Senin, 15 Februari 2021

Bercanda tentang Cinta

Burung-dara menyapa dengan salam, lalu bersenandung,
Duhai cinta-pertama dalam hidupku,
kedua-mataku tersibak-lebar.
Duhai cinta pertama dalam hidupku,
kedua-mataku kuasa melihat.
Kulihat sang-bayu, duhai kulihat pepohonan.
Segenap membahana dalam qalbuku.
Kulihat gegana, duhai kulihat bumantara.
Segenap membahana dalam buana kita.

Duhai cinta-pertama dalam hidupku,
benakku tersingkap-lebar.
Duhai cinta pertama dalam hidupku,
benakku kuasa mengenyam.
Kukenyam pilu, duhai kukenyam rindu.
Segenap membahana dalam qalbuku.
Kukenyam hayat, duhai kukenyam cinta.
Segenap membahana dalam buana kita.
Usai mengucapkan kalimat pembuka, ia berkata, "Wahai saudara-saudariku, wajar jika ada orang jatuh-bangun karena cinta dan romansa. Itu terjadi di sekitar kita. Cinta, sebuah topik yang paling banyak dibicarakan di media. Di luar sana, banyak peristiwa cinta segitiga yang berujung pada pembunuhan. Keluarlah berjalan-jalan, dan engkau kan temukan banyak mereka yang mengakhiri hidupnya hanya karena kehilangan cinta. Ada juga, di belahan dunia lain, yang rela menipu, bermuslihat, dan bahkan berdusta, karena cinta, terutama yang cinta harta dan kekuasaan.
Pandangan tentang cinta dalam masyarakat Muslim, membentang dari yang sangat liberal, hingga yang sangat konservatif. Pandangan yang sangat liberal melihat bahwa cinta itu baik dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, boleh-boleh saja hingga masa-pranikah. Pandangan yang sangat konservatif mengutarakan bahwa cinta itu buruk, atau pengantin pria hanya boleh melihat pengantin wanita pada malam pernikahan.

Cinta itu, denominator umum bagi umat manusia, namun, suatu pokok-bahasan yang tak sungguh-sungguh dibicarakan dalam masjid dan sangat disalahpahami. Cinta itu, hakikatnyanya, salah satu hal utama yang tersedia dalam Islam. Rasulullah (ﷺ) memberikan banyak jalan-keluar bagi masalah jalinan-cinta. Sayyida 'Aisyah, radhiyallahu 'anha, wanita yang paling beliau cintai. Beliau jatuh cinta padanya ketika berusia lima puluhan. Dikisahkan oleh Abu `Utsman,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بَعَثَ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ عَلَى جَيْشِ ذَاتِ السَّلاَسِلِ قَالَ فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ أَىُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ ‏"‏ عَائِشَةُ ‏"‏‏.‏ قُلْتُ مِنَ الرِّجَالِ قَالَ ‏"‏ أَبُوهَا ‏"‏‏.‏ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ ‏"‏ عُمَرُ ‏"‏‏.‏ فَعَدَّ رِجَالاً فَسَكَتُّ مَخَافَةَ أَنْ يَجْعَلَنِي فِي آخِرِهِمْ‏.‏

"Rasulullah (ﷺ) mengutus `Amr bin Al-As sebagai komandan pasukan Dzatus Salasil. `Amr bin Al-` As berkata, "(Saat aku kembali) aku menemui Rasulullah (ﷺ) dan berkata , 'Siapakah yang paling engkau cintai?' Beliau menjawab, 'Aisyah.' Aku berkata, 'Di antara kaum lelaki?' Beliau menjawab, 'Ayahnya (Abu Bakar)'. Aku berkata, 'Setelah itu, siapa?' Beliau menjawab, 'Umar.' Kemudian beliau menyebutkan satu-persatu nama banyak orang, dan aku terdiam karena risau beliau akan menyebutku yang terakhir dari sekian banyak dari mereka." [Shahih Al-Bukhari]
Kesaksian Rasulullah (ﷺ) ini terjadi ketika beliau berusia 50-an! Rasulullah (ﷺ) itu, manusia seperti kita. Istri-istri beliau bahkan sering bercanda tentang beliau!

