Wari melanjutkan, "Jadi, kaum Nasrani menyatakan bahwa Nabi Yahya, alaihissalam-atau mereka menyebutnya Yohanes Pembaptis-lahir enam bulan sebelum kelahiran Nabi Isa, alaihissalam. Al-Qur'an mengatakan bahwa Allah menerima doa Nabi Zakariya, alaihissalam, dan karenanya, Nabi Yahya terlahir sebagai orang yang abid dan shalih. Ia tak pernah menikah dan tak pernah sedikitpun terlintas dalam benaknya berbuat dosa, dan seperti ayahnya, ia juga salah seorang nabi pilihan Allah. Semenjak masa kecilnya, Allah memberinya ilmu dan hikmah. Tugasnya yang teristimewa adalah bahwa ia memberikan berita gembira tentang kedatangan Nabi Isa, alaihissalam dan mempersiapkan tuntunannya.
Telah kusebutkan bahwa Nabi Yahya disebut sebagai "Sayyid". Banyak penafsiran mengenai kata tersebut, semisal, bersegera, orang yang berilmu, seorang ahli fiqih, seorang pemimpin manusia dalam urusan duniawi dan spiritual, bangsawan, takut kepada Allah, sangat dicintai oleh Allah, dan pilihan Allah, yang terakhir ini bermakna mencakup semua makna lainnya.
Demikian pula, Nabi Yahya digambarkan sebagai 'Hashuur', yaitu seseorang yang tak pernah menggauli wanita dan aman dari segala jenis dosa dan yang qalbunya bahkan tak memikirkan dosa. Ia orang yang memiliki kendali penuh atas dirinya dan menjauhkan segala hasrat berahi dari dirinya. Semua uraian ini adalah cara menggambarkan hal yang sama karena secara etimologis 'Hasr' berarti mencegah dan melarang dan kata 'Hasuur' bermakna sesuatu yang lebih dari Hasr. Jadi, bahwa ia adalah orang yang menghentikan hasrat dari setiap tempat dimana ia harus dihentikan. Nabi Yahya adalah orang yang digambarkan sebagai Hashuur dan dengan demikian semua makna kata itu sesuai untuknya.
Nabi Yahya terlahir sebagai orang asing di dunia kanak-kanak yang terbiasa menghibur diri mereka, karena ia sangat serius. Jika ada anak-anak senang mempermainkan binatang, ia sebaliknya sangat berbelas kasih kepada hewan-hewan itu. Nabi Yahya, alaihissalam, memberi makan hewan-hewan dari makanannya sampai tak ada yang tersisa untuknya, dan ia hanya memakan buah atau daun pohon. Nabi Yahya gemar membaca sejak kecil. Ketika ia beranjak dewasa, Allah Ta'ala memanggilnya,
Allah mengajarkan kepadanya Taurat yang mereka gunakan untuk belajar di antara mereka. Para nabi yang diutus kepada orang-orang Yahudi, biasanya memerintah berdasarkan Taurat, seperti halnya para ulama dan rabi mereka. Ia masih muda belia ketika Allah menganugerahkan ilmu. Inilah alasan mengapa Allah menyebutkannya. Karena betapa Allah meridhai dirinya dan orangtuanya. Allah memerintahkannya agar mempelajari Taurat dengan baik, dengan semangat dan tekun. Ia diberi pemahaman, ilmu, ketabahan, ketekunan dan semangat bagi kebajikan dan mengejar kebajikan. Ia dirahmati dengan karakteristik ini meskipun ia masih muda.يٰيَحۡيٰى خُذِ الۡكِتٰبَ بِقُوَّةٍ ؕ وَاٰتَيۡنٰهُ الۡحُكۡمَ صَبِيًّا ۙ"”Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi ia masih kanak-kanak," - (QS.19:12)
Hanaan berarti cinta-kasih dan kelembutan (terhadap orang lain). Hanaanan berarti kasih sayang, belas-kasih. Ini berarti bahwa ia adalah orang yang berbelas kasih, yang shalih. Kata Zakat berarti bersih dari kekotoran, kejahatan dan dosa. Qatadah berkata, "Kata Zakat berarti amal-shalih." Ad-Dahhak dan Ibnu Juraij keduanya berkata, "Amal-shalih adalah amal yang bersih (Zakat)." Al-'Awfi melaporkan bahwa Ibnu Abbas mengatakan bahwa Zakaatan berarti bahwa ia adalah berkah.وَّحَنَانًـا مِّنۡ لَّدُنَّا وَزَكٰوةً ؕ وَّكَانَ تَقِيًّا ۙ"Dan Hanaanan dari Kami, dan zakaatan, dan iapun seorang yang bertakwa," - (19:13)
