Jumat, 28 Juni 2019

Ia Bukan Dia (2)

"Nabi Isa lahir di Bayt Lahm, dekat Baitul Maqdis." lanjut Wari, lalu ia berkata, "Hal ini sesuai dengan nash hadits yang diriwayatkan oleh an-Nasaa'i dengan sanad laaba’sa bih (tidak mengapa) dari Anas bin Malik secara marfu’, al Baihaqiy dengan sanadnya dan ia menshahihkannya dari Syaddad bin Aus secara marfu’ pula. Wahb bin Munabbih Al-Yamani menyebutkan bahwa ketika Nabi Isa lahir, dimanapun berhala disembah, berhala itu terlempar dan terguling-guling. Para setan ketakutan, namun tak tahu penyebabnya. Mereka bergegas menemui Iblis, yang berada di singgasananya di laut hijau pekat bagai takhta yang berada di atas air, dan ia menyelubungi dirinya dengan selubung cahaya meniru Yang Maha Penyayang. Para setan mendatanginya, sementara enam jam siang hari tersisa. Ketika Iblis melihat mereka, ia ketakutan. karena ia telah membubarkan mereka, ia belum pernah melihat mereka dalam rombongan yang banyak,ia hanya melihat mereka dalam kelompok-kelompok kecil, ia menanyai mereka, dan mereka menyampaikan bahwa sesuatu telah terjadi di bumi, dan bahwa berhala-berhala banyak yang terjungkal. Berhala itu, yang paling mudah untuk menyesatkan manusia. "Kami dulu masuk ke dalam tubuh berhala itu, berbicara dengan manusia, dan mengarahkan mereka, sementara manusia mengira bahwa berhala-berhala itu berbicara kepada mereka. Namun, ketika peristiwa ini terjadi, hal itu mengurangi kekeramatan berhala itu, merendahkan dan mempermalukan mereka. Kami takut manusia tak akan menyembah mereka lagi. Ketahuilah, bahwa kami tak datang kepadamu melintasi daratan dan lautan, dan melakukan apapun yang kami bisa, namun kami sama sekali masih tak tahu apa yang terjadi."
Iblis berkata kepada mereka, "Sungguh, ini masalah serius. Aku tahu, pasti ini disembunyikan dariku. Kalian tetaplah di sini." Ia terbang dan tak muncul-mucul selama tiga jam, ia melewati tempat dimana Nabi Isa dilahirkan. Saat ia melihat para malaikat di sekitar tempat itu, ia sadar bahwa di sinilah peristiwa itu terjadi. Iblis ingin mendekatinya dari atas. Namun kepala dan pundak para malaikat yang mencapai langit ada di atasnya. Ia kemudian mencoba dari bawah bumi, namun kaki para malaikat tertanam kokoh ke bawah-lebih rendah dari yang diperkirakan Iblis. Kemudian ia berusaha masuk di antara mereka, tetapi mereka mendorongnya. Kemudian ia kembali ke kawanannya, dan berkata kepada mereka, "Aku datang kepadamu setelah melintasi seluruh bumi, Timur dan Barat, daratan dan laut, empat perempat dunia, dan ruang atas. Aku berhasil melakukannya dalam tiga jam." Setelah memberitahu mereka tentang kelahiran Nabi Isa, ia berkata kepada mereka, "Berita itu disembunyikan dariku. Tak ada rahim wanita yang pernah mengandung tanpa sepengetahuanku, dan tak ada yang melahirkan tanpa kehadiranku. Aku lebih cenderung menyesatkan bayi yang baru lahir daripada ia akan menemukan petunjuk yang benar. Tak ada nabi yang lebih berbahaya bagiku dan bagimu daripada yang ini."
Punai bertanya, "Wahai Wari, benarkah bahwa setiap bayi yang baru lahir disentuh oleh setan?" Wari berkata, "Diriwayatkan Sa'id bin Al-Musaiyab, dari Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, berkata,"'Aku mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda,
    ما من بني آدم مولود إلا يمسه الشيطان حين يولد, فيستهل صارخا من مس الشيطان, غير مريم وابنها
    'Tiada di antara keturunan Adam, melainkan disentuh oleh setan saat lahir, sehingga ia berteriak menangis karena sentuhan itu, kecuali Maryam dan putranya. "[HR Al-Bukhari 3431]
Punai bertanya, "Apa yang hendaknya kita lakukan jika itu terjadi?" Wari menjawab, "Untuk bayi perempuan, ucapkan,
        اَللَّهُمَّ إِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu untuknya dan untuk keturunannya dari setan yang terkutuk.”
    Untuk bayi laki-laki, ucapkan,
        اَللَّهُمَّ إِنِّي أُعِيذُهُ بِكَ وَذُرِّيَّتَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu untuknya dan untuk keturunannya dari setan yang terkutuk."
Lalu Wari melanjutkan, "Malam itu, serombongan orang berangkat mencari Nabi 'Isa, terdorong oleh munculnya bintang yang tak dikenal. Mereka telah membahas bahwa munculnya bintang itu, salah satu pertanda kelahiran seorang anak, sebagaimana ditunjukkan dalam Kitab Daniel. Merekapun berangkat mencari bayi yang baru lahir itu, dan membawa emas dan kemenyan serta minyak mur. Mereka melewati raja Palestina. Sang raja bertanya akan kemana mereka, dan mereka memberitahunya. Ia kemudian bertanya, "Mengapa semua ini, emas, kemenyan, dan minyak mur yang kalian bawa sebagai hadiah untuknya?" Mereka menjawab, "Semua itu pantas untuknya, emas adalah milik yang paling mulia, dan nabi ini, yang paling mulia di zamannya; minyak mur menyembuhkan luka dan patah tulang, dan sama halnya, nabi ini akan diangkat oleh Allah ke surga, secara unik pada masanya." Setelah mendengar hal ini, sang raja memutuskan membunuh anak itu. Ia berkata kepada mereka, "Pergilah, dan ketika kalian telah menemukannya, kabarkan padaku, dan aku akan mengikuti jejakmu." Mereka pergi, dan menyampaikan hadiah itu kepada Maryam. Mereka ingin kembali kepada raja untuk menyampaikan berita tentang tempat Nabi Isa, tetapi seorang malaikat menemui mereka seraya berkata, "Jangan kembali kepadanya, dan jangan kabarkan padanya tentang lokasi anak ini, karena bila raja tahu keberadaannya, ia akan membunuh anak itu. " Karenanya, merekapun pulang melalui jalan yang lain.