Setiap ulama tradisional, lebih dari sekedar pemberi fatwa yang kritis, karena mungkin bertentangan dengan pendapat umum. Bahkan, beberapa ulama pernah berkata, "Jika engkau tak mengalami cinta, engkau bukan manusia normal." Ibnu Hazm, rahimahullah, sebagai contohnya. Namanya, Ali bin Ahmad ibnu Hazm Al-Andalusi. Ia seorang faqih dan ulama hebat, namun yang pertama dan terutama, seorang manusia. Ia menulis buku tentang Aqidah, Fiqih, Tafsir, dan beragam Madzab. Ia terlahir sebagai pengikut madzab Syafi'i dan dikenal karena menghidupkan kembali madzab Zhahiri. Ia salah seorang ulama besar dalam agama kita, dan bukan hanya seorang ulama besar di generasinya. Salah seorang sezamannya mengatakan bahwa lidah Ibnu Hazm dan pedang Al-Hajjaj, ibarat saudara kembar. Ia akan berbicara sangat tegas dalam tulisannya pada saat-saat tertentu. Namun jika menyangkut topik cinta, tulisannya akan sangat sensitif dan emosional. Ia menulis otobiografi berjudul, "Penyembuhan Jiwa." Di dalamnya, ia berbicara tentang jalinan dirinya dengan seorang wanita Andalusia pada masanya, selain kisah cintanya sendiri. Engkau akan merasakan nestapa dalam tulisannya, karena sungguh ia jatuh cinta pada Qahramana, kemudian kehilangan kontak dengannya. Ia bertemu lagi dengannya bertahun-tahun kemudian setelah kehilangan wanita itu. Setelah bertahun-tahun, mereka bertemu kembali, namun penampilannya telah berubah karena mengalami berbagai persoalan dan kesedihan.
Ibnu Hazm akan bersikap lembut bilamana bicara tentang cinta; ia tak tampak seperti seorang faqih yang tegas sebagaimana bayangan orang. Ia percaya bahwa sukma itu, materi yang bertebaran di awang-awang, yang bertemu dan turun ke bumi, lalu bergabung sebagai belahan-jiwa. Teorinya tentang cinta didasarkan pada asimilasi dan kesamaan karakteristik antara para pecinta; bagian pertamanya, bercanda, dan bagian terakhirnya, ketetapan-hati.

Ia juga berbicara tentang cinta yang suci - nafsu qalbu dengan keshalihan dan ketaqwaan. Karena ia seorang Zhahiri, ia memaknai cinta dalam arti literal sebagai cinta yang suci, bukan cinta yang penuh nafsu. Ia menganggap cinta sebagai penyakit atau kepedihan; obatnya tergantung pada derajat atau beratnya cinta masing-masing sisi. Ibnu Hazm berkata, "Cinta itu wajar, akan tetapi, dapatkah Allah menguji kita dengannya? Ya, Allah selalu menguji kita, untuk melihat ketaatan kita kepada-Nya."

Ia juga pernah berkata, “Cinta - semoga Allah memuliakanmu! - Hakikatnya penyakit yang membingungkan, dan obatnya sangat sesuai dengan sejauh mana pengobatannya; inilah penyakit yang menyenangkan, penyakit yang sangat didambakan. Siapapun yang bebas darinya, lebih suka tak imun darinya, dan siapapun yang terserang olehnya, takkan mau pulih darinya. Cinta melambangkan sesuatu yang glamor, yang sebelumnya diremehkan manusia, dan menjadikan mudah apa yang sampai sekarang ia anggap sulit; sehingga cinta itu bahkan bisa mengubah perangai dan watak bawaan."

Betapa banyak dari kita yang suka bercanda tentang cinta, dan juga, jatuh cinta. Mungkin bahkan terjadi di antara dua calon pasangan sampai mereka sungguh-sungguh jatuh cinta! Ketahuilah bahwa Cinta bukanlah sesuatu yang dijadikan lelucon atau dianggap remeh. Ia merupakan salah-satu dari tanda-tanda Allah yang paling menakjubkan.
وَ مِنۡ اٰیٰتِہٖۤ اَنۡ خَلَقَ لَکُمۡ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ اَزۡوَاجًا لِّتَسۡکُنُوۡۤا اِلَیۡہَا وَ جَعَلَ بَیۡنَکُمۡ مَّوَدَّۃً وَّ رَحۡمَۃً ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah, Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu mawaddah-warahmah. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." [Qs. Ar-Rum (30):21]
Allah Subhanahu wa Ta'aala menyatakan bahwa penciptaan-Nya atas lelaki dan perempuan, saling-berpasangan, yang merupakan tanda-tanda dan nikmat atas ciptaan-Nya. Penciptaan langit dan bumi dan bagaimana mereka tegak dengan perintah-Nya, juga sebagai tanda-tanda penciptaan-Nya. Allah telah menarik kesejajaran antara tanda-tanda menakjubkan di alam semesta ini, dan penciptaan-Nya atas lelaki dan perempuan, saling-berpasangan. Cinta juga merupakan tanda Keilahian-Nya, sama pentingnya dengan penciptaan seluruh alam semesta.

