata, “Wahai Musa! Akankah engkau membunuhku, sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini, dan engkau tak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.”
Maka iapun pergi, dan orang Qibthiy itu mengedarkan cerita bahwa Nabi Musa adalah orang yang telah membunuh orang itu, lalu Firaun mencarinya, berkata, "Carilah, karena ialah orangnya." Ia berkata kepada orang-orang yang mencarinya, "Carilah ia di jalan kecil, karena Musa, anak lelaki yang takkan menemukan jalan utama." Nabi Musa berjalan di jalan kecil, dan seorang lelaki datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, “Wahai Musa! Sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu, maka keluarlah dari kota ini, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.” Maka keluarlah Nabi Musa dari kota itu dengan rasa takut, waspada jikalau ada yang menyusul atau menangkapnya, ia berdoa, “Ya Rabb-ku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu.”
Ketika Nabi Musa berjalan di sisi jalan, seorang malaikat datang kepadanya dengan seekor kuda, dengan sebuah lembing di tangannya. Ketika Nabi Musa melihatnya, ia membungkuk kepadanya karena ketakutan. Malaikat itu berkata, "Jangan sujud kepadaku, tetapi ikuti aku sebagai gantinya." Maka Nabi Musa mengikuti ketika malaikat itu menuntunnya ke Midian. Nabi Musa berkata, sambil mengarahkan wajahnya ke arah Midian, “Mudah-mudahan Rabb-ku memimpinku ke jalan yang benar.” Malaikat itu pergi bersamanya sampai ke Midian.
Almond berkata, "Wahai saudara-saudariku, takdir berkehendak lain. Raja yang sombong dan terpedaya atas banyaknya bala-tentara, sangat kejam serta banyak yang mengikuti kekuasaannya, takdir berketetapan, 'Allah Yang Maha Agung, Yang tak dapat dikalahkan dan tak dapat dicegah serta tak dapat ditentang ketetapannya, telah menetapkan bahwa bayi yang ia waspadai itu, dan karenanya ia telah membunuh jiwa-jiwa yang tak berdosa, yang tak terhitung jumlahnya, dipelihara di dalam rumahnya sendiri. Di atas ranjangnya, sedangkan ia tak mampu menyibak rahasia di balik itu semua. Kemudian kehancurannya, baik di dunia maupun akhirat, berada di ambang pintu. Sebab, ia menyelisihi kebenaran yang nyata. Sedangkan Allah, Rabb langit dan bumi, berbuat sesuai kehendak-Nya. Dia Maha Kuat, Maha Perkasa, Yang memiliki siksa yang amat pedih. Kehendak-Nya, tak dapat di lawan!' Wallahu a'lam.”
"Sungguh, Firaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, ia menindas segolongan dari mereka, ia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, ia (Firaun) termasuk orang yang berbuat kerusakan." - [QS.28:4]
- The History of al-Tabari, The Children of Israel, Volume III, Translated by William M. Brinner, SUNY Press
- Ibn Kathir, Stories of The Prophets, Darussalam