"Saatnya mengucapkan selamat tinggal," kata Chiwawa. "Sesiku telah berakhir, aku harus pulang, ke tempat keberadaanku," lanjutnya. “Duhai saudara-saudariku! Kuingin berpesan kepada engkau sekalian, dan juga diriku sendiri, jika engkau hendak menunaikan sesuatu, awalilah dengan sesuatu yang baik. Ketahuilah bahwa tindakan kita itu, rupa dari niat kita.Dari budi-pekerti yang telah Islam ajarkan kepada kita, memulai tindakan atau pekerjaan itu, dengan ucapan Basmalah—menyebut Nama Allah. Misalnya, Basmalah dianjurkan sebelum memulai Khutbah. Basmalah, juga dianjurkan sebelum seseorang masuk ke tempat dimana ia hendak buang air. Selanjutnya, Basmalah dianjurkan pada awal wudhu. Basmalah dianjurkan sebelum makan. Sebagian ulama menyatakan bahwa Basmalah sebelum makan, wajib. Basmalah sebelum berjimak, juga dianjurkan.Tujuan di balik ucapan Basmalah, jauh jangkauannya, dan beragam. Ia berhajat kepada Allah, sebelum seseorang berbuat sesuatu; mencegah seseorang dari berbuat keburukan; membantu seseorang memohon pertolongan Allah dalam perbuatannya itu; dan akhirnya, mengingatkan pada salah-satu makna, sumber pemenuhan, sumber berkah atas perbuatan tersebut, serta tujuan akhirnya. Tentang poin terakhir ini, Allah berfirman,
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ"Dan tiada sesuatu pun, melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya ..." [QS. Al-Hijr (15):21]Tiadalah yang dipinta melainkan dari Dzat yang memiliki perbendaharaannya, Yang dalam Genggaman-Nya, terletak kunci-kunci banda ini. Meminta sesuatu dari selain Dia, berarti mencari sesuatu dari yang tak memilikinya atau tak punya wewenang atasnya.Basmalah itu, perwujudan isti'anah, meminta pertolongan dan sokongan, maknanya, seorang hamba memohon pertolongan Allah dalam tindakan yang akan ia perbuat, dengan demikian, mengekspresikan pengabdian kepada-Nya. Dalam Basmalah, Nama Allah disebutkan, karenanya, apapun niat sang-hamba, Basmalah berlaku untuknya. Ketika sang-hamba hendak melakukan suatu perbuatan dan mengucapkan pernyataan ini, perbuatan yang akan ia tunaikan, tersirat dalam ucapan tersebut, dan bahwa, tindakan yang akan muncul dari ucapan ini, dilatarbelakangi oleh dua alasan penting, memohon berkah dengan mengawalinya atas nama Allah; dan, mengungkapkan fakta, bahwa perbuatan tersebut, semata karena Allah. Oleh sebab itu, seakan sang-hamba berdoa, 'Aku memohon pertolongan Allah, dengan setiap Nama-Nya, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, dalam suatu perbuatan yang hendak kulakukan.'