Cinta punya sejumlah tahapan dimana ia bertransformasi sendiri. Dimulai dengan cinta yang penuh gairah, kemudian berganti dengan sendirinya ketika sang-istri hamil, lalu beralih sekali lagi saat ada anak. Tatkala cinta yang menggebu-gebu itu lenyap, orang berpikir bahwa cinta tak lagi ada di antara pasangan. Namun sesungguhnya, cinta itu tak pernah mati. Yang terjadi sebenarnya, cinta itu, membentuk dirinya sendiri. Pengertian cinta yang paling umum, cinta yang penuh gairah, tetapi ada bentuk cinta yang lain. Rasulullah (ﷺ), berbicara tentang istrinya Khadijah, berkata, "Sesungguhnya, aku dirahmati dengan cinta untuknya" [Shahih Muslim].


Bentuk cinta yang dibicarakan Rasulullah (ﷺ) itu, cinta yang penuh gairah. Kata 'cinta' dalam bahasa Arab, حب. Akar katanya, huruf ب dan ح. ح berasal dari dalam tenggorokan, seperti cinta yang bisa sangat dalam dan terkadang cinta begitu dalamnya, sehingga membuat kita tercekik; desahan cinta. ب berasal dari bibir dan huruf yang sangat lembut; salah satu huruf termudah diucapkan dalam bahasa Arab. Ketika kita mengucapkan ب , seperti berciuman, dan ciuman itu, wujud dari cinta.

Dongeng, seperti Cinderella, telah memainkan peran penting dalam membentuk pandangan orang tentang apa itu cinta. Dalam dongeng ini, cinta itu, tentang keindahan dan ketertarikan fisik: sang pangeran melihat sang gadis dan jatuh cinta tanpa mengenalnya; mereka menikah dan "hidup bahagia selamanya". Ceritanya selalu berakhir dengan pasangan menikah dan saat itulah cinta berakhir. Jika dongeng-dongeng ini, dalam segala hal, didasarkan pada deskripsi seperti ini, konsepnya terasa kurang tepat.

Dari waktu ke waktu, ada berbagai pandangan tentang apa sebenarnya cinta itu. Antara lain, cinta itu, interaksi fisik antara lelaki dan perempuan. Yang lain mengatakan bahwa cinta itu, ide filosofis. Cinta itu, psikologis, seseorang meyakinkan diri sendiri bahwa mereka sedang jatuh cinta. Cinta itu spiritual; tentang menemukan belahan-jiwa. Cinta itu intelek; cinta itu, proses intelektual. Kebanyakan, yang mendefinisikan cinta itu sebagai sentimen dan perasaan terhadap orang lain. Beberapa filsuf Muslim sepakat bahwa cinta bisa menjadi penyakit. Ada juga cinta moral atau religius seperti cinta kepada Allah dan Rasulullah (ﷺ). Juga cinta seseorang terhadap sesama Muslim ketika engkau mencintai mereka karena Allah. Namun jika engkau ingin agar pernikhanmu langgeng, harap jangan katakan pada pasanganmu bahwa engkau mencintainya karena Allah, sebab wajar jika orang yang telah menikah, menginginkan cinta yang penuh gairah.
Rumi pernah menulis, "Seseorang berdiri di depan pintu sang kekasih dan mengetuk. Terdengar suara bertanya, "Siapa? " Ia menjawab, "Aku!" Suara itu berkata, "Tak ada ruang bagi "hanya aku" dan "cuma engkau." Pintunyapun ditutup rapat-rapat. Setelah setahun dalam kesendirian dan kerinduan, ia kembali dan mengetuk. Terdengar suara dari dalam bertanya, "Siapa?" Orang itu berkata, “Engkau!” Pintupun terbuka untuknya.

Banyak teori tentang cinta dari para ulama. Imam Muhammad al-Ghazali. rahimahullah, menulis tentang cinta dalam bukunya Ihya' Ulumuddin, "Kebangkitan Ilmu Agama" dalam sebuah bab yang disebut "Adaab an-Nikaah"atau "Tatakrama Perkawinan." Ia berbicara tentang hubungan antara pria dan wanita, lebih banyak tentang cinta moral. Selama eranya, masyarakat melebih-lebihkan cinta moral mereka kepada Sang-Ilahi. Imam al-Ghazali membatasi konsep ini dan ia juga menulis tentang fitnah yang besar saat engkau membawa cinta ke dalam ruang-gairah yang ekstrim.

