Jumat, 05 Juli 2019

Ia Bukan Dia (3)

Punai berkata, "Wahai Wari, apa ajaran Nabi Isa, alayhissalam?" Wari diam sejenak, berpikir, lalu berkata, "Nabi Isa selama masa perutusannya, berusaha mennyeru Bani Israil kembali ke jalan kebenaran dan agama yang benar. Ini dilakukan dengan menyajikan di hadapan mereka berbagai bukti yang dibantu juga oleh mukjizat.
Ia mengajari mereka iman pada Keesaan Allah, para Rasul Allah, kehidupan Akhirat, dan pada Malaikat Allah, dan takdir Allah yang baik maupun yang buruk, serta pada Kitab-Suci Para Utusan Allah (ﷺ). Lebih lanjut, ia juga menyeru mereka membentuk karakter yang baik dan sopan santun serta untuk menghindari segala perangai buruk, serta menyembah Allah. Ia juga menganjurkan mencari hal-hal keduniawian namun jangan mencintainya, dan juga, mencintai makhluk ciptaan Allah. Inilah hal-hal yang ia serukan dan menjadi objek dakwahnya.
Usahanya adalah untuk mengajarkan Bani Israil Taurat, Injil dengan nasihat yang baik. Namun, orang-orang Yahudi itu, karena sudah bengkok turun-temurun, sebagai akibat dari ketidaktaatan selama berabad-abad dan pembangkangan mereka terhadap perintah-perintah Allah, sangat berani dalam ketidaktaatan mereka dan membunuh para nabi, membuat qalbu mereka menjadi sangat keras, kecuali hanya sekelompok kecil saja, namun mayoritas mereka, sangat menentangnya sehingga kecemburuan dan kebencian telah membentuk dalam diri mereka. Hasilnya, sebagian besar yang menerima kebenaran adalah kaum miskin dan lemah. Ini dipandang rendah oleh orang-orang kaya dan angkuh. Allah berfirman,
وَلَمَّا جَاءَ عِيسَى بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُمْ بِالْحِكْمَةِ وَلأبَيِّنَ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ
    "Dan ketika Isa datang membawa keterangan, ia berkata, 'Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.'" – (QS.43:63)
    إِنَّ اللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
    "Sungguh Allah, Dia Rabb-ku dan Rabb-mu, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." – (QS.43:64)
    فَاخْتَلَفَ الأحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ عَذَابِ يَوْمٍ أَلِيمٍ
    "Tetapi golongan-golongan (yang ada) saling berselisih di antara mereka; maka celakalah orang-orang yang zhalim karena azab pada hari yang pedih (Kiamat)." – (QS.43:65)
Terlepas dari perbuatan orang yang memusuhinya dan pembicaraan-pembicaraan mereka, Nabi Isa terus menyebarkan pesan kebenaran, siang-malam menyeru mereka kembali ke Dien Allah disertai argumen yang kuat dan bukti-bukti yang jelas. Dengan rahmat Allah, muncullah jiwa-jiwa yang tulus-ikhlas, yang tak hanya menerima iman kepada Allah, namun juga diberkahi dengan sifat persahabatan, serta siap mengorbankan segalanya demi penyebaran kebenaran, menawarkan hidup dan harta mereka demi upaya ini. Mereka biasa menghabiskan sebagian besar waktu mereka bersamanya dan dikenal sebagai Al-Hawariyyiin (sahabat setia) dan Ansarullah, "para penolong Allah."