Maryam menggendong anaknya di atas keledai, pergi ke Mesir. Ia menghabiskan dua belas tahun di sana, menyembunyikan anak itu, dan tak ada yang melihatnya. Ia tak mempercayai siapapun yang melakukan kontak dengannya, atau untuk menyediakan makanan. Ia akan mengumpulkan biji-bijian jagung segera setelah ia mendengar ada hasil panen. Sambil membawa gendongan di bahunya, ia membawa tempat berisi buliran jagung di tangannya. Lalu Nabi Isa beranjak usia dua belas tahun. Mukjizat pertama yang disaksikan oleh manusia, terjadi ketika ibunya tinggal di rumah seorang dihqan (pejabat tinggi) Mesir. Harta karun dicuri darinya, sedangkan hanya orang miskin yang tinggal di rumahnya, namun ia tak menuduh mereka. Maryam sedih dengan musibah yang menimpa orang itu. Saat Nabi Isa memperhatikan kesedihan ibunya atas nasib buruk tuan rumah mereka, ia bertanya padanya, "Wahai ibu, maukah engkau agar aku tunjukkan harta yang dicuri itu?" Sang ibu berkata, "Ya, anakku." Ia kemudian berkata, "Katakan padanya, kumpulkan orang-orang miskin di rumahnya;" Maryam menyampaikan hal tersebut kepada sang dihqan, dan iapun mengumpulkan mereka.
Ketika semuanya telah berkumpul, Nabi Isa mendekati dua orang dari mereka, satu orang buta, yang lain, lumpuh. Ia mengangkat dan meletakkan orang yang lumpuh di atas bahu sang orang buta dan berkata kepadanya, "Berdirilah." Sang orang buta berkata, "Aku tak kuat." Nabi Isa menjawab, "Bagaimana engkau bisa lakukan itu kemarin?" Ketika orang di sekitar mendengar kata-katanya, mereka memaksa sang orang buta berdiri dengan memanggul orang yang lumpuh tersebut. Ketika ia berdiri sambil membawa yang lain, orang yang lumpuh dapat menjangkau jendela tempat harta itu disimpan. Nabi Isa berkata, "Beginilah cara mereka menipu pemilik rumah kemarin; orang buta itu menggunakan kekuatannya, dan yang lumpuh memakai matanya." Orang yang lumpuh dan orang buta berkata, "Ia benar." Dan mereka mengembalikan harta tersebut kepada sang dihqan. Sang dihqan mengambil hartanya itu dan berkata, "Wahai Maryam, ambillah setengahnya." Namun Maryam menjawab, "Itu tak sesuai dengan niatku." Sang dihqan berkata, "Berikan kepada putramu." Dan ia menjawab, "Anakku bahkan lebih berhati-hati dariku."
Tak lama berselang, salah seorang putra sang dihqan mengadakan pesta pernikahan, dan semua orang Mesir berkumpul di sana. Ketika pesta berakhir, orang-orang dari Palestina mengunjunginya.
Sang dihqan tak punya persiapan menyambut mereka. Mereka datang, dan ia tak punya cukup anggur untuk dihidangkan bagi mereka. Ketika Isa melihatnya, peduli tentang hal itu, ia memasuki salah satu rumah sang dihqan dimana terdapat dua baris guci. Ketika ia berjalan di dekatnya, Nabi 'Isa menyentuh bagian atas setiap guci, sampai yang terakhir, penuh dengan anggur. Ia berusia dua belas tahun. Setelah melihat apa yang telah dilakukannya, masyarakatpun kagum padanya, dan karena kekuatan yang telah Allah berikan kepadanya."
Kemudian Allah mewahyukan kepada Maryam, "Pergilah ke Palestina bersamanya." Maryam melaksanakan seperti yang diperintahkan, dan tinggal di Palestina sampai Nabi Isa berusia tiga puluh tahun. Kemudian turun wahyu kepadanya pada usia tiga puluh tahun. Kenabiannya berlangsung selama tiga tahun, dan kemudian Allah mengangkatnya ke sisi-Nya."

