Senin, 15 Juli 2019

Peringatan Itu (1)

Murai melanjutkan, "Al-Qur'an menjelaskan fakta-fakta historis dari umat-umat terdahulu, yaitu penerimaan atau penolakan mereka terhadap risalah yang disampaikan, dan dengan memperlihatkan hasilnya, baik atau buruk, sebagai teguran dan peringatan bagi umat berikutnya, dan mendorong agar mereka mengambil ibrah dari kisah-kisah tersebut. Dari peristiwa-peristiwa yang terbukti menjadi pelajaran besar dan peringatan bagi umat berikutnya, diantaranya, peristiwa yang terjadi pada Bani Israil dan orang-orang Yahudi, yang menyebabkan Al-Quds dan Bait Sucinya, dihancurkan, dan orang-orang Yahudi menjadi budak sebanyak 2 kali di pengasingan, yang tercatat dalam sejarah mereka.
Yerusalem atau Al-Quds atau Baitul Maqdis, juga terkadang dieja Baitul Muqaddas, adalah tempat suci pemujaan dan Kiblat orang Yahudi. Juga merupakan tempat kelahiran dan tanah-pemakaman banyak nabi, alaihimassalam. Tak hanya orang-orang Yahudi dan Nasrani menganggapnya sebagai tempat suci, Namun juga umat Islam. Sejak Mi'raj Rasulullah (ﷺ), telah menjadi penting bagi umat Islam. Dan setiap kali seorang Muslim membaca Surah Al-Isra', qalbunyanya tak bisa tidak dipenuhi dengan penghormatan dan pemuliaan tempat itu. Allah berfirman,

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." - (QS.17:1)
Dalam diskusi kita sebelumnya, aku telah menyebutkan tentang dua kerusakan oleh Bani Israil di muka bumi. Allah berfirman,
وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلَّا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلًا
"Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami jadikannya petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), 'Janganlah kamu mengambil (pelindung) selain Aku.'" - (QS.17:2)
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ ۚ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا
"(Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh. Sesungguhnya ia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." - (QS.17:3)
وَقَضَيْنَا إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
"Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, 'Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.'" - (QS.17:4)
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا
"Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana." - (QS.17:5)
ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
"Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka, Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar." - (QS.17:6)
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai." - (QS.17:7)
عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ ۚ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا ۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا
"Mudah-mudahan Rabb-mu melimpahkan rahmat kepadamu; tetapi jika kamu kembali (melakukan kejahatan), niscaya Kami kembali (mengazabmu). Dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang kafir." - (QS.17:8)
Dalam ayat-ayat tersebut, kata "Al-Kitaab", merujuk pada kitab-kitab suci yang diwahyukan kepada para nabi yang di dalamnya dinubuahkan tentang kejahatan yang dilakukan oleh Bani Israil, yang menyebabkan kehancuran Yerusalem atau Al-Quds dan perbudakan Bani Israil dalam pengasingan. Oleh karena itu, bahkan dalam Taurat, ada nubuat-nubuat mengenai hal itu dalam naskah Yesia, Hizkiel, Armia, dan Zakariya. Bagian utama dari naskah-naskah ini, yang berurusan dengan nubuat-nubuat dan cara Allah pada dua kesempatan, menghukum mereka karena kejahatan dan kerusakan mereka, adalah konfirmasi yang jelas dari pernyataan Al-Qur'an. Sekarang muncul pertanyaan: Kapankah dua nubuat ini terjadi? Bagaimana hal itu terjadi?
Dalam hal ini, para Mufassir berbeda pendapat. Ada yang berpandangan bahwa kali pertama kerusakan mereka dan adzab yang mengikutinya terjadi saat Raja Bukhtanashr menyerang al-Quds, sedangkan yang kedua adalah serangan Titas terhadap Al-Quds. Hal ini jelas benar secara historis. Hal ini, tampaknya menguatkan versi Al-Qur'an dengan poin-poin berikut. Pertama, bahwa dalam 'Kitab', telah dinyatakan bahwa Bani Israil akan membuat kerusakan besar sebanyak dua kali; kedua, ketika pada kesempatan pertama, mereka berbuat kerusakan, Allah mengirimkan penguasa yang kejam melawan mereka, yang memasuki rumah-rumah mereka dan menghancurkannya; ketiga, setelah kehancuran itu, dan setelah mereka bertobat, sekali lagi Allah memberi mereka kekuasaan atas diri mereka sendiri dan negeri mereka, dan sekali lagi, memperkaya mereka dengan harta duniawi dan anak-anak; keempat, Allah sekali lagi memperingatkan mereka agar menghindari ketidaktaatan dan kerusakan, serta menyampaikan kepada mereka bahwa kepatuhan mereka takkan berguna bagi Allah sedikit pun, namun jika mereka lagi-lagi hendak menzhalimi diri mereka sendiri atas kejahatan besar itu, akan merugikan mereka sendiri; kelima, namun jika sekali lagi mereka melanggar perjanjian, maka sekali lagi, Allah akan mengutus kepada mereka kekuatan asing yang sangat kuat, seperti yang pertamakali membawa kehancuran terhadap Al-Quds dan Bait Suci mereka, dan memperlakukan mereka dengan hinaan dan nistaan.
Meskipun kehancuran ini tampak abadi, Allah akan memberi mereka kesempatan ketiga agar dapat berdiri tegak kembali dan pulih, namun mereka diperingatkan, bahwa jika ketiga kalinya mereka melanggar, sekali lagi, Hukum Kisas akan mulai berlaku dan tak hanya di dunia ini mereka akan di adzab, melainkan kelak juga di Akhirat.