Mereka menjadikan pribadi Nabi Isa sebagai model teladan dan dalam keadaan genting dan berbahaya sekalipun, mereka tak pernah beranjak dari sisinya. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ
    "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah,” lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu Kami berikan kekuatan ke-pada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang." – (QS.61:14)
Peristiwa ini terjadi di daerah yang disebut an-Nashirah. Karena itu, mereka disebut orang-orang Nashara (Nashrani). Para Hawariy ini berasal dari kaum miskin dan buruh. Inilah Sunnatullah, sehingga mereka yang menjawab panggilan para nabi, pada umumnya berasal dari orang-orang miskin. Inilah yang menunjukkan semangat pengorbanan. Umumnya, orang-orang dengan kedudukan tinggi yang karena kesombongan dan keangkuhan mereka, menjadi penentang para nabi dan menjadi batu sandungan di jalan kesuksesan dan kemajuan. Tetapi ketika hukum Pembalasan Allah mulai berlaku, orang-orang miskinlah yang berhasil, sedangkan yang sombong dan angkuh, akan merugi.
Al-Qur'an menggambarkan kebajikan Al-Hawariyyiin. Ketika Nabi Isa menyeru para Hawari di jalan Allah, mereka adalah kelompok pertama yang menjawab seruannya dengan mengatakan, "Kami adalah penolong Allah," Dalam Surah Saf [61:14], Allah menyeru orang-orang beriman agar menjadi penolong Allah, Al-Qur'an menjadikan orang-orang shalih ini sebagai teladan penolong Allah, dan dengan contoh mereka, mendorong orang lain agar dapat mengikutinya. Dalam Surah Al-Maidah, diberikan gambaran tentang penerimaan mereka akan kebenaran serta iman dan kepatuhan mereka pada pesan kebenaran yang menggambarkan ketulusan mereka, dan mencari kebenaran. Semuanya mengisahkan tentang gambaran ketulusan mereka, dan mencari kebenaran. Semua yang mengisahkan tentang era ketika Nabi Isa masih berada di antara mereka, hingga setelah ia 'diangkat' ke surga, mereka memberikan bhakti yang luar biasa.

Abdullah bin al Mubarak berkata, dari Sufyan bin ‘Uyainah dari Khalf bin Khausyab, ia berkata, 'Isa berkata kepada Hawariyiin, “Sebagaimana para raja telah meninggalkan hikmah bagi kalian, maka
tinggalkanlah dunia bagi mereka.” Qatadah berkata. “ Isa berkata, “ Mintalah kepadaku. Karena aku adalah orang yang berhati lembut. Aku adalah kecil bagi jiwaku.” Ismail bin ‘Iyasy berkata, dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Abbas dari Ibnu Umar, ia berkata, 'Isa berkata kepada Hawariyiin, “ Makanlah roti yang terbuat dari gandum dan minumlah air yang jemih. Keluarlah kalian dari dunia, niscaya kalian akan selamat dan merasa aman. Aku katakan dengan sebenar-benamya, sesungguhnya manisnya dunia adalah pahitnya akhirat. Sedangkan pahitnya dunia adalah manisnya akhirat. Sesungguhnya para hamba Allah bukanlah orang-orang yang bersenang-senang. Aku katakan dengan sebenar-benamya, sesungguhnya orang yang paling buruk diantara kalian adalah orang yang berilmu namun lebih mengutamakan hawa nafsu daripada ilmunya dan berharap semua manusia seperti dirinya.”
Hal senada juga diriwayatkan dari Abu Hurairah. Abu Mush’ab berkata dari Malik bahwasanya telah sampai kepadanya bahwa Isa berkata, “Wahai Bani Israil, hendaklah kalian minum air putih, makan sayur-sayuran dan roti gandum. Hindarilah oleh kalian roti yang terbuat dari tepung, sebab kalian tidak akan sanggup mensyukurinya.” Ibnu Wahb berkata dari Sulaman bin Bilal dari Yahya bin Sa’id, ia berkata: Isa senantiasa berkata: “Seberangilah dunia dan jangan kalian permegah.” la juga berkata: “ Cinta terhadap dunia adalah pangkal segala dosa. Sedangkan pandangan mata dapat menanamkan syahwat dalam hati.” Wuhaib bin al Warad telah menceritakan senada dengan riwayat di atas dan ia menambahkan: “ Orang yang diperdaya oleh syahwat maka akan menimbulkan kesedihan yang berkepanjangan bagi pemiliknya.” Nabi Isa pernah mengatakan, "Wahai anak Adam yang lemah, bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada. Jadilah di dunia ini ibarat tamu. Jadikanlah masjid sebagai rumahmu. Ilmu bagi matamu adalah tangisan, bagi jasadnya adalah rasa sabar dan bagi hatimu adalah tafakkur. Janganlah kamu perdulikan rizki esok, sebab itu adalah kesalahan.” Darinya, ia berkata: “Sebagaimana salah seorang dari kalian tidak mampu membuat rumah di atas deburan ombat laut, maka janganlah menjadikan dunia ini sebagai tempat tinggal.”