Rujukan :Setiap sasaran yang diinginkan, yang ditujukan bukan karena Allah, dan tak terkait dalam bentuk atau cara apapun dengan-Nya, bersifat fana, dan segera sirna, karena tekadnya, tak bersama-Nya. Sasaran akhir, hanya terletak pada Dzat, Yang kepada-Nya, segala masalah menemukan kesudahannya, berakhir pada ciptaan, kehendak, hikmah, dan ilmu-Nya. Oleh karena itu, Dia-lah sumber dari setiap hal yang diinginkan.Jika engkau mengawali urusan atau pekerjaanmu, dengan sesuatu yang buruk, maka seluruh perjalanan yang engkau tempuh, akan engkau jalani, penuh dengan kejahatan. Hasil akhir yang akan engkau peroleh, juga buruk. Jika engkau memulai dengan suatu kekonyolan, maka engkau akan menjalaninya dengan berbagai kekonyolan, dan akan berakhir dengan kekonyolan pula.Dengarkan cerita ini,“Di suatu kala, hiduplah Muris, seorang yang sangat ghani dan punya banyak harta. Ia punya ladang, sawah, dan lahan peternakan yang luas. Namun, ia tampak hidup sederhana, menyembunyikan hartanya yang berlimpah. Ia hidup sederhana karena ingin dipuji, dan selain itu, hendak menghindari kerabat dan tetangganya, yang hidup dalam kemiskinan, yang akan mendatangi dan meminta uangnya. Selagi segala sesuatu dalam hidupnya, berubah jadi emas, ia jadi loba, ia terus-menerus menumpuk harta-benda, menghitungnya tanpa bersedekah dan membantu orang lain yang membutuhkan. Hingga suatu hari, para kerabat dan tetangganya, datang, menasihati, 'Wahai Muris! Bersedekahlah, maka engkau akan bahagia!Seseorang, takkan beroleh manfaat dari kekayaannya, kecuali yang ia belanjakan demi tujuan yang baik, karena kelak, ia akan menemukannya di kemudian hari, dan akan menjadi di antara perbuatan, yang akan menemaninya di alam Barzakh. Adapun harta yang ditinggalkan seseorang bagi ahli warisnya, maka pada kenyataannya, harta itu, tak menetap padanya, ia memegang harta itu, hanya untuk sementara, kemudian akan beralih kepada para ahli-warisnya.Tidaklah seseorang mengambil manfaat dari hartanya, kecuali dari apa yang ia usahakan bagi dirinya, dan menafkahkannya di jalan Allah. Adapun apa yang ia makan dan kenakan, bukan untuknya dan kelak menentangnya, kecuali dengan niat beramal-shalih.Adapun bagi orang yang membelanjakan hartanya dalam perbuatan dosa, maka harta itu, akan jadi hujah yang akan melawannya, dan tak ada manfaat baginya. Demikian juga dengan apa yang ia pelihara, dan tak menyerahkan hak-hak Allah. Bagi orang ini, kelak akan berbentuk ular-berbisa yang menakutkan. Sang-ular akan mengejarnya, walau ia lari darinya, hingga menggigitnya. Sang-ular akan berkata, "Akulah kekayaanmu, akulah hartamu!" Orang itu akan mengulurkan tangannya dan sang-ularpun mematuknya bagai kuda yang menggigit. Jika harta itu, emas atau perak, pemilik emas atau perak yang tak mengeluarkan zakatnya, pada Hari Kiamat, pelat-pelat besi akan dipanaskan di Neraka, dan akan dicap di lambung, dahi, dan punggungnya, selama lima puluh ribu tahun.Seseorang boleh saja pelit menafkahkan hartanya di jalan Allah, tapi ia akan melihat hartanya pada Hari Kiamat, dalam timbangan orang lain, yang menafkahkannya sebagai sedekah. Pada saat itu, ia akan sangat sedih dan menyesal, karena harta yang sama inilah, yang memasukkan pewarisnya ke Surga, namun yang menyebabkan dirinya, masuk Jahannam!Orang berakal itu, orang yang bersedekah dari harta yang dicintainya, agar ia menemukannya di kehidupan selanjutnya. Bagi orang yang mencintai sesuatu, menyimpannya lekat dengan dirinya sendiri, dan tak memberi kepada orang lain, sehingga ia akan kecewa di saat sesal, tiada lagi berguna. Maka, barang siapa yang menafkahkan sesuatu di hari ini, maka ia akan mmemperoleh manfaat esok-hari, dan barang siapa yang tak menafkahkannya, maka ia takkan mendapatkan apa-apa, dan ia akan mengalami kerugian besar, di kampung Akhirat.”Muris bereaksi, dengan kasar, ia