"Dari catatan sejarah, kita akan tahu bahwa pada tahun 559 SM penerus pemimpin bangsa Mede Kamboucha (Kaykobar) yaitu, Koresh, berkuasa dengan cara yang luar biasa cepat dan dalam waktu singkat ia berhasil menyatukan suku Mede ((Suku Iran purba yang tingal di kawasan Teheran, Hamedan, Azarbaijan, Provinsi Isfahan Utara dan Zanjan. Bangsa yang dianggap keturunan Madai bin Yafet bin Nuh ini juga dikenal sebagai Media atau Medea oleh orang Yunani) dan Persia dan mereka menerimanya sebagai satu-satunya kaisar mereka," kata Murai, lalu ia melanjutkan, "Ia menjadi penguasa yang kuat dan mandiri. Orang Persia menyebutnya Irsh atau Gorush, namun orang-orang Yunani mengenalnya sebagai Cyrus, sedangkan dalam bahasa Arab ia disebut Khurus. Pada saat inilah Babilon diperintah oleh seorang penerus Bukhtanashr— yaitu, Belleshazzar bin Merodakh.
Raja ini, meskipun tak seberani dan segagah Bukhtanashr, ia lebih tiran dan zhalim, serta suka hiburan, sedemikian rupa sehingga rakyatnya sendiri tak puas dengan cara hidup dan kezhalimannya, dan mulai menunjukkan pemberontakan terhadapnya. Karena itu, rakyat Babilon mengirim seorang perwira sebagai utusan mereka untuk berbicara dengan Koresh, mengundangnya datang dan menyelamatkan mereka dari kezhaliman dan penganiayaan raja mereka. Delegasi ini berhasil menemui Koresh pada saat ia sedang mempersiapkan sebuah ekspedisi ke Timur. Ia mendengarkan permintaan mereka dan menerimanya. Setelah itu, ketika ia menyelesaikan ekspedisinya ke Timur, ia menuju Babilon dan menghancurkan ibukota, mengakhiri pemerintahan Babilon. Dengan cara ini, ia membebaskan rakyat dari pemerintahan tiran Bukhtanashr. Mereka dengan suka-rela menerima Koresh sebagai tuan dan majikan baru.
Ketika Koresh memasuki Babilon sebagai penakluk, Daniel menunjukkan kepadanya nubuwah-nubuwah Taurat, yang dibuat oleh Yesia dan Armia, alaihimassalam, tentang seseorang yang akan membebaskan orang-orang Yahudi dari perbudakan. Hal itu membuatnya terkesan sehingga ia mengumumkan bahwa semua orang Yahudi bebas dan diizinkan kembali ke Palestina dan Suriah serta bebas membangun kembali Yerusalem, juga memperbaiki kembali Bait Suci dengan biaya negara. Ia juga mengumumkan bahwa agama Bani Israil ini, agama yang benar dan bahwa Tuhan orang Yahudi adalah Tuhan yang benar.
Dalam Kitab Ezra, dinyatakan bahwa karena Koresh-lah, orang-orang Yahudi dibebaskan dan memperoleh kemakmuran, dan pembangunan kembali Bait Suci dimulai, namun, sebelum hal itu terselesaikan, Koresh wafat. Pengganti dan putranya Kambisius juga wafat segera setelah itu. Kemudian delapan tahun kemudian, Daraju, sepupu Koresh menggantikannya. Pada masa pemerintahannya, Bait Suci selesai. Sekali lagi, orang-orang Yahudi menikmati kedamaian dan keamanan. Mereka membentuk pemerintahan mereka sendiri. Namun karena Kaisar Babilon sebelumnya telah membakar dan menghancurkan semua salinan Taurat, Ezra atau Uzair, atas desakan orang Yahudi, menulis ulang Taurat dari ingatannya.
Orang-orang Yahudi telah menderita pukulan yang luar biasa seperti yang telah dijelaskan. Kejadian-kejadian ini, pelajaran dan peringatan yang baik bagi semua orang, namun bagi kita, tampak hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur'an,
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
"Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka laksana hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." - (QS.7:179)
Perlahan, mereka mulai lagi berbuat zhalim terhadap diri mereka sendiri, ketidakadilan dan kebobrokan serta perilaku buruk yang sama seperti sebelumnya."