Sufyan Ats-Tsauriy berkata, “Isa putera Maryam berkata: “Takkan pernah bersatu cinta dunia dan cinta akhirat dalam hati seorang mukmin. Sebagaimana halnya tidak akan pemah bersatu air dan minyak dalam satu bejana." Sufyan Ats-Tsauriy berkata dari ayahnya dari Ibrahim at Taimy, ia berkata: Isa berkata: “ Wahai para Hawariyyiin, taruhlah harta kekayaanmu di langit.Sebab, hati manusia terletak dimana ia menaruh harta kekayaannya. “

Ibnu Asakir meriwayatkan secara marfu’ dengan sanad gharib dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi 'Isa berdiri di tengah-tengah kerumunan orang-orang Bani Israil, seraya berkata: “ Wahai orang-orang Hawariyyiin, janganlah kalian membicarakan tentang suatu hukum dengan orang-orang yang bukan ahlinya sehingga kalian akan menzhaliminya. Juga janganlah kalian cegah orang yang ahlinya sehingga kalian malah akan menzhaliminya. Segala urusan terbagi menjadi tiga golongan: Urusan yang telah jelas kebenarannya, maka ikutilah. Urusan yang jelas penyimpangannya, maka jauhilah. Serta urusan yang samar-samar bagi kalian, maka kembalikanlah kepada Allah.
Nabi Isa pernah ditanya: “Siapakah orang yang paling berat ujiannya?” Ia menjawab: “Terperosoknya seorang alim. Sebab, sekiranya seorang alim terperosok, maka sejumlah alim lainnya akan ikut terperosok.” Ia juga bertanya: “ Wahai para ulama suu’ (ulama yang buruk), kalian telah menempatkan dunia di atas kepala kalian dan akhirat di bawah kaki kalian. Ucapan kalian adalah terapi dan ilmu kalian adalah obat. Permisalanmu ibarat pohon ad-dafla (sejenis pohon yang pahit rasanya) yang membuat takjub orang yang melihatnya, namun membunuh orang yang memakannya.”
Wahb berkata: Isa berkata: “ Wahai ulama suu’, kalian duduk-duduk di depan pintu surga. Kalian tak masuk ke dalamnya dan tak juga mengajak orang-orang miskin untuk memasukinya. Seburuk-buruk manusia di sisi Allah adalah seorang alim yang mencari dunia dengan ilmunya.”

Punai bertanya, "Siapakah murid-murid Nabi Isa?" Wari berkata, "Menurut Ibnu Ishaq, orang-orang Nasrani menyatakan bahwa setelah Allah mengangkat Nabi Isa ke sisi-Nya, mereka kemudian menyebar, sebagaimana yang diperintahkan oleh Nabi Isa. Di antara para murid dan para pengikut yang ada setelah mereka, Petrus dan Paulus yang merupakan pengikut dan bukan murid, mereka pergi ke Roma. Andreas dan Matius pergi ke negeri yang orang-orangnya pemakan manusia, negeri orang berkulit hitam; Tomas pergi ke Babilonia Timur, Filipus ke Qairawan (dan) Kartago, yaitu, Afrika Utara, Yohanes ke Efesus, kota para pemuda Al-Kahfi, dan Yakobus ke Yerusalem, yaitu, Aelia. Bartolomeus ke Jazirah Arab, yaitu Hijaz, Simon ke tanah Berber di Afrika. Yudas Iskariot bukan seorang murid, sehingga tempatnya digantikan oleh Ariobus. Perjanjian Baru mengatakan bahwa para murid termasuk Butrus, Filipus, Tomas, Bartolomeus, Matius, Andreas, Yakobus, Yudas bin Yakobus, Yohanes dan Simon orang Zelot. Wallahu a'lam.

