Jumat, 19 Februari 2021

Sparta dan Athena

Suara yang parau, sang gagak mencoba bernyanyi,
'Kan tetapkah berjejak disitu dan melihatku terpanggang?
Tak mengapa karena kusuka rasa-perihnya
'Kan tetapkah berjejak disitu dan melihatku meratap?
Tak mengapa karena kusuka langgammu berdusta
Setelah menyapa dengan salam, menyampaikan kalimat pembuka, ia berkata, "Dua ribu lima ratus tahun yang lalu, tersebutlah dua negeri, yang amat bersenjang, mendominasi Yunani. Athena, masyarakatnya terbuka, dan Sparta, masyarakatnya tertutup. Athena demokratis, dan Sparta diperintah oleh segelintir orang pilihan. Sangat banyak perbedaannya.

Sparta bermula sebagai negeri pertanian. Seiring pertumbuhan penduduk, para Spartan membutuhkan lebih banyak lahan pertanian. Untuk mendapatkan lebih banyak lahan, mereka menyerbu negeri tetangga, Messenia. Setelah perang yang panjang, akhirnya mereka menaklukkan negeri yang kaya itu, Messenia, pada tahun 715 SM dan menjadikan orang-orang Messenia sebagai budak. Para Messenian melebihi jumlah Spartan, 10–1. Karena diperlakukan sangat keji, para Messenian bangkit memberontak pada tahun 650 SM. Membutuhkan waktu hampir 30 tahun bagi para Spartan meredam pemberontakan. Pemberontakan mengubah negeri Sparta selamanya. Para Spartan merasa bahwa mereka harus mengendalikan para Messenian. Mereka hanya melihat satu cara untuk melakukan ini: membangun pasukan yang kuat, yang wajib diikuti setiap lelaki Sparta.

Pelatihannya sendiri, memakan waktu hampir seumur hidup. Saat lahir, bayi yang tak sehat dibiarkan mati. Pada usia 7 tahun, anak lelaki wajib meninggalkan rumah dan menetap di barak. Mereka menjalani pelatihan agar kuat dan tak kenal takut. Mereka menjahit pakaian dan menyiapkan makanan sendiri. Mereka belajar bagaimana mempertahankan diri. Pada usia 20 tahun, mereka menjadi ksatria. Selama 10 tahun berikutnya, mereka tetap berada di barak sebagai anggota pasukan. Mereka wajib menikah pada usia 20 tahun, tetapi tak tinggal bersama istri hingga mereka berusia 30 tahun. Mereka tetap menjadi ksatria sampai usia 60 tahun. Lelaki yang lebih tua membimbing yang lebih muda. Jika ada tugas memanggil, mereka segera menjawabnya. Para ksatria Spartan ini, yang terkuat di Yunani.

Karena satu-satunya tugas kaum lelaki, bertempur, maka sebagian besar pekerjaan lainnya hanya dikerjakan oleh para-budak dan kaum-wanita. Para-budak, dan orang-orang bukan-Sparta yang merdeka, memelihara ladang dan mengurus pekerjaan rumah. Karena para Spartan takut akan ada lagi pemberontakan para-budak, mereka tak membolehkan budak-budak itu keluar pada malam hari. Dengan kepergian kaum lelakinya yang sangat lama, kaum wanitanya pun mengambil-alih pekerjaan. Seperti di kota-kota Yunani lainnya, mereka tak berhak bersuara atau memegang jabatan. Namun mereka diperbolehkan memiliki tanah dan bahkan mengadu ke pengadilan. Kaum wanita menguasai sekitar sepertiga dari tanah-negeri Sparta. Mereka menikah lebih tua dari orang Yunani lainnya. Mereka sangat dikenal membela suami mereka. Seorang penulis Yunani terkemuka, berkata bahwa "orang-orang Sparta, selalu mematuhi istri mereka."

Orang Yunani lainnya, menganggap wanita Spartan tak mengenal rasa-malu. Mereka keluar di depan umum, berbicara dengan orang lain, dan tak menutupi tungkai mereka. Mereka berlatih-keras dan bersaing dalam bidang olahraga. Seperti suaminya, mereka mengabdikan-diri bagi Sparta semata. Mereka tak mengenakan perhiasan atau pakaian mewah. Mereka menikah agar memiliki anak yang akan memperjuangkan Sparta. Disebutkan bahwa kaum-ibu Spartan, akan memberi pesan bersahaja dikala putra mereka berangkat berjuang, "Pulanglah bersama perisaimu atau terbaring di atasnya." Dengan kata lain, kembalilah bersama pasukanmu hidup-hidup atau terbunuh dalam peperangan.