Menurut fakta sejarah, diketahui bahwa Yerusalem dua kali dalam sejarah benar-benar dihancurkan oleh penguasa tiran asing, yang juga memporak-porandakan bangsa-bangsa Yahudi, membawa mereka ke pengasingan. Yang pertama, penghancuran Yerusalem oleh Raja Babilon, Bukhtanashr yang terjadi sekitar tahun 604 SM. Nama Bukhtanashr, adalah nama Persia. Para ahli kitab menyebutnya Nebukadnezar. Bila di tulis Bukhta Nashr, maka bagian pertama nama itu otentik dengan kata Persia yang bermakna "diselamatkan". Bukhtanshr, hanyalah seorang gubernur yang membhkatikan-diri untuk raja-raja Persia. Domain geografinya terbatas di sebelah Barat Tigris.
Kali kedua, adalah penghancuran Yerusalem oleh Titus pada tahun 70 Masehi. Dua kejadian ini merupakan pukulan berat terhadap orang-orang Yahudi sendiri, tanah-air mereka, agama dan kemudian kebangsaan mereka. Sekarang, kita hendaknya melihat, benarkah bahwa perilaku buruk Bani Israil adalah penyebab sebenarnya dari dua kejadian ini atau tidak? Mereka sendirikah yang bertanggung-jawab membawa adzab ke atas diri mereka sendiri?

Ketika manusia berbuat kemusyrikan dan kedurhakaan kepada Allah, dan menjadi sahabat Setan, pada saat seperti itu, Hukum Kisas Allah mulai berlaku, dan terlepas dari hukuman di Akhirat, mereka akan dijerat dengan derita kehancuran. Ini juga sebagai penyebab kesombongan dan keangkuhan orang-orang itu, berubah jadi kehinaan dan kenistaan. Semua ini terjadi agar mereka bisa menjadi pelajaran dan peringatan bagi orang lain. Dengan cara ini, mereka dibuat agar memahami bahwa kehormatan sejati, dan begitu juga penghinaan dan kemuliaan, tak ada di tangan sipapaun melainkan hanya ada di Tangan Yang Mahakuasa, Sang Pencipta Alam Semesta.
Ketika kita mengingat hukum alam ini, saat kita memperhatikan orang-orang Yahudi dari Bani Israil dan sejarah mereka di era ini, kita sampai pada kesimpulan bahwa sangat jelas bahwa kejahatan yang kita sebutkan membentuk dasar kehidupan mereka pada saat itu. Terlebih lagi, mereka terbiasa membanggakan gaya hidup mereka itu. Karena itu, kita melihat bahwa setelah Nabi Daud, dan Sulaiman, alaihimassalam, kemerosotan moral mereka sedemikian rupa sehingga kebohongan, tipu-daya, ketidakadilan, ketidaktaatan, kejahatan telah menjadi kebiasaan mereka, sedemikian rupa sehingga mereka bahkan tenggelam dalam syirik dan kemusyrikan. Untuk waktu yang lama, Allah memberi mereka kelonggaran sehingga mereka dapat memperbarui keadaan mereka. Rahmat Allah pada awalnya tak berpaling dari mereka, dan pada kenyataannya, mereka diberi petunjuk, Allah terus mengutus para nabi kepada mereka, menyeru mereka kembali pada yang ma'ruf dan mencegah mereka dari yang mungkar. Namun seruan dan perintah para nabi ini, hanya sedikit pengaruhnya terhadap mereka. Sebaliknya malah menambah ketidaktaatan pada mereka. Juga terjadi, bahwa pemimpin agama mereka, demi mendapatkan dinar dan dirham, mulai menyalah-artikan perintah Allah, menjadikan yang Haram menjadi Halal dan sebaliknya. Masyarakat umum mengabaikan Kitabullah dan tersesat. Pada akhirnya, para pemimpin mereka selanjutnya melakukan tindakan yang sangat disayangkan, membunuh para nabi secara tidak adil, setelah menolak mereka mentah-mentah.
Menurut Hisyam Ibnu al-Kalbi, Luhrasb, keponakan Qabus, menjadi raja dan membangun kota Balkh. Karena pada saat itu, kekuatan Turki tumbuh, ia tinggal di Balkh melawan Turki. Bukhtanashr hidup sezamannya dan menjadi komandan di wilayah antara al-Ahwaz dan Asia Barat (Ard al-Rum) di sebelah Barat Tigris. Ia secara sepihak mengakhiri perdamaian dengan orang-orang Damaskus, dan mengirim salah seorang perwiranya ke Al-Quds. Sang perwira menutup perjanjian damai dengan raja Israil, seseorang dari keturunan Nabi Daud. Perwira tersebut membawa sandera dan pergi. Namun ketika ia sampai di Tiberias, orang Israil menyerang raja mereka dan membunuhnya, seraya berkata, "Engkau telah menyerahlan sandera kepada orang Babel dan mempermalukan kami." Mereka kemudian bersiap bertempur. Sang Perwira, melaporkan kepada Luhrasb apa yang telah terjadi, dan ia diperintahkan agar tetap tinggal sampai Bukhtanashr tiba dan memenggal para sandera yang ditahan. Bukhtanashr kemudian berangkat ke Al-Quds, merebut kota dengan kekuatan senjata, membunuh para pejuang, dan menangkap anak-anak. Ia menemukan nabi Armia di penjara Israel."

Punai bertanya, "Siapakah Armia?" Murai berkata, "Ia adalah Armia bin Hilkiah, dari keluarga Levi bin Yakub. Ada yang menyetakan bahwa ia, Al-Khidr, dan ini diriwayatkan oleh Ad-Dahak dari Ibnu Abbas, namun menurut Ibn Katsir, itu tidak benar. Dalam bahasa Arab, nana Armia biasanya dieja sebagai Irmiyā, Armiyā, atau Mirmiyā. Para ahli kitab menyebutnya Jeremiah atau Yeremiah. Sejarawan klasik, seperti Wahb bin Munabbih, memberikan catatan tentang Armia yang merupakan poin utama dari kisah Perjanjian Lama tentang Armia: seruannya sebagai seorang nabi, misinya. kepada raja Yudea, misinya kepada kaumnya dan seruannya, pernyataan bahwa akan ada seorang tiran asing yang akan memerintah Yudea. Ada sebuah riwayat dimana Armia menyeru kepada Allah, "Wahai Rabbku! Manakah dari hamba-Mu yang lebih disukai oleh-Mu?" Dia, Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Mereka yang mengingat-Ku dan menjauhklan ingatan mereka terhadap ciptaan-Ku; mereka yang tak meragukan kematian, atau berbicara tentang kehidupan kekal; mereka yang, ketika mereka terpikat oleh harta-benda duniawi ini, membencinya, dan ketika mereka kehilangan harta itu, mereka bahagia; mereka yang mencintai-Ku dengan sungguh-sungguh, dan Aku akan menghargai mereka, lebih dari yang mereka inginkan."