Punai berkata, "Siapakah Daniel?" Murai berkata, "Daniel atau Danyal, dipandang secara umum sebagai seorang nabi, namun ada yang mengatakan bahwa ia, orang suci. Ada sebuah riwayat yang menyimpan beberapa catatan dari dua tokoh bernama Daniel dalam Kitab Ibrani, yang pertama, orang bijak zaman terdahulu yang disebut Hizqiel, dan yang kedua, seorang pemikir yang hidup pada masa penawanan di Babilonia, yang hidupnya dicatat dalam Kitab Daniel, dikanonisasi dalam Kitab Ibrani saat ini. Sosok pertama disebut sebagai Daniel Al-Akbar atau "Daniel Tua", sementara tokoh kedua disebut sebagai Daniel bin Hizqiel Al-Asghar.
Ibnu Katsir melaporkan bahwa Ibnu Abi Ad-Dunya meriwayatkan berdasarkan sebuah rangkaian sanad, "Bukhtanashr membawa dua singa dan melepasnya di sebuah ruangan yang tertutup. Lalu ia mengambil Daniel dan memasukkannya bersama singa tersebut, namun keduanya tak menerkam Daniel. Daniel tinggal di tempat tersebut hingga batas waktu tertentu. Suatu saat, ia ingin menikmati makanan dan minuman selayaknya manusia biasa. Lantas Allah mewahyukan kepada Armia yang tengah berada di Syam, 'Buatkanlah makanan dan minuman untuk Daniel.” Armia berkata, “ Wahai Rabb-ku, aku sekarang berada di tanah suci (Baitul Maqdis) sedangkan Daniel berada di daerah Babilonia, di daerah Iraq.” Allah mewahyukan kepadanya, “Lakukan saja apa yang Aku perintahkan kepadamu, sebab, Kami akan mengirimkan utusan yang akan membawamu beserta makanan dan minuman yang telah engkau siapkan.”
Armia melaksanakan perintah tersebut dan Allah mengirim utusan yang akan membawanya dan barang yang telah ia siapkan, hingga akhimya ia berdiri di atas lubang tempat Daniel berada di dalamnya. Daniel berkata, “ Siapakah engkau?” Armia menjawab, “Aku Armia.” Daniel bertanya, “Apa yang mendorongmu datang kesini?” Armia menjawab, “ Rabbmu telah mengutusku mendatangimu.” Daniel bertanya, “Masih ingatkah Rabb-ku kepadaku?” Armia menjawab, “ Ya.” Daniel berkata: “ Segala puji bagi Allah yang tak pernah melupakan orang yang selalu mengingat-Nya. Segala puji bagi Allah Yang mengabulkan permohonan bagi orang yang meminta pada-Nya. Segala puji bagi Allah Yang telah menyerahkan suatu urusan kepada seseorang bila telah percaya kepada orang lain. Segala puji bagi Allah Yang telah membalas kebaikan dengan kebaikan pula. Segala puji bagi Allah Yang telah membalas kesabaran dengan keberhasilan. Segala puji bagi Allah Yang telah menyingkap keburukan kami setelah kesempitan kami. Segala puji bagi Allah Yang telah menjaga kami ketika prasangka kami rusak gara-gara amalan kami. Segala puji bagi Allah Yang menjadi harapan kami ketika terputus segala daya upaya kami.”