berteriak, "Hei kalian semua! Simpan saja garammu, jangan taburkan ke laut, masukkan saja ke dalam periukmu. Karena apa yang telah engkau sampaikan, aku tahu semuanya. Jika engkau hendak berkhutbah, lakukanlah di Masjid!" seraya mengusir semuanya. Orang-orang yang malang itu, melangkah pergi dan berkata, "Kekayaan bukanlah banyak harta, tapi kekayaan itu, kekayaan-diri!"Terusik, ia menyembunyikan diri, sendirian. Dan setelah bermeditasi selama empat puluh hari, diselingi nonton sinetron, Muris dapat ide, yang menurutnya, brilian! "Eureka!" serunya, keluar dari jamban, berlagak bagai Archimedes.Muris, kemudian menjual semua miliknya, dan membeli banyak emas batangan. Ia mengubur emas-emas tersebut di sebuah lubang, dalam tanah samping tembok tua. Setelah itu, ia mengumumkan kepada seluruh tetangga dan kerabatnya, ia sudah tak punya uang. Namun sialnya, kata para tetangga, meski Muris mengaku tak punya uang, ia baru saja menyuruh rumahnya, di cat, senada dengan warna Bendera Nasional. Konon, biaya pengecatannya, cukup untuk memberi makan sekampung orang.Setiap hari, Muris ke loka emasnya, menggali harta-karunnya, dan menghitungnya, sebatang demi sebatang, memastikan semuanya masih di situ. Karena seringnya mondar-mandir, salah seorang pekerjanya, memperhatikan lawatannya, dan memutuskan mengintai pergerakannya. Ia segera tahu, rahasia harta terpendam, dan suatu malam, diam-diam menggali, menemukan emas-emas batangan, lalu menggasak seluruhnya.Sebagaimana yang telah kusampaikan, jika mengawali suatu urusan dengan sesuatu yang konyol, engkau akan mengalami hal-hal yang konyol, dan konyol pula, kesudahannya. Sewaktu Muris sadar bahwa seluruh emasnya telah ghaib, ia bersedih dan berputus-asa. Ia menangis dan meraung, serta mengacak-acak rambutnya.Tak jauh dari tempat Muris berada, dua orang saudagar Gujarat, sedang berbincang-bincang. Yang satu bercakap dengan yang lain, "Dari segala hawa-nafsu yang menjadi subjek sifat manusia, tiada yang kekal, sangat-berkuasa, dan pada saat yang sama, sangat tak bertanggung jawab, kecuali ketamakan. Hasrat kita yang lain, umumnya, mulai mendingin dan mengendur, saat mendekati usia-renta; namun ketamakan, tumbuh di bawah uban, dan unggul di tengah-tengah ketidakberdayaan dan kelemahan. Seluruh hasrat kita yang lain, dapat tertutupi dengan berbagai alasan, membiarkannya selama hayat masih di kandung badan. Akan tetapi, sangat tak masuk di akal, dan karenanya, sungguh tak dapat dipahami, mengapa seseorang, sangat menyukai uang, walau cukup dengan memandangnya. Harta karunnya, baginya, sama tak bergunanya laksana setumpuk cangkang tiram; meski ia tahu, berapa banyak kesenangan kasat-mata yang bisa diperolehnya, namun ia tak berani menyentuhnya; dan karena fakir akan uang, semua maksud dan tujuan, ia menjadi orang yang tak berharga. Inilah keadaan sebenarnya dari orang-tamak; yang mungkin dilakukan salah seorang dari kelompok minat yang sama, punya jawaban ini, bahwa di saat kita telah mengatakan semuanya, karena menganggap kepuasan itu, tujuan utama hidup, jika ada kepuasan bagi beberapa orang tertentu dari kepemilikan harta, meskipun mereka tak pernah berniat menggunakannya, kita mungkin bingung bagaimana menjelaskannya, dan berpikir, itu sangat aneh, namun hendaknya, tak secara mutlak mengutuk orang-orang yang serupa, tapi dengan lugunya, mengejar apa yang mereka anggap sebagai kebahagiaan yang dahsyat. Sungguh; orang akan keliru mencitrakan ketamakan dengan warna-warna tak mengenakkan seperti itu, jika memang serupa dengan kenaifan. Namun di sini muncul kesesatan, seseorang yang benar-benar tamak, takkan berpegang pada apapun guna mencapai tujuannya; dan, di saat ketamakan mengambil-alih gelanggang, kejujuran, amal-shalih, kemanusiaan, dan singkatnya, setiap kebajikan yang menentangnya, pasti akan dikorbankan.”Kedua saudagar mendengar tangisan Muris dan bertanya apa yang terjadi. "Emasku! Wahai emasku!” pekik Muris, dengan beringas, “Ada yang merampokku!”