Ibnu Hazm menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia dalam replika yang terbaik: kesempurnaan. Ketika kita menyebut kata "indah," yang kita maksud, sempurna. Jadi, keindahan dalam benak manusia itu, tanda kesempurnaan, dan setiap orang dalam hidup ini, mencari kesempurnaan. Kecantikan itu relatif, "Kecantikan ada di mata yang melihatnya". Apa yang mungkin tampak jelek bagi seseorang, bisa cantik bagi orang lain, dan sebaliknya. Terkadang, hal yang berlawanan itu, menarik. Ia benar-benar dapat mempengaruhi apa yang menurutmu indah. Misalnya, api dan es: jika engkau memegang es di tangan dan meremasnya dengan kuat, akan memberikan sensasi terbakar, seperti api. Jadi, yang berlawanan bisa menjadi kebalikannya, sehingga memberikan efek yang sama.

Ia juga menyebutkan dalam Tawqul Hamamah, "Sukma itu, indah, dipengaruhi oleh segala hal yang indah, dan rindu akan gambar-gambar simetris yang sempurna, setiap kali ia melihat gambar seperti itu, ia akan melekat padanya; kemudian, jika ia melihat di balik gambar itu, sesuatu dari jenisnya sendiri, ia menjadi satu dan berdirilah cinta sejati. Namun jika sukma tak menemukan apapun dari jenisnya sendiri di balik gambar itu, kasih-sayangnya tak lebih dari bentuknya, dan tetap menjadi hasrat duniawi belaka."

Sekarang, pertanyaan mungkin timbul, "Halal atau haramkah, jatuh cinta itu? Terjadikah cinta karena pilihan atau dengan paksaan; dan akankah engkau dimintai pertanggungjawaban?" Jatuh cinta itu, salah satu hal teraneh dan terindah yang bisa dialami manusia. Dan meskipun berbeda bagi setiap orang, ada beberapa pemikiran dan perasaan umum yang dapat membantu seseorang mengidentifikasi kapan hal itu terjadi.

Faktanya, cinta itu, sebuah tanda Allah yang paling menakjubkan. Allah menyatakan cinta sebagai "aayaah," tanda yang menakjubkan, berarti itu penting. Apapun yang dinyatakan sebagai Ayat-ayat Allah, bermakna sesuatu yang sangat penting. Itu bukanlah sesuatu yang sepele atau dianggap enteng. Allah berfirman,

وَ مِنۡ اٰیٰتِہٖۤ اَنۡ خَلَقَ لَکُمۡ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ اَزۡوَاجًا لِّتَسۡکُنُوۡۤا اِلَیۡہَا وَ جَعَلَ بَیۡنَکُمۡ مَّوَدَّۃً وَّ رَحۡمَۃً ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah, Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu mawaddah-warahmah. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." [Qs. Ar-Rum (30):21]
Allah menciptakan kita dari satu sukma, dan menciptakan pasangan kita dari jiwa yang sama agar kita dapat menemukan kedamaian dan ketenteraman. Dia berfirman,
ہُوَ الَّذِیۡ خَلَقَکُمۡ مِّنۡ نَّفۡسٍ وَّاحِدَۃٍ وَّ جَعَلَ مِنۡہَا زَوۡجَہَا لِیَسۡکُنَ اِلَیۡہَا ۚ فَلَمَّا تَغَشّٰہَا حَمَلَتۡ حَمۡلًا خَفِیۡفًا فَمَرَّتۡ بِہٖ ۚ فَلَمَّاۤ اَثۡقَلَتۡ دَّعَوَا اللّٰہَ رَبَّہُمَا لَئِنۡ اٰتَیۡتَنَا صَالِحًا لَّنَکُوۡنَنَّ مِنَ الشّٰکِرِیۡنَ
"Dialah Yang menciptakanmu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya, Dia menciptakan pasangannya, agar ia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah ia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika ia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Rabb mereka (seraya berkata), “Jika Engkau memberi kami anak yang shalih, tentulah kami akan selalu bersyukur.”" [QS. Al-A'Raf (7):189]
Dijadikan indah bagi pria, mencintai wanita. Allah berfirman,
زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّہَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَ الۡبَنِیۡنَ وَ الۡقَنَاطِیۡرِ الۡمُقَنۡطَرَۃِ مِنَ الذَّہَبِ وَ الۡفِضَّۃِ وَ الۡخَیۡلِ الۡمُسَوَّمَۃِ وَ الۡاَنۡعَامِ وَ الۡحَرۡثِ ؕ ذٰلِکَ مَتَاعُ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia, cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta-benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." [QS. Ali 'Imran (3):14]
Cinta alami, diperbolehkan. Jika engkau tak mengalami cinta, maka bangun dan makanlah jerami, karena engkau keledai! Namun, bila masuk ke ranah sesembahan, ia dipertanyakan. Jadi, orang yang jatuh cinta, tak dapat disalahkan. Itulah tanda kesempurnaan dan nikmat Allah atas mereka. Setiap qalbu ada dalam Genggaman Allah, kita tak bisa mengatakannya halal atau haram, karena cinta itu terjadi, dan kita tak mampu mengendalikannya. Ibnu Hazm berkata, "Cinta itu, tak ditolak oleh Agama atau terlarang oleh hukum, karena setiap qalbu itu, ada dalam Genggaman Allah."