Setelah Allah menyebutkan ketaatan Nabi Yahya kepada Rabb-nya, dan bahwa Allah menciptakannya penuh rahmat, kesucian dan keshalihan, Allah melekatkan padanya ketaatannya kepada orangtuanya dan perlakuan baiknya terhadap mereka. Allah menyebutkan bahwa ia menahan diri tak menaati mereka dalam ucapan, tindakan, perintah dan larangan. Kemudian, setelah menyebutkan karakteristik yang indah ini, Allah menyebutkan upahnya untuk ini,وَّبَرًّۢا بِوَالِدَيۡهِ وَلَمۡ يَكُنۡ جَبَّارًا عَصِيًّا"dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka." - (QS.19:14)
Ini bermakna bahwa ia memperoleh keamanan dan keselamatan dalam tiga keadaan. Sufyan bin Uyainah berkata, "Rasa kesepian yang pernah dirasakan seseorang ada dalam tiga keadaan. Keadaan pertama adalah pada hari ia dilahirkan, saat ia melihat dirinya keluar dari tempatnya. Keadaan kedua adalah pada hari ia meninggal, saat ia melihat orang-orang yang takkan pernah dilihatnya lagi. Keadaan ketiga adalah pada hari ketika ia dibangkitkan, saat ia melihat dirinya dalam pertemuan besar.وَسَلٰمٌ عَلَيۡهِ يَوۡمَ وُلِدَ وَيَوۡمَ يَمُوۡتُ وَيَوۡمَ يُبۡعَثُ حَيًّا"Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali." - (QS.19:15)
Ketiga keadaan tersebut merupakan waktu-waktu yang agung bagi manusia. Dengan waktu-waktu tersebut, maka setiap manusia akan berpindah dari satu alam menuju alam berikutnya. Ia akan kehilangan yang pertama setelah ia merasakan dan mengetahui. Ia akan berpindah menuju alam yang lain, yang belum ia ketahui sama sekali. Oleh karenanya, ia akan berteriak lantang ketika harus meninggalkan alam yang penuh dengan kelembutan menuju alam yang penuh berbagai masalah. Demikian halnya disaat ia meninggalkan alam ini menuju alam Barzah yang terletak antara alam dunia dan alam akhirat. Dari kemegahan rumah dan istana menuju keheningan kubur. Di sana ia akan menanti tiupan sangkakala untuk menghadapi Hari Berbangkit. Diantara mereka ada yang merasa gembira dan ada yang merasa sedih. Ada yang tertolong, ada yang terperosok. Sekelompok masuk surga dan sekelompok yang lain akan masuk neraka. Sungguh indah apa yang dikatakan oleh sebagian penyair,
Engkau dilahirkan oleh ibumu dalam keadaan menjerit dan menangisKarena ketiga waktu tersebut adalah saat-saat yang paling berat bagi anak-cucu Adam, maka Allah memberikan keselamatan bagi Yahya dalam ketiga waktu tersebut. As Sa’id bin Abu ‘Arubah berkata dari Qatadah bahwasanya al-Hasan berkata, “Yahya dan 'Isa pernah bertemu. 'Isa berkata kepadanya, “Mintakanlah ampunan untukku. Sebab, engkau lebih balk dariku.” Namun Yahya berkata kepadanya, “ Mintakanlah ampunan untukku. Sebab, engkau lebih baik dariku.” 'Isa berkata kepadanya, “Engkau lebih baik dariku, sebab engkau mengucapkan salam untukku, sedangkan Allah telah memberikan keselamatan bagimu.” Demi Allah, keduanya telah mengetahui keutamaan keduanya.
sedang orang-orang yang ada di sekelilingmu tertawa bahagia
Usahakan dirimu, ketika orang-orang (yang ada di sekitarmu) menangis
di saat-saat kematianmu, engkau tersenyum bahagia
Menurut Hadis shahih, yang dicatat oleh Imam Ahmad dan at-Tirmidzi, Rasulullah (ﷺ) bersabda, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada Yahya bin Zakariya melaksanakan lima hal dan memerintahkan kepada Bani Israil melaksanakannya. Namun ia agak terlambat menunaikannya. Isa berkata, “ Engkau telah diperintahkan melaksanakan lima kalimat dan memerintahkan kepada Bani Israil melaksanakannya. Sampaikanlah perintah tersebut atau aku yang akan menyampaikannya.” Yahya berkata, “ Wahai sudaraku, hendakkah engkau menyegerakanku di azab atau disambar petir?”
Maka Yahya mengumpulkan Bani Israil di Baitul Maqdis, hingga masjid penuh dengan manusia. Lalu Yahya duduk di atas kursi kemuliaan. Ia memanjatkan puja dan puji kepada Allah, selanjutnya ia berkata, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku menyampaikan lima hal agar aku melaksanakannya serta memerintahkan kepadaku agar aku menyampaikannya kepada kalian agar kalian melaksanakannya.