Ada kisah yang menarik tentang para Hawari ini, bahwa Al-Qur'an mengisahkan tentang turunnya hidangan (Ma'idah) dari langit dengan cara yang tak ada bandingannya. Allah berfirman,
    إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa yang setia berkata, 'Wahai Isa putra Maryam! Bersediakah Rabb-mu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” Isa menjawab, “Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.'" – (QS.5:112) قَالُوا نُرِيدُ أَنْ نَأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا وَنَعْلَمَ أَنْ قَدْ صَدَقْتَنَا وَنَكُونَ عَلَيْهَا مِنَ الشَّاهِدِين
"Mereka berkata, 'Kami ingin memakan hidangan itu agar tenteram hati kami dan agar kami yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan (hidangan itu).'" – (QS.5:113)
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لأوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيرُ الرَّازِقِينَ
"Isa putra Maryam berdoa, “Ya Allah, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.”" – (QS.5:114)
قَالَ اللَّهُ إِنِّي مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ فَمَنْ يَكْفُرْ بَعْدُ مِنْكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لا أُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ
"Allah berfirman, “Sungguh, Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah (turun hidangan) itu, maka sungguh, Aku akan mengazabnya dengan azab yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia (seluruh alam).'” – (QS.5:115)
Sekarang pertanyannya, turunkah Ma'idah ini dari langit? Atau tidak? Al-Qur'an tak memberikan perincian dan juga tak ada konfirmasi dalam hadis shahih manapun. Namun dari atsar atau perkataan para Sahabat dan Tabi'in, kita menemukan beberapa detail.
Mujahid dan Hasan al-Basri menyatakan bahwa hidangan itu, tak turun. Mereka menyatakan bahwa kondisi dimana hidangan itu akan turun sedemikian rupa sehingga para pemintanya menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dengan banyak kelemahan. Seharusnya tidak seperti itu karena kesalahan kecil atau perbuatan yang tak diperbolehkan mereka hendaknya dihukum dengan hukuman yang berat. Karenanya mereka menarik permintaan mereka. Terlebih lagi jika hidangan itu diturunkan, orang-orang Nasrani akan bersukacita secara besar-besaran dan peristiwa itu akan menjadi sangat terkenal di seluruh dunia. Ini juga merupakan alasan mengapa dalam literatur kaum Nasrani tak disebutkan sama sekali tentang peristiwa ini.
Mayoritas Ulama berpendapat bahwa hidangan itu sungguh-sungguh turun. Namun berkenaan dengan turunnya hidangan ini, ada berbagai pandangan yang berbeda. Menurut Ibnu Katsir, kisah Ma'idah, yang menjadi nama Surah Al-Ma'idah, adalah di antara anugerah yang diberikan Allah kepada hamba dan Rasul-Nya, `Isa, mengabulkan permohonannya agar menurunkan Ma'idah, dan dengan melakukannya, akan menjadi bukti yang jelas dan tegas.