Punai bertanya, "Apa realitas mukjizat itu?" Wari berkata, "Dalam menerima kebenaran dan realitas sifat manusia, selalu ada dua cara, pertama, ada yang menyatakan bahwa penuntut kebenaran hendaknya membuktikan kebenaran apa yang dinyatakannya dengan mengajukan argumen dan bukti yang kuat untuk memperkuat pernyataannya itu. Kedua, telah ada sistem dimana bersamaan dengan argumen dan bukti itu, seyogyanya ada pertolongan dari sisi Allah atas kebenaran itu dengan suatu kejadian, yang bertentangan dengan hukum alam dan dimana manusia benar-benar tak berdaya dan tak dapat menirunya. Cara yang kedua ini, membentuk di dalam benak dan pemikiran manusia, suatu reaksi sehingga ia dipaksa mengakui bahwa kejadian ini terjadi di tangan orang yang menyatakan kebenaran itu, yakni nabi atau rasul, bukanlah tindakannya sendiri melainkan dari Kekuasaan Allah, ini sebenarnya adalah bukti lebih lanjut dari kebenaran yang dibawa oleh para nabi atau rasul.
Namun, dari dua cara yang disebutkan di atas, yang lebih efektif adalah yang pertama, di mata orang-orang yang memiliki tempat tertinggi dalam sains dan pemikiran rasional, dan mereka lebih cenderung menerima kebenaran nabi yang datang dengan semacam bukti dan argumen, lalu menerima seruan Imannya. Di sisi lain, orang-orang yang dengan kekuasaan dan jabatan tinggi, serta mereka yang berada di bawah pengaruh masyarakat umum, lebih terkesan dengan cara kedua, dimana mukjizat diperlihatkan. Mereka memandang, hal-hal seperti ini tak umum terjadi di dunia ini, dan itulah pertanda dari Allah.