Wahb bin Munabih, sebagaimana di riwayatkan Ibnu Asakir, berkata, "Allah Ta’ala mewahyukan kepada seorang Nabi dari kalangan Bani Israil yang bemama Armiya disaat munculnya berbagai kemaksiatan dikalangan Bani Israil, 'Berdirilah di hadapan kaummu dan beritahukan kepada mereka bahwa mereka punya hati namun tak memahami, mereka punya mata namun tak mampu melihat (kebenaran). Mereka punya telinga namun tak mampu mendengarkan (kebenaran). Aku telah mengingatkan kebaikan-kebaikan nenek moyang mereka dan Akupun menyayangi mereka. Tanyakan kepada mereka bagaimana beratnya melaksanakan ketaatan kepada-Ku. Adakah seseorang yang merasakan kebahagiaan tatkala ia bermaksiat kepada-Ku? Adakah seseorang yang merasakan kesengsaraan tatkala melakukan ketaatan kepada-Ku? Hewan ternak akan senantisa ingat akan tempat tinggalnya dan akan kembali kepadanya. Namun kaum tersebut (Bani Israil) telah meninggalkan sesuatu yang menjadikan nenek moyang mereka mulia. Mereka telah mengambil kemuliaan dengan jalan yang tak dibenarkan. Rahib-rahib mereka telah mengingkari hak-Ku. Ahli baca mereka telah menyembah kepada selain-Ku. Ahli ibadah mereka telah melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat. Para pemimpin mereka telah mendustakan-Ku dan para Rasul-Ku. Mereka menyimpan tipu-daya dalam hati mereka. Mereka telah membiasakan lisan mereka, berdusta. Aku bersumpah dengan kemuliaan dan keperkasaan-Ku, Aku akan memberikan mereka generasi yang tak memahami bahasa mereka, tak mengenal wajah mereka, tak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang menangis. Aku akan mengirim kepada mereka seorang raja yang sombong lagi sewenang-wenang. Ia memiliki bala tentara laksana awan, kekuatan laksana ombak, bendera mereka berkibar laksana burung elang, penunggang kuda mereka bagai menghancurkan bangunan dan membiarkan perkampungan tetap beringas. Betapa menyeramkannya penduduk Ilya. Bagaimana Aku telah menghinakan mereka dan menghancurkan mereka.
Sesungguhnya 'kan Ku-jadikan jasad-jasad mereka sebagai pupuk bagi bumi dan tulang-tulang mereka sebagai santapan sinar matahari. Kan Ku-timpakan kepada mereka berbagai macam siksaan. Kemudian 'kan Ku-perintahkan langit agar menjadi bongkahan besi dan bumi menjadi jaring tembaga. Jika Ku-turunkan hujan, maka bumi itu takkan tumbuh tetumbuhannya. Walau masih ada tetumbuhan yang tumbuh, maka yang demikian itu merupakan rahmat-Ku bagi binatang. Selanjutnya semua tanaman yang mereka tanampun, 'kan Ku-rampas.
Jika pada saat itu mereka masih dapat menanam sesuatu, maka ia takkan selamat dari kebinasaan. Jika pada saat itu mereka masih dapat menanam sesuatu, maka ia takkan selamat dari kebinasaan. Bilapun masih selamat, maka 'kan Ku-ambil berkahnya. Dan jika mereka berdoa kepada-Ku, Aku takkan mengabulkannya. Dan jika meminta kepada-Ku, Aku takkan pernah memberi. Dan jika mereka menangis, maka Aku takkan pemah menaruh belas kasihan kepada mereka. Dan jika mereka menundukkan diri mereka kepada-Ku, maka Aku akan palingkan wajah-Ku dari mereka.'"