Hidup di Sparta, keras dan membosankan. Bahkan makanannya, setiap hari cenderung sama. Seorang asing yang pernah mencicipi makanan para Spartan berkata, "Sekarang, aku baru tahu mengapa para Spartan tak takut mati." Pemerintah negeri Sparta, terdiri dari Dewan yang beranggotakan 30 orang. Dewan ini memiliki 28 anggota pengurus, yang mengabdi seumur hidup, dan dua orang raja. Kedua raja ini, memimpin para pasukan. Majelis-warga, setiap tahun memilih lima pemimpin, yang disebut "ephors." Para ephor berkuasa mutlak selama mereka menjabat. Mereka bahkan bisa menangkap raja atau anggota-pengurus dewan.

Athena, berbeda hampir dalam segala hal. Para Spartan melakukan apa yang diperintahkan. Orang Athena, menyukai kebebasan. Sparta diperintah oleh orang-orang pilihan. Athena, membuat aturan mereka sendiri. Mereka berdebat dan memberikan suara pada hukum di Majelis. Dalam demokrasi mereka, orang Athena memiliki tugas. Mereka harus mematuhi hukum, bertugas di militer, membantu menjalankan kota, membayar pajak, dan menjadi anggota dewan-peradilan. Dewan-peradilan terdiri dari 500 atau lebih warga negara. Jika seorang Athena melanggar hukum atau tak dapat menjalankan tugasnya sebagai warga negara, ia bisa dikucilkan. Ini berarti ia harus meninggalkan Athena selama 10 tahun.

Lahan di sekitar Athena sulit ditanami. Orang Athena menanam pohon zaitun dan anggur, namun harus mengimpor makanan dari tempat lain. Mereka membangun masyarakat perdagangan, menjual buah zaitun, buah anggur, hasil perasan anggur, tembikar, dan barang lainnya. Orang Athena dikenal sebagai pengukir dan pengrajin yang handal. Kota Athena memberi kesan bagi semua orang. Bentuk bangunan dan patungnya masih dikagumi hingga saat ini.

Seperti kebanyakan masyarakat kuno, Athenapun memelihara budak, yang ditangkap semasa perang. Sekitar 100.000 budak pria dan wanita merupakan sepertiga dari populasi penduduk. Hampir setiap rumah memiliki, setidaknya, seorang budak. Orang kaya mungkin punya 50 budak. Meski demikian, seperti yang dikeluhkan orang Yunani lainnya, orang Athena memperlakukan budak mereka, setara. Namun sebenarnya tidak, mereka hanya memperlakukannya lebih baik dibanding para Spartan memperlakukan budak mereka.

Setiap tahun, orang Athena mengadakan banyak perayaan dan kontes. Orang-orang kayalah yang mendanainya. Suatu perayaan memuja Dionysus, dewa anggur dan minuman. Di antara suka-cita dalam perayaan ini, orang Athena menonton drama dan menilai mana yang merupakan tragedi dan komedi terbaik. Teater Dionysus menampung 17.000 orang. Para pemainnya mengenakan topeng besar dan paduan suara para aktor berbaris dalam alunan syair-syair.

Sebagai kota perdagangan, Athena membangun pasukan pertahanan laut. Untuk melindungi kapal-kapalnya, mereka membentuk angkatan laut. Pada waktunya, pasukan ini berkembang menjadi kekuatan angkatan laut terbesar di Yunani. Perlahan-lahan menguasai kota-kota lain. Orang Athena mengalami kemunduran besar saat wabah menebar pada 430 SM. Sekitar sepertiga dan dua pertiga penduduk Athena meninggal, termasuk jenderal Pericles yang terkenal.

Pada tahun 431 SM6, pecah perang antara Athena dan Sparta. Perang ini disebut Perang Peloponnesia. Disebut demikian karena Sparta terletak di Semenanjung Peloponnesia. Jika engkau memperhatikan peta Yunani, engkau akan melihat bahwa Yunani bagian Selatan dibatasi oleh sebilah batasan kecil. Bagian Selatan inilah yang disebut Semenanjung Peloponnesia.