Tujuan dari misi seorang nabi dan rasul, adalah memberikan tuntunan kepada dunia dan untuk mengajar umat manusia di jalan agama. Nabi, melalui wahyu yang diterimanya dari Allah, menyampaikan kewajiban ini dan menunjukkan jalan menuju kebenaran dengan mengajukan argumen dan bukti. Ia takkan membuat pernyataan bahwa sifat dan kendali bola Surgawi berada di bawah kendalinya, melainkan akan berulang kali menyatakan bahwa ia hanyalah pembawa berita gembira dan peringatan dari sisi Allah, yang datang untuk menyeru umat manusia kembali kepada Allah. Ia menyatakan dengan jelas, “Aku manusia dan utusan Allah. Tak lebih dari itu." Dengan demikian, wajar saja jika pernyataannya terhadap kebenaran hendaknya di teliti kembali, dan begitu pula ilmunya, latarbelakang pengasuhan dan kepribadiannya. Tetapi, sangat tak masuk akal jika dituntut dari dirinya, mukjizat, kejadian tak wajar dan tuntutan luar biasa yang mustahil dari dirinya, hampir seperti menuntut dokter yang terampil agar membuktikan keahliannya di bidang medis bahwa ia bagaikan seorang penyihir dengan ketukan tongkatnya, menghasilkan kotak buku pintar atau mainan kayu. Ini tampak bodoh, karena dokter tak pernah membuat pernyataan bahwa ia adalah pandai besi yang cerdas. Pernyataannya hanya untuk menyediakan pengobatan bagi orang sakit. Demikian pula para nabi Allah, tak membuat pernyataan bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengendalikan dan mengelola dunia ini, mereka hanya menyatakan bahwa mereka adalah dokter penyakit spiritual manusia.
Namun, telah menjadi Sunnatullah bahwa untuk petunjuk bagi siapapun atau untuk kebajikan kemanusiaan, seorang nabi telah diutus, nabi seperti itu selalu diberkahi dengan argumen, bukti, dan mukjizat yang kuat. Di satu sisi, dengan bantuan Wahyu dari Allah, diikuti dengan perintah dan larangan, mengenai kehidupan di dunia dan berkaitan dengan kehidupan akhirat, menghasilkan sistem hukum yang indah. Di sisi lain, ia juga tampil dengan Tanda Ilahi, untuk menunjukkan kepada manusia bukti kedatangannya dari sisi Allah, sesuai dengan kebutuhan dan hikmah di zamannya. Terlebih lagi, setiap nabi telah diberikan tanda-tanda khusus (mukjizat) yang sesuai dengan zaman dimana ia hidup. Menurut kemajuan intelektual pada waktu itu dan ciri-ciri khusus dari bangsa dan negara itu, mukjizat-mukjizat ini ditunjukkan sedemikian rupa sehingga orang-orang pada masa itu tak dapat menirunya. Jika pada saat seperti itu, kebengalan dan prasangka tak muncul, maka itu disebabkan mereka telah akrab dengan seni dan spesialisasi mereka sendiri, orang-orang ini akan terpaksa mengakui bahwa mukjizat apapun yang terjadi, yang mereka lihat, bukanlah hasil pekerjaan-tangan manusia, dan hanya bisa terjadi atas kehendak Allah.