Kemudian Ibnu Abi ad-Dunya berkata, "Abu Hilal telah menceritakan kepada kami, Qasim bin Abdullah telah menceritakan kepada kami, dari Anbasah bin Sa’id, ia adalah seorang alim, ia berkata, 'Abu Musa al Asy’ariy mendapatkan mushaf dan bejana yang berisikan lemak, dirham dan cincin yang ada bersama Daniel. Maka Abu Musa menulis sepucuk surat yang ditujukan kepada Amirul Mukminin, Umar ibnu al-Khattab, radhiyalahu 'anhu, yang berisikan masalah barang-barang tersebut. Umar membalas surat tersebut yang berisikan, “Silahkan mushaf dikirim kepada kami. Adapun lemak (gajih), maka sebagian dikirim kepada kami dan sebagian lagi silahkan diberikan kepada sebagian kaum muslimin untuk obat. Sedangkan dirham silahkan dibagi diantara kalian. Sedangkan cincin maka kami telah memberikannya kepadamu.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abi ad-Dunya bahwasanya ketika Abu Musa mendapatkannya, maka orang-orang mengatakan bahwa ia adalah Daniel. Serta-merta Abu Musa memeluk dan menciumnya. Ia menulis kepada Umar yang berisikan masalah tersebut. Ia juga melaporkan bahwa ia juga menemukan sejumlah harta di dekat jasad berupa 10.000 dirham. Setiap orang yang datang pasti meminjam harta tersebut. Namun bila tak mengembalikan maka si peminjam tersebut akan mengalami sakit. Yang tersisa padanya hanya seperempatnya. Umar memerintahkan kcpada orang-orang agar memandikan jasad tersebut dengan air dan daun bidara, mengafani dan menguburnya. Umar memerintahkan agar menyembunyikan makamnya yang tak diketahui oleh seorangpun. la juga diperintahkan agar mengembalikan harta tersebut kepada Baitul Mal. Maka hal tersebut dibawa menghadap Umar, sedangkan cincinnya diberikan kepada Abu Musa.
Diriwayatkan dari Abu Musa bahwasanya ia memerintahkan kepada empat orang tawanan untuk membendung sungai, lalu mereka menggali kubur di tengah-tengah sungai tersebut, lalu menguburkan jasad Daniel. Kemudian Abu Musa menghampiri keempat tawanan tersebut dan membunuh semuanya. Oleh karenanya tak ada yang mengetahui tempat kubumya selain Abu Musa al Asy’ariy, radhiyallahu 'anhu.
Ibnu Abu Dunya juga melaporkan, dengan rangkaian sanad, bahwa “Aku melihat di tangan Ibnu Abi Burdah bin Abu Musa al Asy’ariy terdapat sebuah cincin yang terdapat ukiran dua ekor singa yang sedang menjilati seseorang. Abu Burdah berkata, “ Cincin inilah milik jenazah yang dinyatakan oleh penduduk daerah ini sebagai Daniel, yang diambil oleh Abu Musa ketika menguburnya.” Abu Burdah berkata, “Abu Musa pemah bertanya kepada para ulama daerah tersebut berkaitan tentang ukiran yang tertera dalam cincin tersebut, mereka menjawab, 'Raja yang tengah berkuasa pada masa Daniel, didatangi oleh ahli astronomi dan ahli ilmu, mereka mengatakan, 'Akan lahir anak Fulan bin Fulan yang akan menggulingkan dan memporak-porandakan kekuasaanmu.” Maka sang raja berkata, “Sungguh, aku akan membunuh semua anak pada malam ini.” Namun mereka hanya mengambil Daniel dan melemparkannya ke dalam tempat singa. Namun singa tersebut tak menganggunya, tapi malah menjilatinya. Lalu ibunya datang dan mendapati kedua singa tersebut tengah menjilati Daniel. Allah Ta’ala telah menyelamatkannya.” Abu Burdah mengatakan, 'Abu Musa berkata, 'Para ulama daerah setempat berkata, “ Kemudian Daniel mengukir gambar dirinya dan dua ekor singa yang tengah menjilatinya di sebuah cincin agar ia tak melupakan nikmat Allah atas dirinya.” Sanad riwayat ini, hasan."
Murai kemudian melanjutkan, "Di zaman Nabi Yahya, alaihissalam, di permukaan bumi Yudea, pengaruh dakwah Nabi Yahya, sedemikian rupa sehingga qalbu manusia menjadi tunduk. Kemanapun ia pergi, rakyat biasa, berbondong-bondong mengelilinginya. Pada saat itu, Raja Yudea adalah Herodias, yang dikenal sebagai orang jahat dan tiran. Melihat popularitas umum Nabi Yahya, ia mulai takut bahwa akan kehilangan takhta kerajaannya, dan bisa jadi, jatuh ke pangkuan orang-orang ini.