“Emasmu! Ada di lubang itu? Mengapa engkau meletakkannya di sana? Mengapa tak menyimpannya di rumah, dimana engkau dapat dengan mudah mengambilnya saat hendak membeli sesuatu?”"Membeli!" tukas Muris, geram. “Untuk apa, aku tak pernah menyentuhnya. Aku tak berniat membelanjakannya.” Salah seorang saudagar, mengambil sebongkah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang. “Jika itu masalahnya,” jawabnya, “Simpanlah batu itu. Nilainya sama bagimu bagai harta yang hilang! Harta yang tak dipergunakan itu, harta yang tiada. Nilai kepemilikan itu, tidaklah lebih dari apa yang telah engkau manfaatkan.” Dan saudagar lainnya, menyerahkan sebuah kantong. Muris bertanya, "Apa ini?" Sang saudagar berkata, "Garam, masukkanlah ke dalam periukmu!" Mendengarnya, Muris tersengut-sengut. Kedua saudagar Gujarat, meninggalkan Muris, yang bagai anak kecil, bergoyang-goyang menjerit, "Andai saja aku mendengarkan tetangga dan kerabatku!"Segala sesuatu yang dicintai—jika tak dicintai karena Allah, maka cinta itu, tak lain melainkan penderitaan dan adzab sengsara. Setiap perbuatan yang tak ditunaikan karena Dia, 'kan sia-sia dan fatal akibatnya. Setiap qalbu yang tak mencapai-Nya, 'kan celaka dan tertangkup dari pencapaian kesuksesan dan kebahagiaan. Oleh sebab itu, Allah telah menghimpun segala sesuatu yang diinginkan, dan Dia telah mengumpulkan segala sesuatu, yang ditunaikan untuk-Nya. Ibnu Mas'ud, radhiyallaahu 'anhu, berkata, "Barangsiapa yang ingin selamat dari sembilan belas Malaikat di atas api Neraka, maka ia hendaknya mengucapkan, 'Bismillahirrahmanirrahim.'"Duhai saudara-saudariku! Usai mengucapkan Basmalah, maka tutuplah urusanmu, dengan melafalkan "Hamdalah." Dengan mengucapkan "Alhamdulillah," sang-hamba memuliakan dan bersyukur kepada Allah semata, demi Keagungan, Keesaan, Kesempurnaan, Nama dan Sifat-Nya yang Indah, serta nikmat dan berkah-Nya yang tak terhitung banyaknya, yang tak dapat dicakup oleh siapapun melainkan Dia. Inilah pernyataan yang mengagumkan, yang melampaui sesuatu yang tak dapat disuarakan oleh bunyi, dan alat-hitung tak mampu menaksirnya!Duhai saudara-saudariku! Saat memulai suatu urusan yang diawali dengan Basmalah, bekali diri dengan ilmu dalam menjalankan urusanmu, rawatlah akal-sehat sebagai salah-satu cara menghidupkan qalbu, berdayakan pikiran guna meraih Hikmah, hingga melahirkan berbagai kebijakan dalam segala urusan. Kemudian, ketika urusanmu telah usai, tutuplah dengan Hamdalah. Dan di kala segala urusan hidupmu telah berakhir, maka tutuplah dengan ucapan, "La ilaha illallah" - Tiada yang berhak disembah dengan benar, kecuali Allah, " sebagaimana Sang-kekasih (ﷺ) bersabda,مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ"Jika seseorang, kata-kata terakhirnya " لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ" ia akan masuk Surga.” [Sunan Abi Dawud; Shahih oleh Al-Albani].Segala pujian, milik Allah jua!Wallahu a'lam!"Chiwawa kemudian berdiri tegak di podium, menundukkan kepala, menunjukkan penghormatan, lalu melangkah turun, diikuti "standing-up" para unggas, yang berkicau,Saatnya ucapkan, "Selamat jalan!"Cakrawala takkan menjauhHaruskah ketemukan sendiri?Tanpa cahaya kesejatianku?Denganmu, ku akan bertolakDalam bahtera lintasi samuderayang sekarang ku tahuSirna, tiada lagiSaatnya ucapkan, "Selamat jalan!"
- Dar Us-Sunnah Qur'anic Colletion, The Spiritual Cures, translated by Abu Ramaysah, Dar Us-Sunnah
- Shaykh Safiur-Rahman Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume I, Darussalam
- Abdullah Ibn Rajab Al-Hanbali, The Three That Follow To The Grave, Dar Us-Sunnah
- Ibn Muhammad Al-Muthlaq, The Good End, IIPH
- Rev. Geo. Fyler Townsend, M.A., Aesop Fables, George Routledge and Sons