Sebagai misal, di masa Nabi Ibrahim, alaihissalam, ada banyak minat dalam bidang Astronomi dan Ilmu Kimia. Kemudian, masyarakat juga biasanya menghubungkan pergerakan benda-benda langit dengan kadaan mereka sendiri dan terbiasa menganggap benda-benda langit berpengaruh terhadap kehidupan mereka (Astrologi). Karenanya, mereka bahkan lebih jauh menyembah benda-benda itu daripada menyembah Allah. Yang terbesar dari benda-benda langit inilah matahari, karena menghasilkan cahaya dan panas, yang keduanya dipandang sebagai yang paling penting bagi kelangsungan kehidupan dunia dan keberadaannya. Karena itu, mereka menganggap api sebagai manifestasi dari matahari dan api yang disembah. Selain itu mereka juga cukup sadar akan kualitas khusus dari benda-benda itu dan pengaruhnya, serta juga cukup berhata-hati akan komposisi kimiawi dari berbagai elemen alam.
Karena alasan itulah, Allah mengutus Nabi Ibrahim, alaihissalam, untuk menuntun umatnya dan menyeru mereka kembali menyembah Allah serta memberikan argumen dan hujjah yang jelas untuk membuktikan kekeliruan keyakinan mereka itu, dan menarik mereka dari menjauh dari penyembahan berhala dan menghapus kebodohan atas keyakinan mereka itu. Allah berfirman,
وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
"Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Rabb-mu Mahabijaksana, Maha Mengetahui." – (QS.6:83)

Di sisi lain, ketika sang raja penyembah bintang dan rakyatnya, yang telah dikalahkan oleh argumen dan bukti Nabi Ibrahim, memutuskan melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam api yang menyala-nyala, Sang Pencipta hanya berkata kepada api,
يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ
"“Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!" – (QS.21:69)
Dengan cara ini, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menunjukkan mukjizat ini, yang menyebabkan pergolakan luar biasa dalam dakwaan orang-orang musyrik, yang membuat seluruh kerumunan tak mampu menanggapinya, menyebabkan mereka tetap dikalahkan, jadi pecundang dan terhinakan.
وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأخْسَرِينَ
"Dan mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi." – (QS.21:70) 
 
Contoh lain ada di zaman Nabi Musa, alaihissalam, seni sihir adalah seni yang sangat menonjol, yang memiliki posisi penting dalam masyarakat Mesir. Orang-orang Mesir, penyihir yang terampil dan berpengalaman dalam bidang ini. Karena alasan inilah, Nabi Musa diberikan Taurat dan disertai 'tangan yang bersinar' dan 'tongkat yang berubah menjadi ular.' Ketika Nabi Musa bertanding dengan para penyihir Mesir, menunjukkan mukjizat yang telah diberikan Allah kepadanya, para penyihir, saat melihat tanda-tanda ini dari Allah berseru, "Ini bukan sihir. Ini sesuatu yang terpisah dari sihir. Ini sesuatu di luar kemampuan manusia." Allah berfirman,
فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى
"Lalu para pesihir itu merunduk bersujud, seraya berkata, 'Kami telah beriman kepada Rabb-nya Harun dan Musa.'" – (QS.20:70)
Inilah sesuatu yang diperlihatkan Allah untuk membantu utusannya yang sejati, di tangan utusan itu. Para penyihir sepenuhnya menyadari realitas sihir. Mereka kemudian dengan berani menyatakan di hadapan Firaun bahwa sejak hari itu dan seterusnya, mereka beriman kepada Rabb Musa dan Harun, alaihimassalam.