Qadarullah, saudara tirinya meninggal, yang istrinya seorang wanita sangat cantik, yang juga selain menjadi saudara iparnya, juga keponakannya. Herodias jatuh cinta padanya dan ia menikahinya. Perkawinan semacam itu bertentangan dengan hukum Yahudi dan karena itu Nabi Yahya menentangnya dan berusaha mengingatkannya agar takut kepada Allah. Ketika wanita itu mendengar keberatan Nabi Yahya, ia sangat marah dan membujuk Herodias membunuh Nabi Yahya. Herodias sendiri bermaksud melakukan langkah seperti itu namun agak ragu-ragu, tetapi atas desakan "istrinya" ia membunuh Nabi Yahya dan memenggal kepalanya, kemudian mengirim kepala yang terpenggal kepadanya di atas nampan. Sungguh aneh dan mengejutkan bahwa terlepas dari kemsyhuran Nabi Yahya, tak ada seorang Israil pun yang berani menghentikan perbuatan terkutuk ini atau menolaknya. bahkan ada dari mereka yang menganggapnya sebagai tindakan yang tepat.
Kemudian tibalah masa Nabi Isa, alaihissalam. Ia secara terbuka mengkritik bid'ah mereka, kebiasaan buruk mereka dan perilaku tak beragama. Pada saat itu, kemampuan apa yang tersisa bagi orang-orang Yahudi untuk menerima kebenaran? Terlepas dari sekelompok kecil orang-orang yang ilkhlas, mayoritas dari mereka menentangnya. Pada waktu itu, Raja Al-Nabati, Al-Harith, yang merupakan kerabat istri pertama Herodias dan ayah mertuanya, menyerangnya, dan setelah pertempuran berdarah, mengalahkan Herodias. Ini benar-benar menghancurkan kekuasaannya. Keadaan Yudea tetap hidup dibawah kekuasaan Kekaisaran Romawi.
Meskipun pada waktu itu, orang-orang Yahudi menyatakan bahwa kekalahan yang diderita oleh Herodias dan Israil adalah akibat dari pembunuhan Nabi Yahya, namun mereka tampaknya tak mengambil pelajaran apapun dari peristiwa itu, dan mereka masih tak menghentikan kejahatan mereka. Mereka terus menentang Nabi Isa dengan segala cara, hingga akhirnya mereka pergi menemui Gubernur Yudea, Pilatus, meminta izin menyingkirkannya. Mereka akhirnya mengepungnya, namun Allah menggagalkan niat jahat mereka dan mengangkat Nabi Isa ke langit, hidup-hidup.
Akhirnya, Kisas pun turun, dan datang dalam bentuk perang saudara di antara orang-orang Yahudi. Pada waktu itu, kaum Yahudi terdiri dari tiga kelompok. Salah satunya, para 'ulama Yahudi yang disebut orang-orang Farisi. Kedua, orang Saduki. Kelompok ketiga, para imam pertapa. Ada banyak perbedaan pendapat yang mendalam antara orang-orang Farisi dan Saduki, hal inilah yang menyebabkan pertikaian hebat dan pertumpahan darah di antara mereka. Ketika penguasa Yudea berpihak pada salah satu dari dua kelompok yang bertikai, maka kelompok itu digunakan untuk membunuh anggota kelompok lainnya. Akhirnya pertempuran terjadi, peperangan seru, sehingga penguasa harus meminta bantuan orang Romawi, dan akhirnya, orang-orang Yahudi itu mati di tangan para penyembah berhala.
Dalam masa sekitar tujuh puluh tahun setelah diangkatnya Nabi Isa dari dunia ini, ketika muncul pertikaian besar antara dua penuntut yang ingin menjadi penguasa Israil, yaitu kaum Yauhanan dan Syam'un, sedangkan Tahta Kekaisaran Romawi, diwakili oleh seorang Jenderal Romawi yang disebut Isnibanos. Yauhanan berhasil dalam gugatannya untuk memerintah dan melakukannya dengan cara yang sangat haus-darah dan beringas, sehingga hampir setiap jalan di Yudea mengalir darah musuh-musuhnya. Orang-orang Yahudi meminta bantuan Isnibanos dan ia mengutus putranya, Titus, dengan pasukannya menaklukkan Bait Suci. Titus berhenti di dekat Yudea dan mengirim utusannya, Nikanos, untuk membuat perjanjian damai, namun orang-orang Yahudi juga membunuhnya. Hal ini membuat Titus marah dan ia memutuskan melanjutkan menuju Yerusalem, membalas dendam kepada semua orang Yahudi tanpa pandang bulu, meratakan bumi mereka.