Ma'idah adalah meja hidangan yang diatasnya ada makanan. Ada Ulama yang mengatakan bahwa Al-Hawariyyin meminta hidangan ini karena mereka miskin dan serba-kekurangan. Maka, mereka meminta Nabi `Isa memohon kepada Allah agar menurunkan sepiring makanan kepada mereka agar mereka dapat makan setiap hari dan dengan demikian lebih mampu melaksanakan amal-ibadah. Nabi Isa menjawab mereka dengan mengatakan, 'Takutlah kepada Allah! Dan jangan memintanya, karena hal itu akan menjadi cobaan bagimu, percayakanlah rezekimu kepada Allah, jika kalian benar-benar beriman.' Mereka berkata, "Kami membutuhkan makanan itu, dan agar iman kami bertambah, ketika kami menyaksikannya turun dari langit sebagai makanan bagi kami, dan untuk mengetahui bahwa engkau memang telah menyampaikan kepada kami kebenaran dari Risalahmu dan iman kami semakin tebal dan bertambah, serta ilmu kami bertambah dan bahwa kami sendiri menjadi saksi yang bersaksi bahwa itulah tanda dari Allah, sebagai hujjah bahwa engkau adalah seorang Nabi, dan membuktikan kebenaran dari apa yang engkau bawa kepada kami.'
Ibnu Jarir berkata bahwa Ibnu Abi Hatim mencatat bahwa Ibnu Abbas, radhiyallahu 'anhu, berkata, "Maka para malaikat menurunkan hidangan berisi tujuh ikan dan tujuh potong roti, dan meletakkannya di hadapan mereka. Kelompok terakhir yang makan akan sama seperti kelompok pertama yang makan." 'Ibnu Jarir mencatat bahwa Ishaq bin' Abdullah mengatakan bahwa hidangan itu diturunkan kepada Nabi `Isa, terdiri dari tujuh potong roti dan tujuh ikan, dan mereka memakannya sebanyak yang mereka inginkan. Dikatakan bahwa meja itu turun sehari dan sehari tidak. Orang lain juga makan dari hidangan tersebut. Orang terakhir yang makan akan kenyang seperti orang-orang yang pertama makan. Bahkan dikatakan bahwa hidangan itu dinikmati oleh sekitar 6.000 orang. Namun ketika ada yang mencuri makanan dari hidangan itu, mengira, 'Mungkin besok takkan turun lagi,' hidangan itupun naik kembali ke langit."
Punai berkata, "Apa yang terjadi ketika Nabi Isa, alaihissalam, diangkat ke langit?" Wari berkata, "Nabi Isa tak pernah menikah dan tak pernah membangun rumah tempat tinggal. Ia biasa bepergian dari kota ke kota, desa ke desa, menyebarkan firman Allah dan kapanpun malam datang, ia terbiasa menghabiskan malam tanpa kenyamanan rumahan. Karena dirinya merupakan sarana bagi orang-orang yang memperoleh kesembuhan jasmani dan rohani, kemanapun ia pergi, orang-orang berkumpul di sekitarnya dengan pengabdian dan antusiasme yang sangat besar, siap berkorban demi dirinya.
Orang-orang Yahudi memandang kemasyhurannya dengan memiliki basis massa yang kuat, menjadi cemburu dan dengki, memandang semua ini sebagai tanda bahaya bagi mereka. Mereka tak bisa mentolerir ini di dalam qalbu mereka. Pada waktu itu, orang-orang Yahudi, berdasarkan nubuat-nubuat dari naskah suci mereka, menunggu dua al-Masih—yang pertama, al-Masih yang membawa petunjuk, dan yang kedua, al-Masih palsu atau Dajjal. Sangat disayangkan bahwa ketika 'al-Masih yang membawa petunjuk' muncul, mereka menganggapnya sebagai 'Dajjal'. Para pemimpin dan ulama terpelajar mereka, orang-orang Farisi dan Saduki mulai berencana jahat terhadap orang sesuci Nabi Isa, alaihissalam. Mereka memutuskan bahwa agar mereka berhasil, tak ada jalan keluar lain kecuali disalibkan di tangan Raja pada masa itu.