Ibnu Ishaq bin Bisyr berkata, dari Wahb bin Munabbih, ia berkata, 'Setelah Allah mengutus Armia kepada Bani Israil, yaitu ketika berbagai macam peristiwa menimpa mereka, sehingga mereka melakukan berbagai kemaksiatan, membunuh para Nabi, maka muncul ketamakan Bukhtanashr atas diri mereka. Allah membetikkan dalam hatinya agar pergi kepada mereka. Allah Ta’ala hendak membalas atas perbuatan mereka. Maka Allah mewahyukan kepada Armia, “Aku akan menghancurkan Bani Israil dan membalas perbuatan mereka. Oleh karenanya, pergilah ke Baitul Maqdis, maka perintah dan wahyu-Ku akan datang kepadamu.” Kemudian Armia bangkit dan merobek bajunya dan menaruh tanah di atas kepalanya sambil sujud, ia berkata, “ Wahai Rabb-ku, aku berharap sekiranya ibuku tak melahirkan diriku, sekiranya aku tahu bahwa Engkau akan menjadikanku sebagai Nabi terakhir dari kalangan Bani Israil, sehingga hancumya Baitul Maqdis dan Bani Israil lantaran diriku.”
Allah Ta’ala berfirman, “Angkatlah kepalamu.” Lantas Armia mengangkat kepalanya sambil menangis ia berkata, “ Wahai Rabb-ku, siapakah yang akan menguasai mereka?” Allah menjawab, “ Para penyembah api. Mereka tak takut terhadap siksa-Ku dan tak berharap pahala-Ku. Bangkitlah wahai Armia. Dengarkanlah wahyu-Ku. Aku akan mengabarkan kondisimu dan kondisi Bani Israil. Sebelum Aku menciptakanmu, Aku telah memilihmu.Sebelum Aku menciptakan rupa dirimu di rahim ibumu, Aku telah mensucikanmu.Sebelum kamu baligh, Aku telah menjadikanmu seorang Nabi. Sebelum kamu dewasa, Aku telah memilihmu. Aku memilihmu untuk mengemban tugas yang besar. Bangkitlah bersama sang raja. Bantu dan bimbinglah ia.”
Sejak saat itu, Armia membantu sang raja. Wahyu terus turun kepadanya hingga berbagai peristiwa mulai membesar dan mereka melupakan nikmat Allah yang telah menyelamatkan mereka dari musuh-musuh mereka. Allah Ta’ala mewahyukan kepada Armia, “Bangkitlah dan sampaikan kepada mereka apa yang telah Aku perintahkan kepadamu. Ingatkan mereka akan nikmat-nikmat-Ku atas mereka. Kenalkan kepada mereka tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada mereka.” Armia berkata, “Wahai Rabb-ku, sesungguhnya aku sangat lemah jika Engkau tak kuatkan diriku. Aku sangat tak berdaya bila Engkau tak bantu aku. Aku akan salah bila Engkau tak teguhkan aku. Terhina bila Engkau tak menangkan aku. Tercampakkan bila Engkau tak muliakan aku.”
Allah Ta’ala berfirman, “ Tidakkah engkau mengetahui bahwa segala urusan terlahir atas dasar kehendak-Ku. Seluruh makhluk dan makhluk adalah kepunyaan-Ku. Seluruh qalbu dan lisan berada di tangan-Ku yang Aku bolak-balikkan sesuai dengan kehendak-Ku dan ia pun mentaati perintah-Ku. Dengan demikian Akulah Allah, tiada sesuatupun yang menyamai-Ku. Langit dan bumi serta segala isinya berdiri tegak karena kalimat-Ku. Tak seorangpun yang mengetahui apa yang ada di sisi-Ku. Aku-lah yang telah mengajakbicara lautan sehingga ia memahami ucapan-ku. Aku memerintahnya dan ia pun melaksanakan perintah-Ku. Aku beri batasan-batasan dan ia pun tak melampui batasan-Ku. Ia datang dengan ombak laksana gunung. Namun ketika ia sampai pada batasan-Ku, maka ia akan dirundung rasa ketertundukan untuk melaksanakan ketaatan kepada-Ku, rasa takut dan pengakuan atas perintah-Ku.
Aku akan bersamamu sehingga tak ada seorangpun yang dapat menjangkaumu selama Aku bersamamu. Sesungguhnya, Aku mengutusmu kepada makhluk yang berjumlah besar untuk menyampaikan risalah-Ku. Oleh karenanya, orang yang mengikutimu akan mendapatkan pahala yang besar dan takkan dikurangi sedikitpun. Pergilah kepada kaummu dan berdirilah di tengah-tengah mereka dan sampaikan kepada mereka, 'Sesungguhnya Allah telah mengingatkan kalian akan keshalihan nenek-moyang kalian. Oleh karena itu, Dia meminta kalian, mengikuti mereka. Wahai anak keturunan para Nabi, bagaimana kalian mendapati nenek-moyang kalian tekun dalam melaksanakan ketaatan sedangkan kalian tekun melaksanakan kemaksiatan kepada-Ku. Pernahkah kalian mendapati seseorang yang bahagia lantaran bermaksiat kepada-Ku? Tahukah kalian seseorang yang sengsara lantaran taat kepada-Ku? Sesungguhnya kalangan binatang bila diingatkan akan tempat tinggalnya yang baik, niscaya ia akan kembali. Sesungguhnya merekalah kaum yang bersenang-senang di atas kehancuran dan menjadikan para pendahulu mereka mulia, kemudian mereka mencari kemuliaan dengan jalan yang lain.
Para ulama dan rahib, mereka menjadikan hamba-hamba-Ku sebagai budak mereka dan memperlakukan mereka tanpa dasar dari kitab-Ku, sehingga mereka tak mengetahui perintah-Ku, melupakan peringatan-Ku serta sunnah-Ku, melalaikan diri-Ku, melakukan ketaatan untuk selain-Ku yang seharusnya hanya ditujukan kepada-Ku. Para hamba-Ku mentaati mereka dalam bermaksiat kepada Ku.
Adapun para raja dan pemimpin mereka mendurhakai nikmat-nikmat-Ku, merasa aman dari siksa-Ku, dan mereka terperdaya oleh dunia. Sehingga mereka mencampakkan kitab-Ku dan melupakan perjanjian dengan-Ku. Mereka merubah kitab-Ku dan menentang para Rasul-Ku. Maha Suci kemuliaan-Ku, Maha Tinggi kedudukan-Ku dan keagungan-Ku. Pantaskah ada sekutu bagi-Ku dalam kerajaanKu? Pantaskah bagi manusia taat kepada sesuatu yang mengarah kepada kemaksiatan kepada-Ku? Pantaskah Aku menciptakan hamba yang Aku jadikan tandingan bagi diri-Ku atau Aku ijinkan bagi seseorang mentaati yang lainnya, padahal ketaatan tersebut hanya berhak untuk diri-Ku?
Adapun Qura’ (ahli baca) dan Fuqaha (ahli fiqih) mereka mempelajari hal-hal yang membingungkan untuk memuaskan para raja sehingga mereka mengikutinya dalam hal-hal yang bid’ah, yang mereka ada-adakan dalam masalah agama. Mereka mentaatinya dalam hal kemaksiatan kepada-Ku. Mereka memenuhi janji setia mereka kepada para raja, namun mengingkari janji setia kepada-Ku. Hakekatnya, merekalah orang-orang bodoh atas apa yang mereka ketahui dan tak mengambil manfaat dari apa yang mereka pelajari dari kitab-Ku.
Adapun anak-anak para Nabi, mereka tertekan dan berada dalam tekanan mereka, membicarakan hal-hal yang bathil bersama orang-orang yang membicarakannya, berangan-angan mendapatkan kemenangan seperti yang pemah diperoleh oleh nenek moyang mereka, serta karamah yang telah dimuliakan atas diri mereka. Bahkan mereka mengaku bahwasanya tak seorangpun yang layak memperoleh hal itu kecuali hanya diri mereka saja tanpa adanya kejujuran dan tafakkur.
Mereka juga tak ingat bagaimana nenek moyang mereka bersabar, bagaimana usaha keras mereka dalam melaksanakan perintah-Ku disaat orang-orang terperdaya. Mereka tak ingat bagaimana nenek moyang mereka mengorbankan jiwa dan darah mereka. Mereka telah bersabar dan berlaku jujur sehingga perintah-Ku menjadi mulia dan agama-Ku, menang. Aku berharap mereka merasa malu dan kembali kejalan-Ku. Aku telah memaafkan mereka, memanjangkan umur mereka, dan menerima udzur mereka dengan harapan mereka mau ingat. Aku telah menurunkan hujan dari langit, menumbuhkan tanaman di bumi, memberikan kesehatan dan memenangkan mereka atas musuh-musuh mereka, namun hal itu malah menambah kekufuran dan jauh dari-Ku. Sampai kapan hal ini berlangsung? Akankah mereka terus menerus mencaci maki dan mengkhianati-Ku? Akankah mereka menipu-Ku?