Pada zaman Nabi Isa, alaihissalam, minat besar dan penekanan ada pada ilmu kedokteran dan fisika. Masyarakat sangat dipengaruhi oleh orang-orang Yunani yang ahli dalam ilmu-ilmu ini dan selama beberapa dekade, para dokter dan filsuf Yunani menunjukkan keahlian mereka dalam bidang-bidang ini, mengesankan seluruh kota dan negeri. Tetapi pada saat yang sama, masyarakat sangat jauh dari kepercayaan pada keesaan Tuhan dan ajaran yang benar dari agama yang benar. Demikian juga, Bani Israil, tersesat dari jalan iman yang benar meskipun mereka adalah orang-orang yang membanggakan diri mereka sebagai orang yang memiliki mata air yang sama seperti para nabi zaman dahulu.
Maka demikian pula, menurut Sunnatullah, Nabi Isa, yang terpilih untuk di utus kepada umat manusia guna menuntun mereka, di satu sisi, ia diberikan Injil sebagai hujjah dan argumennya, dan di sisi lain, sesuai kebutuhan zamannya, ia juga diberikan mukjizat yang berpengaruh pada para ahli di zaman itu, bahwa ketika melihat mukjizat ini, akan dipaksa mengakui bahwa seni semacam itu tak dapat dipelajari atau diperoleh, melainkan berasal dari Allah guna membekali dan menguatkan utusan-Nya.
Dari mukjizat Nabi Isa, ada empat yang jelas disebutkan oleh Al-Qur'an, pertama, atas perintah Allah, ia menghidupkan kembali orang mati; kedua, atas perintah Allah, ia menyembuhkan orang buta dan menyembuhkan orang kusta dari penyakit lepra; ketiga, ia pernah membentuk seekor burung dari tanah-liat dan menjadikannya hidup atas perintah Allah; keempat, ia pernah menyampaikan pada orang yang bertanya, apa yang telah mereka makan dan apa yang telah mereka habiskan serta apa yang mereka simpan di rumah mereka."

"Wahai Wari, bagaimana keadaan orang-orang Yahudi pada waktu itu? " tanya Punai. Wari berkata, "Gambaran lengkap tentang orang-orang Yahudi dan kepercayaan mereka, serta kehidupan praktis mereka, diceritakan dalam Taurat. Namun hasil tindakan mereka dikisahkan dalam Al Qur'an dengan kalimat-kalimat berikut,
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ
"Dan sungguh, Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami susulkan setelahnya dengan rasul-rasul, dan Kami telah berikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti kebenaran serta Kami perkuat dia dengan Rohulkudus (Jibril). Mengapa setiap rasul yang datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian kamu bunuh?" – (QS.2:87)
وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلا مَا يُؤْمِنُونَ
"Dan mereka berkata, “Hati kami tertutup.” Tidak! Allah telah melaknat mereka itu karena keingkaran mereka, tetapi sedikit sekali mereka yang beriman." – (QS.2:88)

Allah juga berkata,
إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa yang setia berkata, 'Wahai Isa putra Maryam! Bersediakah Rabb-mu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab, 'Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.'” – (QS.5:112)
Dan juga,
وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلأحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ
"Dan sebagai seorang yang membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan agar aku menghalalkan bagi kamu sebagian dari yang telah diharamkan untukmu. Dan aku datang kepadamu membawa suatu tanda (mukjizat) dari Rabb-mu. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." – (QS.3:50)
إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
"Sesungguhnya Allah itu Rabb-ku dan Rabb-mu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." – (QS.3:51)
فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
"Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka (Bani Israil), ia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan agama) Allah?” Para Hawariyyun (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim." – (QS.3:52)

Juga,
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
"Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang menegaskan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Inilah sihir yang nyata.” – (QS.61:6)