Selama beberapa abad terakhir, Pemerintahan Yudea seharusnya berada di tangan Herodus, tetapi sebenarnya hanya sekitar seperempat abad berada di bawah kekuasaannya. Kekuasaan yang sebenarnya atas negeri itu ada di tangan kaisar Romawi, seorang musyrik dan Pilatus ditunjuk sebagai Gubernur Yudea. Orang-orang Yahudi sangat membenci gubernur musyrik ini, yang mereka anggap sebagai kutukan atas mereka. Namun kedengkian yang membara di dalam hati mereka terhadap Nabi Isa dikuasai oleh penyakit kompleks inferioritas mereka karena berabad-abad menjadi budak-belian, telah menjadikan mereka buta terhadap kebenaran, dan tanpa mempertimbangkan konsekuensi dari perbuatan mereka, merekapun pergi ke gerbang pintu Pilatus, memohon bantuannya dalam pertarungan kecemburuan mereka terhadap Nabi Isa seraya mengeluh, "Tuan, orang ini tak hanya berbahaya bagi kami, namun juga bagi pemerintah. Jika tak ada sama sekali upaya yang dilakukan terhadapnya sekarang, agama kami juga takkan selamat, demikian juga pemerintahanmu takkan aman. Orang ini telah menunjukkan prestasi yang menjadikan khalayak mengelu-elukannya. Ia selalu terlibat dengan hal-hal yang ia upayakan dengan kekuatan arus-bawah untuk mengalahkanmu dan menjadikan dirinya raja Bani Israil. Ia tak hanya menyesatkan orang-orang dalam urusan duniawi mereka, bahkan ia telah mulai berbuat bid'ah dan sibuk menjadikan umat kami menjadi kufur. Kita seharusnya menghentikan ini sehingga kerusakan dapat dihindari sedini mungkin.”
Setelah sedikit berbincang-bincang, Pilatus mengizinkan mereka menangkap Nabi Isa dan membawanya ke hadapan gubernur seperti penjahat. Ketika para pemimpin Bani Israil memperoleh izin ini, mereka bersuka-ria. Mereka saling memberi selamat bahwa rencana mereka pada akhirnya berhasil. Mereka kemudian memutuskan menunggu saat penangkapan yang tepat agar terkesan di masyarakat, hanya terjadi insiden kecil saja.

Al-Qur'an menyatakan bahwa pada saat Bani Israil membuat rencana dan merencanakan melawan Nabi Isa dalam tak-tik rahasia mereka, pada saat yang sama, Allah menetapkan bahwa tiada kekuatan di bumi, walau seberapa kuat dan perkasanya, yang akan dapat menyakiti atau mengalahkan Nabi 'Isa, dan Allah telah memutuskan bahwa perlindungan-Nya akan melindunginya terhadap segala tipu-daya. Hasilnya, bahwa ketika Bani Israil mengelilinginya, mereka tak dapat melukainya. Ia diangkat dari bumi ini ke langit dan ketika Bani Israil memasuki rumah, situasi menjadi membingungkan dan meragukan bagi mereka dan sangat kecewa, mereka gagal menangkapnya dalam cara Allah memenuhi janji-Nya yang Dia berikan kepada Nabi Isa dan ibunya tentang penyelamatan mereka.
Ketika Nabi Isa menyadari bahwa penolakan dan persekusi Bani Israil telah mencapai tahap sedemikian rupa sehingga mereka siap menggunakan kekerasan demi mencapai tujuan mereka, ia mengumpulkan Al-Hawariyyin di sebuah rumah tertentu, dan menyampaikan kepada mereka tentang situasi ini. Ia lalu berkata kepada mereka, "Telah tiba saatnya cobaan besar. Inilah saat-saat ujian yang berisi upaya memadamkan kebenaran mencapai puncaknya. Aku takkan tinggal lebih lama lagi di antara kalian. Karenanya, mulai saat ini dan seterusnya, akan menjadi tugas kalian agar tetap istiqamah dalam agama yang benar, dan setelah ini, akan menjadi tugas kalian untuk menyebarkan dan  menyerukannya. Sekarang katakan padaku. Siapa yang akan menjadi penolong sejati Allah?"