Pembentukan Liga Delian, atau Liga Athena, pada 478 SM. menyatukan beberapa negara kota Yunani dalam aliansi militer di bawah Athena, tampak untuk berjaga-jaga terhadap serangan balas dendam Kekaisaran Persia. Pada puncaknya, liga tersebut juga memberikan peningkatan kekuatan dan prestise kepada Athena. Sementara itu, Sparta, masuk bagian dari Liga Peloponnesia (550 SM - 366 SM). Hanya masalah waktu saja sebelum dua liga yang bagas ini berbenturan.

Perang Peloponnesia Besar, juga disebut Perang Peloponnesia Pertama, sengketa besar pertama di antara mereka. Ini menjadi konflik 15 tahun antara Athena dan Sparta dan sekutu mereka. Perdamaian diputuskan dengan penandatanganan Perjanjian Tiga Puluh Tahun pada 445 SM, efektif sampai 437 SM, ketika Perang Peloponnesia dimulai.

Perang saudara, di negeri tak dikenal, Epidamnus, menyebabkan keterlibatan sekutu Sparta, Korintus. Ketika Sparta terbawa menjadi bagian negosiasi konflik, musuh lama Korintus, Corcyra, menarget Epidamnus dan merebutnya dalam pertempuran laut. Korintus mundur guna membangun kembali armadanya dan merencanakan serangan-balik.

Pada tahun 433 SM, ketegangan terus berlanjut dan Corcyra secara resmi meminta dukungan Athena dengan dalih bahwa konflik dengan Sparta tak dapat dihindari, dan Athena membutuhkan aliansi dengan Corcyra untuk mempertahankan diri. Pemerintah Athena memperdebatkan saran tersebut, tetapi pemimpinnya, Pericles, menyarankan aliansi defensif dengan Corcya, mengirimkan sejumlah kecil kapal sebagai pelindung dari pasukan Korintus.

Seluruh pasukan bersua di Pertempuran Sybota, dimana Korintus, tanpa dukungan Sparta, menyerang dan kemudian mundur saat melihat kapal-kapal Athena. Athena, yakin akan berperang lawan Korintus, memperkuat cengkeraman militernya di berbagai wilayah di kawasan tersebut untuk bersiap-siap.

Sparta ragu terjun langsung ke medan-laga, tetapi akhirnya diyakinkan oleh Korintus melakukannya, meskipun ini bukanlah keputusan yang diamini sekutu Sparta yang lain. Setahun berlalu, sebelum Sparta melakukan aksi agresif. Semasa itu, Sparta mengirim tiga delegasi ke Athena agar menghindari perang, menawarkan usulan yang dapat dipandang sebagai pengkhianatan terhadap Korintus. Upaya ini bertentangan dengan agenda Pericles, dan orang Athenapun menolak perdamaian.

Sepuluh tahun pertama konflik ini dikenal sebagai "Perang Archidamian", diambil dari nama Raja Spartan, Archidamus. Slogan Spartan untuk periode itu, “Kebebasan Yunani,” dan tujuan yang dinyatakannya, bertujuan membebaskan negara-negara di bawah pemerintahan Athena dengan menghancurkan pertahanannya dan membongkar strukturnya.

Saat pasukan Spartan mengelilingi Athena dalam sebuah pengepungan, menghancurkan pedesaan dan lahan pertanian, Pericles menolak melawan mereka di dekat tembok kota, malah memimpin operasi angkatan laut di tempat lain. Ia kembali ke Athena pada tahun 430 SM. karena wabah melanda kota, menewaskan hampir dua pertiga dari populasi. Pericles, setelah pemberontakan politik yang tak disetujuinya, menyerah tenggelam dalam lautan wabah pada tahun 429 SM, runtuhlah kepemimpinan Athena. Terlepas dari kemunduran besar ini bagi orang Athena, orang Sparta hanya melihat keberhasilan yang beragam dalam upaya perang mereka, dan beberapa kerugian besar di Yunani Barat dan di laut.

Pada tahun 423 SM, kedua belah pihak menandatangani perjanjian yang dikenal sebagai Perdamaian Nicias, dinamai sesuai nama seorang jenderal Athena yang merekayasanya. Dengan tujuan akan berakhir hingga 50 tahun, perjanjian ini bertahan hanya selama delapan tahun, dirusak oleh konflik dan pemberontakan yang dimunculkan oleh berbagai sekutu.