Di antara semua orang di sana, ada semacam tabib, yang di tangannya dan melalui usahanya, orang-orang yang telah putus harapan dari kesembuhan penyakitnya, dapat mengobati penyakit mereka. Dan juga, tak kurang orang-orang seperti filsuf dan fisika yang ahli dalam hubungan antara tubuh dan jiwa. Namun, ketika Nabi Isa tanpa sarana apapun, mulai menunjukkan mukjizat-mukjizat tanpa alat apapun, berdampak yang berbeda pada berbagai kaum sesuai dengan tingkatan keiman mereka. Mereka yang mencari kebenaran, mengakui bahwa mukjizat itu berada di luar kekuasaan manusia biasa, namun pada kenyataannya merupakan karunia kepada seorang Nabi dari Allah untuk membantunya dan sebagai bukti bahwa ia menjadi utusan Allah. Orang-orang yang hatinya sombong, benci dan iri, prasangka mereka membuat mereka berseru bahwa, "Inilah sihir yang nyata."
Para mufassir menjelaskan kepada kita, mengenai empat mukjizat yang disebutkan di atas bahwa ketika para penentang Nabi Isa menolaknya dan seruannya, dan menyatakan mukjizatnya sebagai sihir, maka dengan cara mengejeknya mereka pernah berkata, "Jika engkau benar-benar Utusan Allah, maka beri tahu kami apa yang kami makan hari ini dan apa yang telah kami simpan." Setelah itu, Nabi Isa menjawab mereka dengan sungguh-sungguh, menyampaikan pada mereka apa yang mereka makan dan apa yang disimpan di rumah-rumah mereka.
Cara Al-Qur'an menyebutkan mukjizat terakhir ini, dan jika seseorang merenungkannya, ia akan mengetahui bahwa ada makna lain yang lebih dalam di dalamnya. Yaitu, bahwa Nabi Isa menghabiskan banyak waktu dan upaya dalam menasihati umatnya agar menghindari harta duniawi dan menjalani gaya hidup asketik tanpa cinta akan dunia ini. Mereka yang menerima
pesannya, mengikuti ajakan ini, sementara yang lain, berpura-pura melakukannya dan secara sembunyi-sembunyi mengumpulkan dan menyimpan harta duniawi. Dengan mukjizat ini, Nabi 'Isa mampu mengungkap kemunafikan mereka.

Terlepas dari empat mukjizat ini, fakta bahwa Nabi Isa sendiri dilahirkan tanpa ayah, itu sendiri merupakan pertanda dan mukjizat yang istimewa dari Allah. Namun mukjizat apapun yang terjadi, di tangannya dan kelahirannya yang tak bernoda, diingkari dan ditolak oleh orang-orang Yahudi karena rasa-iri. Bahkan hari ini, ada juga cendekiawan Islam yang menolaknya. Ada dari mereka yang melakukannya bukan atas kemauan mereka sendiri, melainkan setelah berada di bawah pengaruh athersto Eropa dan agar mereka tak dituduh terlalu fanatik dan menghakimi. Demikian pula sejauh menghidupkan orang mati, mereka berpendapat bahwa sebelum Qiyamat, Allah takkan memberikan kehidupan kepada orang mati. Namun kebenaran memberi hidup kepada orang mati bukanlah hal yang baru karena ada banyak riwayat dimana Allah memang menghidupkan orang mati. Allah berfirman,
فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
"Lalu Kami berfirman, “Pukullah (mayat) itu dengan bagian dari (sapi) itu!” Demikianlah Allah menghidupkan (orang) yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti." – (QS.2:73)