Aku bersumpah dengan kemuliaan-Ku, Aku akan menimpakan ujian kepada mereka yang membingungkan dan menyesatkan orang yang cerdik pandai. Aku akan memunculkan di tengah-tengah mereka para penguasa yang bengis dan sadis. Aku akan menyelimutinya dengan rasa takut dan Aku cabut dari hatinya kelembutan dan kasih sayang. Aku akan berikan kepadanya pengikut yang berjumlah banyak. la memiliki bala tentara sejumlah awan, benderanya berkibar ibarat burung elang. Pasukan berkudanya seperti gelombang bencana, memporak-porandakan bangunan, dan merubah perkampungan menjadi buas, hidup di muka bumi dengan melakukan kerusakan dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa yang mereka kuasai. Hati mereka menjadi keras. Mereka benar-benar tak berhati nurani, tak melihat, tak mendengar, berkeliaran di pasar-pasar dengan suara lantang laksana raungan singa yang membuat bulu-kuduk merinding. Orang yang mendengarnya bagai bermimpi, mengigau tanpa memahami apa yang diucapkan. Dari wajahnya terlintas kemungkaran yang tak sanggup mereka ingkari.
Demi kemuliaan-Ku, akan Ku-kosongkan rumah-rumah mereka dari kitab dan kesucian-Ku. Akan Ku-kosongkan majelis-majelis mereka dari membahas kitab-Ku dan mempelajarinya. Akan Ku-isi masjid-masjid mereka dengan orang-orang yang meramaikan dan berkunjung untuk selain Aku. Yaitu orang-orang yang melaksanakan shalat tahajud dan beribadah untuk mencari dunia atas nama agama. Mereka menggalang kesepakatan tak bertujuan untuk agama. Mereka belajar bukan untuk diamalkan.
Selanjutnya Aku ganti kemuliaan menjadi kehinaan, rasa aman menjadi rasa takut, kecukupan menjadi kefakiran, kenikmatan menjadi kelaparan, kesehatan menjadi berbagai bencana, pakaian sutera menjadi bulu, nyawa yang tenang menjadi pembunuh, dan Aku sandangkan kalung besi dan rantai. Kemudian akan Ku-jadikan istana mereka yang luas menjadi luluh lantak. Yang sebelumnya benteng yang kokoh, kemudian menjadi tempat binatang-binatang buas. Yang sebelumnya terdengar ringkikan kuda, berubah menjadi raungan srigala. Yang sebelumnya terpancar cahaya, berubah menjadi asap kebakaran. Yang sebelumnya tersebar kasih sayang berubah menjadi beringas.
Kemudian akan Ku-ganti wanita-wanitanya yang terjaga menjadi binal. Yang sebelumnya berkalungkan intan permata, menjadi rantai besi. Yang sebelumnya menyerbak aroma wangi menjadi busuk berdebu. Yang sebelumnya berjalan dengan bantal-bantal yang bersusunan berubah menjadi berkeliaran di pasar-pasar dan sungai hingga tengah malam. Yang sebelumnya terlindungi di dalam rumah dan berhijab menjadi terbuka wajahnya.
Kemudian 'kan Ku-timpakan kepada mereka beragam adzab yang mana adzab tersebut akan menimpa semua orang dimanapun mereka berada. Aku akan memuliakan orang-orang yang memuliakanKu. Dan Aku akan menghinakan orang-orang yang menghinakan perintah-Ku.
Kemudian Aku akan memerintahkan langit menjadi gumpalan besi dan bumi menjadi jaring yang terbuat dari kuningan. Langit tak lagi menurunkan hujan sedangkan bumi tak lagi menumbuhkan tanam-tanaman. Sekiranya langit menurunkan hujan, maka Aku turunkan bencana kepada mereka. Sekiranya ada yang selamat, maka Aku akan cabut berkahnya. Jika ia berdoa kepadaKu maka Aku takkan mengabulkannya. Bila ia meminta kepadaKu, maka Aku takkan memberinya. Sekiranya mereka menangis, maka Aku takkan mengasihi. Bila mereka menundukkan diri kepada-Ku, maka Aku palingkan wajah-Ku dari mereka. Jika mereka berdoa, “ Ya Allah, Engkaulah yang telah menciptakan kami dan nenek moyang kami dengan rahmat dan kemuliaan-Mu. Engkau telah memilih kami untuk diri-Mu dan menjadikan diantara kami Nabi-Mu, kitab-Mu, dan masjid-masjid-Mu. Engkau telah menempatkan kami di sebuah negeri. Engkau jadikan kami khalifah di negeri tersebut. Engkau telah memelihara kami dan nenek moyang kami dengan nikmat-Mu, baik yang kecil maupun yang dewasa. Engkau telah mengkaruniakan kenikmatan meskipun kami telah memporak-porandakannya. Engkau tak merubahnya meskipun kami merubahnya.”
Bila mereka mengatakan hal itu, maka Aku katakan kepada mereka, “Aku menciptakan hamba-Ku dengan rahmat dan nikmatKu. Bila mereka menerimanya maka Aku akan menyempurnakannya. Bila mereka minta ditambah maka Aku akan menambahnya. Bila mereka bersyukur maka Aku akan melipatgandakannya. Bila mereka merubahnya maka Aku akan merubahnya. Jika Aku merubahnya maka Aku akan murka (kepadanya). Bila Aku murka maka Aku akan mengazabnya. Sesungguhnya tiada sesuatupun yang dapat melawan murka-Ku.”

