Tiba-tiba, terdengar suara mendesis, "Duhai saudaraku, adakah engkau menyebut namaku?" Burung gagak berpaling ke kiri, kanan, tak ada siapapun, ke atas dan sekeliling, tak seorangpun di sana. "Aku di sini, di bawah!" Mendengar itu, para unggas merunduk dan terbelalak, seekor reptil kecil menjulurkan lidahnya. Sontak mereka berseru, "Itu sang kadal!"
"Benar saudaraku, tapi, aku tak memanggilmu!" Sang gagak menjawab dengan tenang. "Sedari tadi, aku menyimak percakapanmu, dan aku tertarik. Perkenankan aku turut bersuara!" sang kadal meminta. "Silahkan saudaraku, ruang ini akan selalu ada untukmu. Tampillah ke mimbar!" undang sang gagak.
Beberapa saat kemudian, setelah mengucapkan salam, menyampaikan kalimat pembuka, dengan suara absurd, sang kadal bersenandung,Hidup itu, sebuah misteriLalu ia berkata, "Ini bukanlah ceramah, bukan pula pelajaran filsafat, melainkan percakapan antara dua penunggang kuda. Penunggang kuda pertama, menunggangi kuda hitam, dan yang kedua, menunggangi kuda putih. Penunggang kuda pertama berkata, "Selanjutnya, bandingkan sifat kita dalam hal pendidikan dan ketimpangannya, dengan pengalaman berikut ini. Bayangkanlah, ada beberapa orang yang tinggal di sebuah gua bawah-tanah dengan pintu masuk panjang, terbuka bagi cahaya masuk di keseluruhan lebarnya. Bayangkan pula, kaki dan leher mereka terbelenggu sedari masa kanak-kanak, sehingga mereka tetap berada di tempat yang sama, hanya dapat melihat ke depan, dan tak dapat menoleh karena belenggu itu. Bayangkan lebih jauh lagi, cahaya api yang menyala lebih tinggi dan terletak jauh di belakang mereka, dan di antara api dan para tahanan itu, serta di atas mereka, ada sebuah jalan yang sepanjangnya telah dibangun tembok yang tak begitu tinggi, bagaikan para penonton pertunjukan wayang yang melihat sekat di hadapan sang dalang. Di atasnya, mereka menyaksikan wayang-wayang itu." Penunggang kuda kedua berkata, "Aku menyimak."
Setiap orang harus bertahan-diri
Kudengar engkau memanggil namaku
Dan serasa bagai pulang ke rumah
Penunggang kuda pertama berkata, "Lalu, perhatikan pula, tampak seperti ada orang-orang yang lalu-lalang membawa segala jenis peralatan yang terlihat bayangannya di tembok itu, dimana tampak citra manusia dan juga beragam bentuk hewan, yang terbuat dari tempaan batu dan ukiran kayu serta beragam material lainnya, ada yang tampak seperti berbicara, dan yang lainnya diam." Penunggang kuda kedua berkata, "Itu citra yang aneh, yang engkau paparkan padaku, dan para tawanan itu, juga sesuatu yang tak biasa."
Penunggang kuda pertama berkata, "Mereka sama seperti kita, manusia. Lalu, untuk memulainya, katakan padaku, menurutmu, akankah orang-orang ini melihat sesuatu tentang diri mereka sendiri, atau satu sama lain, melainkan bayangan yang dipantulkan akibat cahaya api di dinding gua yang menghadap mereka? " Penunggang kuda kedua berkata, "Bagaimana mungkin mereka melihat yang sebenarnya, mereka dipaksa agar tak menolehkan kepala sepanjang hidup mereka?" Penunggang kuda pertama berkata, "Dan dapatkah mereka melihat sesuatu yang terjadi di belakang mereka? Bukankah mereka melihat yang itu saja?" Penunggang kuda kedua berkata, "Tentu." Penunggang kuda pertama berkata, "Sekarang, jika mereka dapat mengungkapkan sesuatu tentang apa yang mereka lihat dan membicarakannya, tidakkah, menurutmu, mereka akan menganggap apa yang mereka lihat di dinding sebagai makhluk?" Penunggang kuda kedua berkata, "Tentu saja mereka menganggapnya seperti itu."