Al-Hawariyyiin menjawab, "Kami semua yang akan menjadi penolong setia Allah. Dalam qalbu kami, kami telah beriman kepada Allah dan engkaulah saksi bagi kebenaran iman kami." Setelah mengatakan ini, mereka berdoa kepada Allah, "Ya Allah, apapun yang telah kami ucapkan, berikanlah rahmat-Mu agar kami tetap istiqamah. Dan tuliskan kami sebagai di antara mereka yang membantu Dien-Mu." Setelah itu, Nabi Isa mengamati ke arah mana kegiatan musuh-musuhnya yang akan mereka ambil dan apa keputusan Allah.
Allah dalam Al-Qur'an mengisahkan bahwa saat orang-orang Yahudi berkomplot menjebak Nabi Isa secara diam-diam, Allah balas menjebak mereka bahwa rencana mereka takkan berhasil. Dan jelas dalam kasus seperti ini, atas hikmah-Nya, tak ada yang berhasil. Allah berfirman,

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
"Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu-daya, maka Allah pun membalas tipu-daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." – (QS.3:54)
Menurut bahasa Arab, jika kata 'Mak'r' (makar) digunakan, maka itu bermakna 'merencanakan secara diam-diam'. Menurut hukum persuasif, ketika seseorang dalam rangka mempertahankan diri juga diam-diam merencanakan sesuatu, maka tak peduli seberapa jauh tindakannya dalam hal etika dan agama, juga disebut 'Mak'r'—' makar dengan tujuan untuk memperdayai. Dalam hampir semua bahasa, ada pepatah seperti ini, 'pembalasan bagi kejahatan adalah kejahatan,' meskipun bagi setiap orang yang berlaku-adil, akan menyadari bahwa pembalasan atas kejahatan tidaklah benar-benar buruk, melainkan dapat menjadi baik jika dilakukan untuk membela diri. Di sini, dalam ayat di atas, kata 'Mak'r' digunakan untuk tindakan musuh-musuh Nabi Isa maupun untuk pembalasan Allah. Inilah tanda persuasif dalam Al-Qur'an.
Faktanya, ada rencana rahasia tipu-daya di kedua sisi. Di satu sisi, rencana Allah, dan di sisi lain,  rencana musuh yang bertujuan memperdayai. Akhirnya, tibalah saat dimana para pemimpin dan imam Bani Israil mengelilingi rumah dimana Nabi Isa berada. Muncul pertanyaan, dalam keadaan seperti itu, bagaimana cara agar musuh bisa digagalkan dalam upaya mereka terhadap Nabi Isa, sehingga tak ada bahaya menimpanya dan agar janji Allah menyelamatkannya dari makar mereka dapat terpenuhi. Pada saat seperti itu, wahyu turun kepada Nabi Isa, 'Wahai 'Isa, jangan takut, waktumu akan terpenuhi. Aku akan mengangkatmu ke hadirat-Ku. Dan Aku akan menyelamatkanmu dari musuh. Dan para pengikutmu akan selalu menang melawan musuh-musuh mereka. Dan pada akhirnya, semuanya akan kembali kepada-Ku dan Aku akan memutuskan perselisihan di antara mereka. Allah berfirman,
    إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman, “Wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan.'" – (QS.3:55)
Maka, sekarang Nabi Isa telah merasa tenang bahwa meskipun musuh ada di sekeliling rumahnya, mereka takkan bisa membunuhnya dan sebuah tangan yang tak terlihat akan mengangkatnya ke langit, dan bahwa ia akan diselamatkan dari musuh-musuhnya. Namun pertanyaan lain muncul, bagaimana itu bisa terjadi, sedangkan seluruh orang Yahudi dan Nasrani telah berpendapat bahwa Nabi Isa disalibkan di atas kayu salib. Sebagai jawaban, Al-Qur'an dengan jelas menyatakan bahwa kabar kematiannya di kayu salib tidaklah benar. Apa yang terjadi adalah, ketika Al-Masih diangkat hidup-hidup ke langit dan musuh memasuki rumahnya, keadaannya membingungkan dan meragukan mereka. Mereka tak mengerti kemana perginya Nabi Isa.