Sejarawan menceritakan bahwa ia menyerang Yerusalem dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga tembok-tembok kota runtuh dan tembok-tembok Bait Suci runtuh. Pengepungan yang panjang terjadi dan banyak yang mati karena kelaparan. Banyak yang melarikan diri dari kota dan ribuan orang terbunuh. Orang-orang Romawi menodai Bait Suci dan menempatkan berhala di dalamnya untuk disembah. Inilah kekalahan orang-orang Yahudi, yang setelah itu, tak pernah pulih dan sebagai akibat dari perbuatan buruk mereka dan kejahatan terbuka, serta karena membunuh para nabi Allah, mereka mengalami penistaan yang kekal.
Setelah beberapa waktu, orang-orang Romawi menyingkirkan berhala dan memeluk agama Kristen, dan kemudian naik memegang tampuk kekuasaan, serta kemajuan mereka, membuat agama dan bangsa Yahudi takluk dan kalah.
Beberapa waktu sebelumnya, ketika Titus menaklukkan Yerusalem, banyak orang Yahudi melarikan diri dan menetap di tempat-tempat yang jauh. Di antara mereka, ada yang menetap di Jazirah Arab di sekitar Madinah. Ada sejarawan yang mengatakan bahwa mereka telah mengetahui bahwa Yathrib (yang sekarang bernama Madinah), akan menjadi tempat Hijrah bagi nabi terakhir. Mereka sudah lama menunggu kedatangan Nabi Terakhir. Dikatakan bahwa Nabi Yahya pernah menyampaikan kepada mereka dan mereka berkumpul di sekitarnya, dan mengatakan kepadanya bahwa mereka sedang menunggu tiga orang, pertama, Nabi Isa, alaihissalam, kedua, Ilias, dan ketiga, Nabi akhir zaman. Orang ini sangat dikenal sehingga tak perlu menyebutkan namanya. Dengan hanya merujuk kepadanya, setiap orang Yahudi mengenalnya. Dalam Taurat, Injil, dalam naskah nabi-nabi sebelumnya, terbukti tanpa keraguan bahwa orang-orang Yahudi sedang menunggu nabi yang akan menjadi Nabi Akhiruz Zamaan, yang akan dilahirkan di Hijaz. Jadi, saat mereka dipaksa pergi dari tempat mereka, sejumlah besar mereka pergi menetap di Hijaz.
Sangat disayangkan bahwa bangsa yang jauh sebelum kelahiran Nabi Isa, sedang menunggu kemunculan seorang nabi, yang mereka tahu akan melakukan hijrah ke Yathrib, dan kemudian mereka akan mengikutinya dan melaluinya, mereka akan memperoleh kembali kebangsaan mereka dan menyangkal nasib. Dengan cara yang sama, suku Aus dan Khazraj, juga mengharapkan kedatangannya. Dan ketika akhirnya ia datang dan menyatakan misinya, maka pertama-tama, orang-orang Yahudi ini menolaknya dan menentangnya dengan permusuhan dan kebencian. Mereka menjadikan tujuan utama dalam hidupnya untuk menentangnya dan dengan cara inilah menumpuk untuk diri mereka sendiri, kenistaan abadi.
Sejak awal, Allah telah memperingatkan mereka, bahwa mereka akan dua kali memberontak, dan akan diikuti dengan adzab. Setelah itu, sekali lagi akan ada bagi mereka kesempatan ketiga, dan jika kali ini, mereka bersikap tegas terhadap kejahatan dan menunjukkan ketaatan seraya mengakui kebenaran, yang dengannya para utusan datang kepada mereka, maka Dia akan mengembalikan kebesaran dan keberkahan mereka, kemudian dengan kebahagiaan duniawi dan spiritual. Namun jika kali ini mereka membuang kesempatan itu, dan menunjukkan kepada nabi zaman terakhir, kejahatan mereka, maka Dia akan kembali melepaskan hukuman Kisas atas perbuatan buruk mereka. Karena itu, ketika saat ini juga orang-orang Yahudi tak mau melepaskan tabiat mereka, Allah menyatakan vonis terakhir terhadap mereka, "Mereka didera dengan penghinaan dan kemiskinan, serta mereka mendapatkan murka Allah."