Penunggang kuda pertama berkata, "Dan sekarang, bagaimana jika didalam penjara ini, suara dapat bergema, yang bergema di sepanjang dinding di hadapan mereka? Setiap kali ada orang yang berjalan di belakang mereka yang dibelenggu, dan membawa barang-barang, akan mengeluarkan suara, menurutmu, akankah para tawanan itu membayangkan bahwa yang berbicara itu, orang lain selain bayangan yang lewat di depan mereka? " Penunggang kuda kedua berkata, "Tak ada yang lain!" Penunggang kuda pertama berkata, "Secara keseluruhan, mereka yang terbelenggu takkan mengira apapun selain bayangan semu sebagai sesuatu yang nyata." Penunggang kuda kedua berkata, "Benar, memang demikian."
Penunggang kuda pertama berkata, "Sekarang, perhatikanlah proses dimana para tawanan itu terbebas dari belenggu mereka dan, bersamaan dengan itu, sembuh dari ketimpangan cakrawala-wawasan, dan pertimbangkan pula, seperti apa kekurang-wawasan itu jika yang berikut ini akan terjadi pada mereka yang terbelenggu itu.
Setiap-kali salah seorang yang terbelenggu itu, dilepas rantainya, dan dipaksa berdiri secara spontan, berbalik, berjalan, dan melihat ke arah cahaya, perlahan-lahan, orang tersebut akan dapat melakukannya disertai dengan merasakan sakit dan mata yang perih karena adanya cahaya, iapun takkan bisa melihat pada sesuatu yang bayangannya, ia lihat sebelumnya. Jika ini terjadi pada seluruh tawanan, menurutmu, apa yang akan ia ucapkan jika seseorang menyampaikan bahwa apa yang ia lihat sebelumnya, hanyalah hal-hal yang dhaif, namun sekarang, ia jauh lebih dekat dengan kesejatian-makhluk; dan bahwa, sebagai akibatnya, ia akan mengarah pada kesejatian, bukankah ia juga dapat melihat yang sebenarnya?
Dan jika kemudian ada seseorang, menunjukkan kepadanya sesuatu yang lalu-lalang dan memaksanya menjawab pertanyaan tentang apa itu, tidakkah engkau berpikir bahwa ia akan menjadi pemilik akal-sehat, dan sebagai tambahan, akan mempertimbangkan apa yang ia lihat sebelumnya, dengan mata-kepalanya sendiri, lebih semu dibanding apa yang sekarang ditunjukkan kepadanya oleh orang lain? "Penunggang kuda kedua berkata, "Ya, tentu saja."
Penunggang kuda pertama berkata, "Dan jika seseorang bahkan memaksanya melihat ke dalam kilauan api, akankah matanya terasa sakit, dan akankah ia tak berbalik dan melarikan-diri kembali ke apa yang mampu ia lihat? Dan akankah ia tak memutuskan bahwa apa yang dapat ia lihat sebelumnya tanpa bantuan siapapun,ternyata lebih jelas dari apa yang sekarang ditunjukkan kepadanya? " Penunggang kuda kedua berkata, "Pasti."
Penunggang kuda pertama berkata, "Namun, sekarang, jika seseorang, dengan menggunakan kekerasan, menariknya, yang telah dibebaskan dari belenggunya, menjauh dari sana dan menyeretnya ke atas pendakian gua yang kasar dan curam dan tak melepaskannya hingga ia menyeretnya keluar menuju cahaya matahari, bukankah orang yang telah diseret seperti ini akan merasakan, dalam prosesnya, rasa-sakit dan amarah? Dan saat ia telah berada di bawah sinar matahari, bukankah matanya akan terasa silau, dan bukankah ia takkan dapat melihat hal-hal yang sekarang diungkapkan kepadanya sebagai sesuatu yang nyata? "Penunggang kuda kedua berkata," Ia takkan bisa melakukan itu sama sekali, tidak dengan secepat itu."