Yang pertama, hendaklah kalian menyembah Allah dan tak mempersekutukan-Nya. Sebab permisalannya, ibarat seseorang yang membeli seorang budak dan harta kekayaannya sendiri baik dengan kertas maupun emas. Budak tersebut bekerja dan menyerahkan hasilnya untuk orang lain. Siapakah diantara kalian yang mcrasa senang bila budaknya berlaku seperti Itu? Sesungguhnya Allah telah menciptakan kalian, maka sembahlah Dia dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya.
Kedua, aku perintahkan kepada kalian agar mendirikan shalat. Sesungguhnya Allah mengarahkan wajah-Nya ke arah hamba-Nya selagi hamba-Nya tak menoleh. Maka jika kalian shalat maka janganlah menoleh.
Ketiga, aku perintahkan kepada kalian melaksanakan puasa. Sebab, permisalannya ibarat seseorang yang membawa sebotol minyak wangi yang aromanya merebak di tengah-tengah manusia yang kesemuanya mencium baunya. Sesungguhnya bau-mulut orang yang berpuasa itu lebih harum daripada aroma minyak wangi.
Keempat, aku perintahkan kepada kalian menunaikan shadaqah. Sebab, permisalannya ibarat seseorang yang ditawan oleh musuh. Mereka mengikat tangannya di lehemya.Mereka membawanya maju untuk dipenggal lehemya. Ia berkata, “Bolehkah aku memberikan tebusan kepada kalian?” Lalu ia menebus dirinya dengan harta yang sedikit maupun banyak hingga ia dilepaskan.
Kelima, aku perintahkan kepada kalian agar senantiasa banyak berdzikir kepada Allah. Sebab, perumpamaannya seperti seseorang yang lari dikejar musuh. Lalu ia segera masuk ke dalam sebuah benteng. Sesungguhnya seorang hamba akan sangat terlindungi dari syetan bila ia senantiasa berdzikir kepada Allah.
Al-Harits al Asy’ariy berkata, Rasulullah (ﷺ) melanjutkan,
“Aku juga memerintahkan kepada kalian dengan lima hal sebagaimana yang telah Allah perintahkan kepadaku : Jama’ah, mendengarkan ( perintah), mentaatinya, hijrah, jihad fii sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari jama’ah meskipun sejengkal, maka ia telah melepaskan Islam dari lehemya, hingga ia kembali lagi. Barangsiapa yang memanggil ala jahiliyah, maka ia termasuk penghuni jahannam.” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, meskipun ia puasa dan shalat?” Beliau menjawab, “ Meskipun ia puasa, shalat dan mengaku dirinya muslim. Panggilah kaum muslimin dengan nama-nama mereka sebagaimana Allah Ta’ala telah menamai mereka dengan nama; muslimin, mukminin, hamba-hamba Allah."
Allah membimbing Nabi Yahya membaca Taurat dengan cermat; dengan demikian, ia menjadi orang paling bijak dan paling berilmu di zamannya. Karena itu, Allah Ta'ala memberkahinya dengan kemampuan menjadi hakim urusan dalam masyarakat, menafsirkan rahasia agama, membimbing manusia ke jalan yang benar, dan memperingatkan mereka terhadap apa yang salah.
Nabi Yahya mencapai usia dewasa. Kasih-sayangnya kepada orangtuanya, juga bagi semua orang dan semua makhluk, meningkat pesat. Ia menyeru manusia agar bertobat dari dosa-dosa mereka. Ada cukup banyak riwayat yang menceritakan tentang Nabi Yahya. Ibnu Asakir meriwayatkan bahwasanya kedua orangtua Nabi Yahya pernah mencarinya. Keduanya mendapati Nabi Yahya di sungai Yordan. Saat keduanya bertemu, maka Yahya menangisi keduanya karena ibadahnya dan rasa takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ibnu Wahb berkata dari Malik dari Humaid dari Qais dari Mujahid, ia berkata, “Makanan Yahya bin Zakariya berupa rerumputan. Sungguh ia akan menangis karena rasa takutnya kepada Allah. Bahkan sekiranya di kedua matanya terdapat batu, niscaya akan terbakar."
Muhammad bin Yahya adz Dzuhaliy berkata: Abu Shalih al-Laits telah menceritakan kepada kami, ‘Uqail telah menceritakan kepadaku, dari Ibnu Syihab, ia berkata, “Suatu hari, aku duduk-duduk bersama Abu Idris al-Khaulaniy sambil ia bercerita, “ Maukah kalian aku beritahukan siapakah yang paling baik makanannya?” Tatkala orang-orang mulai memfokuskan perhatiannya kepadanya, ia berkata, “Yahya bin Zakariya adalah manusia yang paling baik makanannya. la makan bersama-sama dengan binatang buas karena khawatir bercampur dengan manusia dalam cara hidup mereka.”