Perang berkecamuk lagi sekitar tahun 415 SM, ketika Athena menerima panggilan membantu sekutunya di Sisilia melawan penjajah dari Syracuse, dimana seorang pejabat Athena membelot ke Sparta, meyakinkan mereka bahwa Athena berencana menaklukkan Italia. Sparta memihak Syracuse dan mengalahkan Athena dalam sebuah pertempuran laut besar.

Athena tak runtuh seperti yang diharapkan, memenangkan serangkaian kemenangan angkatan laut melawan Sparta, yang meminta dukungan moneter dan senjata dari Kekaisaran Persia. Di bawah jenderal Spartan, Lysander, perang berkecamuk selama satu dekade lagi. Pada tahun 405 SM. Lysander menghancurkan armada Athena dalam pertempuran dan kemudian mengepung Athena, memaksanya takluk kepada Sparta pada tahun 404 SM.

Perang Peloponnesia menandai berakhirnya Zaman Keemasan Yunani, perubahan gaya perang, dan jatuhnya Athena, yang pernah menjadi negeri terkuat di Yunani. Keseimbangan kekuasaan di Yunani bergeser ketika Athena diserap ke dalam Kekaisaran Sparta. Ini terus ada di bawah serangkaian tiran dan kemudian demokrasi. Athena menyerahkan kekuasaannya di wilayah tersebut ke Sparta, sampai keduanya ditaklukkan kurang dari satu abad kemudian, dan dijadikan bagian dari kerajaan Makedonia.

Saat dimulainya pertikaian hingga meledaknya perang antara Sparta dan Athena, tampak hanya ada dua kekuatan besar ini, namun sesungguhnya, di balik perang ini, ada pihak ketiga yang bersembunyi. Pada awal sejarahnya, para pedagang Fenisia dari kota-kota pesisir di Accent Palestine, datang mengeksploitasi pasar Yunani Kuno. Sparta menghalau orang-orang asing ini sehingga mereka terpaksa menetap di Athena. Melalui praktik peminjaman uang, mereka membangun basis ekonomi, menjadikan diri mereka sebagai kelas pedagang terkemuka yang menyaingi bangsawan Yunani. Agar mengarahkan masyarakat ke tujuan yang diinginkan, mereka memanipulasi teater Yunani, aktivitas budaya terpenting Yunani Kuno, yang telah dirayakan di Barat sejak saat itu. Seperti penggunaan televisi modern, teater dipergunakan sebagai ladang amoral.

Sparta sadar akan pengaruh merusak orang-orang asing ini, dan untuk melindungi standar moneternya, sangat menolak penyusupan mereka. Mengatakan sesuatu itu, Spartan, bermakna konservatif atau radikal, karena orang Spartan dikenal akan kedisiplinannya, berusaha menjaga diri-mereka dari kerusakan moral yang telah menimpa Athena. Para pedagang asing ini, sekarang berhasrat menerapkan di Sparta seperti apa yang telah mereka miliki di Athena, tindakan ini menyebabkan perang antar dua-negeri, yang kini dikenal sebagai Perang Peloponnesia."

Sang gagak diam, lalu berkata, "Wahai saudara-saudariku, tentu masih ada perang seperti Sparta dan Athena ini. Bagi kita, perang itu bukanlah perang terbuka, angkat-senjata dan pertumpahan-darah, melainkan perang ilmu dan pemikiran, dengan menjaga akal-sehat dan memberi-makan hati-nurani kita.
Dan sebagai penutup, ingatlah selalu bahwa lima belas abad yang lalu, Nabi kita tercinta (ﷺ), telah menyampaikan pesan yang mengejutkan,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ
"Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian, jengkal demi jengkal, hasta demi hasta, hingga tatkala mereka masuk ke dalam lubang kadalpun, kalian pasti akan mengikutinya ....."  [Sahih Muslim]
Rujukan :
- Professor Kenneth W. Harl, The Peloponnesian War, The Teaching Company
- Abu Esa Al Kanadi, The Secret World, Maktabah Al Ansaar Publications
- Two Very Different City-States: Sparta and Athens, Constitutional Rights Foundation