Inilah yang sebenarnya terjadi. Mereka tak pernah mencapai kemuliaan setelah itu, dan mereka tak pernah memiliki pemerintahan, karena selama berabad-abad, mereka berkeliaran di Eropa, dipandang sebagai orang yang tercela. Dalam drama Shekespeares "The Merchant of Venice", kita melihat karakter Shylock. Kita juga melihat apa yang terjadi pada mereka untuk ketiga kalinya selama Perang Dunia Kedua, apa yang dilakukan Hitler terhadap mereka, membunuh ribuan dari mereka dan mereka harus pindah ke Amerika dari Eropa dan Jerman. Memang benar bahwa di Timur Tengah, mereka berhasil mendirikan pemerintahan di daerah perbatasan, namun pemerintahannya muncul karena diatur oleh kekuatan besar, namun siapa yang tahu, berapa lama pemerintah ini akan tetap berdiri? Orang-orang yang telah melihat runtuhnya dunia sosialis, akan memahami seberapa cepat pemerintahan ini akan berakhir. Kemudian juga, kata "Yahudi" yang bermakna udara yang hina, sehingga semua orang ningrat di zaman ini, takkan sudi disebut orang Yahudi. Bukankah itu murka Allah? "
Murai diam sejenak, dan berkata, "Wahai saudara-saudariku! Meski dunia ini, dunia perilaku dan bukan dunia pahala, Allah terkadang mempertemukan hukuman atas perbuatan yang dilakukan, sehingga yang berbuat dan orang-orang sezamannya, akan mengakui bahwa hukuman atas sesuatu itu untuk perbuatan seperti yang telah dilakukan. Peristiwa semacam ini, kemudian menjadi sumber peringatan dan teguran bagi orang lain. Ini terutama berlaku dalam hal kesombongan dan keangkuhan yang merupakan induk dari dosa yang terlepas dari apa yang menunggu di Akhirat, yang sombong dan angkuh juga akan merasakan pengaruh buruk dari perbuatan ini, di dunia ini. Satu perbedaan utama, bahwa dalam hal keangkuhan dan kesombongan individu, Kisas juga akan bersifat individu, sedangkan dalam kasus kesombongan dan keangkuhan secara nasional dan berjamaah, kehidupan komunitas mereka akan dipengaruhi oleh hukuman lain, yakni bahwa hukuman individu, umumnya tak berlangsung lama, sedangkan dalam hal arogansi masyarakat, periodenya akan sangat lama sehingga kelompok yang diterpa serasa hampir dibawa ke jurang keputusasaan. Namun, kadang-kadang, demi peringatan dan pelajaran yang terkandung di dalamnya, periode ini juga dipersingkat.
Wahai saudara-saudariku! Ketika orang-orang yang menolak kebenaran dan para penyembah kejahatan dihukum di dunia ini karena perbuatan jahat yang dilakukannya, itu bukan berarti bahwa hukuman akhirat diabaikan dari mereka, atau bahwa mereka, diampuni. Tidak, hukuman itu masih akan tiba pada waktunya sendiri.
Ketika Allah hendak menghukum manusia karena perbuatan jahat dan kezhalimannya, atau keinginan mereka melepaskan pembalasan atas perbuatan yang dilakukan, maka cara yang umum yang Dia lakukan adalah bagaikan seorang pahlawan yang tak segera mendapatkan hukuman, namun Dia memberikan masa penangguhan, memberi petunjuk dan mengutus nabi, sebuah kesempatan yang selanjutnya akan membawa mereka ke jalan yang benar sehingga melengkapi bukti-bukti Allah terhadap mereka. Dan jika setelah itu, ketidaktaatan mereka masih berlanjut, maka tiba-tiba Dia akan menjerat mereka dalam hukuman dan mereka takkan selamat dan bebas. Maka firman Allah berikut ini akan menjadi sebuah kenyataan,
وَسَيَـعۡلَمُ الَّذِيۡنَ ظَلَمُوۡۤا اَىَّ مُنۡقَلَبٍ يَّـنۡقَلِبُوۡنَ
"...Dan orang-orang yang zhalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali." - (QS.26:227)
Wahai saudara saudariku! Jika sesuatu itu, menurut pikiran kita tampak luar biasa atau ajaib, itu bukan berarti bahwa benda itu benar-benar luar biasa dalam kenyataan yang sebenarnya. Dan bahkan, jika tampak luar biasa, mungkin hal itu hanya dapat terjadi di sisi kita, dan bukan di sisi Sang Pencipta, Yang menciptakan seluruh alam semesta ini dari ketiadaan menjadi keberadaan, dan sekarang, memelihara segala sesuatu tetap utuh sesuai dengan sistem-Nya, begitu menakjubkannya bagi mata yang setiap hari mengamatinya, sementara pikiran kita dipaksa mengakui, "Sesungguhnya bagi Allah, hal yang seperti itu, mudah."