Ibnu Katsir dalam bukunya, menurut Ka'b, meriwayatkan bahwa Armia berkata, “Dengan rahmat-Mu, aku dapat belajar dihadapan-Mu. Pantaskah bagiku mendapatkan itu semua sedangkan aku sangat hina dan lemah dibandingkan aku dapat berbicara di hadapan-Mu. Hanya karena rahmat-Mu-lah, Engkau memperpanjang umurku hingga hari ini. Tiada seorang pun yang Iebih berhak takut terhadap adzab dan ancaman tersebut daripadaku, sedangkan aku berada di negeri orang-orang yang berbuat dosa. Mereka disekelilingku bermaksiat kepada-Mu tanpa ada perubahan dariku. Jika Engkau mengadzabku, itu karena dosaku. Dan bila Engkau merahmatiku, maka hal itu adalah prasangkaku terhadap-Mu.”
Kemudian Armia berkata, “ Wahai Rabb-ku, Maha Suci Engkau, dengan memuji-Mu, Engkau telah mencurahkan berkah, wahai Rabb kami. Akankah Engkau menghancurkan negeri ini dan sekitamya. Sedangkan negeri tersebut adalah tempat tinggalnya para Nabi-Mu dan tempat turunnya wahyu-Mu. Wahai Rabb-ku, Maha Suci Engkau, segala puji bagi-Mu, Maha Tinggi Engkau, wahai Rabb kami. Akankah Engkau menghancurkan masjid Aqsha ini dan masjid-masjid serta rumah-rumah disekitarnya, yang mana di dalamnya ditinggikan dzikir kepada-Mu? Wahai Rabb-ku, Maha Suci Engkau, segala puji bagi-Mu, Maha Tinggi Engkau wahai Rabb kami. Akankah Engkau binasakan dan menyiksa umat ini, padahal merekalah anak keturunan Ibrahim, kekasih-Mu, umat Musa, orang yang Engkau selamatkan, serta umat Daud, manusia yang Engkau bersihkan. Wahai Rabb-ku, adakah negeri yang selamat dari azab-Mu? Adakah hamba-hamba-Mu yang selamat dari murka-Mu dari kalangan anak keturunan Ibrahim, umat Musa dan kaum Daud setelah Engkau timpakan kepada mereka para penyembah api?”
Allah Ta’ala berfirman, “ Wahai Armia, barang siapa yang bermaksiat kepada-Ku, maka ia tak dapat mengelak dari azab-Ku. Sesungguhnya Aku akan memuliakan orang-orang yang taat kepada-Ku. Sekiranya mereka berbuat maksiat kepada-Ku, niscaya Aku akan menempatkan mereka di negeri orang-orang yang berbuat maksiat. Namun demikian, Aku akan segera memberikan rahmat-Ku kepada mereka.” Armia berkata, “Wahai Rabb-ku, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Mu dan Engkau jaga kami karenanya. Engkau telah menyelamatkan Musa, oleh karenanya kami memohon kepada-Mu, jagalah kami dan janganlah Engkau kalahkan kami atas musuh-musuh kami.”