Ibnu al-Mubarak berkata dari Wuhaib bin al-Wrad, ia berkata, “Zakariya kehilangan anaknya, Yahya, selama tiga hari. Maka ia keluar mencarinya di kampung-kampung. Ternyata ia telah menggali kubur dan tinggal didalamnya seraya menangisi dirinya. Zakariya bertanya, “Wahai anakku, aku mencarimu selama tiga hari dan ternyata engkau berada di dalam kubur yang engkau gali sendiri seraya menangis di dalamnya?” Yahya berkata, “ Wahai ayah, bukankah engkau telah memberitahukan kepadaku bahwa diantara surga dan neraka ada padang pasir yang takkan dapat dilampaui kecuali dengan tetesan air-mata orang-orang yang menagis.” Zakariya menjawab, “Kalau begitu teruslah menangis nak.” Mereka berduapun menangis sejadi-jadinya."
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Wuhaib bahwasanya ia berkata, “Sesungguhnya penduduk surga tak tidur karena merasakan kelezatan yang ada didalam surga. Maka hendaklah orang-orang yang jujur tak tidur hanya karena merasakan kenikmatan cinta kepada Allah. Kemudian ia berkata, “ Berapakah perbedaan antara kedua kenikmatan tersebut?” Mereka menyebutkan, bahwa Yahya banyak menangis hingga bekas tangisannya tersebut berbekas pada kedua pipinya."
Ia merasa nyaman di tempat terbuka dan tak pernah peduli tentang makanan. Ia makan dedaunan, rerumputan, dan kadang-kadang belalang. Ia tidur dimana saja, di pegunungan atau di lubang di tanah. Terkadang ia bertemu singa atau beruang ketika memasuki gua, namun karena sangat memuliakan Allah, ia tak pernah mengindahkan mereka. Binatang buas itu dengan mudah mengenali Nabi Yahya sebagai nabi yang memelihara segala makhluk, sehingga mereka akan meninggalkan gua, seraya menundukkan kepala mereka.
Nabi Yahya kadang-kadang memberi makan binatang buas itu, karena kasih-sayangnya, dari makanannya dan puas dengan ibadah sebagai makanan bagi jiwanya. Ia akan menghabiskan malam menangis dan memuja Allah atas berkah-Nya. Ketika ia menyeru manusia menyembah Allah, ia membuat mereka menangis karena cinta dan ketertundukan, menjerat qalbu mereka dengan kebenaran kata-katanya.
Menurut Ibnu Ishaq, ketika Nabi Yahya datang ke Palestina, berdakwah, ia bertemu Nabi Isa, dan kemudian berpisah setelah Nabi Yahya membaptis Nabi Isa. Dikatakan bahwa Nabi Isa mengirim Nabi Yahya dengan dua belas hawari, atau yang dikenal sebagai Al-Hawariyyin, untuk mengajar manusia. Di antara larangan mereka adalah pernikahan dengan keponakan perempuan.
Menurut Ibnu Jarir dari jalur Ibnu Abbas, bahwa 'Isa, putra Maryam, mengutus Yahya dengan dua belas hawari untuk mengajar manusia. Di antara larangan mereka adalah pernikahan dengan keponakan perempuan. Raja mereka memiliki keponakan yang menyenangkannya, dan ia ingin menikahinya. Setiap hari ia mellaksanakan apa yang dinginkannya. Ketika ibunya mengetahui hal ini, ia memberitahu putrinya, "Jika engkau menemui raja, dan ia bertanya apa keinginanmu, katakan padanya, 'harapanku adalah engkau membunuh Yahya.' Ketika ia datang kepadanya, raja bertanya apa keinginannya. Ia menjawab, "Aku ingin engkau membunuh Yahya," lalu ia menjawab, "Mintalah padaku hal yang lain.“ Namun ia menjawab,“ Aku takkan meminta apa-apa darimu. ”Setelah itu, raja memanggil Yahya dan meminta sebuah mangkuk. Kemudian ia membunuh Yahya dan setetes darah Yahya jatuh ke tanah dan terus mendidih sampai Allah mengirim Bukhtanashr ke Israil. Seorang wanita tua dari Bani Israil datang dan menunjukkan kepada Bukhtanashr darah tersebut, dengan demikian, Allah menanamkan dalam benaknya untuk membunuh orang-orang Israil di atas tempat itu sampai darah itu berhenti, hingga iapun membunuh tujuh puluh ribu dari mereka yang sama usia, sampai tetesan darah itu reda kembali.
[Bagian 1]