Wahai saudara saudariku! Dien itu, jalan lurus Allah. Karenanya, tak dapat dipaksakan masuk ke qalbu siapapun. Bahkan, dengan cahaya yang sebenarnya itu, menerangi qalbu orang-orang yang buta. "Tak ada paksaan dalam agama." Namun sejauh menyangkut kebathilan, selalu terjadi bahwa kebathilan itu berusaha memaksakan diri masuk ke dalam qalbu manusia dengan cara-cara tirani dan kezhaliman, dan tak memunculkan bukti-bukti dan argumen yang mendukungnya. Namun selalu menjadi cara Allah agar Dien menang atas kebathilan. Namun demikian, adalah cara Allah juga memberikan tangguh dalam melakukan ini, sehingga orang-orang yang zhalim itu menganggap bahwa itulah keberhasilan awal, yang dianggap sebagai kemenangan. Mereka melalaikan murka Allah yang mengikuti, dan sekali lagi, kita melihat sejarah berulang.
Akhirnya, wahai saudara-saudariku! Pengalaman menunjukkan kepada kita bahwa dalam setiap pertarungan bagi kebenaran, dan pada kenyataannya, dalam setiap gerakan evolusi, kaum muda-lah yang paling mudah dipengaruhi — dibanding dengan kaum yang sudah tua. Dari sudut psikologi, alasannya adalah karena orang-orang tua menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan cara-cara lama dan sangat terikat dengan cara-cara itu, sehingga setiap gerakan baru, akan segera dipandang dengan kecurigaan dan ketidaksukaan, dan segala hal yang bertentangan cara-cara lama itu, memunculkan pertentangan di dalamnya. Karena alasan ini, setiap ide gerakan revolusioner yang baru, alih-alih mendapatkan dukungan darinya, mereka bahkan menarik diri darinya. Mereka akan siap memberikan lebih banyak pemikiran pada ide-ide baru sebelum mendukungnya dan hanya setelah ada bukti dan argumen yang kuat. Namun, ketika itu benar-benar terjadi dan setelah ada bukti dan argumen yang kuat, mereka cenderung ke arah itu, orang-orang yang sudah tua terkucilkan dari aturan umum ini, dan mereka menjadi tulang punggung pendukung gerakan baru. Di negara manapun, orang-orang ini membentuk kaum minoritas.
Di sisi lain, tak seperti kaum tua, para pemuda, didalam hati dan pikiran mereka, umumnya netral, dan mereka belum terbiasa dengan cara lama. Karena itu, ide-ide baru dengan mudah mempengaruhi mereka dan mereka tak memandang ide-ide revolusioner baru dengan curiga, hanya karena itu baru. Dengan penuh minat mereka akan menatapnya dan memberikan pndangannya terhadap ide-ide itu.
Sekarang, tanggung jawab gerakan revolusioner ini, bahwa jika mereka berjuang dalam pertarungan antara yang haq dan yang bathil, untuk menempatkan manusia di jalan yang lurus, para pengamat hendaknya membantu para pemuda ini dalam segala tingkatan, dan menolong mereka untuk mendapatkan martabat dan derajat yang terbaik, sampai mereka terbukti menjadi rahmat bagi keberadaan yang ada di dunia ini. Namun, jika mereka berjuang untuk hal yang berlawan dengan itu, akan berarti bahwa para pemimpin gerakan revolusioner semacam itu dapat menyebabkan para pemuda ini menuju kehancuran dan mereka akan menjadi malapetaka bagi manusia dan dunia ini. Wallahu a'lam.
- Moshe Perlmann, The History of At-Tabari, Voume IV : The Ancient Kingdom, SUNY Press.
- Ibn Kathir, Stories of the Prophet, Darussalam.
- Maulana Hifzur Rahman Seoharwy, Qasasul Ambiyaa, Idara Impex.
[Bagian 1]