Kemudian Allah mewahyukan kepadanya, “Wahai Armia, sesungguhnya Aku telah mensucikanmu semenjak kamu berada di perut ibumu dan Aku tangguhkan kamu hingga hari ini. Sekiranya kaummu menjaga anak-anak yatim, para janda, orang-orang miskin dan ibnu sabil, niscaya Aku akan menjadi penopang bagi mereka dan mereka akan mendapatkan tempat di surga yang pohonnya sangat nyaman, airnya yangsuci dan tak putus, buah-buahannya yang segar dan tak pernah habis. Aku akan sampaikan kepadamu tentang Bani Israil, “ Dulu, Aku ibarat penggembala yang punya rasa belas kasihan kepada mereka. Aku hindarkan mereka dari setiap kelaparan dan kesulitan. Aku berl mereka makanan sehingga mereka menjadi binatang yang gemuk-gemuk.Sungguh celaka mereka dan sungguh celaka mereka. Aku akan memuliakan orang-orang yang memuliakan-Ku dan Aku akan menghinakan orang-orang yang menghinakan perintah-Ku. Berabad-abad sebelumnya mereka menganggap enteng bermaksiat kepada-Ku. Mereka suka rela melakukan kemaksiatan dan menampakkannya di masjid-masjid, dan dipasar-pasar, di atas gunung, di bawah naungan pohon, sampai-sampai langit, bumi dan gunung berdoa kepada-Ku, serta binatang buas di penjuru dunia lari darinya. Dalam hal itu, mereka tak mau berhenti dan tak mau mengambil manfaat dari apa yang mereka pelajari dari kitab-Ku."
Tatkala Armia menyampaikan risalah Rabb-nya kepada kaumnya dan merekapun mendengarkan ancaman dan azab yang terkandung di dalamnya, maka mereka menentang, mendustakan, dan menuduhnya seraya berkata, “ Kamu telah berdusta dan mengada-ada terhadap Allah. Kamu mengira bahwa Allah mengosongkan bumi dan masjid-Nya dari kitab, ibadah, dan tauhidNya? Kamu telah mengada-ada terhadap Allah dan kamu telah gila!" Mereka menangkap Armia, mengikat, dan memenjarakannya. Saat itulah, Allah menglrim Bukhtanashr kepada mereka. Ia menyerang bersama bala-tentaranya. Hingga akhirnya mereka sampai di perkampungan dan mengepungnya. Dan setelah sekian lama Bukhtanashr dan bala-tentaranya mengepung mereka, maka diputuskan membuka pintu gerbangnya dan menerobos ke dalam.
la menerapkan hukum jahiliyah yang diwarnai kebengisan para penguasa. Ia membunuh sepertiga dari kaum tersebut dan sepertiga lagi ditahan. Ia pun membiarkan hidup anak-anak, orang tua, dan orang yang lemah. Kemudian mereka diinjak-injak dengan kuda. Ia memporak-porandakan Baitul Maqdis, menggiring anak-anak, memajang kaum wanita di pasar-pasar dalam kondisi tersingkap wajah mereka, membunuh pasukan perang, menghancurkan benteng pertahanan, merobohkan masjid, membakar Taurat. Ia bertanya tentang Daniel yang sebelumnya ditulis sebuah surat baginya. Ia mendapatkannya telah wafat. Anggota keluarganya menyerahkan sepucuk surat kepadanya. Diantara mereka terdapat Daniel bin Hizqil, Misyaiel, Azaiel, dan Mikhaiel. Kemudian ia membawa pergi surat tersebut. Daniel bin Hizqil adalah anak keturunan dari Daniel "Tua" atau Daniel al-Akbar. Bukhtanashr dan bala tentaranya memasuki Baitul Maqdis dan menguasai seluruh daerah Syam. Ia membunuh orang-orang Bani Israil hingga musnah.

Setelah selesai maka Bukhtanasahr dan bala-tentaranya kembali dengan membawa harta benda yang ada di Baitul Maqdis sambil menggiring tawanan yang mencapai 90.000 anak-anak yang terdiri dari anak-anak para rahib dan raja. Mereka membuang sampah-sampah dan menyembelih babi-babi di dalam Baitul Maqdis. Anak-anak yang mereka tawan terdiri dari 7.000 anak dari keluarga Daud, 11.000 anak dari suku Yusuf bin Yakub dan saudaranya, Bunyamin, 8.000 anak dari suku Isyi bin Yakub, 14.000 anak dari suku Zabalur dan Niftaliy putera Ya’qub, 14.000 anak dari suku Daud bin Yakub, 8.000 anak dari suku Yastakhir bin Yakub, 2.000 anak dari suku Zaikun bin Yakub, 4.000 anak dari suku Robiel dan Lawiy, 12.000 anak dari dari anak-anak Bani Israil yang lain, ia pergi membawa mereka hingga sampai dl daerah Babilonia.
Setelah Bukhtanashr melakukan hal-hal di atas, maka dilaporkan kepadanya, “Dahulu mereka (orang-orang Bani Israil) memiliki satu orang yang telah memperingatkan mereka apa yang akan menimpa mereka. Ia juga menyebutkan sifat-sifat dan kabar berita tentang dirimu. Ia telah memberitahukan kepada mereka bahwasanya engkau akan membunuh pasukan mereka, menawan anak-anak mereka, menghancurkan masjid-masjid mereka dan membakar gereja-gereja mereka. Mereka mendustakannya, menuduhnya, mengikatnya, dan memenjarakannya.” Maka Bukhtanashr memerintahkan agar Armia dikeluarkan dari penjara seraya berkata kepadanya: “Sudahkah engkauh mengingatkan mereka apa yang bakal menimpa mereka?” Armia menjawab: “ Ya.” Bukhtanashr berkata, “Aku tahu itu.” Armia berkata, “Aku diutus kepada mereka, namun mereka mendustakanku.” Bukhtanashr berkata, “Apakah mereka mendustakanmu, memukulmu, dan memenjarakanmu?” Armia menjawab, “ Ya.” Bukhtanashr berkata, “Seburuk-buruk kaum adalah kaum yang mendustakan Nabi mereka dan risalah Rabb mereka."
Ia pun membebaskan Armia dan memperlakukannya dengan baik dan mengumpulkannya dengan orang-orang Bani Israil yang lemah yang masih tersisa. Mereka berkata, “Kami telah berlaku buruk dan berbuat zhalim. Kami bertaubat kepada Allah atas apa yang telah kami perbuat. Berdoalah kepada Allah agar Dia menerima taubat kami.” Armia berdoa kepada Allah dan Allah pun mewahyukan kepadanya bahwa Dia tak menghukum mereka. Sekiranya mereka benar-benar dalam taubatnya, maka hendaklah mereka ikut serta tinggal bersama Armia di daerah tersebut. Armia mengabarkan kepada mereka apa yang telah diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami tinggal di daerah ini, padahal daerah ini telah porak-poranda dan Allah murka kepada penduduknya.” Mereka menolak tinggal didaerah tersebut.
Mulai saat itulah Bani Israil bercerai berai di daerah tersebut. Sebagian ada di Hijaz, sebagian ada di Yatsrib, sebagian ada di Wadi al-Qura, dan sebagian dari mereka pergi ke Mesir. Bukhtanashr menulis sepucuk surat kepada raja Mesir dan memintanya agar mengembalikan orang-orang yang berada di daerahnya, namun sang raja menolaknya. Raja Mesir itu membalas, "Mereka bukan budakmu, melainkan orang-orang yang bebas dan anak-anak orang yang bebas." Maka Bukhtanashr dan bala tentaranya pergi ke Mesir untuk memeranginya. Mereka dapat menguasainya dan menawan anak anak mereka. Selanjutnya penyerbuan tersebut dilanjutkan ke daerah Maroko hingga sampai ke ujung kota tersebut. Selanjutnya Bukhtanasahr membawa tawanan dari daerah Maroko, Mesir, Baitul Maqdis, Palestina, dan Yordania. Diantara para tawanan tersebut terdapat Daniel bin Hizqiel al Asghar bukan Daniel al-Akbar.