Sangatlah jelas disebutkan tentang menghidupkan orang mati. Dan juga, ada orang-orang yang menyangkal Nabi Isa dilahirkan tanpa ayah dan mereka telah menghabiskan banyak energi untuk menolak hal ini dalam tulisan mereka. Namun terlepas dari berbagai pandangan tentang masalah ini, jika seseorang melihat semua bukti tekstual dalam Al Qur'an dengan cara yang tak memihak, ia akan sampai pada kesimpulan bahwa terlepas dari sikap fanatik dan berlebihan dari orang-orang Nasrani dan tak ada sikap dari orang-orang Yahudi, Al-Qur'an ingin menekankan kisah kelahiran Nabi 'Isa yang tak bernoda. Orang-orang Yahudi dan Nasrani memilih dua sudut pandang yang berlawanan untuk masalah ini.
Di satu sisi, orang-orang Yahudi menganggapnya seorang penipu dan pendusta, serta pembuat kebohongan, sementara orang-orang Nasrani mengambil sikap ekstrim yang lain, dan menyebutnya sebagai tuhan dan putra Tuhan, yang ke-3 dalam trinitas. Dalam hal ini, Al-Qur'an mengemukakan kepercayaan yang benar kepada Nabi Isa. Bahwa Nabi Isa bukanlah nabi palsu, bukan pula pembohong dan penipu, melainkan nabi dan utusan Allah yang sejati, yang menyeru manusia ke jalan yang benar. Apapun yang ia tunjukkan dari mukjizat-mukjizatnya, bukanlah perbuatan sihir, melainkan mukjizat yang dilakukan atas perintah Allah. Kelahirannya tanpa seorang ayah lantas tak menjadikannya seorang tuhan. Bagaimana bisa seseorang menjadi Tuhan, jika masih membutuhkan kelahiran dan untuk kelahirannya itu, masih membutuhkan ibu, serta segala yang dibutuhkan manusia. Orang seperti itu takkan pernah bisa menjadi Tuhan.

Dalam Al Qur'an, upaya dilakukan untuk menyangkal dan mengafkir kayakinan yang keliru oleh orang Yahudi dan Nasrani tentang Nabi Isa, alaihissalam, atau Yesus. Jika Nabi Isa dilahirkan dengan ada seorang ayah, Al-Qur'an akan menekankan hal itu sejak awal, karena inilah alasan utama baginya dianggap sebagai kepribadian Ilahi. Bisa saja hal ini dibuat logis bahwa keyakinan ini seyogyanya ditolak sejak awal, dan sebuah pernyataan dibuat bahwa si Fulan adalah ayah Nabi Isa. Dan ini akan menghentikan penyebaran gagasan Keilahian Nabi Isa. Namun sebaliknya, Al-Qur'an menyatakan bahwa bahkan kelahirannya yang suci dan kelahirannya yang tanpa ayah itu, bukanlah bukti bahwa ia bisa menjadi tuhan, karena, "Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berfirman kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu." (QS. 3:59)
Karena itu, jika kelahiran tanpa ayah memenuhi syarat dianggap sebagai tuhan, maka Nabi Adam, yang dilahirkan tanpa ayah dan ibu, lebih memenuhi syarat. Setiap orang yang memberikan penafsiran dan makna keliru lainnya dari ayat-ayat tertentu secara terpisah untuk menolak pernyataan bahwa Nabi Isa lahir tanpa ayah, akan keliru karena jika semua ayat itu disatukan, maka tak ada kebenaran lain yang keluar darinya kecuali bahwa Nabi Isa lahir tanpa ayah.
Dan sejauh menyangkut nalar dan logika rasional dari masalah ini, akal juga tak menganggap mustahil bagi kelahiran tanpa ayah. Faktanya, dalam zaman modern ini, contoh telah muncul dimana kelahiran terjadi dengan cara-cara terpisah dari cara yang diterima secara umum. Dan cara-cara kelahiran itu, tak bisa dikatakan bertentangan dengan hukum-hukum alam karena sampai sekarang kita belum memperoleh pengetahuan penuh dari semua hukum-hukum alam. Semakin manusia banyak mengembangkan sains, maka semakin banyak aspek baru dari hukum alam yang diketahui olehnya. Oleh karenanya, sangat sering, hal yang dianggap mustahil kemarin, tiba-tiba menjadi sangat mungkin hari ini.
[Bagian 3]
[Bagian 1]