Allah berfirman,
    وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
"Dan Kami hukum juga mereka karena ucapan mereka, 'Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam,' yang mereka ejek dengan menamainya Rasul Allah padahal mereka tak beriman kepadanya. Mereka mengatakan telah membunuhnya, padahal mereka tak membunuhnya dan tak pula menyalibnya, tetapi diserupakan bagi mereka orang yang dibunuh itu dengan Nabi Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya, yakni tentang Nabi Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang hal, yakni pembunuhan, itu. Mereka tak mempunyai sedikit pun pengetahuan menyangkut hal itu, yakni tentang pembunuhan Nabi Isa, dan apa yang mereka katakan kecuali mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin.'" – (QS.4:157)
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
"Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana." – (QS.4:158)

Saat musuh mengepung rumah itu untuk menangkap Nabi Isa dan masuk ke dalam, mereka tak menemukannya ada di dalam. Melihat keadaan ini, mereka sangat bingung dan terkejut serta tak dapat memahami apa yang telah terjadi dan dengan cara ini mereka dipenuhi dengan "keraguan dan ambigu" Setelah itu, Al-Qur'an mengatakan bahwa mereka yang berbeda mengenai masalah ini, "ragu-ragu tentangnya, tanpa pengetahuan pasti, tetapi hanya menduga-duga. Yang pasti, mereka tak membunuhnya." Apapun yang terjadi setelah ini, telah ternyatakan. Dari kisah ini, dua hal menjadi sangat jelas, pertama, bahwa orang Yahudi sangat meragukan bahwa selain dari dugaan mereka, mereka tak memiliki pengetahuan pasti tentang apa yang terjadi, dan kedua, mereka membunuh seseorang dan menyebarkan kabar bahwa mereka telah membunuh Al-Masih.
Menurut riwayat dari para Sahabat, radhiyallahu 'anhum, Nabi' Isa dan para Hawari berada di sebuah rumah pada malam sebelum hari Sabat, di Yerusalem. Sebagai hasil dari desakan orang-orang Yahudi, Gubernur Yudea dari Damaskus mengirim sekelompok tentara untuk menangkapnya. Mereka mengepung rumah itu. Pada saat itulah Allah mengangkat Nabi Isa dari di antara para Hawari ke hadirat-Nya. Ketika para tentara memasuki rumah, mereka menemukan seseorang yang mirip Nabi Isa dan menangkapnya serta memperlakukannya dengan kejam. Menurut beberapa riwayat, orang ini adalah Yudas Iskariot. Ada yang menyebutnya sebagai orang Georgia dan yang lain menganggapnya sebagai Daud bin Luza. Namun riwayat-riwayat ini tak disebutkan dalam Al-Qur'an dan juga tak disebutkan dalam Hadits shahih, dan benar atau salahkah, tak perlu kita perselisihkan. Kita lebih baik memilih membatasi diri pada kisah yang tak rinci bahwa Nabi Isa diselamatkan dari segala bahaya dan diangkat ke langit.
Menurut Al Qur'an, dalam Surah Ali 'Imran dan Surah An-Nisa, telah ditetapkan bahwa mengenai Nabi Isa, keputusan Ilahi adalah bahwa ia seyogyanya diangkat ke langit, hidup-hidup, dan dengan demikian, diselamatkan dari musuh-musuhnya. Namun, tak hanya itu. Al-Qur'an juga dalam berbagai kesempatan, telah mengetengahkan berbagai naskah konklusif tentang hidupnya dan telah menunjukkan apa hikmah yang ada dalam hidupnya yang panjang dan apa hikmah yang diangkatnya ke langit. Tentu agar hati orang-orang beriman terpuaskan.
[Bagian 4]