Hasyim Al-Kalbi meriwayatkan bahwa Allah mewahyukan kepada Armia, “Aku akan membangun kembali Baitul Maqdis. Maka keluarlah ke kota tersebut dan tinggallah di sana.” Maka Armia keluar ke kota tersebut yang tengah porak poranda. Ia berkata dalam dirinya, “ Maha Suci Allah, Dia telah memerintahkan diriku untuk tinggal di negeri ini Dia mengabarkan bahwa Dia akan membangunnya kembali. Kapan Allah akan membangunnya kembali, kapan Allah akan menghidupkannya kembali setelah segalanya mati!” Lalu ia meletakkan kepalanya untuk sejenak tidur. Saat itu ia membawa keledai dan sedikit makanan. la berada dalam kondisi tidur selama, ada yang mengatakan 60 tahun, ada yang mentakan 70 tahun. Hingga akhirnya Bukhtanashr dan rajanya, Lahrasib, pun hancur. Dimana kekuasaannya berlangsung selama seratus dua puluh tahun. Setelah itu, tampuk kepemimpinan dipegang oleh Basytasib bin Lahrasib. Kematian Bukhtanashr terjadi di negerinya.
Kemudian disampaikan kepadanya bahwa negeri Syam telah hancur lebur serta di negeri Palestina banyak terdapat binatang buas yang berkeliaran. Sehingga tak ada seorangpun yang tinggal di negeri tersebut. Lalu Basytasib menyeru kepada Bani Israil yang tinggal di negeri Babilonia, “ Bagi yang hendak kembali ke negeri Syam, silahkan kembali. Kemudian ia mengangkat seorang laki-laki dari kalangan keluarga Daud untuk menjadi raja bagi mereka. Ia juga diperintahkan membangun kembali Baitul Maqdis serta membangun sebuah masjid di sana. Mereka pun kembali ke negeri tersebut, kemudian Allah membuka mata Armia lalu memandang ke negeri tesebut, seraya berguman, “ Bagaimana negeri ini dapat dibangun kembali, bagaimana negeri dimakmurkan kembali?” Dalam kondisi tertidur tersebut umurnya telah mencapai seratus tahun. Kemudian Allah mengutusnya sedangkan ia tidak mengira bahwa ia telah terlelap dalam tidur lebih dari sehari. Sebelumnya ia menyaksikan bahwa kota tersebut telah hancur, namun ketika bangun, ia melihatnya telah kembali baik, ia berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”

Punai menyela, "Tunggu sebentar, saudaraku! Bukankah kisah ini mirip dengan kisah Uzair?" Murai berkata, "Allah berfirman,

أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْيِي هَٰذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَانْظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ ۖ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, ia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia (orang itu) menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka ketika telah nyata baginya, ia pun berkata, 'Aku mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.'" - (QS.2:259)
Ibnu Abi Hatim mencatat bahwa ‘Ali bin Abi Thalib, radhiyallahu 'anhu, mengatakan bahwa ayat [2: 259] bermakna‘ Uzair. Mujahid bin Jabr mengatakan bahwa ayat itu merujuk pada seorang lelaki dari Bani Israil, dan desa itulah Yerusalem, setelah Bukhtanashr menghancurkannya dan membunuh rakyatnya. Menurut Ibnu Katsir, inti dari apa yang telah ditulis oleh Ibnu Jarir, bahwa orang atau musafir yang melewati desa inilah Armia. Yang lain mengatakan bahwa orang itu Hosea atau Uzair, dan inilah kesepakatan para salaf dan orang-orang setelah mereka, wallahu a'lam."

Murai melanjutkan, "Ibnu Jarir mengatakan bahwa Bani Israil menetap di Yerusalem dan kekuasaan merekapun dikembalikan. Mereka beranak-pinak di sana hingga Romawi menaklukkan mereka pada periode Muluk al-Tawa'if, periode antara Sikandar Agung dan Dinasti Sasan. Setelah itu, mereka tak lagi memiliki jama'ah.
Lahrasib adalah seorang raja yang adil dan seorang yang menguasai politik dalam kerajaannya. Ia mampu menundukkan berbagai negeri, raja dan pemimpin. la memiliki ide-ide yang cemerlang dalam membangun sebuah kota, sungai dan pertanian. Setelah kekuasaannya mulai melemah, maka ia menyerahkan kekuasaan kepada anaknya Basytasib, pada masa itulah muncul agama Majusi (Zoroaster). Kejadiannya, bahwa ada seseorang yang bernama Zaradisyt yang senantiasa menemani Armia. Suatu saat, Armia murka kepadanya dan ia berdoa keburukan baginya. Lalu Zaradsyt menderita penyakit sopak. Ia pun pergi dan singgah di negeri Adarbaijan. Kemudian ia menjadi sahabat Basytasib dan mengajarkan kepadanya agama Majusi, yang ia buat-buat sendiri. Basytasib menerima agama Majusi dan iapun memaksa rakyatnya memeluk agama tersebut. la telah membunuh orang-orang yang enggan menerimanya dalam jumlah besar.
Setelah masa kekuasaan Basytasib, maka muncullah Bahman bin Basytasib yang termasuk salah seorang raja Persia yang masyhur dan pahlawan yang senantiasa dikenang. Sedangkan Bukhtanashr telah mewakili ketiga raja tersebut dan hidup dalam waktu yang cukup lama. Qabbahahullah.
[Bagian 2]