Setidaknya, ada sepuluh tanda cinta. Pertama, tatapan sayu. Mata itu, pintu gerbang sukma, sehingga pada dasarnya, mata dapat mengungkapkan jiwamu; Kedua, pecinta akan mengarahkan pembicaraannya kepada sang kekasih; Ketiga, pecinta akan mendengarkan perkataan sang kekasih, dan terpesona akan segala ucapannya - bahkanpun itu tak masuk akal; Keempat, pecinta akan bergegas ke tempat sang kekasih menunggu; Kelima, pecinta akan tiba-tiba kebingungan ketika sang kekasih mendadak menemuinya; Keenam, pecinta akan sangat ceria karena dekat dengan sang kekasih, contoh, awalnya, mereka menggunakan "kursi cinta" agar mereka dapat saling berdekatan; Ketujuh, mereka terlibat dalam perang tarik-menarik. Misal, suami terlebih dulu menawarkan mencuci piring, dan istri berkata, "Tidak, ini tugasku!" Dan mereka tarik-menarik, saling-tarik, hingga terjathlha piring dan pecah. Kemudian mereka berdua tersenyum, dan sang suami menawarkan membersihkannya, dan sang istri berkata tidak, dan mereka mulai lagi. Namun, belakangan, sang suami malah tak bertanya, ia hanya menunggu sang istri melakukannya, dan jika piringnya pecah, mereka mulai saling berteriak. Kedelapan, saling merindukan. Kesembilan, bersentuhan. 'Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) akan memegang tangan istrinya ketika berbicara dengan mereka. Kesepuluh, minum dari cangkir yang sama, dan menyentuh bibir tepat di tempat bibir sang kekasih menyentuhnya. Rasulullah (ﷺ) akan mengambil sepotong daging yang telah dimakan 'Aisya dan kemudian makan di tempat yang sama dengannya. Beliau juga akan mengambil cangkirnya, setelah 'Aisyah selesai minum dari cangkir itu, membalikkan cangkirnya, kemudian meletakkan bibirnya tepat di tempat yang telah disentuh bibir 'Aisyah.

Akhirnya, tahap-tahap utama cinta itu, biasanya karena pilihan; engkau memilih mengambil jalan ini, misalnya dengan melihat, engkau bisa jatuh cinta dengan sebuah gambar. Saat dirimu jatuh cinta pada seseorang, yang kemudian terjadi, karena engkau tak mampu menahannya. Allah mengendalikan qalbumu. Pada titik ini, cinta itu, sesuatu yang tak dapat engkau kendalikan. Engkau hanya akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang mampu engkau kendalikan. Jika kita memilih melakukan sesuatu yang haram karena "cinta", maka pastilah kita akan dimintai pertanggungjawaban. Jika cinta terjadi sepenuhnya dengan paksa, semisal engkau jatuh cinta dengan seseorang yang akan engkau nikahi, namun tak berhasil; maka itulah ujian kesabaran. Telitilah ketakwaan dan keshalihan, dan semoga Allah menolongmu!
Cinta! Cinta jualah yang mampu membunuh apa yang tampak telah binasa
Ular nafsu yang membeku, hanyalah cinta
Dengan doa yang penuh linangan air-mata dan kerinduan yang membara
Mengungkap yang tak pernah sains kenali.
Wallahu a'lam."

Rujukan:
- Sheikh Yasser Birjas, Love Notes, Almaghrib Institute
- Idries Shah, The Sufis, Anchor Books

English