Penunggang kuda pertama berkata, "Jelas, membutuhkan waktu untuk membiasakan diri, menurutku, jika itu masalah untuk melihat apa yang ada di atas sana, di luar gua, di bawah sinar matahari. Dan dalam proses penyesuaian-diri ini, pertama-tama, dan paling mudah, ia dapat melihat bayangan, dan setelah itu, citra manusia dan hal-hal lainnya seperti yang tercermin dalam air. Namun, seterusnya, ia akan bisa melihat semuanya sendiri. Tetapi dalam jangkauan hal-hal seperti itu, ia mungkin dengan baik merenungkan apa yang ada di kubah langit, dan kubah ini sendiri, lebih mudah pada malam hari dengan melihat cahaya bintang dan bulan, lebih mudah, daripada dengan melihat ke matahari dan silau di siang hari. "Penunggang kuda kedua berkata, "Tentu! "
Penunggang kuda pertama berkata, "Namun kurasa, akhirnya ia akan berada dalam keadaan melihat matahari itu sendiri, tak hanya pada pantulannya, baik dalam air atau dimanapun sang mentari mungkin muncul, melainkan terhadap matahari itu sendiri, apa adanya dan di tempat yang tepat, dan direnungkan seperti apa adanya." Penunggang kuda kedua berkata, "Itu pasti akan terjadi."
Penunggang kuda pertama berkata," Dan setelah melewati semuanya, pada saat itu, ia juga akan dapat mengumpulkan hal-hal berikut tentang matahari: bahwa matahari menghadirkan musim dan tahun ; yang mengatur apapun yang ada di wilayah sinar matahari yang sekarang terlihat; dan bahwa matahari juga mengakibatkan semua hal yang dirasakan orang-orang yang tinggal di dalam gua di depan mata mereka. "Penunggang kuda kedua berkata," Jelas bahwa ia akan sampai pada hal-hal ini - matahari dan apapun yang berada di bawah cahayanya - setelah ia melampaui hal-hal sebelumnya, yang semata pantulan dan bayangan."
Penunggang kuda pertama berkata, "Lalu apa? Jika ia mengingat kembali tempat tinggal pertamanya, dan "pengetahuan" yang berlaku sebagai norma di sana, dan orang-orang yang pernah dirantai dengannya, tidakkah menurutmu, ia akan menganggap dirinya beruntung, karena transformasi yang telah terjadi dan, sebaliknya, merasa kasihan pada mereka?" Penunggang kuda kedua berkata, "Seperti itu, tentunya."
Penunggang kuda pertama berkata, "Namun, bagaimana jika di antara orang-orang di tempat tinggal sebelumnya, yang didalam gua, penghargaan dan pujian tertentu ditetapkan bagi siapa saja yang paling jelas melihat apa yang lewat dan juga paling ingat siapa di antara mereka yang dibawa pertama kali, lalu yang sesudahnya, dan yang kemudian pada saat yang sama? Dan bagaimana jika ada penghargaan bagi siapapun yang paling mudah meramalkan mana yang akan datang berikutnya? Menurutmu, akan tetap irikah orang yang keluar dari gua terhadap orang-orang yang ada di dalam gua dan ingin bersaing dengan mereka itu, karena dihargai dan memiliki kekuasaan? Atau tidakkah ia lebih suka mengharapkan kondisi yang dibicarakan Homer, yaitu "hidup di negeri di atas lahan sebagai upah kasar dari petani miskin lainnya"? Bukankah ia lebih suka bertahan dengan hal lain daripada mengikatkan-diri dengan pendapat yang ada di dalam gua dan menjadi manusia seperti itu?" Penunggang kuda kedua berkata, "Aku rasa, ia lebih suka menanggung segalanya daripada daripada menjadi manusia seperti itu."
Penunggang kuda pertama berkata, "Dan sekarang, tanggapanku, pertimbangkan ini: Jika orang yang telah keluar dari gua tadi, masuk lagi dan duduk di tempat yang sama seperti sebelumnya, akankah ia akan merasakan, dalam masalah ini, dengan seketika menjauh dari sinar matahari, bahwa matanya melihat kegelapan? " Penunggang kuda kedua berkata, "Ya, sangat mungkin."
Penunggang kuda pertama berkata, "Sekarang jika sekali lagi, bersama dengan mereka yang tetap terbelenggu di sana, orang yang dibebaskan itu, harus berurusan dengan mereka dalam hal menegaskan dan mempertahankan pendapat tentang bayang-bayang - saat matanya masih lemah dan sebelum mereka menyesuaikan diri, dimana penyesuaian itu akan membutuhkan sedikit waktu - bukankah ia akan dicemooh orang-orang di dalam sana? Dan akankah mereka tak membiarkan ia tahu bahwa ia telah keluar namun hanya kembali ke dalam gua dengan mata yang rusak - dan dengan demikian, tentu mereka tentu tak membayar agar dapat keluar.
Dan jika mereka dapat menangkap orang yang meraih tangannya dan membebaskan mereka dari belenggu dan menuntun mereka, dan jika mereka bisa membunuhnya, bukankah mereka sungguh akan memberantasnya? " Penunggang kuda kedua berkata, "Mereka pasti akan melakukannya."
Berhenti sejenak, sang kadal lalu berkata, "Wahai saudara-saudariku, Socrates, sebagaimana dijelaskan dalam Republik Plato, mengungkap kiasan panjang tentang sebuah gua kepada orang-orang Athena untuk menjelaskan proses indoktrinasi yang sedang berlangsung di era Yunani Kuno. Ia menjelaskan perumpamaan tentang orang-orang yang terbelenggu di dalam gua, dipaksa melihat bayangan yang terhampar akibat adanya cahaya yang berasal dari nyala api. Ia menyampaikan bahwa jika seseorang melepaskan diri mereka dari belenggu itu, mereka akan tahu bahwa itu hanyalah api yang menyala dan menyadari bahwa apa yang mereka sangka selama ini nyata, hanyalah bayangan benda-benda buatan. Kemudian mereka dapat meninggalkan gua guna menemukan cahaya yang sebenarnya. Sama seperti kita di masa kini, yang percaya bahwa kekuasaan tertentu itu, kekuasaan yang nyata. Kekuasaan tertentu yang ada dalam pikiran kita itu, sebenarnya hanyalah bayangan, dan benda semu ini, kekuasaan yang impoten, yang tak berdaya sama-sekali. Jika mereka tak terbelenggu, mereka dapat melihat bahwa kekuasaan itu, semu, yang direka oleh segelintir orang. Karena Socrates menentang rencana mereka, ia diadili karena menyebarkan ide-ide revolusioner dan dijatuhi hukuman mati. Dengan cara yang sama, orang-orang modern tertentu, dibungkam."
Kemudian, setelah menyapa dengan salam, sang kadal segera menghilang di balik semak-belukar. Sang gagak, yang sedari tadi menyimak, bergumam, “Hmmm, sebagian dari apa yang ia katakan, tak dapat disangkal, dan sebagian lainnya, tak dapat dibilang keliru. Namun terlepas dari semua itu, aku teringat sabda Rasulullah (ﷺ),مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ " ثُمَّ يَقُولُ {فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ}'Seorang bayi, tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam fitrahnya. Kemudian, kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi - sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, adakah kalian melihat adanya kecacatan?'
Lalu beliau mengucapkan [QS. Ar-Ruum (30): 30], '... (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) jalan hidup yang benar, tetapi kebanyakan manusia tak mengetahui.' [Sahih Muslim]Wallahu a'lam."
Rujukan :
- Plato, The Republic, translated by H. Spens DD, Glasgow
- Abu Esa Al Kanadi, The Secret World, Maktabah Al Ansaar Publications